Anda di halaman 1dari 12

PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kemahiran Hukum Litigasi dan Non Litigasi yang Diampu Oleh
Bapak Mohammad Hasib, S.H.I., M.H.

Disusun Oleh

Kelompok 2 :

1. Suyatno (126102201014)
2. Ihda Alfina Zahra (126102201017)
3. Muhammad Arifudin Ashari (126102201031)

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH


TULUNGAGUNG
FEBRUARI 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah memberikan kelancaran
dan kemurahan-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
“Kemahiran Hukum Litigasi dan Non Litigasi” dalam bentuk makalah. Sholawat beserta
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW.
Sehubung dengan terselesaikannya makalah ini, maka kami mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Bapak Mohammad Hasib, S.H.I., M.H. selaku dosen pengampu mata kuliah
Kemahiran Hukum Litigasi dan Non Litigasi Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
3. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuan yang masih terbatas, maka dari itu makalah yang kami tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Untuk itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini dengan judul “Penyelidikan dan Penyidikan”. Kami berharap dari
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kami maupun pembaca.
Aamiin…

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Tulungagung, 25 Februari 2023

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan Masalah .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3


A. Pengertian Penyelidikan dan Penyidikan ........................................................... 3
B. Tujuan Penyelidikan dan Penyidikan ................................................................. 4
C. Yang Berwenang Melakukan Penyelidikan dan Penyidikan ............................. 5
D. Perbedaan Penyelidikan dan Penyidikan ............................................................ 6

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 8


A. Kesimpulan ........................................................................................................ 8
B. Saran .................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari penyidikan,
KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan Penyelidik. Dalam Pasal 1
angka 1 KUHAP1 disebutkan bahwa penyidik adalah pejabat kepolisian negara
Republik Indonesia atau pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang
khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.
Sedangkan menurut ketentuan Pasal 1 angka 2 KUHAP disebutkan bahwa
Penyidikan itu adalah serangkaian tindakan Penyidik dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi guna menemukan
tersangkanya.
Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa tampak jelas hubungan erat tugas dan
fungsi penyidik dan penyelidik. Penyelidikan bukanlah fungsi yang berdiri sendiri,
terpisah dari fungsi penyidikan, melainkan hanya merupakan salah satu cara atau
metode atau sub daripada fungsi penyidikan, yang mendahului tindakan lain yaitu
penindakan yang berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan,
pemeriksaan surat, pemanggilan, tindakan pemeriksaan, penyelesaian dan penyerahan
berkas perkara kepada Penuntut Umum.
Ruang lingkup penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk
mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur
dalam undang undang.
Penyelidikan dapat dilakukan oleh semua polisi, sementara penyidikan hanya
dapat dilakukan oleh polisi yang berpangkat pembantu letnan satu (peltu) atau yang
sekarang adalah inspektur polisi satu (iptu) dan penyidik pegawai negeri sipil (PPNS)
minimal golongan IIB.
Penyelidik karena kewajibannya mempunyai wewenang menerima laporan,
mencari keterangan dan barang bukti, menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan
menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri, dan mengadakan tindakan lain
menurut hukum yang bertanggung jawab.

1
Lihat pasal 1 ayat 1KUHAP

1
Berdasarkan ketentuan pasal 16 ayat 1 KUHAP, untuk kepentingan penyelidikan,
penyelidik atas perintah penyidik yang berwenang dapat melakukan penangkapan.
Namun untuk menjamin hak hak asasi tersangka, perintah penangkapan tersebut harus
didasarkan pada bukti permulaan yang cukup.
Adapun bukti permulaan yang cukup adalah keterangan dan data yang terkandung
dalam dua diantara : laporan kepolisian ; berita acara pemeriksaan polisi; laporan hasil
penyelidikan; keterangan saksi/ahli; dan barang bukti.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Penyelidikan dan Penyidikan ?
2. Bagaimana Tujuan Penyelidikan dan Penyidikan ?
3. Siapa yang Melakukan Penyelidikan dan Penyidikan ?
4. Bagaimana Perbedaan Penyilidikan dan Penyidikan ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Penyelidikan dan Penyidikan.
2. Untuk Mengetahui Tujuan Penyelidikan dan Penyidikan.
3. Untuk Mengetahui Siapa yang Melakukan Penyelidikan dan Penyidikan.
4. Untuk Mengetahui Perbedaan Penyilidikan dan Penyidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyelidikan dan Penyidikan
1. Penyelidikan
Menurut pasal 1 huruf 4 KUHAP Penyelidikan adalah serangkaian tindakan
penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak
pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang
diatur dalam Undang-undang ini.
Di dalam ketentuan umum KUHAP menjelaskan Penyelidikan adalah serangkaian
tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga
sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. Pengertian dalam Perkap 14/2012
tentang prosedur pnyidikan sama dengan pengertian dalam KUHAP.
Penyelidikan merupakan tindakan tahap pertama permulaan “penyidikan”.
Penyelidikan bukan merupakan tindakan yang berdiri sendiri terpisah dari fungsi
“penyidikan”. Penyelidikan merupakan salah satu metode/acara atau sub daripada
fungsi penyidikan yang mendahului tindakan lain yaitu penindakan yang berupa
penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat pemanggilan,
tindakan pemeriksaan, dan penyerahan berkas kepada penuntut umum. Jadi, sebelum
dilakukan tindakan penyidikan, dilakukan dulu penyelidikan oleh pejabat penyidik,
dengan maksud dan tujuan mengumpulkan bukti permulaan atau bukti yang cukup
agar dapat dilakukan tindak lanjut penyidikan.
2. Penyidikan
Pengertian Penyidik terdapat dalam Pasal 1 KUHAP yang menyebutkan bahwa
Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai
Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang untuk
melakukan penyidikan.
Penyidik pembantu adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
karena diberi wewenang tertentu dalam melakukan tugas penyidikan yang diatur
dalam Undang-undang ini.
Menurut Pasal 1 KUHAP “Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang ini untuk mecari serta

