Anda di halaman 1dari 29

KODE ETIK

(ETHICAL CONDUCT)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Auditing
Devianti Yunita H, SE., MT., Ak,CA
R. Djoemarma Bede, SE., MBA., Ak,CA

Disusun Oleh Kelompok 1:


Erwin 120620200519
Kalam Al iqbal 120620200526
Ida Indriani 120620200502

Melisa Gumantiny 120620200504

PROGRAM PASCASARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur di panjatkan kepada Allah SWT, Yang Maha
Pengasih dan Penyayang kepada segala makhluk yang diciptakan-Nya. Shalawat
dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta
sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Karena berkat
rahmat dan hidyah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk
yang sederhana dengan judul “Konsep Independensi Auditor”.
Semoga makalah ini dapat membantu dan menambah pengetahuan serta
pengalaman bagi para pembaca, maupun bagi kami sebagai penulis dan
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga untuk kedepannya dapat
lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan- masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, Juni 2021


Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
2.1. Materi............................................................................................................................... 2
2.1.1. Pengertian Etika ....................................................................................................... 2
2.1.2. Dilema Etika ............................................................................................................. 3
2.1.3. Kebutuhan Khusus Terhadap Kode Etik Profesi ...................................................... 4
2.1.4. Kode Etik .................................................................................................................. 6
2.1.5. Independensi ............................................................................................................. 8
2.1.6. Ketentuan Bapepam-Lk Terkait Dengan Independensi Auditor ............................ 16
2.1.7. Bantuan-Bantuan Untuk Menjaga Independensi Dan Integritas Audit .................. 18
2.2. Ketentuan dan Aturan yang Berlaku Dalam Kode Etik ................................................ 20
2.3. Kasus PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (2017) ........................................................... 22
2.4. Jurnal Pengaruh Profesionalisme dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor dengan
Struktur Audit Sebagai Pemoderasi ...................................................................................... 22
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 24
3.1. Kesimpulan .................................................................................................................... 24
3.2. Tanggapan ..................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. iii

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Etika adalah seperangkat moral dan nilai. Dalam kehidupan sehari-hari, etika sangat
dibutuhkan dalam proses sosialisasi. Begitu pun dalam dunia bisnis. Setiap pelaku bisnis harus
memiliki etika agar kehidupan sosial-ekonomi berjalan dengan baik dan tertib. Dengan etika
yang djunjung tinggi, maka masyarakat akan mempercayai entitas bisnis yang ada.
Auditor sebagai satu dari entitas bisnis juga harus memperhatikan etika dalam
melakukan setiap pekerjaannya. Karena, secara tidak langsung, etika telah melindungi hak-hal
auditor dan kliennya. Integritas seorang auditor akan terjaga apabila auditor tersebut
menjunjung etika yang berlaku. Dan etika-etika yang harus diperhatikan seorang auditor
termaktub dalam Kode Etik yang telah ditetapkan oleh Bapepam-LK.
Di dalam kode etik, akan dibahas mengenai prinsip-prinsip seorang auditor. Dimana
seseorang dapat dikatakan sebagai auditor yang baik apabila mematuhi prinsip berikut: (1)
Integritas, (2) Objektivitas, (3) Kompetensi Profesional, (4) Kerahasiaan, dan (5) Perilaku
Profesional. Prinsip tersebut ada karena untuk mempertahankan eksistensi dan kepercayaan
masyarakat publik kepada para auditor.
Pada dasarnya, setiap auditor harus memiliki karakteristik yang sangat penting, yaitu
independensi. Artinya, dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor tidak boleh terpengaruh
oleh suatu pihak dan harus jujur serta objektif. Yang mana dengan independensi yang melekat
pada diri seorang auditor, akan muncul interpretasi yang baik dari masyarakat. Dan cara untuk
mempertahankan independensi tersebut adalah dengan mematuhi kode etik.
Kode etik berisi hukum, acuan, atau pedoman yang berupa perintah dan larangan
seputar auditing. Dan di dalam makalah ini akan disajikan beberapa ancaman yang timbul dan
berpotensi merusak independensi seorang auditor. Diantaranya yaitu: kepemilikan finansial
yang signifikan, pemberian jasa non-audit, imbalan jasa audit, dan sebagainya. Hal tersebut
akan dibahas secara detail wujud dan dampaknya serta bantuan atau alternatif untuk
menghindari ancaman tersebut. Sebab itu, setelah mengetahui kode etik yang harus dipatuhi
oleh seorang auditor, maka diharapkan integritas dan independensi para auditor dapat
dipertanggung jawabkan dan masyarakat memiliki kepercayaan yang tinggi kepada para
auditor.

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Materi
2.1.1. Pengertian Etika
Etika dapat didefinisikan secara luas sebagai seperangkat prinsip-prinsip moral atau
nilai-nilai Masing-masing kita memiliki seperangkat nilai meskipun kita mungkin belum
meyakininya secara nyata. Para filsuf, organisasi keagamaan, dan kelompok-kelompok lainnya
telah mendefinisikan etika dalam berbagai prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai yang ideal.
Merupakan hal umum bila setiap orang memiliki perbedaan dalam prinsip moral dan
nilai serta kepentingan relative yang terkait dengan prinsip-prinsip tersebut. Perbedaan ini
merupakan gambaran dari pengalaman hidup, kesuksesan dan kegagalan, serta pengaruh dari
orang tua, guru, dan teman-teman.

Kebutuhan akan etika


Perilaku beretika merupakan hal yang penting bagi masyarakat agar kehidupan berjalan
dengan tertib. Hal ini sangat beralasan karena etika merupakan perekat untuk menyatukan
masyarakat. Bayangkan apa yang terjadi bila kita tidak dapat mempercayai orang lain yang
berhubungan dengan kita untuk berlaku jujur jika para orang tua, guru, karyawan, saudara
kandung, rekan kerja, dan teman kita terus menerus berbohong maka hampir tidak mungkin
kita dapat melakukan komunikasi yang efektif.

Mengapa orang-orang berlaku tidak etis


Kebanyakan orang mendefinisikan perilaku tidak etis sebagai perilaku yang
menyimpang dari pada mereka yakini sebagai perilaku yang patut dalam lingkungan mereka.
masing-masing menentukan bagi diri sendiri mana yang merupakan perilaku tidak etis, baik
terhadap diri sendiri maupun orang lain. Dengan demikian, penting untuk memahami apa yang
menyebabkan orang-orang berperilaku tidak etis. Ada dua alasan utama yang menjadi
penyebab orang berperilaku tidak etis. Kedua alasan tersebut adalah standar etika orang
tersebut berbeda dari etika masyarakat secara umum, atau orang tersebut memilih untuk berlaku
egois. Sering kali, keduanya muncul menjadi penyebab perilaku tidak etis.

Standar etika seseorang berbeda dari masyarakat umum

2
Banyak contoh perilaku menyimpang, misalnya ketika orang yang tidak jujur dalam
melaporkan pajak mereka, memperlakukan orang lain tidak baik, berbohong ketika melamar
pekerjaan, atau karyawan yang tidak menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya, yang pada
umumnya mayoritas orang akan menganggap hal tersebut sebagai perilaku tidak etis. Jika orang
lain yang memutuskan bahwa perilaku tersebut merupakan perilaku yang etis dan dapat
diterima, maka hal ini menandakan adanya konflik nilai-nilai etika yang perlu ditangani.

