Anda di halaman 1dari 7

Nama: Berlian Kasih Tupamahu

NIM: 2143500730
Mata Kuliah: Kriminologi Forensik (KR)
Tugas Perbaikan Absen
Review Jurnal

1. Pentingnya Bukti Forensik Pada Pembuktian Tindak Pidana


Judul Pentingnya Bukti Forensik Pada Pembuktian Tindak Pidana
Jurnal Hukum Pidana & Kriminologi
Volume & Halaman Vol. 03 No. 36-43
Tahun 2022
Penulis Handar Subhandi Bakhtiar
Reviewer Berlian Kasih Tupamahu
Tanggal 15 Januari 2024

abstrak Kompleksitas kejahatan menjadikan aparat penegak hukum kesulitan


dalam mengumpulkan alat bukti. Bukti forensik menjadi semakin
penting dalam proses pembuktian suatu tindak pidana. Pemanfaatan
bukti forensik oleh aparat penegak hukum dalam upaya menyatakan
dan membuktikan seseorang bersalah atau telah melakukan tindak
pidana dengan keyakinan penuh. Pentingnya bukti forensik dalam
pembuktian tindak pidana terletak pada kemampuan untuk
menyediakan informasi penting tentang bagaimana kejahatan
dilakukan dan siapa yang melakukannya, informasi mana yang dapat
digunakan dalam pembuktian dan informasi tersebut dapat diterima
dan diyakini oleh hakim untuk menentukan seseorang bersalah atau
telah terbukti melakukan tindak pidana.
Metode penelitian Metode penelitian yang diterapkan dalam jurnal ini mencakup
pendekatan studi kasus guna menyelidiki peran bukti forensik dalam
menangani kejahatan yang semakin kompleks dengan mendalami
kasus-kasus nyata dan menganalisis bukti forensik yang digunakan
dalam penyelidikan dan pengadilan. Selain itu, analisis mendalam
dilakukan terhadap kumpulan literatur ilmiah yang membahas peran
bukti forensik dalam penyelidikan dan pengadilan. Dengan meneliti
teori dan temuan penelitian terdahulu, penelitian ini menyajikan
pemahaman mendalam mengenai efektivitas bukti forensik dalam
menghadapi tantangan keamanan modern. Pendekatan literatur juga
memungkinkan evaluasi kebijakan hukum dan prosedur forensik
melalui sintesis pandangan ahli yang terdokumentasi dalam jurnal
ilmiah. Dengan merinci temuan-temuan yang telah diuji secara
akademis, penelitian ini menyediakan landasan yang kokoh untuk
memahami peran bukti forensik dalam konteks investigasi dan
peradilan.
Hasil Penelitian Bukti forensik memiliki peran krusial dalam menyediakan informasi
detail tentang kejahatan, pelaku, dan cara kejahatan dilakukan.
Keberhasilan bukti forensik dalam menyediakan informasi yang
dapat diterima oleh pengadilan dapat memengaruhi keputusan hakim
untuk menentukan kesalahan atau kebuktiannya dalam suatu tindak
pidana.
Kesimpulan Pentingnya bukti forensik dalam pembuktian tindak pidana terletak
pada kemampuan untuk menyediakan informasi penting tentang
bagaimana kejahatan dilakukan dan siapa yang melakukannya,
informasi mana yang dapat digunakan dalam pembuktian dan
informasi tersebut dapat diterima dan diyakini oleh hakim untuk
menentukan seseorang bersalah atau telah terbukti melakukan tindak
pidana.

