Anda di halaman 1dari 12

Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda

http://disiplin.stihpada.ac.id/
p-issn : 1411-0261 e-issn : 2746-394X
available online at http://disiplin.stihpada.ac.id/index.php/Disiplin/article/view/71/74
Volume 27 Nomor 4 Desember 2021 : 252 - 263
doi : doi.org/10.5281/zenodo.6644030

PROSES PINJAM PAKAI BARANG BUKTI


DALAM PERKARA PIDANA
Marsudi Utoyo, Putri Sari Nilam Cayo
Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sumpah Pemuda
mutoyo68@gmail.com, putriaufa743@gmail.com

Abstrak
Pengadilan mengadakan proses pemeriksaan yang dikenal dengan nama pem-
buktian. Untuk kepentingan pembuktian, kehadiran benda-benda yang tersangkut dalam
suatu tindak pidana juga sangat diperlukan. Benda-benda dimaksud sering dikenal dengan
istilah “barang bukti”.Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana
Tanggung Jawab Penyidik Terhadap Barang Bukti dan Bagaimana Proses Pinjam Pakai
Barang Bukti dalam Perkara Pidana. Metodologi penelitian Dalam penyusunan skripsi ini,
dipergunakan metode penelitian yang bersifat deskriftif, yaitu penelitian yuridis normatif,
karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara lengkap aspek-aspek hukum
dan suatu keadaan yang terjadi dilapangan. Hasil penyelidikan menunjukan Tanggung-
jawab penydidik atas barang bukti sejak saat benda itu disita oleh penyidik, maka sejak itu
apabila barang bukti rusak atau hilang, maka tanggungjawab ini adalah tanggungjawab
penyidik pada tingkat penyidikan. Proses Pinjam Pakai Barang Bukti dalam Perkara Pidana
dapat dilakukan oleh pemilik barang bukti berdasarkan Peraturan KAPOLRI No. 10 tahun
2010 tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Bukti Di Lingkungan POLRI, dalam Bab VI
Prosedur Pinjam Pakai Barang Bukti Oleh Pemilik. Kesimpulan, Tanggungjawab penyidik
atas barang bukti sejak saat benda itu disita oleh penyidik, maka sejak itu apabila barang
bukti rusak atau hilang dan Proses Pinjam Pakai Barang Bukti dalam Perkara Pidana dapat
dilakukan oleh pemilik barang bukti berdasarkan Peraturan KAPOLRI No. 10 tahun 2010
tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Bukti Di Lingkungan POLRI.

Kata Kunci : Barang Bukti, Penyidikan, Pinjam Pakai.

Abstract
The court conducts an examination process known as proof. For the sake of proof,
the presence of objects involved in a criminal act is also very necessary. These objects are
often known as "evidence". The problem in this research is What is the Investigator's
Responsibility for Evidence and how is the process of borrowing and using evidence in
criminal case. Research methodology In the preparation of this thesis, a descriptive
research method was used, namely normative juridical research, because this study aims
to fully describe legal aspects and a situation that occurs in the field. The results of the
investigation show that the investigator's responsibility for the evidence from the time the
object is confiscated by the investigator, then since then if the evidence is damaged or lost,
then this responsibility is the responsibility of the investigator at the investigation level.
The process of borrowing and using evidence in criminal cases can be carried out by the
owner of the evidence based on KAPOLRI Regulation No. 10 of 2010 concerning
Procedures for Management of Evidence within the POLRI, in Chapter VI Procedures for
Borrowing and Using Evidence by Owners.In conclusion, the investigator's responsibility
for the evidence from the time the object was confiscated by the investigator, then from
then on if the evidence is damaged or lost and the Borrowing and Use of Evidence Process
in a criminal case can be carried out by the owner of the evidence based on KAPOLRI

252
Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda.
Vol. 27 No.4 Desember 2021, hal. 252-263

Regulation No. 10 of 2010 concerning Procedures for Management of Evidence in the


POLRI.

Keywords: Evidence, Investigation, Borrow and Use.