Orang yang memilih untuk berlaku egois


Sebagian besar perilaku tidak etis adalah hasil dari sikap yang egois. Skandal-skandal
politik berasal dari keinginan untuk memiliki kekuatan politik, kecurangan dalam melaporkan
pajak dan pelaporan biaya didorong oleh keserakahan finansial, melakukan pekerjaan di bawah
standar kemampuan yang dimiliki dan berlaku curang ketika mengikuti ujian biasanya muncul
karena kemalasan. Orang yang melakukan perbuatan tidak etis tersebut mengetahui bahwa
perbuatannya menyimpang, namun ia memeilih untuk melakukan penyimpangan tersebut
karena diperlukan pengorbanan pribadi untuk bertindak sesuai dengan etika.

2.1.2. Dilema Etika


Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang di mana keputusan mengenai
perilaku yang patut dibuat. Para auditor, akuntan dan pebisnis lainnya, mengahdapi banyak
dilemma etika dalam karir bisnis mereka. Terlibat dengan klien yang mengancam akan mencari
auditor baru jika tidak diberikan opini unqualified akan menimbulkan dilema apakah akan
menentang supervisor yang telah merekayasa pendapatan divisi sebagai cara untuk
memperoleh bonus yang lebih besar merupakan sebuah dilemma etika. Meneruskan untuk
menjadi bagian dari manajemen perusahaan yang mengganggu dan tidak memperlakukan
karyawannya dengan baik atau berlaku tidak jujur terhadap pelanggannya merupakan dilemma
etika, terlebih bila orang tersebut memiliki keluarga yang harus ia nafkahi dan persaingan
dalam mendapatkan pekerjaan sangat tinggi.

Pembenaran atas perilaku tidak etis


Berikut ini adalah metode rasionalisasi yang biasanya digunakan bagi perilaku tidak
beretika:
• Semua orang melakukannya. Argumentasi yang mendukung penyalahgunaan pelaporan
pajak, pelaporan pengadaan barang/jasa biasanya didasarkan pada rasionalisasi bahwa
semua orang melakukan hal yang sama, oleh karena itu dapat diterima.
3
• Jika itu legal, maka itu beretika. Menggunakan argumentasi bahwa semua perilaku legal
adalah beretika sangat berhubungan dengan ketepatan hukum. Dengan pemikiran ini,
tidak ada kewajiban menuntut kerugian yang telah dilakukan seseorang.
• Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya. Pemikiran ini bergantung pada evaluasi
hasil temuan seseorang. Umumnya, seseorang akanmemberikan hukuman
(konsekuensi) pada temuan tersebut.

Menyelesaikan dilema etika


Pendekatan enam langkah berikut ini merupakan pendekatan sederhana untuk
memecahkan dilema etika:
1. Dapatkan fakta-fakta yang relevan
2. Identifikasi isu-isu etika dari fakta-fakta yang ada
3. Tentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh dilema
etika
4. Identifikasi alternatif yang tersedia bagi orang yang memecahkan dilema etika
5. Identifikasi konsekuensi yang mungkin timbul dari setiap alternatif
6. Tetapkan tindakan yang tepat.

Konsekuensi dari Setiap Alternatif


Sangat penting untuk mengevaluasi dampak jangka panjang dan pendek. Terdapat
kecenderungan normal untuk memilih pada tujuan jangka pendek karena konsekuensinya akan
dirasakan dalamjangka waktu yang dekat.

Tindakan yang Tepat


Diputuskan setelah mempertimbangkan nilai-nilai etikanya dan kemungkinan dampak
dari masing-masing pilihan keputusan tersebut.

2.1.3. Kebutuhan Khusus Terhadap Kode Etik Profesi


Para profesional diharapkan memiliki kepatutan dalan berperilaku yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kebanyakan orang pada umumnya. Istilah professional berarti tanggung
jawab untuk berperilaku lebih dari sekadar memenuhi tanggung jawab secara individu dan
ketentuan dalam peraturan dan hokum di masyarakat. Seorang akuntan publik, sebagai seorang
professional, harus menyadari adanya tanggung jawab pada publik, pada klien, dan pada

4
sesama rekan praktisi, termasuk perilaku yang terhormat, bahkan jika hal tersebut berarti harus
melakukan pengorbanan atas kepentingan pribadi.
Alasan adanya harapan yang begitu tinggi pada penerapan etika bagi para professional
adalah kebutuhan akan kepercayaan publik dalam kualitas pelayanan yang diberikan oleh
professional tersebut, bagaimanapun individu-individu yang memberikan jasa tersebut. Bagi
profesi akuntan publik, merupakan hal yang penting bahwa klien dan pihak-pihak eksternal
pengguna laporan keuangan untuk memiliki kepercayaan dalam kualitas audit dan jasa lainnya
yang diberikan oleh akuntan publik tersebut. Jika para pengguna jasa tidak memiliki
kepercayaan pada para tenaga medis, hakim, atau akuntan publik, maka para professional
tersebut akan kehilangan kemampuan untuk melayani klien dan juga masyarakat umum secara
efektif. Kepercayaan publik terhadap kualitas jasa professional yang diberikan akan meningkat
bila profesi mendorong diterapkannya standar kinerja dan standar perilaku yang tinggi bagi
para praktisinya.

Perbedaan antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan Profesional lainnya


KAP memiliki hubungan yang berbeda dengan para pengguna laporan keuangan
dibandingkan dengan hubungan mayoritas profesi lainnya terhadap klien mereka. KAP
ditugasskan oleh manajemen untuk perusahaan perseorangan, atau oleh komite audit untuk
perusahaan publik, dan dibayar oleh perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan, namun
penerima manfaat utama dari jasa audit tersebut adalah para pengguna laporan keuangan.
Merupakan hal yang penting bagi para pengguna laporan keuangan untuk memandang
KAP sebagai pemberi jasa yang kompeten dan objektif. Jika para pengguna yakin bahwa KAP
tidak memberikan pelayanan yang bernilai (mengurangi risiko informasi), maka nilai jasa audit
atau jasa astetasi lainnya yang diberikan oleh KAP tersebut akan menurun sehingga permintaan
akan jasa-jasa tersebut dengan demikian akan menurun. Oleh karena itu, terdapat motivasi yang
besar bagi KAP untuk melakukan tingkat profesionalisme yang tinggi.

Cara-cara yang Dilakukan Akuntan Publik untuk Berlaku Profesional


Dua faktor penting yang berpengaruh bagi profesi akuntan publik di Indonesia adalah
Kode Etik IAPI dan Kementrian Keuangan dan Bapepam LK. Kode etik dimaksudkan untuk
memberikan standar perilaku bagi seluruh anggota IAPI. Bapepam-LK berwenang untuk
menetapkan standar etika dan independensi bagi para auditor perusahaan publik.

