Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Auditing III dengan Dosen Dr. Suparno MM.,
MBA
disusun oleh:
Kelas 6 AK – 4
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya yang berjudul “Kasus Suap Pemberian Opini WTP oleh 2 Auditor
BPK”.
Saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan
memberikan informasi pengetahuan kepada teman-teman semua. Saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak akan saya terima dengan tangan terbuka selalu demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Ismiani Aulia
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................11
4.1. Kesimpulan...............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Wajar di sini dimaksudkan bahwa Laporan Keuangan bebas dari keraguan dan
ketidakjujuran serta lengkap informasinya. Pengertian wajar tidak hanya terbatas pada
jumlah -jumlah dan ketepatan pengklasifikkasian aktiva dan kewajiban, namun yang
terpenting meliputi pengungkapan yang tercantum dalam Laporan Keuangan.
1
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diketahui rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana kronologi terjadinya kasus suap opini WTP tersebut?
2. Apa ancaman pidana bagi para terdakwa yang dilakukan oleh para
pelaku tersebut?
3. Pengendalian Internal seperti apa yang dilakukan oleh BPK untuk
mencegah terjadinya kasus suap terulang kembali?
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
dan merugikan negara. Yang sifatnya serba kerahasiaan, walaupun dilakukan secara
kolektif atau korupsi berjamaah.
Sifat Tamak
Sifat tamak atau tidak puas dengan apa yang telah diraih, selalu merasa
kurang sehingga melakukan perbuatan korupsi.
Moral Yang Kurang Kuat
Individu yang mempunyai moral tidak kuat akan muda tergoda/tertarik
untuk melakukan korupsi.
Gaya Hidup Konsumtif
Perbuatan atau gaya hidup yang konsumtif jika tidak dibarengi dengan
pendapatan yang cukup, hal ini akan menyebabkan terjadinya korupsi.
2. Faktor Eksternal
Faktor Ekonomi
Seorang pegawai atau karyawan yang kurang gaji/upah akan
menyebabkan pegawai itu melakukan korupsi.
Faktor Politik
Instanbilitas politik juga akan menyebabkan korupsi
Faktor Organisasi
Kurangnya sikap keteladanan pimpinan terhadap bawahan juga bisa
menyebabkan terjadinya korupsi.
Faktor Umum
Tidak berdayanya hukum atau lemah dan buruknya perundang-
undangan juga akan bisa menyebabkan terjadinya korupsi.
4
2.4. Penjelasan KPK Mengenai Suap Opini WTP Kemendes
KPK menetapkan 4 tersangka dalam kasus dugaan suap terkait pemberian
opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) di laporan keuangan Kemendes. Irjen
Kemendes PDTT Sugito juga turut menjadi tersangka.
Sugito dan Jarot disangka memberi uang sebesar Rp 240 juta kepada
Rochmadi dan Ali agar Kemendes memperoleh opini WTP. Hingga operasi tangkap
tangan KPK pada Jumat (26/5), masih ada Rp 40 juta yang belum diberikan. Uang
tersebut ditemukan di ruangan Ali.
Sugito dan Jarot disangka melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 5 ayat 1
huruf b atau Pasal 13 UU nomor 31 tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU
nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, juncto Pasal 64
KUHP juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
5
BAB III
PEMBAHASAN
Dari kantor BPK, KPK sempat mengamankan enam orang, yakni pejabat
Eselon I BPK Rochmadi Saptogiri (RS), Auditor BPK Ali Sadli (ALS), pejabat eselon
III Kemendes PDTT Jarot Budi Prabowo (JBP), sekretaris RS, sopir JBP, dan satu
orang satpam. KPK kemudian melakukan penggeledahan di sejumlah ruangan di
kantor BPK.
Di ruang Ali Sadli, KPK menemukan uang Rp 40 juta yang diduga merupakan
bagian dari total commitment fee Rp 240 juta untuk suap bagi pejabat BPK. Uang Rp
40 juta ini merupakan pemberian tahap kedua ketika tahap pertama Rp 200 juta
diduga telah diserahkan pada awal Mei 2017.
6
Setelah mengamankan enam orang dan melakukan penggeledahan di kantor
BPK RI, KPK pada hari yang sama sekitar pukul 16.20 WIB, mendatangi kantor
Kemendes PDTT di Jalan TMP Kalibata, Jakarta Selatan.
"Di sini KPK mengamankan satu orang (inisial) SUG, yaitu Irjen Kemendes
PDTT," ujar Agus. Di Kemendes PDTT, lanjut Agus, KPK menyegel empat ruangan,
di antaranya ruangan Sugito dan ruangan Jarot Budi Prabowo. Setelah melakukan
rangkaian penangkapan dan penggeledahan, dari hasil gelar perkara KPK
meningkatkan status perkara kasus ini menjadi penyidikan.
Pada akhir April 2017, Sugito dan Anwar Sanusi bertemu dengan Ketua Sub
Tim 1 Pemeriksa BPK Choirul Anam yang menginformasikan bahwa Kemendes
PDTT akan memperoleh Opini WTP dan menyarankan agar Rochmadi dan Ali Sadli
diberi sejumlah uang dengan mengatakan "Itu Pak Ali dan Pak Rochmadi tolong
atensinya" yaitu sekitar Rp240 juta.