A. LATAR BELAKANG gai tindak pidana, pada penyidikan titik be-


Hukum dibuat atau diciptakan tentu rat ditekannya diletakan pada tindakan
saja mempunyai sasaran yang hendak di- “mencari serta mengumpulkan bukti supaya
capai. Itulah yang merupakan tujuan dari tindak pidana yang ditemukan dapat men-
hukum, yaitu pada intinya untuk mencipta- jadi terang, serta agar dapat menemukan
kan tatanan masyarakat yang tertib, aman, dan menentukan pelakunya.5 Untuk mem-
tenteram, dan adanya kesembangan dalam buktikan perbuatan yang didakwakan kepa-
kehidupan bermasyarakat.1 da seorang terdakwa dan untuk mendapat-
Masyarakat merasa kurang bahagia kan kebenaran materiil yang akan memba-
bila hanya melindungi dan memberi keku- wa hakim pada suatu keyakinan bahwa
asaan kepada individu dan tidak memperha- terdakwa benar-benar bersalah, pengadilan
tikan kebahagiaan masyarakat.2 Tujuan hu- mengadakan proses pemeriksaan yang di-
kum hendaknya memberikan manfaat yang kenal dengan nama pembuktian. Untuk ke-
seluasluasnya dan sebesar-besarnya kepada pentingan pembuktian, kehadiran benda-
warga masyarakat. benda yang tersangkut dalam suatu tindak
Menurut Van Hammel, hukum Pida- pidana juga sangat diperlukan. Benda-ben-
na ialah Keseluruhan dasar dan aturan yang da dimaksud sering dikenal dengan istilah
dianut oleh negara dalam kewajibanya un- “barang bukti”.6
tuk menegakan Hukum yakni dengan mela- Barang bukti tersebut sangat diper-
rang apa yang bertentangan dengan hukum lukan untuk kepentingan pembuktian ka-
(onrecht) dan mengenakan suatu nestapa rena tersangkut dalam suatu tindak pidana.
(penderitaan) kepada yang melanggar lara- Isitilah Barang Bukti dalam perkara pidana
ng tersebut.3 yaitu barang mengenai mana delik dilaku-
Sedangkan definisi tindak pidana kan (obyek delik) dan barang dengan mana
dalam bahasa Belanda disebut Straafbaar- delik dilakukan yaitu alat yang dipakai
feit, yangterdapat dua unsur pembentuk ka- unutuk melakukakn delik. Misalnya pisau
ta, yaitu straafbaar dan feit.Perkataan feit yang dipakai untuk menikam orang. Terma-
dalam bahasa Belanda diartikan sebagian suk juga barang bukti ialah hasil dari delik.7
dari Kenyataan, sedangkan straafbaar berar- Penegak hukum adalah kegiatan me-
ti dapat dihukum, sehinggasecara harfiah nyerasikan hubungan nilai-nilai yang ter-
perkataan straafbaarfeit berarti sebagian jabarkan dalam kaidah-kaidah atau panda-
dari penyataan yang dapat dihukum.4 ngan-pandangan nilai yang mantap dan me-
Pada proses hukum acara pidana ada ngejawantah dan sikap tindak sebagai rang-
tindakan penyelidikan dimana penekanan kaian penjabaran nilai tahap akhir untuk
pada proses ini yaitu diletakkan pada tin- menciptakan kedamaian pergaulan hidup8.
dakan “mencari dan menemukan sesuatu Baik merupakan tindakan pencegahan
peristiwa” yang dianggap atau diduga seba-
5
Ratna Nurul Afiah, Barang Bukti dalam
1
H. Zaeni Asyhadie dan Arief Rahman, Proses Pidana, Cetakan Pertama, Sinar Grafika,
Pengantar Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, Jakarta, 1989, hlm. 14
6
2013, hlm.116 Ibid, hlm 18.
2 7
Satjipto Rahardjo, Membedah Hukum Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia,
Progresif, Kompas, Jakarta, 2006, hlm. 11 Jakarta, 1986, hlm. 100
3 8
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Purnadi Purbacaraka, Penegakan Hukum
Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 5 dalam Mensukseskan Pembangunan BPKH
4
Ibid, hlm.109 Lampung. Tarsito, Bandung, 1976, hlm. 13

253
Proses Pinjam Pakai Barang Bukti Dalam Perkara Idana Marsudi Utoyo,
Putri Sari Nilam Cayo

(preventif) maupun tindakan pemberantasan Dilakukan secara langsung di lapa-


(represif). ngan dengan mengadakan tanya jawab se-
B. Rumusan Masalah cara langsung kepada responden, berupa
Berdasarkan latar belakang uraian- wawancara.
uraian yang telah penulis kemukakan serta 2. Analisis Data11
untuk menghindari permasalahan yang ter- Data yang telah diperoleh kemudian
lalu luas, maka dalam penulisan karya il- dianalisis dengan menggunakan a-
miah ini permasalahan yang akan dibahas di nalisis kualitatif yang bertujuan un-
titik beratkan kepada “Proses Pinjam tuk memahami dan mengetahui sua-
Pakai Barang Bukti dalam Perkara tu gejala yang diteliti.
Pidana”, sehingga dirumuskan permasala- Hasil dari analisis tersebut dikon-
han sebagai berikut : truksikan secara sistematis dalam kesimpu-
1. Bagaimana Tanggung Jawab Penyi- lan, kemudian diajukan saran-saran.
dik Terhadap Barang Bukti ? D. PEMBAHASAN
2. Bagaimana Proses Pinjam Pakai Ba- 1. Tanggung Jawab Penyidik Terha-
rang Bukti dalam Perkara Pidana ? dap Barang Bukti
C. METODOLOGI Dalam perkembangannya hukum a-
Dalam penyusunan skripsi ini, di- cara pidana di Indonesia dari dahulu sampai
pergunakan metode penelitian yang bersifat sekarang ini tidak terlepas dari apa yang di
deskriftif, yaitu penelitian yuridis normatif, sebut sebagai pembuktian, apa saja jenis
karena penelitian ini bertujuan untuk meng- tindak pidananya pastilah melewati proses
gambarkan secara lengkap aspek-aspek hu- pembuktian. Hal ini tidak terlepas dari
kum dan suatu keadaan yang terjadi dilapa- sistem pembuktian pidana Indonesia yang
ngan, untuk memperoleh data mengenai ada pada KUHAP yang masih menganut
gambaran proses hukum dan peristiwa ter- SistemNegatif Wettelijk dalam pembuktian
tentu. pidana. Pembuktian dalam hal ini bukanlah
1. Jenis penelitian yang digunakan upaya untuk mencari-cari kesalahan pelaku
yaitu penelitian untuk mendapatkan saja namun yang menjadi tujuan utamanya
data yang secara langsung diperoleh adalah untuk mencari kebenaran dan ke-
dari lapangan dan dari kepustakaan. adilan materil. hal ini didalam pembuktian
Dalam penulisan skripsi ini penulis pidana di Indonesia kita mengenal dua hal
mengumpulkan data melalui : yang sering kita dengar yaitu alat bukti dan
a. Penelitian Kepustakaan (Library barang bukti di samping adanya proses
Research)9 yang menimbulkan keyakinan hakim dalam
Dilakukan dengan cara membaca, pembuktian.
mempelajari serta menelaah Sehingga dalam hal pembuktian a-
buku-buku dan peraturan yang danya peranan barang bukti khususnya
berkenaan dengan materi skripsi, kasus-kasus pidana yang pada dewasa ini
Penelitian ini dimaksudkan untuk semakin beragam saja, sehingga perlunya
mendapatkan data sekunder. (stu- peninjauan khusus dalam hal barang bukti
di dokumen). ini. Dalam proses perkara pidana di Indo-
b. Penelitian Lapangan (Field
10
Research)
10
Sumadi Suryabrata, Metodologi
Penelitian, Raja Grafmdo Persada, Jakarta, 1998,
hlm. 22
9 11
IqbaI Hasan, Analisis Data Penelitian Soerjono Soekamto, Penelitian Hukum
Dengan Statistik, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hlm. Normatif Suatu Tinjaun Singkat, Raja Grafindo,
5. Jakarta, 1998, hlm.12

