(ETHICAL CONDUCT)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Auditing
Devianti Yunita H, SE., MT., Ak,CA
R. Djoemarma Bede, SE., MBA., Ak,CA
Segala puji dan syukur di panjatkan kepada Allah SWT, Yang Maha
Pengasih dan Penyayang kepada segala makhluk yang diciptakan-Nya. Shalawat
dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta
sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Karena berkat
rahmat dan hidyah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk
yang sederhana dengan judul “Konsep Independensi Auditor”.
Semoga makalah ini dapat membantu dan menambah pengetahuan serta
pengalaman bagi para pembaca, maupun bagi kami sebagai penulis dan
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga untuk kedepannya dapat
lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan- masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
2.1. Materi............................................................................................................................... 2
2.1.1. Pengertian Etika ....................................................................................................... 2
2.1.2. Dilema Etika ............................................................................................................. 3
2.1.3. Kebutuhan Khusus Terhadap Kode Etik Profesi ...................................................... 4
2.1.4. Kode Etik .................................................................................................................. 6
2.1.5. Independensi ............................................................................................................. 8
2.1.6. Ketentuan Bapepam-Lk Terkait Dengan Independensi Auditor ............................ 16
2.1.7. Bantuan-Bantuan Untuk Menjaga Independensi Dan Integritas Audit .................. 18
2.2. Ketentuan dan Aturan yang Berlaku Dalam Kode Etik ................................................ 20
2.3. Kasus PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (2017) ........................................................... 22
2.4. Jurnal Pengaruh Profesionalisme dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor dengan
Struktur Audit Sebagai Pemoderasi ...................................................................................... 22
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 24
3.1. Kesimpulan .................................................................................................................... 24
3.2. Tanggapan ..................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. iii
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Materi
2.1.1. Pengertian Etika
Etika dapat didefinisikan secara luas sebagai seperangkat prinsip-prinsip moral atau
nilai-nilai Masing-masing kita memiliki seperangkat nilai meskipun kita mungkin belum
meyakininya secara nyata. Para filsuf, organisasi keagamaan, dan kelompok-kelompok lainnya
telah mendefinisikan etika dalam berbagai prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai yang ideal.
Merupakan hal umum bila setiap orang memiliki perbedaan dalam prinsip moral dan
nilai serta kepentingan relative yang terkait dengan prinsip-prinsip tersebut. Perbedaan ini
merupakan gambaran dari pengalaman hidup, kesuksesan dan kegagalan, serta pengaruh dari
orang tua, guru, dan teman-teman.
2
Banyak contoh perilaku menyimpang, misalnya ketika orang yang tidak jujur dalam
melaporkan pajak mereka, memperlakukan orang lain tidak baik, berbohong ketika melamar
pekerjaan, atau karyawan yang tidak menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya, yang pada
umumnya mayoritas orang akan menganggap hal tersebut sebagai perilaku tidak etis. Jika orang
lain yang memutuskan bahwa perilaku tersebut merupakan perilaku yang etis dan dapat
diterima, maka hal ini menandakan adanya konflik nilai-nilai etika yang perlu ditangani.
4
sesama rekan praktisi, termasuk perilaku yang terhormat, bahkan jika hal tersebut berarti harus
melakukan pengorbanan atas kepentingan pribadi.
Alasan adanya harapan yang begitu tinggi pada penerapan etika bagi para professional
adalah kebutuhan akan kepercayaan publik dalam kualitas pelayanan yang diberikan oleh
professional tersebut, bagaimanapun individu-individu yang memberikan jasa tersebut. Bagi
profesi akuntan publik, merupakan hal yang penting bahwa klien dan pihak-pihak eksternal
pengguna laporan keuangan untuk memiliki kepercayaan dalam kualitas audit dan jasa lainnya
yang diberikan oleh akuntan publik tersebut. Jika para pengguna jasa tidak memiliki
kepercayaan pada para tenaga medis, hakim, atau akuntan publik, maka para professional
tersebut akan kehilangan kemampuan untuk melayani klien dan juga masyarakat umum secara
efektif. Kepercayaan publik terhadap kualitas jasa professional yang diberikan akan meningkat
bila profesi mendorong diterapkannya standar kinerja dan standar perilaku yang tinggi bagi
para praktisinya.