5
2.1.4. Kode Etik
Kode etik IAPI memberikan standar umum atas perilaku yang ideal dan ketetapan
peraturan yang spesifik yang mengatur perilaku. Kode etik tersebut terdiri dari tiga bagian,
ditambah sebuah bagian yang berisi definisi-definisi penting, yang meliputi bagian-bagian
sebagai berikut :
Bagian A : Penerapan umum atas Kode Etik
Bagian B : Anggota dalam Praktik Publik
Bagian C : Anggota dalam Bisnis
Bagian A mengidentifikasi tanggung jawab bertindak untuk kepentingan publik sebagai
unsur pembeda dalam profesi akuntansi. Bagian A juga menetapkan mengenai prinsip-prinsip
dasar etika professional bagi para anggota, serta memberikan kerangka konseptual untuk
menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Bagian B dan C menggambarkan bagaimana kerangka
konseptual tersebut diterapkan untuk mengidentifikasi dan mengatasi ancaman dalam situasi-
situasi tertentu.
Berikut merupakan cara-cara profesi akuntan dan masyarakat untuk mendorong
akuntan publik agar berperilaku profesional:
1. GAAS dan interpretasi
2. Pemeriksaan Kantor Akuntan Publik
3. Pengendalian Mutu
4. SEC
5. Kode etik jabatan
6. Pembagian Kantor Akuntan Publik
7. Kewajiban hukum Kantor Akuntan Publik
8. Persyaratan pendidikan lanjutan

Prinsip-prinsip Dasar Etika Profesional


Kelima prinsip etika dalam Bagian A kode etik professional dimaksudkan untuk
diterapkan pada seluruh anggota dan bukan hanya mereka yang melakukan praktik publik.
Kelima prinsip yang harus diterapkan auditor adalah sebagai berikut :
1. Integritas. Merupakan suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional dan merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan
sebagai patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
Integritas mengharuskan para auditor untuk terus terang dan jujur serta melakukan
praktik secara adil dan sebenar-benarnya dalam hubungan professional mereka.
6
2. Objektivitas. Prinsip ini mengharuskan para auditor untuk bersikap adil, tidak
memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari
benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.
3. Kompetensi professional dan kecermatan. Auditor harus menjaga pengetahuan dan
keterampilan professional mereka dalam tingkat yang cukup tinggi, dan tekun
dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka ketika memberikan jasa
professional.
4. Kerahasiaan. Para auditor harus menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama tugas professional maupun hubungan dengan klien. Para auditor tidak boleh
mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia kepada pihak lain tanpa seizin klien
mereka, kecuali jika ada kewajiban hukum yang mengharuskan mereka
mengungkapkan informasi tersebut.
5. Perilaku professional. Para professional harus menahan diri dari setiap perilaku
yang akan mendiskreditkan profesi mereka, termasuk melakukan kelalaian. Mereka
tidak boleh membesar-besarkan kualifikasi ataupun kemampuan mereka, dan tidak
boleh membuat perbandingan yang melecehkan atau tidak berdasar pesaing.

Prinsip-prinsip Umum
Prinsip-prinsip umum ini akan memberikan dasar untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan mengatasi ancaman terhadap prisip-prinsip utama.
Ancaman. Umumnya, ancaman muncul akibat dari salah satu sebab berikut :
• Kepentingan pribadi – ketika kepentingan keuangan dari auditor atau kerabatnya
terlibat.
• Penelaahan pribadi – ketika seorang auditor menelaah suatu situasi yang
merupakan konsekuensi penilaian sebelumnya atau nasihat dari auditor atau
perusahaan tempat sang auditor kerja.
• Advokasi – ketika auditor mendukung suatu posisi atau opini yang mengakibatkan
berkurangnya objektivitas auditor tersebut.
• Kesepahaman – ketika seorang auditor menjadi sangat perhatian terhadap
kepentingan lain disebabkan karena hubungan dekat dengan pihak tersebut.
• Intimidasi – ketika tindakan yang dilakukan auditor dapat dinegoisasikan dengan
menggunakan ancaman nyata atau ancaman palsu.

7
Pengamanan. Kode etik mengidentifikasikan dua kategori pengamanan yang mampu
mengurangi ancaman sampai pada tingkat yang dapat diterima. Berikut ini adalah hal-hal yang
terkait dengan pengamanan:
• Profesi, legislasi, dan regulasi – mencakup pendidikan, pelatihan dan ketentuan
pendidikan professional berkelanjutan, peraturan tata kelola perusahaan, standar
profesi, pengawasan hukum atau profesi dan penegakan hukum.
• Lingkungan kerja – sangat bergantung pada kultur dan proses yang diterapkan pada
kantor akuntan publik tersebut.

Resolusi Konflik. Proses penyelesaian konflik etika yang konsisten dengan pendekatan
enam lamgkah untuk mengatasi masalah dilema etika. Kode etik itu menyarankan dilakukannya
langkah-langkah berikut sebagai bagian dari proses penyelesaian masalah etika.
1. Fakta-fakta terkait (langkah 1)
2. Masalah etika yang terkait (langkah 2)
3. Prinsip-prinsip umum yang terkait dengan masalah yang dipertanyakan, termasuk
identifikasi ancaman terhadap prinsip-prinsip tersebut (langkah 1, 2, dan 3)
4. Melakukan prosedur internal yang mencerminkan pengamanan terhadap ancaman
yang telah diidentifikasikan (langkah 1, 2, dan 3)
5. Alternatif tindakan yang dilakukan (langkah 4 dan 5)

2.1.5. Independensi
Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam
melakukan pengujian audit evaluasi atas hasil pengujian dan penerbitan laporan audit.
Independensi merupakan satu dari karakteristik terpenting bagi auditor dan merupakan dsar
daari prinsip integritas dan objektivitas. Jika auditor merupakan advokat atau dipengaruhi oleh
karyawan atau manajemen klien, maka individu yang berkepentingan tersebut akan
memandang auditor tidak memiliki independensi dan objektivitas. Kode etik membahas
independensi dalam konteks terbebas dari segala kepentingan yang akan merusak integritas dan
objektivitas.
Persyaratan umum bagi independensi auditor melarang auditor untuk terlibat dalam
aktivitas audit di suatu entitas bilamana terdapat konflik kepentingan yang belum terselesaikan.
Selain itu, para pengguna laporan keuangan juga harus memiliki kepercayaan terhadap
independensi auditor. Kedua independensi ini sering disebut independen dalam fakta atau
kenyataan dan independen dalam penampilan. Independen dalam fakta muncul ketika secara
8
nyata menjaga sikap objektif selama melakukan audit. Independen dalam penampilan
merupakan interprestasi orang lain terhadap independensi auditor tersebut.

Beberapa ancaman terhadap independensi auditor, yaitu:


1. Kepemilikan Finansial yang Signifikan
Kepemilikan finansial perusahaan yang diaudit termasuk instrumen utang,
modal, dan derivatif. Tidak diizinkan untuk menerima sebuah perusahaan sebagai klien
audit jika ada seorang (karib kerabat) yang memiliki proposi kepemilikan yang
signifikan di perusahaan tersebut. Pelarangan ini ada dalam bagian B dan C Kode Etik,
subbagian 290 113.

“Jika ada sebuah KAP, memiliki kepemilikan finansial langsung di klien


auditnya, maka ancaman kepentingan pribadi yang muncul akan sangat
signifikan, maka tidak ada tindakan pengamanan yang dapat dilakukan untuk
menurunkan ancaman tersebut sampai mencapai tingkat yang dapat diterima.
Sehingga, melepaskan kepemilikan finansial di klien audit tersebut merupakan
satu-satunya tindakan yang paling tepat agar memungkinkan KAP tersebut
menjalankan tugas.”