3
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana
yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”.2
B. Tujuan Penyelidikan dan Penyidikan
1. Penyelidikan
Tujuan Penyelidikan dari pada penyelidikan adalah untuk mendapatkan atau
mengumpulkan keterangan, bukti atau data-data yang digunakan untuk menentukan
apakah suatu peristiwa yang terjadi merupakan suatu tindak pidana atau bukan. Siapa
yang dapat dipertanggung jawabkan (secara pidana) terhadap tindak pidana tersebut.
Agar dapat diadakan penindakan penyelidik memerlukan persiapan untuk
menentukan sasaran penyelidikan yang diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Orang yang diduga telah melakukan tindak pidana.
b. Benda/barang/surat yang dipergunakan untuk melakakukan kejahatan yang
dapat dipergunakan untuk mengadakan penyidikan maupun untuk barang bukti
dalam sidang pengadilan.
c. Tempat/bangunan/alat angkut dimana suatu kejahatan telah dilakukan.
Supaya tujuan dari penyelidikan dapat tercapai sesuai rencana maka sebelum
melakukan kegiatan penyelidik terlebih dahulu disusun rencana penyelidikan agar
lebih terarah dan terkendali dengan baik. Rencana penyelidikan tersebut memuat
tentang:

a. Sumber informasi yang perlu dihubungi (orang, instansi,badan, tempat, dan


lain-lain).
b. Informasi atau alat bukti apa yang dibutuhkan dari sumber tersebut (yang
bermanfaat untuk pembuktian tindak pidana).
c. Petugas pelaksana.
d. Batas waktu kegiatan.3
2. Penyidikan
Dalam hukum pidana penyidikan dilakukan setelah melalui serangkain tindakan
mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindakan pidana atau
disebut penyelidikan. Pada penyidikan titik berat penekanannya diletakkan pada
tindakan mencari serta mengumpulkan bukti.
2
Perlindungan Hukum Terhadap Tersangka yang Tertangkap Tangan Oleh Polri, Suci Pujiati, Fakultas Hukum
UMP, 2018
3
Lex CrimenVol. II/No. 4/Agustus/2013

4
Penyidikan bertujuan membuat terang tindak pidana yang ditemukan dan juga
menentukan pelakunya. Tujuan penyidikan ialah mencari dan mengumpulkan bukti,
yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi, dan menemukan
tersangkanya.
C. Yang Berwenang Melakukan Penyelidikan dan Penyidikan
Dalam proses penyidikan, orang yang memiliki wewenang untuk melakukan
penyidikan disebut dengan penyidik. Berikut ini adalah pengertian penyidik menurut
beberapa Undang-Undang :
1. Menurut Pasal 1 Angka 1 KUHAP yang dimaksud dengan Penyidik adalah pejabat
polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang
diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.
2. Menurut Pasal 6 Angka 1 KUHAP yang dimaksud Penyidik adalah pejabat polisi
negara Republik Indonesia dan pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang.
3. Menurut Pasal 1 Angka 10 UU Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang dimaksud dengan Penyidik adalah pejabat Kepolisian
Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk
melakukan penyidikan.
4. Menurut Pasal 1 Angka 32 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang
Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan yang dimaksud dengan Penyidik adalah pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Menurut Pasal 1 Angka 35 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan yang dimaksud dengan Penyidik adalah pejabat
Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu
yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.
6. Menurut Pasal 173 Angka 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah Dan Retribusi Daerah yang dimaksud dengan Penyidik adalah pejabat
pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh
pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5
Selain penyidik, juga terdapat penyidik pembantu dalam proses penyidikan.
Pengertian penyidik pembantu sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (1) KUHAP yaitu
pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diangkat oleh Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia berdasarkan syarat kepangkatan. Dalam penjelasan pasal
tersebut, selain POLRI penyidik pembantu juga termasuk pegawai negeri sipil tertentu
dalam lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan Pasal 11 KUHAP, penyidik pembantu memiliki wewenang yang sama
dengan dengan penyidik, kecuali mengenai penahanan. Mengenai penahanan, harus ada
pelimpahan wewenang dari penyidik. Dari penjelasan Pasal 11 menyatakan bahwa
pelimpahan wewenang penahanan kepada penyidik pembantu hanya diberikan apabila
perintah dari penyidik tidak dimungkinkan. Hal itu dikarenakan dlam keadaan yang
sangat diperlukan, atau karena terdapat hambatan perhubungan di daerah terpencil, atau
ditempat yang belum ada petugas penyidik, dan/atau dalam hal lain yang dapat diterima
menurut kewajiban.4
D. Perbedaan Penyelidikan dan Penyidikan
1. Penyelidikan
a. Tujuan : Mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak
pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan. (Pasal 1
angka 5 KUHAP)
b. Pihak yang berwenang : Setiap pejabat polisi negara Republik Indonesia. (Pasal 4
KUHAP)
c. Wewenang pihak yang berwenang : Karena kewajibannya mempunyai wewenang:
1) menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;
2) mencari keterangan dan barang bukti;
3) menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa
tanda pengenal diri;
4) mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

