Dosen:
Hj.Etty Rochaeti, S.H.,M.H.
Disusun oleh :
Alma Vania Rosali Agatha
18.4301.038
Kelas A
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat limpahan
rahmat, hidayah dan ridho-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai
“Penegakan Hukum Bermoral Pancasila” ini . Tidak lupa semoga sholawat dan salam
selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-
sahabatnya dan semoga sampai kepada kita selaku umatnya.
Penyusunan tugas makalah ini saya buat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah pendidikan pancasila.
Ucapan terima kasih saya kepada, Ibu Hj.Etty Rochaeti, S.H.,M.H. selaku dosen
mata kuliah pendidikan pancasila yang telah memberi ilmu, arahan dan juga panutan untuk
kita semua dan saya secara pribadi.
Seperti fitrah manusia, tidak ada manusia yang sempurna. Begitu juga dengan tugas
ini, masih banyak sekali kekurangan baik dari segi teknik penulisan maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan
guna untuk penyusunan tugas berikutnya.
i
Daftar Isi
BAB 1................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah...........................................................................................................2
2.1 Penegakan Hukum....................................................................................................................3
2.2 Siapa Saja Penegak Hukum?...................................................................................................4
2.3 Kesadaran Hukum...................................................................................................................6
2.4 Budaya Hukum.........................................................................................................................6
Unsur-Unsur Penegakan Hukum....................................................................................................9
BAB 3..............................................................................................................................................10
PENUTUP........................................................................................................................................10
1.3 Kesimpulan.......................................................................................................................10
BAB 1
PENDAHULUAN
Penetapan Pancasila sebagai dasar falsafah negara berarti moral bangsa telah menjadi
moral negara. Hal ini berarti bahwa moral Pancasila telah menjadi sumber tertib negara dan
sumber tertib hukumnya .Karena itu, setiap tindakan harus berdasarkan hukum yang
“bermoral pancasila”, sehingga konsekuensinya hukum harus menjadi panglima demi
terciptanya masyarakat Indonesia yang mempunyai kedudukan dan hak yang sama di
hadapan hukum.
1
pilihan keputusan sehingga apabila salah memilih keputusan dalam sikap dan prilaku nyata,
maka berpengaruh buruk terhadap hukum di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Penegakan Hukum
Menurut Soerjono Soekanto, secara konseptual inti dan arti penegakan hukum
terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabar untuk meciptakan,
memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Dengan demikian
penegakan hukum merupakan suatu sistem yang menyangkut penyerasian antara nilai
dengan kaidah serta perilaku nyata manusia. Kegagalan hukum untuk mewujudkan nilai
hukum tersebut merupakan ancaman bahaya yang akan mempengaruhi keamanan
masyarakat, sedangkan keberhasilan penegakan hukum akan menentukan serta menjadi
barometer legitimasi hukum di tengah-tengah realitas sosialnya sehingga permasalahan
kejahatan dengan kekerasan oleh massa dapat teratasi secara hukum yang ada.1
1
“http://digilib.unila.ac.id/2827/12/BAB%20II.pdf
3
2.2 Siapa Saja Penegak Hukum?
Dalam penjelasan Pasal 5 ayat (1): “Yang dimaksud dengan “Advokat berstatus
sebagai penegak hukum” adalah Advokat sebagai salah satu perangkat dalam proses
peradilan yang mempunyai kedudukan setara dengan penegak hukum lainnya dalam
menegakkan hukum dan keadilan.”
Selain frasa “penegak hukum” seperti dalam UU Advokat, terdapat pula istilah lain
yang masih memiliki hubungan dengan istilah “penegak hukum” yang dapat ditemui dalam
peraturan yang terpisah antara lain:
“Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat.”
b. Pasal 101 ayat (6) UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan penjelasannya:
Dalam rangka pelaksanaan kewenangan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) dapat meminta bantuan aparat penegak hukum
lain.