Penilaian yang serupa juga dihadirkan dalam subbagian 290.114 terkait dengan
kepemilikan tidak langsung, dan subbagian 290.115 tentang pinjaman dari klien yang
bukan merupakan institusi keuangan. Antisipasi terhadap kepemilikan langsung dan
tidak langsung yang besarnya signifikan di perusahaan klien dapat berdampak luas pada
operasi KAP. Sebagai contoh: jika ada seorang auditor , atau pasangan atau anak dari
auditor tersebut (atau orang lain yang secara finansial bergantung pada auditor)
memiliki saham yang signifikan besarnya di sebuah perusahaan (termasuk induk atau
semua anak perusahaannya), semestinya tidak menerima mengaudit perusahaan
tersebut. Perlu dicatat bahwa “seseorang yang menjalankan praktik” tidak hanya
mengacu pada pimpinan dalam perusahaan, melainkan juga termasuk setiap konsultan
atau mantan pimpinan yang tetap terikat dalam kontrak pemberian jasa konsultasi,
setiap pegawai juga terikat dalam pekerjaan profesional yang menjalankan praktik, dan
setiap orang yang mendelegasikan pekerjaan profesional.
Standar etika juga melarang auditor menduduki posisi sebagai penasehat,
direksi, maupun memiliki saham yang jumlahnya signifikan di perusahaan klien.
9
• Direktur, Eksekutif, Manajemen, atau Karyawan dari Sebuah Perusahaan
Jika seorang auditor merupakan penasehat, direksi di perusahaan klien maka
kemampuan auditor untuk melakukan evaluasi independen atas kewajaran
penyajian laporan keuangan akan mudah dipengaruhi. Meskipun jika
memegang satu dari posisi tersebut tidak akan mempengaruhi independensi
auditor, keterlibatan yang sering dengan manajemen dan keputusan yang
diambilnya akan mempengaruhi persepsi para pengguna laporan keuangan
terhadap independensi auditor tersebut. Masalah kepegawaian, jasa yang baru
saja diberikan dan bertindak sebagai pegawai di perusahaan klien dibahas dalam
Kode Etik subbagian 290.143 – 290.152.

2. Pemberian Jasa Non-Audit kepada Klien


Penelitian dalam profesi akuntan di AS di akhir tahun 1970-an oleh senator
Metcalf dan anggota kongres Moss meyimpulkan bahwa jasa manajemen dapat
membahayakan kinerja audit independen. Mereka merekomendasikan pembatasan bagi
para auditor dalam melakukan jasa manajemen ini. Kode Etik yang membahas isu-isu
terkait dengan pemberian jasa non-audit pada kliennya terdapat pada subbagian 290.158
– 290.205.

➢ Jasa penilaian
Penilaian memerlukan estimasi atas nilai atau rentang nilai, untu suatu aset,
sebuah liabilities atau bisnis itu secara keseluruhan. Hal ini menerapkan metode dan
teknik tertentu serta asumsi yang terkait dengan perkembangan di masa mendatang.
Ancaman penelaahan pribadi dapat muncul ketika perusahaan melakukan jasa penilaian
bagi kliennya, yang mana hasil penilaian ini akan dimasukkan dalam laporan keuangan.
Subbagian 290.176 dari Kode Etik mengindikasikan jika penilaian signifikan
terhadap laporan keuangan dan melibatkan tingkat subjektivitas yang besar, ancaman
penelaahan pribadi tidak dapat dikurang samapai tingkat yang dapat diterima dengan
menerapkan tindakan pengamanan. Subbagian 290.177 dari Kode Etik
mengindikasikan bahwa ancaman penelaahan pribadi terhadap penilaian yang kurang
signifikan terhadap laporan keuangan, maka jasa penilaian dapat diterima jika tindakan
pengamanan berikut dilakukan:
10
 Memiliki akuntan profesional tambahan yang bukan merupakan bagian dari tim
audit, yang bertugas untuk menelaa pekerjaan yang telah dilakukan atau
memberikan masukan apabila diperlukan.
 Konfirmasi dengan klien audit mengenai pemahaman mereka terhadap asumsi yang
mendasari penilaian dan metode yang digunakan serta mendapat persetujuan untuk
menggunakannya.
 Mendapatkan pengakuan dari klien atas tanggung jawab dari hasil pekerjaan yang
dilakukan oleh KAP.
 Menjamin bahwa personil yang memberikan jasa penilaian tidak ikut berpartisipasi
dalam kontrak kerja audit.
 Tingkat pengetahuan klien, pengalaman dan kemampuan untuk mengevaluasi isu
yang penting dan tingkat keterlibatan mereka dalam menentukan dan menyetujui
hal-hal penting.
 Untuk penilaian yang melibatkan standar dan metode tertentu, tingkat subjektivitas
melekat pada hal yang menjadi perhatian tersebut.
 Keandalan dan cakupan data.
 Tingkat independensi atas kejadian di masa mendatang yang akan menimbulkan
volatilitas yang melekat dalam jumlah yang terlibat.
 Cakupan dan kejelasan dalam pengungkapan laporan keuangan.

➢ Jasa Audit Internal


Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari struktur tata kelola perusahaan
yang baik. Audit internal menjalankan fungsinya di bawah kebijakan yang ditetapkan
oleh dewan direksi dengan tujuan untuk membantu manajemen dalam memenuhi
tanggung jawabnya. Karena itu pemberian jasa audit internal bagi perusahaan klien
dapat beresiko terhadap independensi auditor eksternal.
Lingkup dan sifat dari fungsi audit internal berbed dalam setiap organisasi. Ada
yang berfungsi sebagai evaluasi sistem dan penelaahan, pemeriksaan informasi
keuangan dan operasional, pengkajian ekonomis, efisiensi dan efektivitas kegiatan
operasional, termasuk pengendalian non-finansial.
Berikut merupakan prinsip auditor eksternal dalam menjalani tugas untuk
menunjukkan independensi yang mereka miliki:
 Auditor eksternal tidak boleh menerima begitu saja peran manajemen ketika
memberikan jasa audit internal.
11
 Setiap rekomendasi yang diberikan oleh auditor adalah untuk dijalankan oleh
manaejmen, bukan untuk auditor.
 Auditor eksternal tidak boleh menerima kontrak kerja audit internal yang akan
menjadikan auditor menjadi bagian dari struktur pengendalian internal klien terkait
dengan penyusunan informasi laporan keuangan.
 Auditor eksternal harus mendapatkan bukti audit yang memadai dengan melakukan
prosedur audit yang tepat ketika akan menyusun opini atas laporan keuangan, dan
tidak boleh terlalu mengandalkan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh rekan
kerjanya, dibandingkan dengan hasil pekerjaan yang dilakukan auditor lain.

➢ Memberikan Jasa Pembukuan kepada Klien


Menyiapkan pembukuan dan laporan keuangan bagi klien audit mendapat
ancaman penelaahan pribadi yang signifikan. Kode Etik mengizinkan KAP
memberikan jasa pembukuan maupun jasa pengauditan bagi perusahaan klien yang
bukan merupakan perusahaan publik, sehingga ancaman penelaahan pribadi dapat
dikurangi hingga tingkat yang dapat diterima.
Aturan etika secara umum melarang memberika jasa pembukuan pada klien
audit, kecuali dalam keadaan darurat. Sedangkan “keadaan darurat” tersebut diartikan
dengan siatuasi yang mengakibatkan klien kehilangan hampir seluruh pencatatannya
sehingga harus mengandalkan pencatatan auditor eksternal agar membantu klien
merekonstruksi pencatatannya. Meskipun terdapat larangan umum, Kode Etik
subbagian 290.172 menyatakan bahwa kondisi diberikannya asa pembukuan dan jasa
pengauditan baik yang bersift rutin dan insidental pada divisi atau anak perusahaan
klien yang merupakan perusahaan publik, tidak akan dianggap mengurangi indpendensi
jika kondisi berikut:
 Jasa yang diberikan tidak melibatkan pemberian pendapat.
 Divisi atau anak perusahaan yang mendapat jasa tersebut secara kolektif tidak
signifikan bagi klien audit, atau jasa yang diberikan secara kolektif tidak signifikan
bagi divisi atau anak perusahaan tersebut.
 Imbalan jasa audit yang diberikan KAP atau jaringan KAP dari jasa tersebut secara
kolektif tidak signifikan.
Jika jasa semacam itu diberikan, seluruh tindakan pengamanan berikut harus
diterapkan:

12
 KAP atau jaringan KAP, harus tidak menerima begitu saja peranan manajemen
maupun membuat keputusan manajemen.
 Klien audit harus menerima tanggung jawab atas hasil pekerjaan.
 Personel yang memberikan jasa tersebut tidak boleh terlibat dalam pemberian jasa
pengauditan.