Selain itu, atas perintah penyidik, penyelidik dapat melakukan tindakan berupa:

1) penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penahanan;


2) pemeriksaan dan penyitaan surat;
3) mengambil sidik jari dan memotret seorang;
4
Tria Dina Pratiwi, 2014, Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Penyidik Anak yang Melakukan Tindak
Kekerasan Terhadap Anak Pada Saat Proses Penyidikan.

6
4) membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik. (Pasal 5 ayat (1)
KUHAP)
2. Penyidikan
a. Tujuan : Mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
(Pasal 1 angka 2 KUHAP)
b. Pihak yang berwenang : 1. Pejabat polisi negara Republik Indonesia; 2. Pejabat
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang.
(Pasal 6 ayat (1) KUHAP)
c. Wewenang pihak yang berwenang : Khusus penyidik dari kepolisian, karena
kewajibannya mempunyai wewenang:
1) menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;
2) melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
3) menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
4) melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;
5) melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
6) mengambil sidik jari dan memotret seorang;
7) memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
8) mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
9) mengadakan penghentian penyidikan;
10) mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. (Pasal 7
ayat (1) KUHAP)

Sedangkan untuk penyidik dari pegawai negeri sipil tertentu wewenangnya sesuai
dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan dalam
pelaksanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan penyidik
kepolisian. (Pasal 7 ayat (2) KUHAP).5

5
Yahya Harahap. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan. (Jakarta:
Sinar Grafika), 2006.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang. Sedangkan Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang ini untuk mecari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak
pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
2. Tujuan penyelidikan adalah untuk mendapatkan atau mengumpulkan keterangan,
bukti atau data-data yang digunakan untuk menentukan apakah suatu peristiwa
yang terjadi merupakan suatu tindak pidana atau bukan. Sedangkan Penyidikan
bertujuan membuat terang tindak pidana yang ditemukan dan juga menentukan
pelakunya.
3. Dalam proses penyidikan, orang yang memiliki wewenang untuk melakukan
penyidikan disebut dengan penyidik. dan orang tersebut adalah pejabat polisi
negara Republik Indonesia dan pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. Selain
penyidik, juga terdapat penyidik pembantu dalam proses penyidikan.
4. Perbedaan penyelidikan dan penyidikan yaitu, Pada tindakan penyelidikan
penekanannya diletakkan pada tindakan mencari dan menemukan suatu peristiwa
yang dianggap atau diduga sebagai tindakan pidana. Sedangkan pada penyidikan
titik berat penekanannya diletakkan pada tindakan mencari serta mengumpulkan
bukti. Penyidikan bertujuan membuat terang tindak pidana yang ditemukan dan
juga menentukan pelakunya.
B. Saran
Hasil penyidikan yang telah dilakukan oleh penyidik sangat menentukan terungkap
atau tidaknya suatu tindak pidana. Oleh karena itu diharapkan kepada penyidik agar
dapat mempelajari dan memahami unsur-unsur yang ada di dalam KUHP.

8
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Yahya. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan


Penuntutan, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.
Lex Crimen Vol. II No. 4 Agustus, 2013.
Pasal 1 ayat 1KUHAP
Pratiwi, Tria Dina. Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Penyidik Anak yang Melakukan
Tindak Kekerasan Terhadap Anak Pada Saat Proses Penyidikan, 2014.
Pujiati, Suci. Perlindungan Hukum Terhadap Tersangka yang Tertangkap Tangan Oleh
Polri, Fakultas Hukum UMP, 2018.

Anda mungkin juga menyukai