5
2.1.4. Kode Etik
Kode etik IAPI memberikan standar umum atas perilaku yang ideal dan ketetapan
peraturan yang spesifik yang mengatur perilaku. Kode etik tersebut terdiri dari tiga bagian,
ditambah sebuah bagian yang berisi definisi-definisi penting, yang meliputi bagian-bagian
sebagai berikut :
Bagian A : Penerapan umum atas Kode Etik
Bagian B : Anggota dalam Praktik Publik
Bagian C : Anggota dalam Bisnis
Bagian A mengidentifikasi tanggung jawab bertindak untuk kepentingan publik sebagai
unsur pembeda dalam profesi akuntansi. Bagian A juga menetapkan mengenai prinsip-prinsip
dasar etika professional bagi para anggota, serta memberikan kerangka konseptual untuk
menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Bagian B dan C menggambarkan bagaimana kerangka
konseptual tersebut diterapkan untuk mengidentifikasi dan mengatasi ancaman dalam situasi-
situasi tertentu.
Berikut merupakan cara-cara profesi akuntan dan masyarakat untuk mendorong
akuntan publik agar berperilaku profesional:
1. GAAS dan interpretasi
2. Pemeriksaan Kantor Akuntan Publik
3. Pengendalian Mutu
4. SEC
5. Kode etik jabatan
6. Pembagian Kantor Akuntan Publik
7. Kewajiban hukum Kantor Akuntan Publik
8. Persyaratan pendidikan lanjutan
Prinsip-prinsip Umum
Prinsip-prinsip umum ini akan memberikan dasar untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan mengatasi ancaman terhadap prisip-prinsip utama.
Ancaman. Umumnya, ancaman muncul akibat dari salah satu sebab berikut :
• Kepentingan pribadi – ketika kepentingan keuangan dari auditor atau kerabatnya
terlibat.
• Penelaahan pribadi – ketika seorang auditor menelaah suatu situasi yang
merupakan konsekuensi penilaian sebelumnya atau nasihat dari auditor atau
perusahaan tempat sang auditor kerja.
• Advokasi – ketika auditor mendukung suatu posisi atau opini yang mengakibatkan
berkurangnya objektivitas auditor tersebut.
• Kesepahaman – ketika seorang auditor menjadi sangat perhatian terhadap
kepentingan lain disebabkan karena hubungan dekat dengan pihak tersebut.
• Intimidasi – ketika tindakan yang dilakukan auditor dapat dinegoisasikan dengan
menggunakan ancaman nyata atau ancaman palsu.
7
Pengamanan. Kode etik mengidentifikasikan dua kategori pengamanan yang mampu
mengurangi ancaman sampai pada tingkat yang dapat diterima. Berikut ini adalah hal-hal yang
terkait dengan pengamanan:
• Profesi, legislasi, dan regulasi – mencakup pendidikan, pelatihan dan ketentuan
pendidikan professional berkelanjutan, peraturan tata kelola perusahaan, standar
profesi, pengawasan hukum atau profesi dan penegakan hukum.
• Lingkungan kerja – sangat bergantung pada kultur dan proses yang diterapkan pada
kantor akuntan publik tersebut.
Resolusi Konflik. Proses penyelesaian konflik etika yang konsisten dengan pendekatan
enam lamgkah untuk mengatasi masalah dilema etika. Kode etik itu menyarankan dilakukannya
langkah-langkah berikut sebagai bagian dari proses penyelesaian masalah etika.