3. Imbalan Jasa Audit dan Independensi


Landasan alternatif atas kontrak kerja audit dan pembayaran imbalan jasa audit
adalah melalui auditor pemerintah atau semi-pemerintah. Hal ini karena cara auditor
untuk berkompetisi mendapatkan klien dan menetapkan imbalan jasa audit dapat
memberikan implikasi penting bagi kemampuan auditor untuk menjaga independensi
auditnya.

➢ Ketergantungan pada Imbalan Jasa Audit


Independensi auditor akan diragukan jika jasa audit dari satu klien merupakan
bagian yang signifikan dari total pendapatan KAP tersebut (Kode Etik subbagian
290.206 – 207). Secara khusus, auditor harus menghindari ketergantungan ekonomi
tanpa batas pada pendapatan setiap klien. Auditor disarankan mampu menunjukkan
bahwa ketergantungan ekonomi tidak mengganggu independensi, dengan memastikan
imbalan jasa audit dari seorang klien tidak boeh melebihi batas wajar. Ketika bagian
besar dari pendapatan masing-masing partner audit berantung pada klien tertentu, KAP
harus memastikan bahwa pengendalian mutu yang memadai telah dilakukan dan
pekerjaan audit harus diperiksa oleh akuntan profesional yang bukan anggota tim audit.

➢ Imbalan Jasa Audit yang Belum Dibayar


Jika ada imbalan jasa audit yang belum dibayar, maka dianggap memiliki
karakteristik yang sama seperti pinjaman setelah jatuh tempo dalam periode piutang
normal. Pada Kode Etik subbagian 290.208 merekomendasikan bahwa kasus yang
melibatkan imbalan jasa audit yang belum dibayar harus didiskusikan dengan komite
audit dan pekerjaan audit harus diperiksa oleh akuntan profesional yang bukan anggota
tim audit.

➢ Penetapan Imbalan Jasa Audit

13
Imbalan jasa audit atas kontrak kerja audit merefleksikan nilai wajar atas
pekerjaan yang telah dilakukan, dengan mempertimbangkan hal berikut:
 Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk setiap jenis pekerjaan yang
dilakukan.
 Tingkat pendidikan dan pengalaman personel yang melakukan pekerjaan tersebut.
 Tingkat tanggung jawab yang terkandung dalam pekerjaan tersebut.
 Waktu yang dibutuhkan oleh semua personel untuk mengerjakan pekerjaan
tersebut.
Hal ini menandakan bahwa jasa audit tidak boleh dilakukan jika imbalan jasa
audit yang telah disepakati tersebut belum mempertimbangkan faktor di atas. Dasar
penetapan imbalan jasa audit yang telah disepakati harus didokumentasikan dan terkait
dengan gambaran kontrak erja serta konsisten dengan praktik industri.
Terkait dengan penetapan imbalan jasa audit, biaya kontinjen, dan penetapan
biaya harus berdasarkan hasil akhir dari kontrak kerja dilarang dalam Kode Etik
subbagian 290.210-212. Praktik howling juga dilarang. Praktik howling muncul ketika
auditor menetapkan imbalan jasa audit yang murah dengan tujuan untuk memenangkan
kontrak dan berharap untuk menutup imbalan jasa audit awal dengan memberikan jasa
lainnya pada klien atau dengan cara menaikkan imbalan jasa audit di periode
mendatang.
Sedangkan biaya kontinjen adalah biaya yang ditetapkan untuk pelaksanaan
suatu jasa profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau
hasil tertentu dimana jumlah fee tergantung pada temuan yang tersebut. Fee tidak
dianggap kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur atau dalam hal
perpajakan,jika dasar penetapan adalah hasil penyelesaian hukum. Dan penetapan biaya
kontinjen ini tidak diperkenankan untuk anggota KAP. Contoh: Sebuah KAP membuat
perjanjian dengan klien untuk membayar honorarium sebesar $5.000 jika dikeluarkan
pendapat tanpa kualifikasi dan membayar $2.500 jika dikeluarkan pendapat dengan
kualifikasi.

4. Tindakan Hukum antara KAP dan Klien serta Independensi


Ketika terdapat tindakan hukum atau niat untuk memulai tindakan hukum antara
sebuah KAP dengan kliennya auditnya, maka kemampuan KAP dan klienya untuk tetap
objektif dipertanyakan. Tindakan hukum oleh klien untuk jasa perpajakan atau jasa non-
audit lainnya atau tindakan melawan klien maupun KAP oleh pihak lain akan
14
menurunkan indepedensi dalam pekerjaan audit. Pertimbangan utama adalah
kemungkinan dampak terhadap kemampuan klien, manajemen, dan personel KAP
untuk tetap objektif dan memberikan opini dengan bebas.

5. Pergantian Auditor
Riset di bidang audit mengindikasikan beragam alasan dimana manajemen
dapat memutuskan untuk mengganti auditornya. Misalnya untuk mencari pelayanan
dengan kualitas yang lebih baik, opinion shopping, dan mengurangi biaya. Keputusan
untuk mengganti auditor dalam rangka mendapatkan akses pada pelayanan jasa yang
lebih baik, dengan sendirinya tidak akan mengancam independensi auditor.
Perlindungan terbaik bagi auditor terhadap ancaman independensi yang dapat muncul
dari pergantian ini adalah komunikasi.

➢ Komunikasi antara KAP


Auditor yang baru harus berkomunikasi dengan auditor sebelumnya sebagai
bagian dari proses pengambilan keputusan dan memutuskan apakah auditor baru akan
menerima suatu penugasan atau tidak. Persoalan utama dalam komunikasi ini adalah
informasi yang dapat membantu auditor baru untuk menentukan apakah manajemen
klien mempunyai integritas. Izin dari klien harus didapatkan untuk melakukan
komunkasi ini, untuk menjaga ketentuan kerahasiaan. Contoh: auditor baru dapat
meminta informasi dari auditor lama mengenai ketidaksepakatan dengan manajemen
berkenaan dengan prinsip akuntansi dan prosedur audit, dan alasan dilakukannya
penggantian auditor.

➢ Opinion Shopping
Pasal 230 mengidentifikasikan ketentuan yang harus diikuti ketika KAP diminta
oleh suatu klien untuk diaudit oleh KAP lain untuk memberikan opini atas penerapan
prinsip akuntansi atau jenis opini audit yang akan dikeluarkan untuk praktik akuntansi
yang benar-benar dilakukaan. Praktik semacam ini memiliki implikasi yang jelas pada
independensi auditor karena direksi dapat menggunakan kekuasaannya untuk
mempengaruhi auditor yang baru, atau membuang mereka kemudian menggantinya
dengan auditor baru yang akan memberikan opini yang lebih menguntungkan bagi
klien. Hal ini akan membuat auditor lama dan auditor baru menjadi kehilangan
independensinya.
15
Hal yang penting adalah KAP baru harus mendapat persetujuan klien untuk
berhubungan dengan KAP lama mengenai permintaan dan pemberian salinan opini
audit yang lama. Auditor yang menghadapi permintaan semacam itu harus
mempertimbangkan pengaruh potensial terhadap independensi dalam lingkungan
dimana permintaan tersebut dibuat, tujuan dan maksud pihak yang meminta informasi
tersebut.