2. Tinjauan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Ijazah


Judul Tinjauan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Ijazah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bidang Hukum Pidana
Volume & Halaman Vol. 03 No. 256-266
Tahun 2019
Penulis Bella Reza Dwi Putri & Ida Keumala Jeumpa
Reviewer Berlian Kasih Tupamahu
Tanggal 15 Januari 2024

abstrak Tindak pidana pemalsuan ijazah sampai saat ini masih saja terjadi
padahal didalam KUHP sudah dijelaskan aturan mengenai tindak
pidana pemalsuan ijazah yaitu pada Pasal 263 ayat (1) KUHP yang
menyebutkan, “Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan
surat yang seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu, diancam jika
pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian, dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) tahun”. Tujuan Penelitian ini untuk
menjelaskan faktor penyebab tindak pidana pemalsuan ijazah,
hambatan dan upaya penanggulangannya, serta pertimbangan hakim
dalam menjatuhkan pidana terhadap tindak pidana pemlasuan ijazah.
Data yang diperoleh dari penelitian ini dengan cara menggunakan
metode penelitian lapangan (field research) dan penelitian
kepustakaan (library research) dengan memberikan kuisioner dan
wawancara dengan responden dan informan serta mendapatkan
dokumen dari responden dan informan, yang selanjutnya dijadikan
sebagai alat analisis untuk menjawab persoalan-persoalan yang ada
didalam rumusan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor penyebab terjadinya tindak pidana pemalsuan ijazah,
dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi, adanya kesempatan dan
keingingan, serta kurangnya kesadaran hukum pelaku. Hambatan
yang ditemukan dalam penyelesaian tindak pidana pemalsuan ijazah
adalah kurangnnya anggaran dalam memfasilitasi sarana dan
prasarana guna kepentingan penyelidikan dan upaya penanggulangan
yang dilakukan adalah dengan cara melakukan sosialisasi Pasal 263
(1) KUHP tentang pemalsuan surat kepada masyarakat. Disarankan
kepada pemerintah agar dapat mengalokasikan anggaran guna
meningkatkan fasilitas, sarana, dan prasarana untuk kebutuhan
penyelidikan. Serta kepada pihak penegak hukum agar dapat
menjatuhkan hukuman maksimal terhadap para pelaku, agar dapat
memberikan efek jera bagi yang telah melakukannya dan membuat
takut bagi yang belum melakukan tindak pidana pemalsuan ijazah.
Metode penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian
hukum yuridis empiris. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan
cara menggunakan penelitian kepustakaan (Library Research) dan
Penelitian lapangan (Field Research). Penelitian kepustakaan
dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca
dan menelaah buku-buku dan perundang-undangan. Sedangkan
penelitian lapangan dilakukan guna memperoleh data primer melalui
wawancara dengan responden dan informan.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab terjadinya
tindak pidana pemalsuan ijazah, dilatarbelakangi oleh faktor
ekonomi, adanya kesempatan dan keingingan, serta kurangnya
kesadaran hukum pelaku.
Kesimpulan Penyebab terjadinya tindak pidana pemalsuan ijazah dikarenakan
faktor ekonomi, keinginan untuk mendapatkan uang secara cepat dan
mudah, serta kurangnya kesadaran pelaku terhadap kepatuhan
hukum. Hambatan penegak hukum dalam penanggulangan tindak
pidana ini termasuk ketiadaan laboratorium forensik di Wilayah
Aceh, kurangnya sumber daya manusia, anggaran yang terbatas, dan
kurangnya koordinasi antara penegak hukum dan masyarakat. Upaya
penegak hukum mencakup tindakan preventif melalui sosialisasi
kepada pelaku usaha percetakan, sekolah, dan masyarakat, serta
tindakan represif dengan mengusut tuntas kasus pemalsuan ijazah.
Dalam memutuskan pidana terhadap pelaku, pertimbangan hakim
mencakup faktor-faktor yang memberatkan, seperti dampak
perbuatan terhadap kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
pendidikan dan kerugian yang ditimbulkan terhadap Universitas
Syiah Kuala. Faktor yang meringankan termasuk tanggungan
keluarga terdakwa, sikap baik dan sopan terdakwa selama
persidangan, serta penyesalan terdakwa dan janji untuk tidak
mengulang perbuatannya.