254
Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda.
Vol. 27 No.4 Desember 2021, hal. 252-263

nesia, barang bukti memegang peranan kan pidana atau sebagai hasil dari
yang sangat penting, dimana barang bukti tindak pidana;
dapat membuat terang tentang terjadinya b. Benda yang dipergunakan secara
suatu tindak pidana dan akhirnya akan di- langsung untuk melakukan tindak
gunakan sebagai bahan pembuktian, untuk pidana atau untuk mempersiapkan-
menunjang keyakinan hakim atas kesalahan nya;
terdakwa sebagaimana yang di dakwakan c. Benda yang dipergunakan untuk
oleh jaksa penuntut umum didalam surat menghalang-halangi penyidikan ti-
dakwaan di pengadilan. ndak pidana;
Barang bukti tersebut antara lain d. Benda yang khusus dibuat atau
meliputi benda yang merupakan objek- diperuntukkan melakukan tindak
objek dari tindak pidana, hasil dari tindak pidana;
pidana dan benda-benda lain yang mempu- e. Benda lain yang mempunyai hu-
nyai hubungan dengan tindak pidana. Untuk bungan langsung dengan tindak pi-
menjaga kemanan dan keutuhan benda ter- dana yang dilakukan.
sebut undang-undang memberikan kewena- Untuk melakukan penyitaan barang-
ngan kepada penyidik untuk melakukan pe- barang bukti, penyidik mengajukan permin-
nyitaan. Penyitaan mana harus berdasarkan taan izin Ketua Pengadilan Negeri setem-
syarat-syarat dan tata cara yang telah di- pat, permintaan izin penyitaan tersebut di-
tentukan oleh undang-undang.12 lampirkan “Resume” dari hasil pemeriksaan
Barang bukti dalam perkara perkara yang telah dilakukan sehingga jelas ”hubu-
pidana sangat erat hubungannya dengan ngan langsung” barang-barang yang akan
penyitaan, sebab barang bukti yang didalam disita sebagai bentuk tanggung jawab pe-
penguasaan/pengawasan penyidik untuk di- nyidik terhadap barang bukti perkara pida-
lakukan pengamanan atau yang menjadi ta- na. Permintaan izin penyitaan oleh penyidik
nggung jawab penydidik adalah dengan tin- kepada Ketua Pengadilan Negeri, diatur
dakan penyitaan. Penyitaan yang dicantum- oleh Pasal 38 ayat (1) KUHAP yang ber-
kan pada Pasal 1 butir 16 yang berbunyi bunyi : “Penyitaan hanya dapat dilakukan
sebagai berikut: oleh penyidik dengan surat Izin Ketua Pe-
“Penyitaan adalah serangkaian ngadilan Negeri setempat”.
tindakan penyidik untuk mengambil 1) Tanggung Jawab Penyidik terhadap
alih dan atau menyimpan dibawah Barang Bukti
penguasaannya benda bergerak atau Kewenangan dan tanggung jawab
benda tidak bergerak atau tidak ber- yuridis atas barang bukti sebagai benda
gerak berwujud atau tidak berwujud sitaan pada instansi penyidik, sejak saat
untuk kepentingan dalam penyidikan, benda itu diamankan atau disita dan
penuntutan, dan peradilan.13 ditempatkan di Rupbasan. Sejak penyidik
Berdasarkan Pasal 39 ayat (1) menyita suatu benda dalam pemeriksaan
KUHAP barang-barang yang dapat disita penyidikan, kemudian menyimpan benda
adalah sebagai berikut : sitaan dalam Rupbasan, sejak itu terjalin
a. Benda atau tagihan tersang-ka atau kewenangan dan tanggung jawab yuridis
terdakwa yang seluruh atau seba- aparat penyidik atas barang yang disita
gian diduga diperoleh dari tinda- tersebut, dalam hal itu berlangsung selama
pemeriksaan perkara berada dalam tingkat
12
penyelidikan. Selama pemeriksaan perkara
Ratna Nurul Afiah, Barang Bukti Dalam
Proses Pidana, Penerbit Sinar Grafika Offset,
masih dalam taraf penyidikan, kewenangan
Jakarta, 1988, hlm. 254 dan tanggung jawab sepenuhnya atas ba-
13
Leden Marpaung, Proses Penanganan rang bukti yang disita mutlak berada di-
Perkara Pidana (Penyelidikan dan Penyidikan, tangan aparat penyidik. Instansi penuntut
Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 93

