Anda di halaman 1dari 15

PERAN ILMU KRIMINALISTIK DALAM

MENDUKUNG TERUNGKAPNYA SUATU TINDAK


KEJAHATAN/PIDANA NARKOBA

Disusun Oleh :
Ahmad Alamudin
41155030190037
Arsitektur 2019

Universitas Langlangbuana Bandung


Jl. Karapitan No.116, Cikawao, Kec. Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat 40261
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................1
BAB 1 LATAR BELAKANG...............................................................................................2
BAB 2 ISI...........................................................................................................................4
1. Pengertian Kriminalistik...........................................................................................4
2. Pengertian Penyidik.................................................................................................4
3. Tahapan Penyidikan Pidana....................................................................................6
4. Taktik Penyidikan.....................................................................................................8
5. Teknik Penyidikan....................................................................................................9
6. Definisi Ilmu Forensik............................................................................................10
7. Penanganan Barang Bukti Kedokteran Forensik..................................................11
8. Contoh Kasus Narkoba..........................................................................................12
BAB 3 KESIMPULAN......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................14

1
BAB 1
LATAR BELAKANG
Penegakan hukum di Indonesia hingga saat ini masih adanya
perubahanperubahan dalam proses penyidikan terutama dalam ilmu kriminalistik. “Di
Indonesia perkembangan ilmu kriminalistik belum mencapai tarap yang mantap. Masih
banyak kelemahan-kelemahannya”. Menurut “buku Tangan Kriminalistik” dari
Kepolisian R.I. Kelemahan-kelemahan itu tercatat antara lain sebagai berikut:
1) Instansi Sipil gagal dalam usahanya untuk mendapatkan keterangan dari
orang-orang yang bersangkutan.
2) Ujian-Ujian yang resmi untuk memperoleh kesarjanaan yang memenuhi
syarat dalam bidang ini belum ada.
3) Perhatikan khusus terhadap bidang ilmu kepolisian ini masih kurang.
4) Bacaan-bacaan khusus untuk pengetahuan ini dalam bahasa Nasional yang
tersusun secara sistematis tidak ada.
5) Latar belakang dari pengarang buku-buku perihal yang ada, adanya tidak
menentu dan mungkin kurang memiliki pengalaman yang praktis dalam
bidang pengusutan perkara.
6) Adanya ahli-ahli, dan tenaga penyidik yang dalam pengusutan perkara,
mampu mengadakan perkiraan yang tepat untuk kunci-kunci persoalan yang
luas masih amat kurang.”
Dilihat dari kelemahan kelemahan di atas, dapat dikatakan bahwa penegakan
hukum terutama dalam hal penyidikan ada beberapa yang belum sesuai dengan
ilmunya. Dimana hubungan antara penyidikan dan ilmu kriminalistik belum saling
ketergantungan, untuk menemukan suatu tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku,
perlu adanya hubungan antara ilmu kriminalistik dengan proses penyidikan. “Pengertian
kriminalistik adalah suatu pengetahuan yang mengajarkan tentang teknik dan taktik
kejahatan dan penyidikan terhadap penjahatnya dengan mempergunakan ilmu
pengetahuan yang seluas-luasnya.”

2
Kriminalistik atau ilmu penyidikan kejahatan itu merupakan suatu pengetahuan
pengalaman yang mengumpulkan data dari segala macam peristiwa atau kejadian,
cara-cara yang digunakan oleh para penjahat, adat kebiasaan dan motip-motipnya
dalam melakukan kejahatan.”3 Tidak hanya menentukan, kriminalistik berperan dalam
menjawab sebuah tindakan yang dilakukan oleh pelaku, disinilah penyidik
menggunakan ilmu kriminalistik dalam penyidikan. selain itu penyidikan telah diatur
dalam undang-undang, sebagaimana tercantum dalam undang undang nomor 8 Tahun
1981. Dari undang-undang tersebut penegak hukum dapat berpedoman dalam
melakukan penyidikannya