3. Pengaruh Audit Forensik, Audit Internal, Dan Audit Eksternal Dalam Upaya
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Judul Pengaruh Audit Forensik, Audit Internal, Dan Audit Eksternal Dalam
Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Jurnal Ilmiah Economina
Volume & Halaman Vol. 1 No. 861-870
Tahun 2022
Penulis Cris Kuntadi & Aviana
Reviewer Berlian Kasih Tupamahu
Tanggal 15 Januari 2024

abstrak Tindakan penipuan diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu


korupsi, penyalahgunaan aset, dan penipuan laporan keuangan. Kasus
korupsi bukanlah suatu hal yang aneh, apalagi di Indonesia kasus
korupsi banyak dan terjadi hampir di setiap daerah. Artikel ini
bertujuan untuk menjelaskan peran audit forensik, pengendalian
internal, pengendalian audit eksternal dalam pemberantasan korupsi.
Penelitian ini merupakan literature review untuk membangun hipotesis
yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Hasil penelitian ini
adalah audit forensik, pengendalian internal, dan pengendalian
eksternal berpengaruh dalam pemberantasan korupsi.
Metode penelitian metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah literature
review atau tinjauan pustaka. Dalam literature review, penulis
menyusun dan mengevaluasi literatur-literatur yang telah ada, baik
itu berupa artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lainnya yang
relevan dengan topik penelitian.

Hasil Penelitian Data dari Transparency International Indonesia menunjukkan bahwa


pada tahun 2012, Corruption Perceptions Index (CPI) menempatkan
Indonesia pada peringkat 118 dari 176 negara, dengan skor 32, yang
menunjukkan tingkat korupsi yang tinggi bila dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN. Menghadapi realitas tersebut, diperlukan
tindakan pencegahan, deteksi, dan penindakan korupsi. Audit
forensik dan peran akuntan forensik menjadi sangat penting dalam
menginvestigasi indikasi penyelewengan atau korupsi di perusahaan
atau instansi negara. Audit forensik menggunakan teknik khusus
untuk mengidentifikasi dan menggabungkan bukti-bukti, sedangkan
akuntan forensik menggabungkan pengetahuan akuntansi, studi
hukum, investigasi, dan kriminologi untuk mengungkap fraud dan
membawa bukti ke pengadilan.

Peran penting juga dimainkan oleh audit eksternal dan internal, yang
telah terbukti berhasil dalam mengumpulkan bukti-bukti fraud pada
kasus korupsi kompleks seperti Hambalang dan Bank Century.
Adanya strategi preventif, detektif, dan represif dalam audit forensik
diharapkan dapat mengurangi tingkat korupsi di Indonesia. Namun,
upaya ini memerlukan dukungan dan peran aktif dari pemerintah
untuk mewujudkan good governance yang bebas dari korupsi, kolusi,
dan nepotisme (KKN), termasuk melalui peningkatan pengendalian
internal dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
Kesimpulannya, kolaborasi antara audit forensik, akuntan forensik,
audit eksternal, dan audit internal dengan dukungan pemerintah dapat
membantu mengatasi masalah korupsi dan mendorong terciptanya
tata kelola yang baik di Indonesia.
Kesimpulan Tingkat korupsi Indonesia pada tahun 2012, berdasarkan Corruption Perceptions
Index (CPI) dari Transparency International, menempatkan negara ini pada
peringkat 118 dari 176 negara, mencerminkan situasi korupsi yang tinggi. Untuk
menghadapi tantangan ini, diperlukan tindakan pencegahan dan deteksi korupsi.
Audit forensik dan akuntan forensik memainkan peran sentral dalam mengungkap
penyelewengan atau korupsi dengan pengetahuan dan keterampilan khusus yang
dimiliki. Kontribusi positif juga diberikan oleh audit eksternal dan internal, terbukti
dalam mengumpulkan bukti fraud pada kasus-kasus kompleks. Strategi preventif,
detektif, dan represif dalam audit forensik diharapkan dapat mengurangi tingkat
korupsi di Indonesia, tetapi pencapaian ini memerlukan dukungan aktif dari
pemerintah. Selain itu, upaya untuk mewujudkan good governance yang bebas dari
korupsi dapat ditingkatkan melalui peningkatan pengendalian internal, terutama
dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Kesimpulannya, untuk
berhasil mengatasi masalah korupsi, diperlukan kerjasama lintas sektor dan
implementasi praktik tata kelola yang baik, dengan dukungan penuh dari
pemerintah.

