Anda di halaman 1dari 16

Hukum Pembuktian Dalam Sistem Peradilan Umum (Pidana &

Perdata)

Nama : Shawina Widyandarie

NPM: 00000027863

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN MEDAN

MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa Penulis juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Medan, Oktober 2018

Penyusun
Daftar isi

Kata Pengantar………………………………………………………………………....i

Daftar isi………………………………………………………………………………ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang……………………………………………………………...…1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………..…1
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................1
D. Metode Penelitian……………………………………………………………..1

Bab II Tinjauan Pustaka

A. Latar Belakang………………………………………………………………...3
B. Alat Bukti……………………………………………………………………...3

Bab III

A. Jenis & Sifat Penelitian………………………………………………………..4


B. Sumber Data…………………………………………………………………..4
C. Metode Pengumpulan Data……………………………………………………4
D. Analisa Data…………………………………………………………………...5

Bab IV Hasil Penelitian & Pembahasan

A. Hasil Penelitian & Pembahasan……………………………………………….6

Bab V Penutup

A. Kesimpulan…………………………………………………………………..11
B. Saran…………………………………………………………………………11

Daftar Pustaka………………………………………………………………………..12
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Pembuktian merupakan tindakan yang dilakukan oleh para pihak dalam suatu
sengketa. Pembuktian ini bertujuan untuk menetapkan hukum diantara kedua belah
pihak yang menyangkut suatu hak sehingga diperoleh suatu kebenaran yang memiliki
nilai kepastian dan keadilan hukum.
Dalam pembuktian itu, maka para pihak memberi dasar-dasar yang cukup
kepada hakim dan dilarang melampaui batas yang diajukan oleh para pihak yang
berperkara. Berkaitan dengan materi pembuktian maka dalam proses gugat
menggugat, beban pembuktian dapat ditujukan kepada penggugat, tergugat, maupun
pihak ketiga yang melakukan intervensi. Pada prinsipnya, siapa yang mendalilkan
sesuatu maka ia wajib membuktikannya
Berkaitan dengan masalah ini maka penulis akan membahas lebih lanjut dan
lebih dalam mengenai Hukum Pembuktian Dalam Sistem Peradilan Umum (Pidana &
Perdata).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian hukum pembuktian menurut para sarjana?
2. Apakah alat bukti dalam sistem peradilan umum (perdata & pidana)?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian dari hukum pembuktian menurut para sarjana.
2. Untuk mengetahui alat bukti dalam sistem peradilan umum (Perdata &
Pidana).

D. Metode Penelitian
Metode sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan, agar sebuah karya ilmiah (dari suatu penelitian) dapat
mencapai apa yang diharapkan dengan tepat dan terarah dengan menggunakan
metode ilmiah. Sedang metode penelitian ialah strategi umum yang dianut dalam
pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang
dihadapi.
Metode yang digunakan adalah kualitatif. Metode kualitatif adalah jenis
penelitian yang mengutamakan deskripsi atau penjelasan dalam membangun
paradigma fakta sosial social atau fenomena social yang lebih mendalam. Oleh
karena itulah analisis yang dilakukan di dalam penelitian kualitatif selalu bersumber
pada informasi lisan maupun tulisan dalam sebuah penelitian.
BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Latar Belakang
Kenapa pengertian hukum pembuktian menurut para sarjana penting untuk
diteliti, karena apabila kita ingin mulai mempelajari tentang hukum pembuktian maka
kita harus mengetahui dari dasar-dasar atau akar-akarnya. Contohnya seperti
mengetahui pengertian atau istilah dari kata pembuktian maupun hukum pembuktian
yang dapat kita ketahui dari pendapat-pendapat para sarjana.
Yang kita akan mulai dengan tahap mengerti dari hukum pembuktian, karena
pembuktian di pengadilan berguna untuk memperkuat kesimpulan hakim dengan
syarat yaitu bukti yang sah, dan pembuktian dapat dikatakan akan dilakukan apabila
ada bantahan atas suatu bukti yang diajukan.
Hukum pembuktian sangat penting karena memiliki prinsip dan peraturan
yang sangat penting sebagai pertimbangan hakim dalam mengambil keputusan.
Dalam berpekara hukum pembuktian merupakan bagian yang sangat rumit, dikatakan
sebagai rumit karena pembuktian berkaitan dengan merekonstruksi kejadian atau
peristiwa yang sudah lalu sebagai suatu kebenaran.