255
Proses Pinjam Pakai Barang Bukti Dalam Perkara Idana Marsudi Utoyo,
Putri Sari Nilam Cayo

umum atau pengadilan tidak dapat menca- yakan kesehatan atau lingkungan
puri kewenangan dan tanggung jawab ter- atau keadaan benda itu mudah ter-
sebut. bakar, dan keadaan sifat benda itu
Kewenangan dan tanggung jawab merupakan pengetahuan umum da-
yuridis aparat penyidik atas benda sitaan lam kehidupan masyarakat, dalam
assesor dengan tingkat pemeriksaan yang hal yang seperti itu tidak perlu
diberikan undang-undang kepadanya. Itu diminta pendapat ahli.
sebabnya status benda sitaan yang kewena- b. Sejauh mungkin dengan persetu-
ngan dan tanggung jawab yuridisnya berada juan tersangka atau kuasannya, ini-
di tangan aparat penyidik, lazim disebut lah syarat kedua yang dituntut
“benda sitaan penyidikkan”. Ini berarti, se- undang-undang dari penyidik seba-
lama benda sitaan berada dalam status pe- gai pertanggung jawaban hukum
nyidikan, penyidik berwenang dan bertang- atas pelaksanaan kewenangan yang
gung jawab melakukan tindakan sebagai- ada padanya atas barang bukti se-
mana yang diatur dalam Pasal 45 dan Pasal bagai benda sitaan. Penyidik ber-
46 KUHAP. wenang untuk menjual lelang atau
Mengenai kewenangan penyidik a- mengamankan barang bukti sebag-
tas benda sitaan yang disebut pada Pasal 45 ai benda sitaan. Cuma sebelum tin-
didasarkan atas keadaan benda sitaan, yakni dakan dilakukan sedapat mungkin
untuk : mengusahakan adanya persetujuan
- Benda yang mudah rusak dari tersangka atau kuasanya. Dan
- Benda yang membahayakan, atau sebaliknya tindakan penjualan lela-
- Biaya penyimpanan benda terse- ng atau pengamanan barang bukti
but terlampau tinggi maka pe- atau benda sitaan, mendapat perse-
nyidik dalam tingkat pemeriksaan tujuan dari tersangka tau kuasanya.
penyidik mempunyai wewenang Akan tetapi jika mereka tidak se-
untuk: tuju, sama sekali tidak merupakan
a. Menjual lelang benda sitaan, atau halangan bagi penyidik untuk me-
b. Mengamankan benda sitaan. laksanakan tindakan yang dimak-
Agar pengamanan barang bukti se- sud.
bagai benda sitaan memenuhi tanggung c. Penjualan lelang dilaksanakan oleh
jawab yuridis, tindakan itu harus memenuhi kantor lelang, cara penjualan bara-
ketentuan dan syarat : ng lelang melalui kantor lelang
a. Keadaan barang bukti atau benda menghindarkan penyidik dari pra-
sitaan memang benar-benar dapat sangka yang kurang baik serta se-
dibuktikan lekas rusak, membaha- bagai penjualan resmi oleh pejabat
yakan atau terlampu tinggi biaya yang khusus berwenang untuk itu,
penyimpnannya. Untuk itu sebaik- dengan demikian cara penjualan
nya didasarkan atas pembuktian tersebut memperkuat kebenaran
lembaga ahli, tidak semata-mata penyidik dalam pengembanan ta-
atas penilaian penyidik. Terutama nggung jawab atas barang bukti
mengenai benda yang lekas rusak, benda sitaan.
adalah bijaksana jika penyidik le- d. Pengamanan atau penjualan lelang
bih dulu meminta keterangan dari disaksikan oleh tersangka tau ku-
ahli sebagai bukti dan pertanggung asanya, hadir atau tidaknya kuasa
jawaban hukum tentang kebenaran dari tersangka tidak menunda pe-
keadaan sitaan. Kecuali mengenai lelangan atau pengamanan.
benda sitan yang dapat membaha-

256
Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda.
Vol. 27 No.4 Desember 2021, hal. 252-263