3
BAB 2
ISI
1. Pengertian Kriminalistik
Pengertian Kriminalistik Kriminalistik merupakan suatu pengetahuan yang
berusaha untuk menyelidiki/ mengusut kejahatan dalam arti seluas-luasnya,
berdasarkan bukti-bukti dan keterangan-keterangan dengan mempergunakan
hasil yang diketemukan oleh ilmu pengetahuan lainnya (suriasaputra dikutip oleh
Sudjono, 1976: 31)

Kriminalistik mempelajari kejahatan sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi,


yaitu penerapan teknik atau teknologi dalam menyelidiki suatu kejahatan

Menurut Lamintang kriminalistik adalah suatu ilmu terapan yang mempelajari


teknik-teknik penyelidikan (sebagai suatu modus operandi). Ia merupakan suatu
kombinasi antara psikologi mengenai kejahatan, psikologi mengenai penjahat,
ilmu kimia, fisika, grafologi, dan lain-lain

Menurut Soerjono Soetarto adalah suatu pengetahuan yang berusaha untuk


menyelidiki kejahatan dengan arti yang seluas-luasnya berdasarkan buktibukti dan
keterangan-keterangan dengan mempergunakan hasil yang ditemukan oleh ilmu
pengetahuan lainnya.

2. Pengertian Penyidik
Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana) menjelaskan tentang
penyidikan, yang berbunyi sebagai berikut: Penyidikan adalah serangkaian
tindakan penyidikan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya.

4
Bahwa yang dimaksud dalam penyidikan adalah setiap tindakan penyidik
untuk mencari bukti-bukti yang dapat meyakinkan atau mendukung keyakinan
bahwa perbuatan pidana atau perbuatan yang dilarang oleh ketentuan pidana itu
benar-benar telah terjadi.”4 Oleh karena itu, penyidikan dilakukan untuk
menuntukan suatu perbuatan, suatu tindak kejahatan yang dilakukan oleh
pelakunya, disinilah tugas dari penegak hukum menentukan kejahatan tersebut.
Penyidikan dilakukan oleh penegak hukum yang telah di beri wewenang
dalam melakukan tugas dan fungsinya sebagai penyidik. “Pemahaman tentang
penyidikan telah disinggung dalam penjelasan di atas, yaitu upaya oleh polisi yang
penyidik itu untuk mencari dan mengungkap keterangan atau informasi tentang
peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana atau peristiwa kejahatan yang diduga
dilakukan oleh seseorang yang belum diketahui identitas pelakunya.”
Aparat penyidik berdasarkan KUHAP secara garis besar pada saat ini
ditentukan Berdasarkan Peraturan perundang-undangan.,Penyidikan dan
penegakan hukum pidana melalui pendekatan hukum progesif, berdasarkan
KUHAP (Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana) pada Pasal 6 ayat (1)
tercantum: “penyidik adalah: a. Pejabat polisi negara Republik Indonesia b.
Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang.” “Selanjutnya oleh Pasal 6 ayat (2) KUHAP dicantumkan bahwa syarat-
syarat untuk diangkat menjadi “penyidik” diatur oleh peraturan pemerintah (PP).
Atas kuasa Pasal 6 ayat (2) maka telah diterbitkan PP nomor 27 tahun 1983, yang
berdasarkan Pasal 2 dan Pasal 3.” “Penyidik setelah menerima laporan atau
pengaduan tentang telah terjadi suatu tindak pidana maka ia melakukan
pemeriksaan di tempat kejadian perkara (TKP).
Sifat dasar dalam penyidikan adalah “mencari kebenaran materiil” kebenaran
materil itu suatu kebenaran menurut fakta yang sebenarbenarnya. Ini lain daripada
yang disebut “kebenaran formil” yang biasa dicari dalam perkara perdata,
kebenaran ini adalah suatu kebenaran menurut formalitas.” “Kewajiban pertama-
tama dalam penyidikan perkara kriminil adalah mengumpulkan sebanyak mungkin
keterangan, hal ihwal, data dan fakta-fakta yang benar mengenai peristiwa yang