1. Fakta-fakta terkait (langkah 1)
2. Masalah etika yang terkait (langkah 2)
3. Prinsip-prinsip umum yang terkait dengan masalah yang dipertanyakan, termasuk
identifikasi ancaman terhadap prinsip-prinsip tersebut (langkah 1, 2, dan 3)
4. Melakukan prosedur internal yang mencerminkan pengamanan terhadap ancaman
yang telah diidentifikasikan (langkah 1, 2, dan 3)
5. Alternatif tindakan yang dilakukan (langkah 4 dan 5)
2.1.5. Independensi
Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam
melakukan pengujian audit evaluasi atas hasil pengujian dan penerbitan laporan audit.
Independensi merupakan satu dari karakteristik terpenting bagi auditor dan merupakan dsar
daari prinsip integritas dan objektivitas. Jika auditor merupakan advokat atau dipengaruhi oleh
karyawan atau manajemen klien, maka individu yang berkepentingan tersebut akan
memandang auditor tidak memiliki independensi dan objektivitas. Kode etik membahas
independensi dalam konteks terbebas dari segala kepentingan yang akan merusak integritas dan
objektivitas.
Persyaratan umum bagi independensi auditor melarang auditor untuk terlibat dalam
aktivitas audit di suatu entitas bilamana terdapat konflik kepentingan yang belum terselesaikan.
Selain itu, para pengguna laporan keuangan juga harus memiliki kepercayaan terhadap
independensi auditor. Kedua independensi ini sering disebut independen dalam fakta atau
kenyataan dan independen dalam penampilan. Independen dalam fakta muncul ketika secara
8
nyata menjaga sikap objektif selama melakukan audit. Independen dalam penampilan
merupakan interprestasi orang lain terhadap independensi auditor tersebut.
Penilaian yang serupa juga dihadirkan dalam subbagian 290.114 terkait dengan
kepemilikan tidak langsung, dan subbagian 290.115 tentang pinjaman dari klien yang
bukan merupakan institusi keuangan. Antisipasi terhadap kepemilikan langsung dan
tidak langsung yang besarnya signifikan di perusahaan klien dapat berdampak luas pada
operasi KAP. Sebagai contoh: jika ada seorang auditor , atau pasangan atau anak dari
auditor tersebut (atau orang lain yang secara finansial bergantung pada auditor)
memiliki saham yang signifikan besarnya di sebuah perusahaan (termasuk induk atau
semua anak perusahaannya), semestinya tidak menerima mengaudit perusahaan
tersebut. Perlu dicatat bahwa “seseorang yang menjalankan praktik” tidak hanya
mengacu pada pimpinan dalam perusahaan, melainkan juga termasuk setiap konsultan
atau mantan pimpinan yang tetap terikat dalam kontrak pemberian jasa konsultasi,
setiap pegawai juga terikat dalam pekerjaan profesional yang menjalankan praktik, dan
setiap orang yang mendelegasikan pekerjaan profesional.
Standar etika juga melarang auditor menduduki posisi sebagai penasehat,
direksi, maupun memiliki saham yang jumlahnya signifikan di perusahaan klien.
9
• Direktur, Eksekutif, Manajemen, atau Karyawan dari Sebuah Perusahaan
Jika seorang auditor merupakan penasehat, direksi di perusahaan klien maka
kemampuan auditor untuk melakukan evaluasi independen atas kewajaran
penyajian laporan keuangan akan mudah dipengaruhi. Meskipun jika
memegang satu dari posisi tersebut tidak akan mempengaruhi independensi
auditor, keterlibatan yang sering dengan manajemen dan keputusan yang
diambilnya akan mempengaruhi persepsi para pengguna laporan keuangan
terhadap independensi auditor tersebut. Masalah kepegawaian, jasa yang baru
saja diberikan dan bertindak sebagai pegawai di perusahaan klien dibahas dalam
Kode Etik subbagian 290.143 – 290.152.
➢ Jasa penilaian
Penilaian memerlukan estimasi atas nilai atau rentang nilai, untu suatu aset,
sebuah liabilities atau bisnis itu secara keseluruhan. Hal ini menerapkan metode dan
teknik tertentu serta asumsi yang terkait dengan perkembangan di masa mendatang.