4
Dalam penjelasannya disebutkan: Yang dimaksud dengan “aparat penegak hukum
lain” dalam ayat ini antara lain aparat penegak hukum dari Kepolisian Republik Indonesia,
Direktorat Jenderal Imigrasi, Departemen Kehakiman, dan Kejaksaan Agung.
c. Pasal 49 ayat (2) huruf i UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dan
penjelasannya: Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Otoritas Jasa Keuangan
berwenang meminta bantuan aparat penegak hukum lain. Dalam penjelasannya: Yang
dimaksud dengan "penegak hukum lain" antara lain kejaksaan, kepolisian, dan pengadilan.
e. Pasal 1 angka 8 PP No. 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja:
“Satuan Polisi Pamong Praja, yang selanjutnya disingkat Satpol PP, adalah bagian
perangkat daerah dalam penegakan Perda dan penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat.”
Dalam artian luas, masih ada beberapa lembaga lain yang memiliki kewenangan
untuk mengatur, mengawasi dan melaksanakan perintah peraturan, antara lain:
5
Jadi, walaupun di dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak
disebutkan definisi dari Lembaga Penegak Hukum maupun Penegak Hukum, tetapi dalam
peraturan perundang-undangan, terdapat beberapa aparat dan lembaga yang dapat
dikategorikan sebagai Lembaga Penegak Hukum.
6
2.4 Budaya Hukum
Di Indonesia sendiri sudah mulai terasa budaya hukum masyarakat kita sudah mulai
terikis oleh kejamnya zaman, ini bisa kita lihat dimasyarakat banyak terjadi konflik
horizontal, pelanggaran HAM, narkotika, pelecehan seksual, kekerasan terhadap anak,
KKN(Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) bukan hanya melibatkan masyarakat biasa tetapi
bahkan pejabat nagara, khususnya mengenai korupsi. Belum lagi ditambah dengan proses
Penegakan hukum yang tumpul kebawah serta kisru institusi penegak hukum yang
seharusnya menegakkan keadilan justru saling menjatuhkan, sehingga menimbulkan
ketidakpercayaan masyarakat terhadap para aparat penegak hukum kita. Bahkan banyak
orang yang berpendapat bahwa pembangunan supremasi hukum akan sulit dilakukan
karena budaya hukum masyarakat indonesia adalah budaya hukum patrimonial yang korup,
pesimisme ini muncul karena budaya biasanya diwarisi dan dihayati oleh masyarakat dari
nenek moyang sejak waktu yang sangat lama dan karenanya sulit untuk diubah.
Budaya hukum adalah tanggapan umum yang sama dari masyarakat tertentu
terhadap gejala-gejala hukum. Tanggapan itu merupakan kesatuan pandangan terhadap
nilai-nilai dan perilaku hukum. Jadi suatu budaya hukum menunjukkan tentang pola
perilaku individu sebagai anggota masyarakat yang menggambarkan tanggapan (orientasi)
yang sama terhadap kehidupan hukum yang dihayati masyarakat bersangkutan
(Hadikusuma, 1986).
Apa yang dimaksud “budaya hukum” adalah keseluruhan faktor yang menentukan
bagaimana system hukum memperoleh tempatnya yang logis dalam kerangka budaya milik
masyarakat umum. Budaya hukum bukan bukanlah apa yang secara kasar disebut opini
public para antropolog, budaya itu tidak sekedar berarti himpunan fragmen-fragmen
tingkah laku (pemikiran) yang saling terlepas, istilah budaya diartikan sebagai keseluruhan
nilai sosial yang berhubungan dengan hukum (Soerjono Soekanto, hukum dan masyarakat
universitas Airlangga 1977 : 2)
Secara umum budaya hukum dapat dikelompokkan dalam tiga wujud perilaku manusia
dalam kehidupan masyarakat yaitu:
7
1. Budaya parokial (parochial culture)
Pada masyarakat parokial (picik), cara berpikir para anggota masyarakatnya masih
terbatas, tanggapannya terhadap hukum hanya terbatas dalam lingkungannya sendiri.
Masyarakat demikian masih bertahan pada tradisi hukumnya sendiri, kaidah-kaidah hukum
yang telah digariskan leluhur merupakan azimat yang pantang diubah. Jika ada yang
berperilaku menyimpang, akan mendapat kutukan. Masyarakat tipe ini memiliki
ketergantungan yang tinggi pada pemimpin. Apabila pemimpin bersifat egosentris, maka ia
lebih mementingkan dirinya sendiri. Sebaliknya jika sifat pemimpinnya altruis maka warga
masyarakatnya mendapatkan perhatian, karena ia menempatkan dirinya sebagai primus
intervares, yang utama di antara yang sama. Pada umumnya, masyarakat yang sederhana,
sifat budaya hukumnya etnosentris, lebih mengutamakan dan membanggakan budaya
hukum sendiri dan menganggap hukum sendiri lebih baik dari hukum orang lain
(Kantaprawira, 1983).