➢ Pengurangan Biaya
Tidak salah bila manajemen mencoba untuk mendapatkan jasa pengauditan
dengan biaya yang lebih rendah atau auditor menawarkan jasa meeka dengan harga
yang lebih rendah dibanding KAP lainnya. Hal penting yang harus dilakukan adalah
bahwa kompetisi berdasarkan harga ini tidak memicu dilakukannya pengauditan
dengan kualitas yang lebih rendah atau membatasi independensi auditor.

2.1.6. Ketentuan Bapepam-Lk Terkait Dengan Independensi Auditor


Nilai pengauditan bergantung pada persepsi publik atas independensi auditor. Alasan
banyaknya pengguna laporan keuangan yang bersedia mengandalkan laporan akuntan publik
adalah adanya ekspektasi mereka terhadap auditor yang mampu memberikan pendapat yang
tidak bias. Bapepam-LK mengadopsi aturan yang memperkuat independensi auditor dengan
menerapkan peraturan Sarbanes-Oxley di AS. Peraturan Bapepam-LK membatasi
kemungkinan auditor memberikan jasa non-audit pada klien auditnya, dan penggunaan jasa
KAP yang lama oleh klien serta mengharuskan adanya rotasi partner audt untuk meningkatkan
independensi.

➢ Jasa-Jasa Non-audit
Bapepam membatasi tapi tidak sepenuhnya menghapuskan jenis jasa non-audit yang
diberikan pada klien yang merupakan perusahaan publik. Banyak dari jasa non-audit yang
dilarang berdasarkan aturan Bapepam-LK terkait dengan independensi. Larangan tersebut:
 Jasa pembukuan dan jasa akuntansi lainnya
 Desain sistem informasi keuangan dan implementasinya
 Penaksiran atau jasa penilaian
 Jasa aktuaria
 Jasa audit internal
 Fungsi manajemen dan sumber daya manusia
16
 Jasa pialang atau penasehat investasi atau jasa bankir investasi
 Jasa hukum dan pakar yang tidak terkait dengan audit
 Jasa-jasa lain yang tidak diizinkan

KAP tidak dilarang untuk memberikan jasa-jasa tersebut kepada klien yang bukan
merupakan perusahaan publik serta pada perusahaan publik yang merupakan klien auditnya.
Selain itu, KAP masih boleh memberikan jasa-jasa lain yang tidak dilarang untuk klien audit
yang merupakan perusahaan publik. Contoh: Bapepam-LK membolehkan KAP untuk
memberikan jasa konsultasi pajak untuk para klien auditnya, kecuali jasa konsultasi pajak untuk
para eksekutif perusahaan yang mengawasi pelaporan keuangan, dan jasa penghindaran
pengenaan pajak.

➢ Komite Audit
Adalah komite di bawah dewan komisaris yang terdiri dari sekurangnya seorang
komisaris independen dan para profesional independen dari luar perusahaan, yang tanggung
jawabnya termasuk membantu para auditor tetap indepeden dari mnajemen. Komite audit juga
dibutuhkan dalam BUMN dan bank. Komite audit terdiri dari tiga , lima, atau tujuh anggota
yang bukan merupakan manajemen perusaaan. Pakar auditor bertanggung jawab untuk
mengkomunikasikan semua hal penting yang teridentifikasi selama pengauditan kepada komite
audit. Semua persyaratan di atas bertujuan untuk menguatkan independensi auditor dengan
secara efisien membuat komite audit sebagai klien bagi perusahaan publik daripada
manajemen.

➢ Konflik yang Timbul dari Hubungan Kerja


Bekerjanya seseorang bekas anggota tim audit di dalam perusahaan klien audit bisa
menimbulkan sejumlah persoalan independen. Bapepam-LK telah menambahkan aturan satu
tahun “masa pendinginan” sebelum seseorang bekas anggota tim audit dapat bekerja pada klien
di sejumlah posisi kunci manajemen. KAP tidak bisa melanjutkan audit klien, jika ada dari
auditor KAP yang bekerja pada klien dan ikut berpartisipasi di dalam berbagai kapasitasnya
dalam audit selama satu tahun, sebelum dimulainya proses audit.

➢ Rotasi Partner dan KAP


Berdasarkan PMK 17/2008, aturan independensi Bapepam-LK mensyaratkan partner
audit untuk merotasi tim audit setelah 3 tahun dan KAP setelah 6 tahun. Bapepam-LK
17
mensyaratkan 3 tahun “rehat” setelah rotasi sebelum mereka bisa kembali bekerja untuk klien
audit yang sama.

➢ Kepentingan Kepemilikan
Aturan Bapepam-LK tentang hubungan keuangan mengaitkan perspektif kontrak kerja
dan melarang kepemilikan dalam klien audit, oleh orang-orang yang bisa mempengaruhi audit
tesebut. Aturan itu melarang kepemilikan oleh orang-orang yang terkait audit dan keluarganya.
Termasuk (a) anggota tim audit, (b) mereka yang ada dalam posisi bisa mempengaruhi kontrak
kerja audit dalam hierarki pimpinan perusahaan, (c) partner dan manajer yang menyediakan
jasa non-audit untuk klien, dan (d) partner di dalam kantor yang bertanggung jawab utama
untuk melakukan audit.

2.1.7. Bantuan-Bantuan Untuk Menjaga Independensi Dan Integritas Audit


Profesi dan masyarakat sangat fokus untuk memastikan bahwa (1) para auditor menjaga
sebuah sikap yang tidak bias dalam menjalankan tugas (independen dalam kenyataan) dan (2)
para pengguna menganggap auditor itu independen (independen dalam penampilan). Berikut
ini merupakan bantuan yang diberikan untuk menjaga independensi para auditor, yaitu:

1. Perlindungan Kertas Kerja


Ada tiga hal yang terkait kertas kerja seorang auditor yaitu integritas audit,
keuntungan pribadi, dan kerahasiaan klien. Perlindungan kertas kerja ini meliputi
larangan dan penolakan akses dari pihak yang tidak berkepentingan terhadap kertas
kerja dan menghindari ancaman terhadap integritas audit.
a. Integritas Audit
Akses untuk mengaudit kertas kerja akan memberikan sebuah
kesempatan untuk mengubah informasi di dalam kertas atau mencampuri
data uji. Pengetahuan dari aspek terperinci dari progam audit, misalnya
kapan pengujian akan dilakukan dan hal-hal apa saja dari pengujian yang
akan menjadi target, dapat membuat seseorang melemahkan integritas
auditnya.
b. Keuntungan Pribadi
Aktivitas yang tidak dapat diterima seperti praktik insider trading juga
menjadi perhatian yang penting. Para auditor tidak boleh menggunakan