5
terjadi. Berdasarkan atas fakta-fakta itulah kemudian dicoba membuat gambaran
kembali apa yang telah terjadi.”
Proses penanganan Perkara Pidana (penyidikan dan penyelidikan), “Dalam
menjawab suatu tindakan kejahatan, penyidikan dibantu oleh ilmu kriminalistik.
Dalam hal ini ilmu kriminalistik terdiri dari:
1. Pelaksanaan tindakan pertama dalam tempat kejadian perkara
2. Pengolahan tempat kejadian perkara
3. Kemungkinan yang ada dalam tempat kejadian perkara

3. Tahapan Penyidikan Pidana


Ranah hukum pidana terbagi menjadi dua, yakni materiil dan formil. Secara
sederhana, perbedaan antara hukum pidana materiil dan hukum pidana formil
terletak pada dasar hukum yang mengaturnya. Hukum pidana materiil diatur
dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dan hukum pidana formil
diatur dalam UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana atau lazim
disebut Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Sejalan dengan namanya, KUHAP mengatur secara detail tata cara
penanganan kasus pidana yang terbagi dalam empat tahap
. Tahap pertama, penyelidikan yaitu serangkaian tindakan penyelidikan
untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak
pidana guna menentukan dapat atau tidak dilakukan penyidikan.
Tahap kedua, penyidikan yaitu serangkaian tindakan penyidik untuk mencari
serta mengumpulkan bukti dalam rangka membuat terang suatu tindak pidana,
termasuk untuk menemukan tersangka. Tahap pertama dan kedua merupakan
ranah kewenangan institusi Kepolisian, kecuali untuk beberapa jenis tindak pidana
khusus seperti korupsi yang merupakan ranah kewenangan Komisi
Pemberantasan Korupsi.
Dalam hal, penyidik menilai tidak diperoleh bukti yang cukup, perbuatan yang
disangkakan bukan tindak pidana atau perkara ditutup demi hukum, maka akan
diterbitkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan atau lazim disingkat SP3. Jika
penyidik adalah Kepolisian, maka SP3 disampaikan kepada penuntut umum dan

6
tersangka atau keluarganya. Jika penyidik adalah penyidik pegawai negeri sipil
(PPNS), maka SP3 disampaikan kepada penyidik Kepolisian dan penuntut umum.
Tahap ketiga, penuntutan yaitu tindakan penuntut umum melimpahkan
perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dengan permintaan supaya
diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan. Pada tahap ini ranah
kewenangan pun beralih, dari institusi Kepolisian ke institusi Kejaksaan.
KUHAP memberikan kewenangan kepada Kejaksaan untuk memastikan
apakah penyidikan telah dilakukan secara benar. Jika terdapat kekurangan,
Kejaksaan dapat mengembalikan berkas ke Kepolisian untuk diperbaiki atau
dilengkapi. Tetapi jika sebaliknya, Kejaksaan harus segera melimpahkan perkara
ke pengadilan negeri yang berwenang.
Tahap keempat, pemeriksaan di pengadilan atau mengadili yaitu
serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa dan memutus perkara
pidana. Proses pemeriksaan di pengadilan dapat dilakukan dengan acara cepat,
singkat atau biasa tergantung dari karakteristik kasusnya. Tahap ini merupakan
tahap paling menentukan dari keseluruhan proses hukum pidana.
Pada tahap ini jaksa penuntut umum yang didasarkan pada hasil
penyelidikan dan penyidikan Kepolisian berupaya membuktikan bahwa terdakwa
bersalah melakukan tindak pidana. Sebaliknya, terdakwa memiliki kesempatan
untuk  membela diri sekaligus membantah dakwaan yang disusun oleh jaksa
penuntut umum.
Muara dari proses pemeriksaan di pengadilan adalah putusan hakim atau
vonis yang pada intinya memiliki dua kemungkinan, yakni bersalah atau tidak
bersalah. Jika divonis bersalah, terdakwa memiliki kesempatan untuk mengajukan
upaya hukum banding ke pengadilan tinggi, kasasi atau peninjauan kembali ke
Mahkamah Agung. Jika divonis tidak bersalah, upaya hukum yang dapat ditempuh
terdakwa tergantung pada jenis vonisnya, apakah bebas atau lepas.
Vonis bebas adalah vonis yang menyatakan terdakwa tidak terbukti
melakukan tindak pidana sebagaimana dakwaan jaksa penuntut umum.
Sedangkan, vonis lepas adalah vonis yang menyatakan perbuatan yang