2) Kewenangan Penyidik Mengubah dari Ketua Pengadilan. Cukup


Status Benda Sitaan “melaporkan” dalam bentuk “te-
Kewenangan lain yang dimiliki pe- mbusan”. Akan tetapi, disinipun
nyidik terhadap barang bukti benda sitaan harus diingat, peminjaman bara-
adalah : ng bukti sebagai benda sitaan ya-
- Mengubah status benda sitaan ng diperkenankan hanya kepada
Status barang bukti sebagai benda orang dari siapa benda itu disita
sitaan penyidikan, diubah dengan penjualan atau pemiliknya.14
lelang, pengamanan atau dikembalikan ke- Dengan berlangsung pengalihan pe-
pada orang dari siapa benda itu disita. meriksaan dari tingkat penyidikan ke ting-
- Meminjamkan benda sitaan kat penuntutan, berakhir kewenangan dan
Di sini status benda sebagai barang tanggung jawab penyidik atas benda sitaan,
bukti masih tetap benda sitaan. Cuma “di- dan sekaligus beralih kewenangan dan
pinjamkan” kepada orang dari siapa benda tanggung jawab yuridisnya kepada penuntut
itu disita. umum.
Syarat formal antara “mengubah” 2. Proses Pinjam Pakai Barang
status benda sitaan dengan “meminjamkan” Bukti dalam Perkara Pidana
benda sitaan, terdapat perbendaan. Perben- Ada beberapa tahapan dalam proses
daan syarat formal itu diatur dalam angka 2 pinjam pakai barang bukti hasil tindak
lampiran Keputusan Menteri Kehakiman pidana pencurian di Polres Banyuasin, dari
No. M.14-PW.07.03/1983 tentang Tamba- proses permohonan pinjam pakai hingga
han Pedoman Pelaksanaan KUHAP, yang persejutuan pemakaian barang bukti oleh
menegaskan : peminjam, persetujuan permohonan pinjam
1. Perubahan status benda sitaan pakai pada dasarnya di persulit, sebab
harus “mendapat izin” dari Ketua penyidik sangat selektif terhadap setiap pe-
Pengadilan Negeri. Setiap jenis mohon yang akan mengajukan pinjam pakai
perubahan status benda sitaan barang bukti. Terbukti selama tahun 2020
yang hendak dilakukan penyidik Bripda M. Fikri Andeska pada unit Pidum
sesuai dengan kewenangannya hanya menerima permohonan pengajuan
yang ada pada taraf pemeriksaan pinjam pakai tiga orang saja. Dasar per-
penyidikan, lebih dahulu menda- timbangan penyidik dalam penyeleksian
pat izin dari Ketua Pengadilan permohonan pengajuan pinjam pakai bara-
Negeri. Tanpa izin, penyidik ti- ng bukti adalah:
dak dapat menjual lelang, menga- 1. Barang bukti keberadaannya sang-
mankan atau mengembalikan be- at penting, fungsinya untuk diperli-
nda sitaan. Oleh karena itu kewe- hatkan kepada terdakwa atau saksi
nangan penyidik untuk mengubah di persidangan guna mempertebal
status benda sitaan digantungkan keyakinan hakim dalam menentu-
kepada kewenangan yang ada pa- kan kesalahan terdakwa.
da instansi lain yakni kewenang- 2. Adanya kekhawatiran pihak penyi-
an yang ada pada Ketua Pengadi- dik apabila sewaktu-waktu barang
lan Negeri. bukti diperlukan, barang bukti ter-
2. Meminjamkan benda sitaan, ke- sebut tidak ada. Prosedur dalam
wenangan yang “sempurna” bagi proses pinjam pakai barang bukti
penyidik. Untuk melakukan pe- hasil tindak pidana pencurian di
minjaman benda sitaan, penyidik
tidak memerlukan surat izin dari
aparat penegak hukum yang lain. 14
Wawancara dengan Bripda M. Fikri
Penyidik tidak perlu surat izin Andeska Penyidik pada Unit Pidum Polres
Banyuasin, Tanggal 21 Februari 2021

257
Proses Pinjam Pakai Barang Bukti Dalam Perkara Idana Marsudi Utoyo,
Putri Sari Nilam Cayo

Polres Banyuasin terdapat bebera- c) Penyidik mempertimbangkan per-


pa tahapan sebagai berikut: mohonan pemohon Dalam mena-
a) Membuat surat permohonan Proses nggapi surat permohonan pemo-
pemberian izin pinjam pakai bara- hon, penyidik tidak langsung me-
ng bukti hasil tindak pidana pencu- nyetujui permohonan pinjam pa-
rian dimulai dengan permohonan kai. Disini penyidik akan memper-
oleh calon peminjam pinjam pakai timbangkan apakah si pemohon bi-
barang bukti, dengan membuat su- sa merawat barang bukti tersebut
rat permohonan yang ditujukan pa- atau tidak, apakah pemilik bisa di-
da kepala Polres setempat. percaya apabila sewaktu-waktu ba-
b) Melengkapi syarat-syarat permo- rang bukti tersebut dibutuhkan da-
honan Setelah pemohon pinjam pat menghadirkan dalam proses
pakai mengajukan surat permoho- persidangan.
nan pada kepala Polres dengan d) Persetujuan Kapolres
pertimbangn-pertimbangn dari pe- Kapolres akan menyetujui permo-
nyidik, maka harus pemohon harus honan pinjam pakai barang bukti atas dasar
memenuhi syarat-syarat yang di- persetujuan dari penyidik, jika penyidik me-
perlukan. Syarat permohonan cu- nyetujui permohonan maka Kapolres akan
kup mudah yaitu hanya dengan menyetujui pula. Karena, pada hakekatnya
membawa bukti kepemilikan bara- barang bukti yang telah disita adalah tang-
ng yang akan di pinjam pakai. gung jawab penyidik, Kapolres hanya me-
Pemohon wajib membawa bukti nyetujui dan melegalkan permohonan ter-
kepemilkan barang yang akan di sebut.
pinjam, hal ini penting untuk me- Menurut Pasal 46 maupun penjela-
ngetahui apakah benar-benar bara- san pasal tersebut, selama berlangsung pe-
ng yang akan dipinjam pakai ada- meriksaan dalam tingkat penyidikan, aparat
lah miliknya atau bukan. Misalnya penyidik berwenang mengembalikan bara-
: apabila pemohon akan meminjam ng bukti sebagai benda sitaan kepada orang
barang bukti berupa sepeda motor dari siapa benda itu disita atau kepada
naka ia harus membawa buku Buk- orang yang paling berhak.
ti Pemilikan Kendaraan Bermotor 1. Pengembalian Barang Bukti Benda
(BPKB). BPKB tersebut sesuai de- Sitaan
ngan nama pemohon pinjam pakai. Kewenangan pengembalian benda
Namun, apabila masih atas nama sitaan, oleh undang-undang digantungkan
orang lain (kendaraan bekas orang kepada beberapa syarat. Tidak dipenuhinya
lain) dan belum dibalik nama, ma- syarat tersebut, pengembalian itu kurang
ka dalam permohonan tersebut di- dapat dipertanggung jawabkan dari segi
lampiri dengan bukti-bukti kuitansi hukum. Oleh karena itu agar pengembalian
pembelian. Syarat-syarat tersebut barang sitaan yang dilakukan penyidik
menjadi acuan bagi penyidik da- benar-benar dapat dipertanggung jawabkan
lam menyetujui permohonan pin- dan tidak mennyalahi maksud yang terkan-
jam pakai barang bukti karena me- dung dalam tindakan penyitaan :
ngingat barang bukti berfungsi se- 1) Barang bukti sebagai benda sitaan
bagai sarana pendukung yang me- “tidak diperlukan” untuk kepenti-
mperkuat keyakinan hakim dalam ngan pembuktian. Syarat utama
memutus kesalahan dan men- yang menjadi patokan pengemba-
jatuhkan pidana terhadap terdakwa lian barang sitaan, penyidik ber-
(pasal 183 KUHAP). pendapat, benda sitaan tidak pen-
ting artinya dan tidak mempunyai

