PENYELIDIKANDANPEMBUKTIANPPLH
DISUSUNOLEH:
SITI NURHALIZAH(21041207)
IMAM RIVAI (21041126)
JUNEDI(2141124)
WINDASYAFIRA(21041007)
SYARIFAUZI(21041166)
UMI KHORIAH (21041068)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITASASAHAN
TA. 2023
KATAPENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang
berjudul “Penyelidikan Dan Pembuktian PPLH”. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas mata pelajaran Hukum Lingkungan.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masihjauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kisaran,14Desember2023
Penyusun
DAFTAR ISI
KataPengantar ............................................................................................... i
DaftarIsi........................................................................................................ ii
BABIPENDAHULUAN ............................................................................... 1
a. LatarBelakangMasalah ...................................................................... 2
b. RumusanMasalah .............................................................................. 2
c. TujuanPenelitian ................................................................................ 2
BABIIPEMBAHASA ................................................................................... 3
1. Penyelidikan ...................................................................................... 3
2. Pembuktian........................................................................................ 6
BAB IIIPENUTU.......................................................................................... 11
A. Kesimpulan ....................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................. 11
DAFTARPUSTAKA .................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
“Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti
yang dengan bukti itu membuat terang tentang pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya”
B. RumusanMasalah
C. Tujuan Penelitian
Berkaitandenganrumusanmasalahyangtelahdipaparkan, maka
penulisan ini ditujukan:
BAB II
PEMBAHASAN
1. Penyidikan
KetentuanmengenaipenyidikandanpembuktiandiaturdalamBabXIV
UUPPLHpadaPasal94UUPPLHsampaiPasal96UUPPLH.BerdasarkanPasal
94 ayat (1) UUPPLH, selain penyidik Polri, Penyidik Pegawai Negeri Sipil
tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan
tanggungjawabnya di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
diberi wewenang sebagai penyidik.
Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang lingkup tugas dan tanggungjawabnya di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup diberi wewenang sebagai
penyidik, sering disebut dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil LingkunganHidup
atau PPNS-LH.
Pasal94ayat(1)UUPPLH:
Selain penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia, pejabat pegawai
negeri sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas
dan tanggungjawabnya di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup diberi wewenang sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam
Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidanalingkungan
hidup.
Penyidikanmerupakanserangkaiantindakanyang dilakukanpejabat penyidik
sesuai dengan cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta
mengumpulkan bukti, dan dengan bukti tadi membuat atau menjadi terang tindak
pidana yang terjadi serta sekaligus menemukan tersangkanya atau pelaku tindak
pidananya. Dengan demikian, titik berat (tekanan) yangdiletakkan pada tindakan
Penyidikan yaitu “mencari serta mengumpulkan bukti” supaya tindak pidanayang
ditemukan dapat menjadi terang, serta agar dapat menemukan dan menentukan
pelakunya.
WewenangPPNS-LHberdasarkanPasal94ayat(2) UUPPLH, yaitu:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan
berkenaandengantindak pidana dibidang perlindungandanpengelolaan
lingkungan hidup;
b. melakukan pemeriksaan terhadap setiap orang yang diduga melakukan
tindakpidanadibidangperlindungandanpengelolaanlingkunganhidup;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari setiap orang berkenaan
dengan peristiwa tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain
berkenaandengantindak pidana dibidang perlindungandanpengelolaan
lingkungan hidup;
e. melakukanpemeriksaanditempat tertentu yang diduga terdapat bahan
bukti, pembukuan, catatan, dan dokumen lain;
f. melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran
yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
g. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindakpidanadibidangperlindungandanpengelolaanlingkunganhidup;
h. menghentikanpenyidikan;
i. memasuki tempat tertentu, memotret, dan/atau membuat rekaman
audio visual;
j. melakukanpenggeledahanterhadapbadan, pakaian, ruangan, dan/atau
tempat lain yang diduga merupakan tempat dilakukannya tindak pidana;
dan/atau
k. menangkapdanmenahanpelakutindak pidana.