B. Alat bukti
Alat bukti di dalam sistem peradilan umum yaitu pidana dan perdata penting
untuk diteliti agar untuk menilai benar tidaknya dalil-dalil yang diajukan para pihak.
Dapat kita ambil contoh, sekarang akibat dari kemajuan teknologi kita sebagai
masyarakat dapat menggunakan telepon genggam (Hp) untuk digunakan mengirim
sms, menelfon, membeli makanan menggunakan aplikasi, mengirim barang serta
membeli barang menggunakan sistem online. Yang dimana bukti dari hasil pembelian
atau transaksi tersebut dapat kita lihat dan simpan di dalam telepon genggam milik
kita pribadi, kemudian apabila kita ternyata ditipu maka sulit untuk membuktikan
karena semakin canggihnya manipulasi sistem elektronik. Sehingga masih sangat
diperlukan alat bukti surat, keterangan terdakwa, keterangan saksi, petunjuk dll.
Serta alat bukti dalam sistem peradilan umum yaitu perdata dan pidana
penting untuk dibahas agar kita juga sebagai masyakarat tau perbedaan yang
termasuk dalam alat bukti perdata dan alat bukti pidana, agar kita tidak tumpang
tindih dalam memahami berbagai alat bukti yang sudah ditentukan didalam Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Perdata.
BAB III

Metode Penelitian

A. Jenis dan Sifat Penelitian


Jenis dan sifat penelitian adalah penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang.
1. Tujuan:
Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah
tertentu.
2. Ciri-ciri:
Tidak perlu mencari hubungan, menguji hipotesa, dan membuat
ramalan.
3. Langkah-langkah pokok:
 Perumusan Masalah
 Menentukan jenis informasi yang ditemukan
 Menentukan prosedur pengumpulan data
 Menentukan prosedur pengolahan data
 Menarik kesimpulan penelitian

B. Sumber Data
1. Buku eletronik
2. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
3. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata

C. Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan adalah studi dokumen. Studi dokumen adalah metode
pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian dan
meneliti berbagai macam dokumen yang dapat dijadikan bahan analisis. Dokumen
yang dapat digunakan dalam pengumpulan data dibedakan menjadi dua, yakni:
1. Dokumen primer
Adalah dokumen yang ditulis oleh orang yang langsung
mengalami suatu peristiwa.
2. Dokumen Sekunder
Adalah dokumen yang ditulis berdasarkan oleh laporan atau
cerita orang lain

D. Analisa Data
Analisa data secara teknik kualitatif
1. Reduksi Data
Merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.
Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat
diambil. Reduksi tidak perlu diartikan sebagai kuantifikasi data.
2. PenyajianData
Merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,
sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan.
3. Penarikan Kesimpulan
Merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.
Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan
untuk mengambil tindakan.
BAB IV

Hasil Penelitian & Pembahasan

A. Hasil Penelitian & Pembahasan


1. Pengertian Hukum Pembuktian Menurut Para Sarjana
 Menurut Bambang Waluyo:
Suatu proses bagaimana alat-alat bukti tersebut dipergunakan,
diajukan ataupun dipertahankan, sesuai hukum acara yang berlaku.

 Menurut Prof. Mr. Dr. Soepomo, SH:


Dalam arti luas, pembuktian membenarkan hubungan hukum.
Dalam arti terbatas, pembuktian hanya diperlukan apabila hal yang
dikemukakan oleh penggugat itu dibantah oleh tergugat. Sementara
itu, hal yang tidak dibantah tidak perlu dibuktikan.

 Menurut M.Yahya Harahap:


Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi
penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang-
undang membuktikan kesalahan yang yang didakwakan kepada
Terdakwa
.
 Menurut Dr. Leden Marpaung, SH:
Sebelumnya seseorang diadili oleh Pengadilan, orang tersebut
berhak dianggap tidak bersalah, hal ini dikenal dengan asas “praduga
tak bersalah” (presumption of innocence.). Untuk menyatakan
seseorang “melanggar hukum”, Pengadilan harus dapat menentukan
“kebenaran” diperlukan bukti-bukti, yaitu sesuatu yang menyatakan
kebenaran suatu peristiwa. Dari uraian tersebut, “bukti” dimaksud
untuk menentukan “kebenaran.

 Menurut Darwan Prints:


Pembuktian bahwa benar suatu peristiwa pidana telah terjadi
dan Terdakwalah yang bersalah melakukannya, sehingga harus
mempertanggungjawabkannya. Untuk membuktikan kesalahan
Terdakwa pengadilan terikat oleh cara-cara atau ketentuan-ketentuan
pembuktian sebagaimana yang diatur oleh undang-undang.
Pembuktian yang sah harus dilakukan di dalam sidang pengadilan
yang memeriksa Terdakwa. Pemeriksaan terhadap alat-alat bukti harus
dilakukan di depan sidang pengadilan.

2. Alat Bukti Dalam Sistem Peradilan Umum


a Perdata
Menurut HIR Pasal 164 ; RBg Pasal 284 ; KUH Perdata Pasal 1886
ada lima alat bukti dalam perkara perdata di Indonesia:
(1) Alat bukti tertulis
Alat bukti tertulis atau surat adalah segala sesuatu yang
memuat tanda bacaan yang dimaksudkan untuk mencurahkan
isi hati atau untuk menyampaikan buah pikiran seseorang yang
ditujukan untuk dirinya dan atau pikiran seseorang yang
ditujukan untuk dirinya dan orang lain yang dapat digunakan
untuk alat pembuktian.
Ada dua macam alat bukti tertulis atau surat, yaitu:
 Surat yang bukan akta, dan
 Surat yang berupa akta; yang dapat dibagi lagi
atas:
 Akta otentik; dan
 Akta di bawah tangan.