18
informasi rahasia dari klien untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga
(Pasal 140 dari Kode Etik).
c. Kerahasiaan Klien
Selama pemeriksaan, aditor mendapatkan informasi rahasia seperti gaji
pegawai, harga produk, rencana periklanan, dan data biaya produksi. Jika
auditor mengungkapkan informasi kepada pihak luar atau pegawai dari klien
yang tidak semestinya mendapat informasi, maka hubungan mereka dengan
manajemen bisa menjadi sangat penting. Biasanya kertas kerja auditor dapat
diberikan kepada pihak lain hanya dengan seizin klien. Hal ini tetap berlaku,
bahkan jika seorang auditor ingin menawarkan jasanya kepada perusahaan
lain atau bersedia untuk mengizinkan auditor penggantinya untuk
memeriksa kertas kerja yang sudah disiapkan untuk klien yang terdahulu.
d. Pengecualian dari Kerahasiaan
• Kewajiban hukum
Secara hukum, informasi bisa disebut informasi khusus jika
proses hukum tersebut tidak bisa memaksa seseorang menyediakan
informasi itu, bahkan jika pemanggilan tertulis dari pengadilan.
Informasi yang diinformasikan dari klien kepada pengacara atau dari
pasien kepada dokter adalah rahasia. Tapi informasi yang didapat
akuntan publik dari klien bukanlah suatu hak istimewa (sangat rahasia).
Jika kertas kerja dibutuhkan atau diminta oleh piha regulator yang
menjalankan otoritasnya yang sah, maka pihak manajemen dari klien
harus segera diberitahu.
• Review Sejawat
Ketika Kantor Akuntan Publik (KAP) melakukan review sejawat
dari kerja pengauditan KAP lain, maka adalah hal yang wajar untuk
menguji beberapa beberapa set kertas kerja. Jika review sejawat
dilakukan oleh anggota badan profesional lain, izin dari klien untuk
melakukan pengujian kerja kerja tidaklah dibutuhkan. Hal ini karena
proses mendapatkan izin dari klien membutuhkan waktu yang lama dan
menghambat akses dari pelaku review sejawat. Biasanya, pelaku
review sejawat harus merahasiakan informasi yang didapatnya dan
tidak boleh menggunakan informasi tersebut dengan tujuan lain.

19
e. Pengunduran Diri
Aturan dari profes adalah auditor harus menjaga hubungan yang tidak
bias dengan manajemen dan berbagai pihak yang terpengaruh dengan apa
yang menjadi tanggung jawab dari auditor itu. Dalam setiap kontrak kerja,
auditor tidak boleh menyepelekan penilaian profesionalnya terhadap
penilaian orang lain. Jika terdapat konflik yang cukup besar diantara
komunitas keuangan sehingga dapat mempengaruhi objektivitas seorang
aditor, maka dipandang perlu bagi auditor untuk mengundurkan diri dari
kontrak kerja itu.
2. Kontrak Kerja dan Pembayaran Imbalan Jasa Audit Oleh Manajemen
Alternatif untuk kontra kerja KAP adalah dengan komite audit dan pembayaran
imbalan jasa pengauditan oleh manajemen kemungkinan melalui auditor pemerintah
atau semi-pemerintah.

2.2. Ketentuan dan Aturan yang Berlaku Dalam Kode Etik


Etika sebagai salah satu unsur utama dari profesi sebagai landasan bagi akuntan dalam
menjalankan kegiatan profesional. Akuntan memiliki tanggung jawab untuk bertindak sesuai
kepentingan publik. Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) sebagai pembina profesi
akuntan Yang menaungi organisasi profesi akuntan yakni Ikatan Akuntan Indonesia, Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI), dan Institut Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI)
berkolaborasi dalam penyusunan kode etik akuntan indonesia. Kode etik tersebut perlu
dimutakhirkan dengan perkembangan saat ini dan kode etik yang berlaku secara internasional.
Di Indonesia sendiri peraturan Kode Etik Akuntan Publik dibahas secara khusus Dalam
susunan naskah Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang dimutakhirkan per tahun 2020. Tujuan
dari adanya kode etik tersebut adalah untuk menjadi pedoman bagi para Akuntan Publik di
Indonesia supaya bisa menjalankan kegiatan profesinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari
kode etik yang berlaku saat ini. Sehingga nantinya akuntan publik tersebut dapat menjalankan
kegiatan profesinya menjadi profesional dan tidak melakukan tindakan-tindakan pelanggaran
kode etik profesi akuntan publik.
Komite Etika Profesi Institut akuntan publik Indonesia telah menyetujui dan
menetapkan kode etik profesi akuntan publik dalam rapatnya tanggal 25 April 2020 lanjutnya
kode etik profesi akuntan publik tersebut disahkan oleh dewan pengurus Institut akuntan publik
Indonesia pada tanggal 30 April 2020 untuk berlaku secara efektif 1 Juli 2020. Kode Etik
Profesi akuntan publik terbagi menjadi 4 pembahasan, yaitu:
20
1. kepatuhan terhadap Kode Etik, Prinsip Dsar Etika, dan Kerangka Kerja Konseptual
2. Anggota yang bekerja di bisnis
3. Anggota yang berpraktik melayani publik
4. 4a. Independensi dalam perikatan audit dan perikatan reviu
4b. Independen independensi dalam perikatan asurans selain perikatan audit dan
perikatan reviu
Menurut Kode Etik Profesi Akuntan Publik tahun 2020 pendapat prinsip dasar etika
yang termuat dalam kode etik tersebut antara lain:
1. Integritas, maksudnya adalah bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan
profesional dan bisnis.
2. Objektivitas, maksudnya adalah tidak tidak mengkompromikan pertimbangan
profesional atau bisnis karena adanya bias, benturan kepentingan, atau pengaruh
yang tidak semestinya dari pihak lain
3. Kompetensi dan kehati-hatian profesional, maksudnya adalah mencapai dan
mempertahankan pengetahuan dan keahlian profesional pada level yang disyaratkan
untuk memastikan bahwa klien organisasi tempatnya bekerja memperoleh jasa
profesional Yang kompeten, berdasarkan standar profesi dan standar teknis terkini
serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta bertindak
sungguh-sungguh dan sesuai dengan standar profesional standar teknis yang
berlaku.
4. Kerahasiaan, maksudnya adalah menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari
hasil hubungan profesional dan bisnis
5. Perilaku Profesional, maksudnya adalah mematuhi peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan menghindari perilaku apapun yang diketahui oleh anggota
mungkin akan mendiskreditkan profesi anggota
Ciri pembeda profesi akuntansi adalah kesediaannya menerima tanggung jawab untuk
bertindak bagi kepentingan publik. Tanggung jawab Anggota tidak hanya terbatas pada
kepentingan klien individu atau organisasi tempatnya bekerja. Oleh karena itu, Kode Etik ini
berisi persyaratan dan materi aplikasi yang memungkinkan Anggota untuk memenuhi tanggung
15 jawab mereka untuk bertindak dalam melindungi kepentingan publik.
Prinsip perilaku profesional mensyaratkan Anggota untuk mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Beberapa yurisdiksi mungkin memiliki ketentuan yang
berbeda atau melampaui ketentuan yang ditetapkan dalam Kode Etik. Akuntan Publik harus

21
menyadari perbedaan tersebut dan mematuhi ketentuan yang lebih ketat kecuali dilarang oleh
peraturan perundang-undangan.
Anggota yang mengidentifikasi terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan lain dalam
Kode Etik harus mengevaluasi signifikansi pelanggaran dan dampaknya terhadap kemampuan
Anggota untuk mematuhi prinsip dasar etika. Anggota juga harus:
a) Sesegera mungkin mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengatasi
konsekuensi dari pelanggaran secara memadai; dan
b) Menentukan apakah akan melaporkan pelanggaran tersebut kepada pihak yang
relevan.
Dengan adanya panduan kode etik yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Publik
Indonesia, maka diharapkan peran auditor dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya
bisa sesuai dengan peraturan dan tidak melenceng dari koridor etik yang berlaku.