2. Pembuktian
Pembuktian merupakan suatu proses yang dengan menggunakan alat-alat
bukti yang sah dilakukan tindakan dengan prosedur khusus, untuk mengetahui
apakah suatu fakta atau pernyataan, khususnya fakta atau pernyataan yang
diajukan ke pengadilan adalah benar atau tidak seperti yang dinyatakan.
Sistem pembuktian di dalam Hukum Acara Pidana menganut sistem
negatif (negatief wettelijk bewijsleer) yang berarti yang dicari oleh hakim yaitu
kebenaran materil. Berdasarkan sistem pembuktian ini, pembuktian didepan
pengadilan agar suatu pidana dapat dijatuhkan oleh hakim, harus memenuhi dua
syarat mutlak, yaitu: alat bukti yang cukup dan keyakinan hakim.
Pengertian “alat bukti yang cukup” dapat dikaitkan dengan ketentuanPasal
183 KUHAP yang menyebutkan:
“Hakimtidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila
dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa
terdakwalah yang bersalah melakukannya.”,
dan Pasal96 UUPPLH, maka alat bukti yang cukup tersebut sekurang-kurangnya
dua alat bukti yang sah sebagaimana tercantum dalam Pasal 96 UUPPLH.
Dipenuhinya sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, belum cukup
untuk menjatuhkan hukuman pada tersangka, perlu adanya keyakinan hakimuntuk
itu. Sebaliknya, jika hakim sudah cukup yakin akan kesalahan tersangka, namun
tidak tersedia alat bukti yang cukup, hakim juga tidak dapat menjatuhkan pidana,
artinya hakim tidak dapat menjatuhkan pidana hanya didasarkan kepada
keyakinannya saja tanpa dibarengi dua alat bukti yang sah.
Suatu alat bukti bukti yang dipergunakan di pengadilan perlu memenuhi
beberapa syarat, diantaranya:
a. diperkenankanolehundang-undanguntukdipakaisebagaialatbukti.
b. reability,yaitualatbuktitersebutdapatdipercayakeabsahannya.
c. necessity,yaknialatbuktiyangdiajukanmemangdiperlukanuntuk
membuktikan suatu fakta.
d. relevance, yaitu alat bukti yang diajukan mempunyai relevansi dengan
fakta yang akan dibuktikan.
a. Alatbukti yang diperkenankan undang-undang,berdasarkan Pasal 96
UUPPLH, terdiri atas:
a. keterangansaksi;
b. keteranganahli;
c. surat;
d. petunjuk;
e. keteranganterdakwa;dan/atau
f. alat buktilain, termasuk alat bukti yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
Alat buktilain sebagaimana dimaksud dalamPasal96 huruf“f” UUPPLH,
yaitu meliputi,informasiyangdiucapkan,dikirimkan,diterima,atau
disimpansecaraelektronik,magnetik,optik,dan/atauyangserupadengan
itu;dan/ataualatbuktidata,rekaman,atauinformasiyangdapatdibaca, dilihat,
dandidengaryangdapatdikeluarkandengandan/atautanpa bantuan
suatusarana,baikyangtertuangdiataskertas,bendafisikapapunselain
kertas,atauyangterekamsecaraelektronik,tidakterbataspadatulisan,
suaraataugambar,peta,rancangan,fotoatausejenisnya,huruf,tanda,
angka,simbol,atauperporasiyangmemilikimaknaatauyangdapat dipahami atau
dibaca.
Suatualatbuktiyangakandiajukankepengadilanmerupakanalat
buktiyangharusrelevandenganyangakandibuktikan.Alatbuktiyang tidak relevan
akan membawa resiko dalam proses pencarian keadilan,diantaranya: akan
menimbulkan praduga-praduga yang tidak perlu sehingga membuang-
buangwaktu, penilaian terhadap masalah yangdiajukan menjaditidak proporsional
karena membesar-besarkan masalah yang kecil atau
mengecilkanmasalahyangsebenarnyabesar,yanghaliniakan
menyebabkanprosesperadilanmenjaditidaksesuailagidenganasas
peradilanyangdilakukandengancepat,sederhanadanbiayaringanserta bebas,jujurdan
tidakmemihak.
