Dosen Pembimbing :
Syaminan Zakaria S.Hi., MH.
Kelompok 1 :
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah Subhanallahu Ta’ala yang telah
memberikan rahmat dan karunia–Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengertian Praktek Peradilan dan Sumber
Hukum Acara Perdata” ini tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen penanggungjawab
Syaminan Zakaria S.Hi., MH. yang telah membimbing sehingga makalah ini dapat
selesai. Penyelesaian makalah ini dengan memperoleh informasi dari berbagai
pihak dan sumber dari buku, asisten serta teman-teman.
Akhir kata Kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Dengan penuh kesadaran mengenai
segala kekurangan penulis siap menerima saran dan kritik demi perbaikan laporan
ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca maupun pihak lain.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Tujuan ..... ......................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
II. ISI
A. Pengertian Peradilan .......................................................................... 3
B. Jenis-Jenis Peradilan ......................................................................... 3
C. Sumber Hukum Acara Perdata ......................................................... 5
III. KESIMPULAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum sebagai alat untuk mengubah kinerja selalu diupayakan untuk
mengatasi berbagai macam masalah sosial yang ada dimasyarakat. Tujuan
keberadaan hokum adalah untuk menciptakan kepastian hokum dan ketertiban
umum. Manusia mencari keadilan dalam tingkah laku kehdiupannya, terutama
dalam pranata kehidupan sosial masyarakat. Bidang hokum merupakan wadah
pembentukan lembaga peradilan bagi anggota masyarakat. Sehingga hokum terus
berkembang dan perlindungan hokum yang memiliki hakikat keadilan dan keenaran
ditegaskan dalam bidang hokum materiil guna mewujudkan sistem hokum nasional.
Dalam pembangunan hokum nasional ini terdapat beberapa fungsi yaitu sebagai
pemelihara keamanan dan ketertiban, sarana pendidikan masyarakat dan
pembangunan dan untuk menegakkan keadilan (Permana, 2021).
Para Hakim sering kali dihadapkan dengan persoalan-persoalan berkaitan
dengan praktik persidangan perdata, banyak persoalan baru yang dihadapi oleh
hakim dalam persidangan diantaranya yaitu suatu persoalan belum diatur sama
sekali dalam perundang-undangan, atau persoalan tersebut sudah diatur dalam
perudanga-undangan namun tidak jelas atau tidak lengkap mengaturnya, atau
persoalan tersebut sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan akan tetapi
tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan juga nilai-nilai keadilan yang ada di
masyarakat. Sedangkan terhadap permasalahan-permasalahan tersebut para Hakim
dituntut harus dapat mengatasinya, hal ini sesuai dengan salah satu asas kekuasaan
kehakiman yaitu pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili dan
memutus perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang
jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya (Pasal 10 ayat (1) UU
No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman) (Ardiansyah, 2020).
Hakim mempunyai kebebasan dalam menyesuaikan setiap masalah dalam
perkara di pengadilan. Dalam undang-undang hakim dituntut untuk tidak subjektif.
Hakim dalam mengadili suatu perkara harus mencerminkan rasa keadilan
masyarakat bukan untuk rasa keadilan bagi dirinya sendiri. Hakim tidak boleh
2
untuk menolak untuk mengdili perkara yang tidak memiliki dasar hokum atau
pengaturan hukumnya yang jelas. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 10 ayat (1)
Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Serta
dalam Pasal 5 ayat (1) dinyatakan bahwa “hakim dan hakim konstitusi wajib
menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hokum dan rasa keadilan yang
hidup dalam masyarakat” (Pralampita, 2020).
Praktik peradilan perdata merupakan pelaksanaan secara nyata apa yang
disebut dalam teori oleh lembaga yang mempunyai kewenangan untuk
menyelesaikan perkara yang dilakukan dengan tata cara tertentu yang diatur dalam
hukum acara demi tegaknya hukum dan keadilan mengenai hubungan hukum antara
orang yang satu dengan orang yang lain di dalam masyarakat yang titik beratnya
mengenai kepentingan perseorangan. Pengertian peradilan menitikberatkan pada
proses yaitu proses yang dilakukan oleh lembaga tersebut dalam menjalankan
kewenangan untuk menyelesaikan perkara yang dilakukan dengan tata cara tertentu
yang diatur dalam hukum acara demi tegaknya hukum dan keadilan (Rizal, 2020).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah
1. Apa pengertian praktek peradilan ?
2. Apa saja jenis-jenis praktek peradilan ?
3. Apa saja sumber hukum acara perdata ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari praktik peradilan.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis peradilan
3
BAB II
ISI
A. Pengertian Peradilan
Peradilan merupakan salah satu pilar yang fundamental, sebab diatas
peradilan inilah sistem pemerintahan disandarkan sebagai bagian dalam rangka
mengimplementasikan hokum Islam ke seluruh aspek kehidupan termasuk politik.
Lembaga peradilan inilah yang senantiasa menegakkan keadilan di tengah-tengah
masyarakat dengan menghukum siapa saja yang patut dihukum serta untuk
memastikan bahwa ajaran Islam telah ditaati secara terus menerus, maka kehadiran
lembaga-lembaga pengadilan yang ada sekarang ini adalah termasuk bagian dari
ajaran islam (Gunawan, 2019). Sistem peradilan merupakan sistem penanganan
perkara sejak adanya pihak yang merasa dirugikan atau sejak adanya sangkaan
seseorang telah melakukan perbuatan pidana hingga pelaksanaan putusan hakim.