258
Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda.
Vol. 27 No.4 Desember 2021, hal. 252-263

nilai sebagai barang bukti. Urgensi Berdasarkan Pasal 109 ayat (2) KU-
barang sitaan sebagai alat bukti, HAP, penyidik berwenang menghentikan
tidak ada sama sekali. Sehubungan penyidikan apabila tidak cukup bukti atau
dengan pengembalian benda sitaan peristiwa tersebut ternyata bukan merupa-
atas alasan tidak diperlukan untuk kan tindak pidana atau penyidikan dihenti-
kepentingan pembuktian, kiranya kan demi hukum. Apabila penyidik peme-
dapat dibedakan dalam katagori : riksaan penyidikan berdasar salah satu a-
a. Pengembalian yang “bersifat mut- lasan yang disebut Pasal 109 ayat (2), dan
lak” kebetulan penyidik sempat melakukan pe-
Apabila benar barang bukti tersebut nyitaan benda sebelum penyidikan dihenti-
tidak mempunyai hubungan dengan perkara kan, dalam kasus yang demikian penyidik
yang sedang diperiksa. Misalnya pada pada “mutlak” harus mengembalikan barang bu-
saat dilakukan penyitaan oleh penyidik, kti benda sitaan kepada orang dari siapa
besar dugaan suatu benda mempunyai hu- benda itu disita.
bungan dengan perkara yang sedang disi- 3) Meminjam barang bukti sebagai
dik. Ada dugaan benda ini merupakan hasil benda siataan.
dari tindak pidana atau sebagai alat melaku- Wewenang yang lain dari penyidik
kan tindak pidana. Akan tetapi setelah pe- atas barang bukti benda sitaan, “meminjam-
nyidik melakukan pemeriksaan, ternyata ti- kan” benda sitaan kepada orang dari siapa
dak ada hubungan dengan perkara yang se- benda itu disita. Kewenangan untuk me-
dang diperiksa. Dalam kasus yang dimak- minjamkan benda sitaan diatur sebagai pe-
sud demikian, pengembalian benda sitaan tunjuk pelaksanaan dalam angka 2 lampiran
bersifat mutlak. Kalau tidak, hal itu mem- Keputusan Menteri Kehakiman No. M.14-
buka kesempatan bagi tersangka untuk me- PW.07.03/1983 tentang Tambahan Pedo-
ngajukan gugatan ganti kerugian berdasar- man Pelaksanaan KUHAP. Menurut petun-
kan Pasal 95 KUHAP atas alasan tindakan juk yang terdapat pada angka 2 Lampiran
penyitaan yang tidak sah, karena menyita tersebut, kewenangan penyidik untuk me-
barang yang tidak mempunyai kaitannya minjamkan benda sitaan :
dengan perkara pidana yang sedang diperik- i. Tidak memerlukan izin dari Ketua
sa. Pengadilan Negeri,
b. Pengembalian bersifat “fakultatif” ii. Cukup melaporkan kepada Ketua
Apabila benda yang disita mempu- Pengadilan Negeri dengan bentuk
nyai kaitannya dengan perkara yang sedang tembusan.
diperiksa karena dipergunakan sebagai alat 2. Peminjaman Barang Bukti Benda
melakukan tindak pidana, tetapi tidak pen- Sitaan
ting lagi bagi pemeriksaan pembuktian atau Apabila kita melihat ketentuan Pasal
karena sewaktu-waktu benda itu dapat di- 44 KUHAP nampak dan prinsipnya benda
ajukan apabila diperlukan dalam tingkat pe- sitaan harus disimpan di Rumah Penyimpa-
nuntutan maupun dalam tingkat pemerik- nan Benda Sitaan Negara (RUPBASAN)
saan pengadilan, penyidik berwenang me- dan dilarang dipergunakan oleh siapapun
ngembalikan-nya. Atau benda sitaan meru- baik oleh pejabat penegak hukum yang me-
pakan hasil tindak pidana. Misalnya saja nangani perkaranya maupun pemiliknya
mobil yang dicuri tersangka merupakan alat ataupun mereka dari siapa benda atau ba-
sumber mata pencarian pemilik dari siapa rang tersebut disita.
mobil itu dicuri tersangka. Disinipun sangat Namun dalam pasal 46 KUHAP ya-
bijaksana untuk mengembalikan benda si- ng mengatur tentang pengembalian benda
taan kepada saksi pemilik mobil tersebut. sitaan memberi kemungkinan untuk dikem-
2) Pemeriksaan perkara “dihentikan” balikannya benda sitaan kepada orang atau
dalam penyidikan kepada mereka yang paling berhak, apabila