Ancaman penelaahan pribadi dapat muncul ketika perusahaan melakukan jasa penilaian
bagi kliennya, yang mana hasil penilaian ini akan dimasukkan dalam laporan keuangan.
Subbagian 290.176 dari Kode Etik mengindikasikan jika penilaian signifikan
terhadap laporan keuangan dan melibatkan tingkat subjektivitas yang besar, ancaman
penelaahan pribadi tidak dapat dikurang samapai tingkat yang dapat diterima dengan
menerapkan tindakan pengamanan. Subbagian 290.177 dari Kode Etik
mengindikasikan bahwa ancaman penelaahan pribadi terhadap penilaian yang kurang
signifikan terhadap laporan keuangan, maka jasa penilaian dapat diterima jika tindakan
pengamanan berikut dilakukan:
10
Memiliki akuntan profesional tambahan yang bukan merupakan bagian dari tim
audit, yang bertugas untuk menelaa pekerjaan yang telah dilakukan atau
memberikan masukan apabila diperlukan.
Konfirmasi dengan klien audit mengenai pemahaman mereka terhadap asumsi yang
mendasari penilaian dan metode yang digunakan serta mendapat persetujuan untuk
menggunakannya.
Mendapatkan pengakuan dari klien atas tanggung jawab dari hasil pekerjaan yang
dilakukan oleh KAP.
Menjamin bahwa personil yang memberikan jasa penilaian tidak ikut berpartisipasi
dalam kontrak kerja audit.
Tingkat pengetahuan klien, pengalaman dan kemampuan untuk mengevaluasi isu
yang penting dan tingkat keterlibatan mereka dalam menentukan dan menyetujui
hal-hal penting.
Untuk penilaian yang melibatkan standar dan metode tertentu, tingkat subjektivitas
melekat pada hal yang menjadi perhatian tersebut.
Keandalan dan cakupan data.
Tingkat independensi atas kejadian di masa mendatang yang akan menimbulkan
volatilitas yang melekat dalam jumlah yang terlibat.
Cakupan dan kejelasan dalam pengungkapan laporan keuangan.
12
KAP atau jaringan KAP, harus tidak menerima begitu saja peranan manajemen
maupun membuat keputusan manajemen.
Klien audit harus menerima tanggung jawab atas hasil pekerjaan.
Personel yang memberikan jasa tersebut tidak boleh terlibat dalam pemberian jasa
pengauditan.
13
Imbalan jasa audit atas kontrak kerja audit merefleksikan nilai wajar atas
pekerjaan yang telah dilakukan, dengan mempertimbangkan hal berikut:
Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk setiap jenis pekerjaan yang
dilakukan.
Tingkat pendidikan dan pengalaman personel yang melakukan pekerjaan tersebut.
Tingkat tanggung jawab yang terkandung dalam pekerjaan tersebut.
Waktu yang dibutuhkan oleh semua personel untuk mengerjakan pekerjaan
tersebut.
Hal ini menandakan bahwa jasa audit tidak boleh dilakukan jika imbalan jasa
audit yang telah disepakati tersebut belum mempertimbangkan faktor di atas. Dasar
penetapan imbalan jasa audit yang telah disepakati harus didokumentasikan dan terkait
dengan gambaran kontrak erja serta konsisten dengan praktik industri.
Terkait dengan penetapan imbalan jasa audit, biaya kontinjen, dan penetapan
biaya harus berdasarkan hasil akhir dari kontrak kerja dilarang dalam Kode Etik
subbagian 290.210-212. Praktik howling juga dilarang. Praktik howling muncul ketika
auditor menetapkan imbalan jasa audit yang murah dengan tujuan untuk memenangkan
kontrak dan berharap untuk menutup imbalan jasa audit awal dengan memberikan jasa
lainnya pada klien atau dengan cara menaikkan imbalan jasa audit di periode
mendatang.