2.3. Kasus PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (2017)


Laporan keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) pada periode 2017
dipermasalahkan oleh manajemen baru yang mengambilalih perusahaan tersebut pada Oktober
tahun 2018. Hasil investigasi laporan keuangan yang dilakukan PT EY Indonesia (EY) sudah
keluar dan menyatakan ada temuan dengan dugaan penggelembungan pos akuntansi senilai Rp
4 triliun dan beberapa dugaan lainnya.
Kasus ini ditelusuri oleh bendahara negara hingga menemukan penggelembungan dana
senilai Rp 4 triliun, dan Kementerian Keuangan juga menemukan indikasi pelanggaran akuntan
publik yang mengaudit laporan keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA) tahun buku 2017
yaitu PT EY Indonesia (EY).
Pelaksana Harian Kepala Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) Kementerian
Keuangan Adi Budiarso menegaskan akan ada sanksi yang menanti Kantor Akuntan Publik
(KAP) maupun Akuntan Publik (AP) jika terbukti melakukan pelanggaran. Kata Adi bahwa
pelanggaran terhadap standar akuntansi dan audit yang berlaku di kode etik profesi. Paling
ringan peringatan sampai dengan pembekuan ijin praktik profesi. Mengacu pada Undang-
Undang (UU) 5/2011 tentang Akuntan Publik dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
154/2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Akuntan Publik, ada beberapa sanksi yang
diperkirakan akan diberikan kepada KAP maupun AP tersebut.

2.4. Jurnal Pengaruh Profesionalisme dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor
dengan Struktur Audit Sebagai Pemoderasi
22
Penelitian ini dilakukan di KAP Jakarta Utara. Latar belakang penelitian ini karena
banyak perusahaan yang terlilit kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi. Dengan
adanya kasus ini melibatkan profesi auditor sehingga menjadi sorotan dalam beberapa tahun
terakhir ini. Ketika auditor menjalankan profesinya, auditor akan diatur sesuai dengan kode
etik atau yang dikenal dengan kode etik akuntan. Auditor memiliki kewajiban untuk menjaga
kepercayaan klien maupun pihak ketiga dengan senantiasa meningkatkan keahlian
profesionalnya serta menjalankan kode etik yang sudah ditentukan yang disusun dan disahkan
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui profesionalisme berpengaruh
signifikan terhadap kinerja audit etika profesi berpengaruh signifikan terhadap kinerja audit,
profesionalisme dan etika profesi berpengaruh signifikan terhadap kinerja audit, modernisasi
struktural audit dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profesionalisme terhadap
kinerja audit, dan struktur audit memperkuat atau memperlemah pengaruh etika profesi
terhadap kinerja audit. Teknik pengambilan sample pada penelitian ini menggunakan metode
simple random sampling, dengan jumlah data sebesar 72 responden yang diambil melalui
kuesioner metode analisis data menggunakan Partial Least Square (PLS).
Berdasarkan uji statistik, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalisme
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor, sedangkan etika profesi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor. Lalu struktur audit berpengaruh tidak
signifikan terhadap kinerja auditor, dan moderasi struktur audit berpengaruh signifikan dan
bersifat memperkuat pengaruh profesionalisme maupun pengaruh etika profesi terhadap kinerja
auditor.

23
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kode etik Akuntan Publik sangatlah penting untuk ditaati bagi seorang akuntan publik
ataupun auditor. Kode etik ini berisi nilai, norma, dan peraturan apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan oleh seorang auditor. Semua auditor, wajib mengikuti kode etik yang telah berlaku,
yaitu yang dirumuskan oleh Bapepam-LK. Dengan mentaatinya, maka seorang auditor mampu
mempertahankan independensi dalam fakta serta dapat membuat masyarakat berinterpretasi
dengan baik (independensi dalam penampilan).
Adapun prinsip yang harus digenggam oleh auditor yaitu: (1) Integritas, (2)
Objektivitas, (3) Kompetensi Profesional, (4) Kerahasiaan, dan (5) Perilaku Profesional.
Sedangkan ancaman yang harus diwaspadai oleh seorang auditor agar dirinya tidak kehilangan
independensi adalah: (1) kepemilikan finansial yang signifikan, (2) pemberian jasa non-audit,
dan (3) imbalan jasa audit. Semua peratuaran yang dijalankan oleh auditor akan diawasi oleh
IAI-KAP dan Bapepam-LK, sehingga tidak ada larangan yang dilanggar. Dengan demikian,
keberlangsungan jasa audit akan terus berkembang dan masyarakat akan semakin percaya
kepada auditor serta KAP.

3.2. Tanggapan
Dari keseluruhan materi yang sudah disajikan oleh kelompok penyaji, kami dari
kelompok pembahas memiliki satu pemahaman dalam materi dan pembahasan yang
disampaikan oleh kelompok penyaji. Kami ingin memberikan tanggapan lebih lanjut atas
penyajian materi “Kode Etik (Ethical Conduct)”, berikut ini tanggapan kami atas materi dan
pembahasan dari kelompok penyaji:
1. Dalam proses audit bagaimana caranya untuk meminimalisir pelanggaran etika yang
dilakukan oleh auditor walaupun kode etik sudah dibuat, tetapi pada praktiknya masih
terdapat auditor yang melanggar kode etik tersebut?
2. Apakah akuntan publik yang tidak mengikuti program pelatihan berkelanjutan
sebanyak 30 SKP dalam satu tahun bisa dikatakan melanggar kode etik akuntan publik?
3. Apakah dengan adanya kode etik profesional disertai dengan ketentuan-ketentuannya
tidak akan berpengaruh kepada “bisnis” yang dijalankan oleh KAP? Dalam bisnis,
terdapat istilah sikut-menyikut, suap-menyuap, dan lain sebagainya, apakah hal tersebut
diatur dalam ketentuan kode etik profesional juga?

24
4. Terkadang auditor mendapatkan jamuan/entertainment oleh auditee dan auditor
menerima jamuan/entertainment tersebut. Apakah hal tersebut termasuk salah satu
pelanggaran kode etik? Adakah batasan material tertentu terkait pemberian biaya
entertainment yang boleh diterima oleh auditor?

25
DAFTAR PUSTAKA

Arens, A. A. (2011). Dalam Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Terpadu Adaptasi
Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Arens, A. A. (2017). Dalam Auditing and Assurance Service: An Integrated Approach 16th
edition. Pearson.

Asmara, C. G. (2019, April 05). Kisruh AISA, Kemenkeu Beberkan Sanksi yang Menanti
Auditor. Diambil kembali dari CNBC Indonesia :
https://www.cnbcindonesia.com/market/20190405140621-17-64889/kisruh-aisa-
kemenkeu-beberkan-sanksi-yang-menanti-auditor

Asmara, C. G. (2019, Juni 12). Nasib Auditor TPS Food Diputuskan dalam Hitungan Hari.
Diambil kembali dari CNBC Indonesia:
https://www.cnbcindonesia.com/market/20190612091302-17-77752/nasib-auditor-
tps-food-diputuskan-dalam-hitungan-hari

Mulyadi. (2010). Dalam Auditing (Cetakan ketujuh). Jakarta: Salemba Empat.

Sitorus, R. R., & Wijaya, L. (2016). Pengaruh Profesionalisme dan Etika Profesi Terhadap
Kinerja Auditor dengan Struktur Audit sebagai Pemoderasi. Media Studi Ekonomi,
98-119.

iii

Anda mungkin juga menyukai