259
Proses Pinjam Pakai Barang Bukti Dalam Perkara Idana Marsudi Utoyo,
Putri Sari Nilam Cayo

kepentingan penyidikan dan penuntutan ti- pindahtangankan kepada orang


dak memerlukan lagi sebagai barang bukti lain.
pasal 46 ayat (1) huruf a KUHAP, di dalam 3. Bersedia barang bukti tersebut di-
penjelasan Pasal 46 ayat (1) KUHAP dise- tarik kembali dan bersedia ditun-
butkan bahwa : tut menurut hukum yang berlaku
“Benda yang dilaksanakan penyita- apabila tidak dapat menepati janji
an diperlukan bagi pemeriksaan sebagai sebagaimana tersebut diatas.
barang bukti. Selama pemeriksaan berlang- Pada umumnya barang bukti yang
sung dapat diketahui benda itu masih di- dipinjam pakaikan adalah benda yang me-
perlukan atau tidak. rupakan objek kejahatan contohnya yaitu
Dalam hal penyidikan atau Penuntut mobil, motor dan sebagainya.
Umum berpendapat, benda sitaan itu tidak Misalnya: A mencuri sepeda motor
diperlukan lagi untuk pembuktian. Maka milik B namun B mengaku bahwa motor
benda tersebut dapat dikembalikan kepada tersebut bukan miliknya melainkan milik C
yang berkepentingan atau pemiliknya yang dititipkan kepadanya, kemudian D
Dalam pengembalian benda sitaan mengaku pula bahwa motor yang dijadikan
hendaknya sejauh mungkin diperhatikan se- barang bukti itu milik yang diserahkan
gi kemanusiaan, dengan mengutamakan pe- kepada C untuk dijual
ngembalian benda yang menjadi sumber ke- Memang masalah benda sitaan yang
hidupan”15. merupakan barang bukti ini sangat sulit
Mengenai pengembalian benda sita- untuk dipecahkan. Disatu pihak barang buk-
an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ti yang disita untuk kepentingan pembuk-
huruf a pasal 46 KUHAP tersebut, dalam tian., dilain pihak benda tersebut kadang-
praktek disebut pinjam berdasarkan atas kadang merupakan sumber kehidupan pe-
permohonan dari pemilik atau orang yang miliknya.
berhak atas benda tersebut yaitu sanksi Pada umumnya saksi korban atau
korban kepada pejabat yang berwenang a- pemilik kendaraan tersebut menyadari bah-
gar supaya agar supaya barang atau benda wa bendanya disita adalah untuk kepenti-
tersebut dapat dipinjam pakaikan kepada- ngan suatu pembuktian di sidang pengadi-
nya dengan menyebut alasan-alasannya. lan, namun terdapat hal-hal yang antara lain
Dari hasil wawancara penulis Bripda M. sebagai berikut :
Fikri Andeska, pada Unit Pidum Polres 1) Benda tersebut memang sangat di-
Banyuasin, tanggal 21 Februarit 2021 pe- butuhkan manfaatnya atau keguna-
jabat yang berwenang (dalam hal ini penyi- annya
dik), baru akan mengabulkan tersebut khu- 2) Benda tersebut dikhawatirkan akan
susnya kepada saksi korban dan ia jelas a- rusak ataupun hilang.
dalah orang yang berhak atas benda terse- 3) Menungu sampai putusan hakim
but. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh mempunyai kekuatan tetap itu me-
Si pemohon sebagai berikut : makan waktu yang sangat lama
1. Bersedia menghadapkan barang Sesuai dengan bunyi pasal 42 ayat 2
bukti itu apabila sewaktu-waktu KUHAP “Penyimpanan benda sitaan dilak-
diperlukan kembali untuk kepen- sanakan dengan sebaik-baiknya dan tang-
tingan pembuktian. gung jawab atasnya ada pada pejabat yang
2. Bersedia menjaga keutuhan bara- berwenang sesuai dengan tingkat pemerik-
ng bukti tersebut dalam arti bah- saan dalam proses peradilan dan benda ter-
wa barang bukti tersebut tidak a- sebut dilarang untuk dipergunakan oleh si-
kan berubah atau rusak atau di- apapun juga”. Memperhatikan pasal terse-
but berati tidak ada kesempatan korban dari
15
R Soenarto Soerodibroto, KUHP dan tindak pidana yang barang buktinya berupa
KUHAP, Rajawali Pers. Jakarta, 1991, hlm. 491