Sedangkan biaya kontinjen adalah biaya yang ditetapkan untuk pelaksanaan
suatu jasa profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau
hasil tertentu dimana jumlah fee tergantung pada temuan yang tersebut. Fee tidak
dianggap kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur atau dalam hal
perpajakan,jika dasar penetapan adalah hasil penyelesaian hukum. Dan penetapan biaya
kontinjen ini tidak diperkenankan untuk anggota KAP. Contoh: Sebuah KAP membuat
perjanjian dengan klien untuk membayar honorarium sebesar $5.000 jika dikeluarkan
pendapat tanpa kualifikasi dan membayar $2.500 jika dikeluarkan pendapat dengan
kualifikasi.
5. Pergantian Auditor
Riset di bidang audit mengindikasikan beragam alasan dimana manajemen
dapat memutuskan untuk mengganti auditornya. Misalnya untuk mencari pelayanan
dengan kualitas yang lebih baik, opinion shopping, dan mengurangi biaya. Keputusan
untuk mengganti auditor dalam rangka mendapatkan akses pada pelayanan jasa yang
lebih baik, dengan sendirinya tidak akan mengancam independensi auditor.
Perlindungan terbaik bagi auditor terhadap ancaman independensi yang dapat muncul
dari pergantian ini adalah komunikasi.
➢ Opinion Shopping
Pasal 230 mengidentifikasikan ketentuan yang harus diikuti ketika KAP diminta
oleh suatu klien untuk diaudit oleh KAP lain untuk memberikan opini atas penerapan
prinsip akuntansi atau jenis opini audit yang akan dikeluarkan untuk praktik akuntansi
yang benar-benar dilakukaan. Praktik semacam ini memiliki implikasi yang jelas pada
independensi auditor karena direksi dapat menggunakan kekuasaannya untuk
mempengaruhi auditor yang baru, atau membuang mereka kemudian menggantinya
dengan auditor baru yang akan memberikan opini yang lebih menguntungkan bagi
klien. Hal ini akan membuat auditor lama dan auditor baru menjadi kehilangan
independensinya.
15
Hal yang penting adalah KAP baru harus mendapat persetujuan klien untuk
berhubungan dengan KAP lama mengenai permintaan dan pemberian salinan opini
audit yang lama. Auditor yang menghadapi permintaan semacam itu harus
mempertimbangkan pengaruh potensial terhadap independensi dalam lingkungan
dimana permintaan tersebut dibuat, tujuan dan maksud pihak yang meminta informasi
tersebut.
➢ Pengurangan Biaya
Tidak salah bila manajemen mencoba untuk mendapatkan jasa pengauditan
dengan biaya yang lebih rendah atau auditor menawarkan jasa meeka dengan harga
yang lebih rendah dibanding KAP lainnya. Hal penting yang harus dilakukan adalah
bahwa kompetisi berdasarkan harga ini tidak memicu dilakukannya pengauditan
dengan kualitas yang lebih rendah atau membatasi independensi auditor.
➢ Jasa-Jasa Non-audit
Bapepam membatasi tapi tidak sepenuhnya menghapuskan jenis jasa non-audit yang
diberikan pada klien yang merupakan perusahaan publik. Banyak dari jasa non-audit yang
dilarang berdasarkan aturan Bapepam-LK terkait dengan independensi. Larangan tersebut:
Jasa pembukuan dan jasa akuntansi lainnya
Desain sistem informasi keuangan dan implementasinya
Penaksiran atau jasa penilaian
Jasa aktuaria
Jasa audit internal
Fungsi manajemen dan sumber daya manusia
16
Jasa pialang atau penasehat investasi atau jasa bankir investasi
Jasa hukum dan pakar yang tidak terkait dengan audit
Jasa-jasa lain yang tidak diizinkan
KAP tidak dilarang untuk memberikan jasa-jasa tersebut kepada klien yang bukan
merupakan perusahaan publik serta pada perusahaan publik yang merupakan klien auditnya.