(2) Bukti saksi


Pembuktian dengan saksi-saksi diperkenankan dalam
segala hal yang tidak dikecualikan oleh undang-undang Tiap
kesaksian harus disertai keterangan tentang bagaimana saksi
mengetahui kesaksiannya.
Saksi adalah seseorang yang melihat, mengalami atau
mendengar sendiri kejadian (atau peristiwa hukum) yang
diperkarakan. Keterangan seorang saksi saja tanpa alat bukti
lain tidak dapat dipercaya, disebut juga Unus testis nullus
testis.
Yang tidak dapat didengar sebagai saksi yaitu:
 Keluarga sedarah dan keluarga semenda dari
salah atu pihak menurut garis lurus.
 Suami atau isteri salah satu pihak, meskipun
telah bercerai.
 Anak Anak- anak yang belum cukup berumur
15 tahun.
 Orang gila, walaupun kadang- kadang
ingatannya terang.

(3) Persangkaan
Persangkaan undang-undang atau persangkaan hukum
adalah persangkaan berdasarkan suatu ketentuan khusus
undang-undang berkenaan atau berhubungan dengan perbuatan
tertentu atau peristiwa tertentu.

(4) Pengakuan
Pengakuan adalah pernyataan atau keterangan yang
dikemukakan salah satu pihak kepada pihak lain dalam proses
pemeriksaan suatu perkara.Pernyataan atau keterangan itu
dilakukan di muka hakim atau dalam sidang pengadilan.
Keterangan itu merupakan pengakuan, bahwa apa yang
didalilkan atau yang dikemukakan pihak lawan benar untuk
keseluruhan atau sebagian.

(5) Sumpah
Sumpah sebagai alat bukti adalah suatu keterangan atau
pernyatan yang dikuatkan atas nama Tuhan, dengan tujuan:

 Agar orang yang bersumpah dalam memberi


keterangan atau pernyataan itu takut atas murka
Tuhan apabila dia berbohong;
 Takut kepada murka atau hukuman Tuhan, dianggap
sebagai daya pendorong bagi yang bersumpah untuk
menerangkan yang sebenarnya.

b Pidana
Adapun alat-alat bukti yang sah menurut Pasal 184 ayat (1) KUHAP,
adalah sebagai berikut:
1). Keterangan saksi
Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara
pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa
pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri
dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu.

2). Keterangan ahli


Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang
yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk
membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan
dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang.

3). Surat
Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c,
dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah:

 Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat
oleh pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat di
hadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian
atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya
sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang
keterangannya itu;
 Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenal hal
yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung
jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu
hal atau sesuatu keadaan.
 Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu
keadaan yang diminta secara resmi dan padanya;
 Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya
dengan isi dari alat pembuktian yang lain.

4). Petunjuk
Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena
persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun
dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi
suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.

5). Keterangan terdakwa


Keterangan terdakwa adalah apa yang terdakwa nyatakan di
sidang tentang perbuatan yang dilakukan atau yang ia ketahui sendiri
atau ia alami sendiri.
BAB V

Penutup

A. Kesimpulan
Hukum Pembuktian menurut para ahli/ sarjana yaitu dari pendapat M.
Yahya Harahap, Bambang Waluyo, Prof .Mr. Dr. Soepomo, SH, dan lain-lain.
Pendapt menurut para ahli tersebut sebenarnya memiliki satu arti yang sama
bahwa pembuktian digunakan di dalam pengadilan agar menunjukkan
kebenaran atas dalil-dalil yang para pihak kemukakan.
Alat bukti di dalam sistem peradilan umum yaitu perdata dan pidana
sebenarnya memiliki kesamaan hanya saja praktek-prakteknyaa berbeda dan
ada beberapa alat bukti yang berbeda, tetapi kegunaan / manfaat alat bukti
tersebut berguna bagi para pihak untuk membenarkan dan juga sebagai
sanggahan atau bantahan ketika sidang di pengadilan.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di
pertanggung jawabkan.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di
jelaskan.
Daftar Pustaka

Prinst, Darwan. 2002. Strategi Menyusun dan Menangani Gugatan Perdata. Jakarta :
Citra Aditya

SH, Marpaung Leden. Dr. 2009. Proses Penanganan Perkara Pidana (Penyelidikan
& Penyidikan). Jakarta : Sinar Grafika

Harahap, Yahya M. 2017. Hukum Acara Perdata : Tentang Gugatan, Persidangan,


Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan (Edisi 2). Jakarta : Sinar Grafika

Waluyo, Bambang. 1992. Sistem Pembuktian dalam Peradilan Indonesia. Jakarta :


Sinar Grafika

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Anda mungkin juga menyukai