260
Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda.
Vol. 27 No.4 Desember 2021, hal. 252-263

kendaraan roda dua dan roda empat untuk Oleh Pemilik Pasal 23 adalah sebagai
dipinjam pakaikan. Tetapi dalam hal ini ada berikut :
beberapa faktor yang dapat membantu kor-
ban untuk kepentingan pribadi terhadap pe- 1) Barang Bukti Yang Disita dan Di-
nggunaan barang bukti tersebut : simpan ditempat Khusus Hanya
1) Adanya permohonan dari pihak Dapat dipinjamkan kepada Pemilik
korban atau pihak yang berhak.
Korban dari tindak pidana dapat 2) Prosedur pinjam pakai diatur seba-
membuat surat permohonan dan mengaju- gai berikut:
kannya kepada atasan penyidik dengan ala- a. Pemilik atau pihak yang berhak
san yang masuk akal, artinya bahwa barang mengajukan permohonan kepa-
bukti yang akan dipinjam pakai tersebut ada da atasan penyidik.
kaitannya dengan pekerjaan sehari hari, mi- b. Atasan penyidik melakukan pe-
salnya Salesman, atau tukang ojek atau ya- nilaian dan pertimbangan untuk
ng lainnya yang jelas. Penjaminan pinjam menolak atau mengabulkan per-
pakai Barang Bukti tersebut selain, orang mohonan tersebut.
tua yang bersangkutan atau paling tidak di- c. Setela permohonan dikabulkan,
ketahui oleh aparat pemerintah dalam hal atasan penyidik membuat reko-
ini yang paling tepat adalah ketua rukun te- mendasi kepada Ketua PPBB
tangga atau RT. Setempat dimana yang ber- (Pejabat Pengelola Barang Buk-
sangkutan menetap atau bertempat tinggal ti)
sesuai dengan alamat yang tertera pada su- 3) Atasan Penyidik sebagaimana di-
rat tanda nomor kendaraan (STNK). Dalam maksud pada ayat (2) adalah :
surat pernyataan tersebut pemohon menya- a. Para Direktur Penyidik Bares-
takan siap setiap saat mengembalikan /me- krim Polri, Direktur Polair Polri
nunjukan barang bukti apabila diperlukan. dan Direktur Lalu Lintas Polri
2) Pasilitas Tempat Penyimpanan Ba- pada tingkat Mabes Polri.
rang Bukti Kurang b. Para Direktur Reskrim/Narko-
Pasilitas atau Lokasi penyimpanan ba/Polair/Lantas pada tingkat
barang bukti pada Polda Sumsel kurang me- Polda.
madai artinya barang bukti yang disimpan c. Para Kapolwil/ Kapolwiltabes
pada Polda Sumsel ini tidak dapat dijamin, pada tingkat Powil/Powiltabes.
sehingga ada kekhawatiran dari pemilika- d. Para Kapoltabes/Kapolres/tro/ta
nya akan kerusakan barang bukti yang disi- pada tingkat Poltabes/ Polres/-
ta oleh pihak Polda Sumsel tersebut. Karena tro/ta, dan
lokasi tempat penyimpanan khusus belum e. Para Kapolres/tro/ta tingkat Pol-
ada, pemantauan penulis barang bukti terse- sek/tro/ta.
but masih diparkirkan pada halaman bela- 4) Penilaian dan Pertimbangan dida-
kang Polda Sumsel yang terdiri dari ken- sarkan atas:
daraan roda dua dan roda empat, barang-ba- a. Bukti kepemilikan barang bukti
rang tersebut masih terkena panas matahari yang sah
dan hujan. b. Kesediaan untuk merawat dan
3. Peraturan KAPOLRI No.10 Tahun tidak mengubah bentuk, wujud
2010 dan warna dari barang bukti.
Peraturan KAPOLRI No. 10 tahun c. Kesediaan untuk menghadirkan
2010 tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Barang Bukti bila diperlukan
Bukti Di Lingkungan POLRI, dalam Bab sewaktu-waktu.
VI Prosedur Pinjam Pakai Barang Bukti d. Kesediaan untuk tidak memin-
dah tangankan Barang bukti ke-
pada Pihak lain.

261
Proses Pinjam Pakai Barang Bukti Dalam Perkara Idana Marsudi Utoyo,
Putri Sari Nilam Cayo

E. KESIMPULAN wab penyidik pada tingkat penyidi-


Dari pembahasan pada bab-bab di- kan.
atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan 2. Proses Pinjam Pakai Barang Bukti
dan dapat diajukan saran-saran sebagai dalam Perkara Pidana dapat dilakukan
berikut : oleh pemilik barang bukti berdasar-
1. Tanggungjawab penyidik atas barang kan Peraturan KAPOLRI No. 10 ta-
bukti sejak saat benda itu disita oleh hun 2010 tentang Tata Cara Pengelo-
penyidik, maka sejak itu apabila ba- laan Barang Bukti Di Lingkungan
rang bukti rusak atau hilang, maka ta- POLRI, dalam Bab VI Prosedur Pin-
nggungjawab ini adalah tanggungja- jam Pakai Barang Bukti Oleh Pemi-
lik.
DAFTAR PUTAKA
H. Zaeni Asyhadie dan Arief Rahman, Pengantar Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jakarta,
2013.
Satjipto Rahardjo, Membedah Hukum Progresif, Kompas, Jakarta, 2006.
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2012.
Ratna Nurul Afiah, Barang Bukti dalam Proses Pidana, Cetakan Pertama, Sinar Grafika,
Jakarta, 1989.
Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia, Jakarta, 1986.
Purnadi Purbacaraka, Penegakan Hukum dalam Mensukseskan Pembangunan BPKH
Lampung. Tarsito, Bandung, 1976.
IqbaI Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Bumi Aksara, Jakarta, 2008.
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafmdo Persada, Jakarta, 1998.
Soerjono Soekamto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjaun Singkat, Raja Grafindo,
Jakarta, 1998.
Ratna Nurul Afiah, Barang Bukti Dalam Proses Pidana, Penerbit Sinar Grafika Offset,
Jakarta, 1988.
Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana (Penyelidikan dan Penyidikan,
Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2008.
R Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP, Rajawali Pers. Jakarta, 1991.

262
Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda.
Vol. 27 No.4 Desember 2021, hal. 252-263

263

Anda mungkin juga menyukai