7
didakwakan oleh jaksa penuntut umum terbukti, namun perbuatan tersebut bukan
merupakan tindak pidana.
Terhadap vonis bebas atau lepas, sebenarnya tidak ada upaya hukum biasa
yang diperkenankan oleh KUHAP, kecuali kasasi demi kepentingan hukum yang
merupakan kewenangan ‘eksklusif’ yang dimiliki oleh Jaksa Agung.
Namun, pada tahun 2012, Mahkamah Konstitusi (MK) dalam putusan
pengujian Pasal 244 KUHAP membuka peluang jaksa untuk mengajukan upaya
hukum kasasi terhadap vonis bebas. Sebelum Putusan MK ini, jaksa sebenarnya
telah beberapa kali mengajukan kasasi terhadap vonis bebas.
MANP Lawyers adalah firma hukum yang berpengalaman menangani kasus-
kasus pidana. Tim advokat MANP Lawyers dengan lisensi resmi PERADI siap
mendampingi serta memberikan solusi atas permasalahan hukum pidana yang
tengah anda hadapi

4. Taktik Penyidikan
Kecepatan adalah tuntutan taktis pertama bagi pemeriksaan perkara, akan

tetapi prioritas taktik penyidikan atau taktik kriminal adalah pengetahuan yang

mempelajari problema-problema taktik dalam bidang penyidikan perkara pidana.

Dalam menyidik suatu perkara, seorang penyidik kecepatan tidak boleh

mengurangi tertib penyelesaian pemeriksaan teknis perkara selanjutnya.

Penyidik harus tetap dan selalu menyadari masalah dan kesulitan yang

harus dipecahkan dalam penyidikan. Menurut soesilo (1974: 9) bahwa taktik

penyidikan merupakan dasar bagi para penyidik melakukan penyidikan. Dasar ini

di terapkan dalam melakukan tindakan sebagai berikut:

a) Penyidikan di tempat kejadian perkara (TKP)

b) Mengungkap cara kejahatan itu dilakukan

c) Menemukan pelaku kejahatan

8
d) Bekerjanya pelaku kejahatan (metode dan alat)