Selain itu, KAP masih boleh memberikan jasa-jasa lain yang tidak dilarang untuk klien audit
yang merupakan perusahaan publik. Contoh: Bapepam-LK membolehkan KAP untuk
memberikan jasa konsultasi pajak untuk para klien auditnya, kecuali jasa konsultasi pajak untuk
para eksekutif perusahaan yang mengawasi pelaporan keuangan, dan jasa penghindaran
pengenaan pajak.
➢ Komite Audit
Adalah komite di bawah dewan komisaris yang terdiri dari sekurangnya seorang
komisaris independen dan para profesional independen dari luar perusahaan, yang tanggung
jawabnya termasuk membantu para auditor tetap indepeden dari mnajemen. Komite audit juga
dibutuhkan dalam BUMN dan bank. Komite audit terdiri dari tiga , lima, atau tujuh anggota
yang bukan merupakan manajemen perusaaan. Pakar auditor bertanggung jawab untuk
mengkomunikasikan semua hal penting yang teridentifikasi selama pengauditan kepada komite
audit. Semua persyaratan di atas bertujuan untuk menguatkan independensi auditor dengan
secara efisien membuat komite audit sebagai klien bagi perusahaan publik daripada
manajemen.
➢ Kepentingan Kepemilikan
Aturan Bapepam-LK tentang hubungan keuangan mengaitkan perspektif kontrak kerja
dan melarang kepemilikan dalam klien audit, oleh orang-orang yang bisa mempengaruhi audit
tesebut. Aturan itu melarang kepemilikan oleh orang-orang yang terkait audit dan keluarganya.
Termasuk (a) anggota tim audit, (b) mereka yang ada dalam posisi bisa mempengaruhi kontrak
kerja audit dalam hierarki pimpinan perusahaan, (c) partner dan manajer yang menyediakan
jasa non-audit untuk klien, dan (d) partner di dalam kantor yang bertanggung jawab utama
untuk melakukan audit.
18
informasi rahasia dari klien untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga
(Pasal 140 dari Kode Etik).
c. Kerahasiaan Klien
Selama pemeriksaan, aditor mendapatkan informasi rahasia seperti gaji
pegawai, harga produk, rencana periklanan, dan data biaya produksi. Jika
auditor mengungkapkan informasi kepada pihak luar atau pegawai dari klien
yang tidak semestinya mendapat informasi, maka hubungan mereka dengan
manajemen bisa menjadi sangat penting. Biasanya kertas kerja auditor dapat
diberikan kepada pihak lain hanya dengan seizin klien. Hal ini tetap berlaku,
bahkan jika seorang auditor ingin menawarkan jasanya kepada perusahaan
lain atau bersedia untuk mengizinkan auditor penggantinya untuk
memeriksa kertas kerja yang sudah disiapkan untuk klien yang terdahulu.
d. Pengecualian dari Kerahasiaan
• Kewajiban hukum
Secara hukum, informasi bisa disebut informasi khusus jika
proses hukum tersebut tidak bisa memaksa seseorang menyediakan
informasi itu, bahkan jika pemanggilan tertulis dari pengadilan.
Informasi yang diinformasikan dari klien kepada pengacara atau dari
pasien kepada dokter adalah rahasia. Tapi informasi yang didapat
akuntan publik dari klien bukanlah suatu hak istimewa (sangat rahasia).
Jika kertas kerja dibutuhkan atau diminta oleh piha regulator yang
menjalankan otoritasnya yang sah, maka pihak manajemen dari klien
harus segera diberitahu.
• Review Sejawat
Ketika Kantor Akuntan Publik (KAP) melakukan review sejawat
dari kerja pengauditan KAP lain, maka adalah hal yang wajar untuk
menguji beberapa beberapa set kertas kerja. Jika review sejawat
dilakukan oleh anggota badan profesional lain, izin dari klien untuk
melakukan pengujian kerja kerja tidaklah dibutuhkan. Hal ini karena
proses mendapatkan izin dari klien membutuhkan waktu yang lama dan
menghambat akses dari pelaku review sejawat. Biasanya, pelaku
review sejawat harus merahasiakan informasi yang didapatnya dan
tidak boleh menggunakan informasi tersebut dengan tujuan lain.