"Pemberian uang dari Sugito melalui Jarot Budi Prabowo tidak lepas dari
keinginan untuk mendapatkan opini WTP dan akibat dari pemberian itu Kemendes
mendapat opini WTP," ungkap hakim Sigit.
Dalam memenuhi pemberian Rp240 juta itu maka pada awal Mei 2017, Sugito
atas sepengetahuan Anwar Sanusi mengumpulkan para Sesditjen, Sesbadan, Sesitjen
serta Karo Keuangan dan BMN. Sugito meminta adanya "atensi atau perhatian" dari
seluruh Unit Kerja Eselon I (UKE 1) kepada Tim Pemeriksa BPK berupa pemberian
uang dengan jumlah keseluruhan sebesar Rp200-300 juta.
Rapat menyepakati bahwa uang yang akan diberikan kepada Rochmadi dan
Ali Sadli ditanggung oleh 9 UKE 1 dengan besaran uang sesuai kemampuan dari
masing-masing UKE 1, uang akan disetorkan kepada Jarot.
Setelah uang sebesar Rp200 juta terkumpul maka Jarot pada 10 Mei 2017
membawa tas kain belanja berisi uang sejumlah Rp200 juta. Ia menemui Ali Sadli di
ruang kerjanya Lantai 4 kantor BPK RI. Jarot menyampaikan "Ada titipan dari Pak
Irjen, Sugito".
Pemberian selanjutnya adalah pada 26 Mei 2017 Jarot mengantarkan sisa uang
sebesar Rp40 juta ke kantor BPK RI menggunakan kendaraan motor ojek online.
Jarot langsung masuk ke ruang kerja Ali Sadli di lantai 4. Setelah bertemu
dengan Ali, saat akan pulang Jarot memberikan sebuah tas kertas berwarna coklat
bertuliskan "Pandanaran" yang berisi uang sebesar Rp40 juta kepada Ali Sadli dan
menyampaikan "Pak, ini ada titipan", kemudian tas berisi uang tersebut disimpan oleh
Ali Sadli ke dalam laci meja kerjanya.
Vonis tersebut lebih rendah dibanding dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum
(JPU) KPK yakni 2 tahun penjara ditambah denda Rp250 subsider 6 bulan kurungan.
Sedangkan bawahan Sugito, Kepala Bagian Tata Usaha dan Keuangan pada
Inspektorat Jenderal (Itjen) Kemendes PDTT Jarot Budi Prabowo juga divonis
bersalah dalam kasus yang sama.
8
"Mengadili, menyatakan terdakwa Jarot Budi Prabowo terbukti melakukan
tindak pidana korupsi secara bersama-sama. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa
oleh karena itu dengan pidana penjara selama 1 tahun dan 6 bulan ditambah denda
sebesar Rp75 juta dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar diganti dengan
pidana kurungan selama 2 bulan," kata Hakim Diah.
Vonis tersebut lebih rendah dibanding dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum
(JPU) KPK yakni Jarot dituntut 2 tahun ditambah denda Rp200 juta subsider 6 bulan
kurungan
3. Ali Sadli
Putusan itu lebih rendah dari tuntutan jaksa, yaitu 10 tahun penjara dan denda
Rp 300 juta subsider 6 bulan. Dia juga diminta membayar uang pengganti ke negara
senilai Rp 325 juta subsider 1 tahun.
4. Rochmadi Saptogiri
BPK juga memiliki majelis kehormatan kode etik. Majelis tersebut berperan
mengawal penegakan kode etik bagi pemeriksa BPK dan pengembangan pendidikan
secara berkelanjutan.
Para auditor tersebut ditangkap dalam operasi tangkap tangan KPK. Dua di
antaranya didakwa menerima suap, gratifikasi, dan kasus pencucian uang.
10
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
KPK menetapkan 4 tersangka dalam kasus dugaan suap terkait pemberian
opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) di laporan keuangan Kemendesyaitu SUG
(Sugito), Irjen Kemendes; JBP (Jarot Budi Prabowo), eselon III Kemendes; RS
(Rochmadi Saptogiri), eselon I BPK; dan ALS (Ali Sadli), auditor BPK.
Sugito dan Jarot disangka melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 5 ayat 1
huruf b atau Pasal 13 UU nomor 31 tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU
nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, juncto Pasal 64
KUHP juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
Pejabat Eselon I BPK Rochmadi Saptogiri (RS) ditahan di Rutan Polres Metro
Jakarta Timur, sedangkan Auditor BPK Ali Sadli (ALS) ditempatkan di Rutan Cabang
KPK di Guntur
11
DAFTAR PUSTAKA
News Detik.Com. "KPK Eksekusi Eks Auditor BPK Rochmadi Ke Lapas Cibinong -
Detik.com". DETIK.com . Diakses tanggal 2019-04-16.
News Detik.Com. “Terbukti Terima Suap, Eks Auditor BPK Ali Sadli Dihukum 6 Tahun Bui
- Detik.com". DETIK.com . Diakses tanggal 2019-04-19.
Tirto.id. "Kasus Suap Kemendes PDTT: Sugito Divonis 1,5 Tahun Penjara", Tirto.id .
Diakses tanggal 2019-04-16.
Kompas.com. "BPK Perkuat Pengawasan Internal untuk Cegah Korupsi Terulang". Penulis :
Abba Gabrillin. Diakses tanggal 2019-04-19
12