Apabila dilihat dari sudut pandang sosiologis, peradilan merupakan suatu
lembaga kemasyarakatan atau suatu institusi sosial yang berproses untuk mencapai
keadilan. Peradilan juga disebut sebagai lembaga sosial yang merupakan himpunan
kaidah dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam
kehidupan masyarakat (Pradityo, 2016). Restoative justice dapat dirumuskan
sebagai sebuah pemikiran yang merespon pengembangan sistem peradilan pidana
denan menitikberatkan kepada kebutuhan pelibatan masyarakat dan korban yang
dirasa tersisihkan dengan mekanisme yang bekerja pada sistem peradilan pidana
yang ada pada saat ini.
tersebut. Peradilan ini diatur dengan UU No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan
Umum jo. UU No. 8 Tahun 2004 jo. UU No. 49 Tahun 2009 jo. Putusan MK Nomor
37/PUU-X/2012. Terdapat 6 pengadilan khusus di lingkungan peradilan umum:
a) Pengadilan Anak, merupakan pengadilan yang melakukan proses peradilan
atas perkara yang dilakukan oleh pada anak berumur 12-17 tahun yang
diduga melakukan suatu tindak pidana.
b) Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, merupakan pengadilan yang melakukan
proses peradilan atas perkara tindak pidana korupsi, dimana pekara yang
diperkarakan adalah pekara yang tuntutannya diajukan oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi.
c) Pengadilan Perikanan, merupakan pengadilan yang melakukan proses
peradilan yang berhubungan dengan tindak pidana di bidang perikanan.
d.Pengadilan HAM, merupakan pengadilan yang melakukan proses
peradilan yang berkaitan dengan pelanggaran HAM berat meliputi
kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
d) Pengadilan Niaga, merupakan pengadilan yang melakukan proses peradilan
atas perkara pailit dan penundaan kewajibann pembayaran utang, kekayaan
intelektual, dan likuidasi.
e) Pengadilan Hubungan Industrial, merupakan pengadilan yang melakukan
proses peradilan atas perkara perselisihan hubungan industrial meliputi hak,
kepentingan, PHK, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh
dalam satup perusahaan.
2. Peradilan Agama
Peradilan agama ini adalah peradilan yang khusus menangani perkara
perdata tertentu bagi masyarakat beragama Islam. Yang sangat umum diperkarakan
adalah perkara perdata seperti perceraian dan waris secara Islam. Badan yang
menjalankannya terdiri dari Pengadilan Agama sebagai pengadilan tingkat pertama
yang berada di ibukota dan Pengadilan Tinggi Agama sebagai pengadilan tingkat
banding yang terletak di ibukota provinsi. Khusus di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, dibentuk pengadilan agama dengan nama Mahkamah Syar’iyah agama
nya dibentuk dengan nama Mahkamah Syar’iah dan pengadilan tinggi agama
5
dengan nama Mahkamah Syar’iyah Aceh. Dasar hukum peradilan ini adalah
berdasrakan UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama jo. UU No.3 Tahun
2006 jo. UU No.50 Tahun 2009 jo. Putusan MK Nomor 37/PUU-X/2012.
4. Peradilan Militer
Peradilan militer hanya menangani perkara pidana dan sengketa tata usaha
bagi kalangan militer. Badan yang menjalankan terdiri dari Pengadilan Militer,
Pengadilan Militer Tinggi dan Pengadilan Militer Utama. Pengadilan Militer adalah
pengadilan tingkat pertama bagi perkara pidana yang terdakwanya berpangkat
Kapten atau di bawahnya. Pengadilan Militer Tinggi sebagai pengadilan tingkat
banding untuk putusan Pengadilan Militer, sekaligus pengadilan tingkat pertama
untuk perkara pidana dengan terdakwa berpangkat Mayor atau di atasnya.
Pengadilan Militer Tinggi juga pengadilan tingkat pertama bagi sengketa
tata usaha angkatan bersenjata. Sedangkan Pengadilan Militer Utama ialah
pengadilan tingkat banding atas putusan Pengadilan Militer Tinggi.Dasar hukum
peradilan ini adalah berdasarkan UU No.31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer.
5. Peradilan Konstitusi
6
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Peradilan merupakan salah satu pilar yang fundamental, sebab diatas
peradilan inilah sistem pemerintahan disandarkan sebagai bagian dalam rangka
mengimplementasikan hokum Islam ke seluruh aspek kehidupan termasuk politik.
Lembaga peradilan inilah yang senantiasa menegakkan keadilan di tengah-tengah
masyarakat dengan menghukum siapa saja yang patut dihukum serta untuk
memastikan bahwa ajaran Islam telah ditaati secara terus menerus, maka kehadiran
lembaga-lembaga pengadilan yang ada sekarang ini adalah termasuk bagian dari
ajaran islam (Gunawan, 2019). Apabila dilihat dari sudut pandang sosiologis,
peradilan merupakan suatu lembaga kemasyarakatan atau suatu institusi sosial yang
berproses untuk mencapai keadilan. Peradilan juga disebut sebagai lembaga sosial
yang merupakan himpunan kaidah dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu
kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat (Pradityo, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir Muhammad, 2008, Hukum Acara Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung.
Pradityo R. 2016. Restorative Justice dalam Sistem Peradilan Anak. Jurnal Hukum
dan Peradilan, 5(3): 319-330.
https://www.indonesiare.co.id/id/article/jenis-jenis-peradila-di-indonesia