e) Penjahat memperlakukan barang-barang

f) hasil kejahatan

g) Motif pelaku berbuat kejahatan

h) Cara-cara memeriksa atau mendengar keterangan saksi dan tersangka

i) Cara melakukan penyidikan

j) Cara mempergunakan informan

5. Teknik Penyidikan
Teknik penyidikan atau teknik kriminal adalah keseluruhan kegiatan yang
dapat dilakukan dalam penyidikan suatu perkara pidana. Menurut Soesilo (1974:
10) teknik penyidikan adalah: Pengetahuan tentang bekas-bekas (materiil), alat
atau sarana teknis yang dapat dipergunakan untuk melakukan kejahatan. Sarana
pembantuan untuk menetapkan dan mengambil bekas atau barang bukti.
Pengetahuan teknik identifikasi dan sinyalmen.
teknik mencari dan mengambil bekas mendapat bantuan yang amat
berharga dari ilmu-ilmu pengetahuan seperti ilmu keokteran, ilmu kimia, ilmu alam,
daktiloskopi, dan peralatan teknologi modern di bidang fotografi, mikrofotografi,
kamera, tape recorder, VCD, DVD, liedetector, dan lain-lain.
Dengan peralatan teknik ini makin banyak bekas materiil yang terdeteksi.
Berikut ini diberikan contoh untuk melihat peran bantuan-bantuan teknik untuk
mengungkap kejahatan:
a) Bekas berwarna merah yang terselip di pegangan belati yang
dipergunakan untuk membunuh dapat dipastikan sebagai bekas darah
korban dengan pemeriksaan mikroskop dan bahan kimia.
b) Sidik jari laten yang kasat mata dapat terlihat dengan mata telanjang
dengan menggunakan bantuan teknik fotografi mekanik (serbuk) dan
bahan kima (yodium). Dari sidik jari yang sudah kelihatan ini dibuatlah

9
foto dengan pembesaran (zoom), sehingga memungkinkan penyidik
mencari sidik jari yang identik dengan kumpulan sidik jari di arsip.
c) Racun yang ditemukan pada muntahan korban, kotoran, kuku, dan
dalam jahitan kantong baju penjahat dapat diketahui jenis racun dengan
menggunakan bahan kimia.
d) Pemalsuan dokumen atau tulisan dapat ditunjukkan dengan pasti
bagianbagian yang dipalsu dengan bantuan ahli tulisan dengan
bantuan fotografi dan mikroskop
e) Pada pemeriksaan luka tembak (masuk), seorang ahli (dokter) dapat
menentukan jenis dan jarak tembak senjata api yang dipergunakan
f) Dalam suatu tindak pidana perkosaan yang disertai dengan
pembunuhan ditemukan rambut dalam genggaman dan jaringan kulit di
kuku korban. Berdasarkan pemeriksaan ahli dengan teknologi DNA
dapat dengan mudah dikenali identitas genetis pelaku kejahatan.
g) Seorang ahli ilmu alam dapat membantu untuk menentukan kekuatan
sebuah benda yang dilemparkan kepada seorang korban dari jarak
tertentu. Dia juga dapat menentukan kecepatan hanyutnya sebuah
benda atau korban manusia dengan mengukur kecepatan aliran air
sungai.

6. Definisi Ilmu Forensik


Definisi Ilmu Forensik Sebelum melangkah untuk mengetahui apa yang
dimaksud dengan Ilmu Kedokteran Forensik, maka seyogyanya perlu mengetahui
apa yang dimaksud dengan Ilmu Forensik secara umumnya. Ilmu Forensik
(Forensic Science) adalah Ilmu terapan yang dipergunakan untuk menegakan
keadilan dan kebenaran demi kesejahteraan umat manusia.
Contoh dari cabang-cabang yang masuk dalam Ilmu Forensik ini adalah Ilmu
Kimia Forensik, Ilmu Biologi Forensik, Ilmu Balistik, Ilmu Kriminalistik, Ilmu
Antropologi Forensik, Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu Fisika Forensik, Ilmu
Psikiatri Forensik, Ilmu Entomologi Forensik, Ilmu Dokumen Forensik, Ilmu Sidik