Menurut Munir Fuady[2], untuk melihat apakah suatu alat bukti yang
diajukanrelevanatautidakdenganfaktayangakandibuktikan,terlebihdahuluperlumen
jawabbeberapapertanyaan,diantaranya:
a. apakahyangakandibuktikanolehalatbuktitersebut?
b. Apakah yang dibuktikan itu merupakan hal yang
material/substansialbagikasustersebut?
c. Apakahbuktitersebutmemilikihubungansecaralogisdengan
masalahyangakan dibuktikan?
d. Apakahbuktitersebutcukupmenolongmenjelaskanpersoalanataucukup
memilikiunsurpembuktian?
Setelahmenjawabpertanyaandiatas,danjawabannyapositif,dilanjutnyadenga
npertanyaantahapkedua,yaituapakahadaketentuan
lainyangmerupakanalasanuntukmenolakalatbuktiyangdiajukantersebut.Alasanata
uaturanyangharusdipertimbangkantersebut,antaralain:
a. Bagaimanadenganpenerimaanalatbuktisecaraterbatas?
b. Alat bukti tersebut ditolak manakala penerimanya dapatmenyebabkan
timbulnya praduga yang tidak fair atau dapat menyebabkan
kebingunangan.
c. Merupakansaksideaudituyangharusditolak.
d. Adaalasaninstrinsikyangdapatmembenarkanalatbukti
tersebut,misalnyaadanyaperbaikanyangdilakukankemudian.
e. Adanyapembatasan-pembatasanuntukmenggunakanbuktikarakter.
Selainpertanyaan-pertanyaanyangdisebutkandiatas,hallainyang
jugaperludiperhatikan(pengetahuanyangdimiliki)PPNS-LHatau penyidik Polri
dalam melakukan penyidikan tindak pidana lingkungan, yaitu ketentuan-
ketentuanyangharusdipenuhioleh alat-alatbukti,sebagaimana
diaturdalamPasal185KUHAPsampaiPasal189KUHAP.
KetentuanPasal185KUHAP,berbunyi:
(1) Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di
sidang pengadilan.
(2) Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa
terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku apabila
disertai dengan suatu alat bukti yang sah lainnya.
(4) Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu
kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti
yangsahapabilaketerangansaksiitu adahubungannyasatudengan yanglain
sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian
atau keadaan tertentu.
(5) Baik pendapat maupun rekaan, yang diperoleh dari hasil pemikiransaja,
bukan merupakan keterangan ahli.
(6) Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus
dengan sungguh-sungguh memperhatikan:
a. persesuaianantaraketerangansaksisatudenganyanglain;
b. persesuaianantaraketerangansaksidenganalatbuktilain;
c. alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi
keterangan yang tertentu;
d. cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada
umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu
dipercaya;
(7) Keterangan dari saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai satu
dengan yang lain, tidak merupakan alat bukti, namun apabilaketerangan
itu sesuai dengan keterangan dari saksi yang disumpahdapat
dipergunakan sebagai tambahan alat bukti sah yang lain.
PenjelasanPasal185KUHAP:
Ayat(1)
“dalamketerangansaksitidaktermasukketeranganyangdiperolehdarioranglain
atautestimoniumdeauditu”.
Ayat (2) sampai dengan ayat
(6)Cukup jelas
Ayat(6)
Yang dimaksud dalam ayat ini ialah untuk mengingatkan hakim agar
memperhatikanketerangansaksiharusbenar-benardiberikansecara
bebas,jujur, dan objektif.
Ayat (7)
Cukupjelas.
A. Kesimpulan