Dalam masyarakat budaya subjek (takluk), cara berpikir anggota masyarakat sudah
ada perhatian, sudah timbul kesadaran hukum yang umum terhadap keluaran dari penguasa
yang lebih tinggi. Masukan dari masyarakat masih sangat kecil atau belum ada sama sekali.
Ini disebabkan pengetahuan, pengalaman dan pergaulan anggota masyarakat masih terbatas
dan ada rasa takut pada ancaman-ancaman tersembunyi dari penguasa. Orientasi pandangan
mereka terhadap aspek hukum yang baru sudah ada, sudah ada sikap menerima atau
menolak, walaupun cara pengungkapannya bersifat pasif, tidak terang-terangan atau masih
tersembunyi. Tipe masyarakat yang bersifat menaklukkan diri ini, menganggap dirinya
tidak berdaya mempengaruhi, apalagi berusaha mengubah sistem hukum, norma hukum
yang dihadapinya, walaupun apa yang dirasakan bertentangan dengan kepentingan pribadi
dan masyarakatnya (Kartaprawira, 1983).
Pada masyarakat budaya partisipan (berperan serta), cara berpikir dan berperilaku
anggota masyarakatnya berbeda-beda. Ada yang masih berbudaya takluk, namun sudah
8
banyak yang merasa berhak dan berkewajiban berperan serta karena ia merasa sebagai
bagian dari kehidupan hukum yang umum. Disini masyarakat sudah merasa mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam hukum dan pemerintahan. Ia tidak mau
dikucilkan dari kegiatan tanggapan terhadap masukan dan keluaran hukum, serta ikut
menilai setiap peristiwa hukum dan peradilan.
1. Unsur Peraturan
Mengapa peraturan menjadi salah satu unsur penting bagi berhasilnya penegakan
hukum? Konsep pemikiran yang digunakan yaitu bahwa penegakan hukum telah dimulai
pada saat peraturan hukumnya dibuat atau diciptakan. Perumusan pikiran pembuat hukum
yang dituangkan dalam bentuk peraturan hukum akan turut mempengaruhi bagaimana
penegakan hukum itu dijalankan nantinya. Keberhasilan para petugas hukum dalam
penegakan hukum sebenarnya telah dimulai sejak peraturan hukum yang harus dijalankan
tersebut dibuat.
Petugas/penegak hukum yang dimaksud dalam hal ini yaitu polisi, jaksa, hakim, dan
lain-lain. Membahas penegakan hukum tanpa menyinggung segi manusianya merupakan
pembahasan yang steril sifatnya (Satjipto Rahardjo, 2009 : 26). Faktor manusia sebagai
penegak hukum menjadi penting karena hanya melalui faktor tersebut penegakan hukum itu
dijalankan.
3. Faktor Sarana/Fasilitas
9
Sarana atau fasilitas itu meliputi tenaga manusia yang terampil dengan organisasi
yang baik, peralatan yang cukup, keuangan yang baik, dan yang lainnya. Tanpa sarana atau
fasilitas yang memadai bagi tegaknya hukum yang telah dibuat maka proses penegakan
hukum pun mustahil untuk dapat dilakukan dengan baik.
10
BAB 3
PENUTUP
1.3 Kesimpulan
11
Daftar Pusaka
Sumber :
http://digilib.unila.ac.id/2827/12/BAB%20II.pdf
https://www.suduthukum.com/2017/05/penegak-hukum.html
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt502201cc74649/siapa-sajakah-penegak-
hukum-di-indonesia
http://up-date09.blogspot.com/2012/06/kesadaran-hukum.html
http://belajarpendidikanpkn.blogspot.com/2017/11/pengertian-kesadaran-hukum.html
http://sirajuddinraju.blogspot.com/2015/04/makalah-budaya-hukum-dalam-kehidupan.html
http://indrangali.blogspot.com/2016/05/budaya-hukum-dan-masyarakat.html
https://ngobrolinhukum.wordpress.com/2014/02/16/unsur-penting-dalam-penegakan-
hukum/
12
13