10
Jari Forensik, Ilmu Toksikologi Forensik, Ilmu Komputer Forensik, Biologi
Molekuler Forensik dan lain-lain.
Untuk dapat membuat terang suatu perkara tindak pidana yang terjadi di
masyarakat, mulai dari tingkat penyelidikan, penyidikan, penuntutan bahkan
sampai tingkat pengadilan, maka diperlukan dukungan dari berbagai ilmu
pengetahuan yang terkait dengan kasusnya.
7. Penanganan Barang Bukti Kedokteran Forensik
Penangan barang bukti kedokteran forensik guna pemeriksaan lanjutan dan
atau pemeriksaan DNA memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Barang bukti kedokteran forensik berupa :
 Darah
 Liur
 Sperma
 Rambut dengan akar rambut
 Gigi
 Tulang
 Kulit
 Otot
 Semua yang berkaitan dengan tubuh manusia
b) perlu dipikirkan untuk mengamankan dan merawat barang bukti dari
kerusakan.
c) untuk darah segar disimpan dalam tabung darah dengan menambahkan
larutan EDTA 10% ( jangan menggunakan formalin ).
d) darah, sperma dan liur disimpan dalam kassa kering dan diangin anginkan
sampai kering lalu disimpan dalam amplop bukan kantong plastik.
e) rambut dengan akarnya, gigi, tulang, kulit, otot dan semua yang berkaitan
dengan tubuh manusia disimpan dalam amplop.

11
8. Contoh Kasus Narkoba
Polresta Bogor menangkap 2 pelajar SMK dan 2 mahasiswa terkait kasus
narkoba. Beberapa paket ganja dan 0,70 gram sabu disita.
Berdasarkan pemeriksaan, 2 pelajar berinsial PS dan AN tersebut masih
bersekolah di kelas 1. Keduanya ditangkap di lokasi berbeda. Dari tangan
keduanya, polisi mengamankan barang bukti berupa 5 paket kecil berisi ganja
seberat 53 gram. "Satu pelajar berinisial PS ditangkap saat mengkonsumsi
ganja di sebuah rumah di Cibuluh, Bogor Utara.
Sementara satu pelajar lainnya, ditangkap di lokasi yang berbeda," kata
Kapolres Bogor Kota AKBP Bahtiar Ujang Purnama di Mapolres Bogor Kota, Jalan
Kapten Muslihat Kota Bogor, Senin (28/4/2014). Polisi masih mendalami dugaan
bahwa salah satu pelajar yang diamankan merupakan pengedar. "Kita kejar
jaringannya. Kita telusuri apakah (pelajar) yang kita amankan ini merupakan
pengedar untuk kalangan pelajar," kata Bahtiar.

Sementara, 2 mahasiswa yang diamankan polisi adalah Aan Nursyirwansyah


(21) dan Ilkan alias Iam (23). "Dari keduanya kita amankan barang bukti berupa
ganja seberat 535 gram dan sabu seberat 0,70 gram," jelas Bahtiar. Kasat
Narkoba Polres Bogor Kota AKP Andri Alam menambahkan dalam seminggu
terakhir, polisi mengamankan 12 pengguna dan pengedar narkoba sabu dan
ganja. "Ada pelajar, mahasiswa, sopir dan karyawan. Barang bukti yang kita
amankan, sabu seberat 0,90 gram dan ganja 2,5 kilogram," kata AKP Andri.

Pengguna dan pengedar narkoba akan dijerat dengan UU nomor 35 Tahun


2009 tentang Narkotika dengan ancaman hukuman paling singkat 6 tahun dan
maksimal 20 tahun penjara.

12
BAB 3
KESIMPULAN
Kedokteran Forensik merupakan cabang spesialistik ilmu kedokteran yang
mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakkan hukum dan
keadilan
Ruang lingkup Kedokteran forensik yaitu menerapkan ilmunya untuk melakukan
pemeriksaan terhadap barang bukti biologis, manusia, bagian tubuh dari manusia baik
korban hidup maupun mati dan terbagi menjadi forensik patologi, forensik klinik dan
forensik laboratorium.

f)

13
DAFTAR PUSTAKA
https://suduthukum.com/2017/04/kriminalistik.html
http://badiklat.kejaksaan.go.id/eakademik/uploads/modul/0648298f903bfdfed2e0677366
080bf5.pdf
https://news.detik.com/berita/d-2567767/2-pelajar-dan-2-mahasiswa-bogor-ditangkap-
terkait-kasus-narkoba

14

Anda mungkin juga menyukai