19
e. Pengunduran Diri
Aturan dari profes adalah auditor harus menjaga hubungan yang tidak
bias dengan manajemen dan berbagai pihak yang terpengaruh dengan apa
yang menjadi tanggung jawab dari auditor itu. Dalam setiap kontrak kerja,
auditor tidak boleh menyepelekan penilaian profesionalnya terhadap
penilaian orang lain. Jika terdapat konflik yang cukup besar diantara
komunitas keuangan sehingga dapat mempengaruhi objektivitas seorang
aditor, maka dipandang perlu bagi auditor untuk mengundurkan diri dari
kontrak kerja itu.
2. Kontrak Kerja dan Pembayaran Imbalan Jasa Audit Oleh Manajemen
Alternatif untuk kontra kerja KAP adalah dengan komite audit dan pembayaran
imbalan jasa pengauditan oleh manajemen kemungkinan melalui auditor pemerintah
atau semi-pemerintah.
21
menyadari perbedaan tersebut dan mematuhi ketentuan yang lebih ketat kecuali dilarang oleh
peraturan perundang-undangan.
Anggota yang mengidentifikasi terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan lain dalam
Kode Etik harus mengevaluasi signifikansi pelanggaran dan dampaknya terhadap kemampuan
Anggota untuk mematuhi prinsip dasar etika. Anggota juga harus:
a) Sesegera mungkin mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengatasi
konsekuensi dari pelanggaran secara memadai; dan
b) Menentukan apakah akan melaporkan pelanggaran tersebut kepada pihak yang
relevan.
Dengan adanya panduan kode etik yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Publik
Indonesia, maka diharapkan peran auditor dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya
bisa sesuai dengan peraturan dan tidak melenceng dari koridor etik yang berlaku.
2.4. Jurnal Pengaruh Profesionalisme dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor
dengan Struktur Audit Sebagai Pemoderasi
22
Penelitian ini dilakukan di KAP Jakarta Utara. Latar belakang penelitian ini karena
banyak perusahaan yang terlilit kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi. Dengan
adanya kasus ini melibatkan profesi auditor sehingga menjadi sorotan dalam beberapa tahun
terakhir ini. Ketika auditor menjalankan profesinya, auditor akan diatur sesuai dengan kode
etik atau yang dikenal dengan kode etik akuntan. Auditor memiliki kewajiban untuk menjaga
kepercayaan klien maupun pihak ketiga dengan senantiasa meningkatkan keahlian
profesionalnya serta menjalankan kode etik yang sudah ditentukan yang disusun dan disahkan
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui profesionalisme berpengaruh
signifikan terhadap kinerja audit etika profesi berpengaruh signifikan terhadap kinerja audit,
profesionalisme dan etika profesi berpengaruh signifikan terhadap kinerja audit, modernisasi
struktural audit dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh profesionalisme terhadap
kinerja audit, dan struktur audit memperkuat atau memperlemah pengaruh etika profesi
terhadap kinerja audit. Teknik pengambilan sample pada penelitian ini menggunakan metode
simple random sampling, dengan jumlah data sebesar 72 responden yang diambil melalui
kuesioner metode analisis data menggunakan Partial Least Square (PLS).
Berdasarkan uji statistik, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalisme
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor, sedangkan etika profesi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor. Lalu struktur audit berpengaruh tidak
signifikan terhadap kinerja auditor, dan moderasi struktur audit berpengaruh signifikan dan
bersifat memperkuat pengaruh profesionalisme maupun pengaruh etika profesi terhadap kinerja
auditor.
23
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kode etik Akuntan Publik sangatlah penting untuk ditaati bagi seorang akuntan publik
ataupun auditor. Kode etik ini berisi nilai, norma, dan peraturan apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan oleh seorang auditor. Semua auditor, wajib mengikuti kode etik yang telah berlaku,
yaitu yang dirumuskan oleh Bapepam-LK. Dengan mentaatinya, maka seorang auditor mampu
mempertahankan independensi dalam fakta serta dapat membuat masyarakat berinterpretasi
dengan baik (independensi dalam penampilan).
Adapun prinsip yang harus digenggam oleh auditor yaitu: (1) Integritas, (2)
Objektivitas, (3) Kompetensi Profesional, (4) Kerahasiaan, dan (5) Perilaku Profesional.
Sedangkan ancaman yang harus diwaspadai oleh seorang auditor agar dirinya tidak kehilangan
independensi adalah: (1) kepemilikan finansial yang signifikan, (2) pemberian jasa non-audit,
dan (3) imbalan jasa audit. Semua peratuaran yang dijalankan oleh auditor akan diawasi oleh
IAI-KAP dan Bapepam-LK, sehingga tidak ada larangan yang dilanggar. Dengan demikian,
keberlangsungan jasa audit akan terus berkembang dan masyarakat akan semakin percaya
kepada auditor serta KAP.
3.2. Tanggapan
Dari keseluruhan materi yang sudah disajikan oleh kelompok penyaji, kami dari
kelompok pembahas memiliki satu pemahaman dalam materi dan pembahasan yang
disampaikan oleh kelompok penyaji. Kami ingin memberikan tanggapan lebih lanjut atas
penyajian materi “Kode Etik (Ethical Conduct)”, berikut ini tanggapan kami atas materi dan
pembahasan dari kelompok penyaji:
1. Dalam proses audit bagaimana caranya untuk meminimalisir pelanggaran etika yang
dilakukan oleh auditor walaupun kode etik sudah dibuat, tetapi pada praktiknya masih
terdapat auditor yang melanggar kode etik tersebut?
2. Apakah akuntan publik yang tidak mengikuti program pelatihan berkelanjutan
sebanyak 30 SKP dalam satu tahun bisa dikatakan melanggar kode etik akuntan publik?
3. Apakah dengan adanya kode etik profesional disertai dengan ketentuan-ketentuannya
tidak akan berpengaruh kepada “bisnis” yang dijalankan oleh KAP? Dalam bisnis,
terdapat istilah sikut-menyikut, suap-menyuap, dan lain sebagainya, apakah hal tersebut
diatur dalam ketentuan kode etik profesional juga?
24
4. Terkadang auditor mendapatkan jamuan/entertainment oleh auditee dan auditor
menerima jamuan/entertainment tersebut. Apakah hal tersebut termasuk salah satu
pelanggaran kode etik? Adakah batasan material tertentu terkait pemberian biaya
entertainment yang boleh diterima oleh auditor?
25
DAFTAR PUSTAKA
Arens, A. A. (2011). Dalam Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Terpadu Adaptasi
Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Arens, A. A. (2017). Dalam Auditing and Assurance Service: An Integrated Approach 16th
edition. Pearson.
Asmara, C. G. (2019, April 05). Kisruh AISA, Kemenkeu Beberkan Sanksi yang Menanti
Auditor. Diambil kembali dari CNBC Indonesia :
https://www.cnbcindonesia.com/market/20190405140621-17-64889/kisruh-aisa-
kemenkeu-beberkan-sanksi-yang-menanti-auditor
Asmara, C. G. (2019, Juni 12). Nasib Auditor TPS Food Diputuskan dalam Hitungan Hari.
Diambil kembali dari CNBC Indonesia:
https://www.cnbcindonesia.com/market/20190612091302-17-77752/nasib-auditor-
tps-food-diputuskan-dalam-hitungan-hari
Sitorus, R. R., & Wijaya, L. (2016). Pengaruh Profesionalisme dan Etika Profesi Terhadap
Kinerja Auditor dengan Struktur Audit sebagai Pemoderasi. Media Studi Ekonomi,
98-119.
iii