4. Peran Ilmu Forensik Dalam Penyelesaian Kasus Kejahatan Seksual Dalam Dunia Maya
(Internet)
Judul Peran Ilmu Forensik Dalam Penyelesaian Kasus Kejahatan Seksual
Dalam Dunia Maya (Internet)
Jurnal Ilmu Hukum
Volume & Halaman Vol. 02 No. 42-53
Tahun 2015
Penulis Marchel R. Maramis
Reviewer Berlian Kasih Tupamahu
Tanggal 15 Januari 2024

abstrak Ilmu kedokteran forensik adalah salah satu cabang spesialistik ilmu kedokteran
yang memanfaatkan ilmu kedokteran untuk membantu penegakan hukum dan
pemecahan masalah-masalah di bidang hukum. Kedokteran forensik dalam
praktik di Amerika Serikat dan negara-negara berbahasa Inggris lainnya agak
berbeda dengan praktik di negara-negara Eropa lainnya. Di Amerika Serikat dan
negara-negara “Anglo-Saxon”, kedokteran forensik lebih dititik-beratkan
kepada praktik patologi forensik yang menjadi bagian penting dari sistem
coroner dan medical examiner, sedangkan di negara-negara Eropa lain
berkembang lebih luas. Ruang lingkup ilmu kedokteran forensik berkembang
dari waktu ke waktu. Dari semula hanya pada kematian korban kejahatan,
kematian tak diharapkan dan tak diduga, mayat tak dikenal, hingga para korban
kejahatan yang masih hidup, atau bahkan kerangka, jaringan dan bahan biologis
yang diduga berasal dari manusia. Jenis perkaranya pun meluas dari
pembunuhan, penganiayaan, kejahatan seksual, kekerasan dalam rumah tangga,
child abuse and neglect, perselisihan pada perceraian, fraud dan abuse pada
perasuransian, hingga ke pelanggaran hak asasi manusia. Forensik (berasal dari
bahasa Latin forensis yang berarti "dari luar", dan serumpun dengan kata forum
yang berarti "tempat umum") adalah bidang ilmu pengetahuan yang digunakan
untuk membantu proses penegakan keadilan melalui proses penerapan ilmu atau
sains. Dalam kelompok ilmu-ilmu forensik ini dikenal antara lain ilmu fisika
forensik, ilmu kimia forensik, ilmu psikologi forensik, ilmu kedokteran
forensik, ilmu toksikologi forensik, ilmu psikiatri forensik, komputer forensik,
dan sebagainya. Tahap-tahap forensik diantaranya ialah sebagai berikut : a.
Pengumpulan (Acquisition) b. Pemeliharaan (Preservation) c. Analisa
(Analysis) d. Presentasi (Presentation)
Metode penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian
hukum normatif atau metode penelitian hukum kepustakaan.
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini ialah upaya pembuktian dalam kasus
kejahatan seksual melalui kedokteran forensik terbatas
pada identifikasi tanda-tanda persetubuhan, kekerasan,
perkiraan usia, dan kelayakan untuk menikah. Dalam
pemeriksaan kasus persetubuhan, penting untuk
melibatkan ketelitian dan kewaspadaan yang tinggi.
Sementara itu, kehadiran IT forensik dianggap sebagai
solusi untuk menelusuri kejahatan yang terjadi di dunia
maya dengan harapan dapat meningkatkan keamanan
sistem dan mencegah terjadinya aksi kriminal di ranah
online. Teknologi ini juga diakui sebagai alat yang dapat
membantu menyusun kebijakan terkait peraturan dalam
penggunaan dan pemanfaatan dunia maya serta internet.
Meski demikian, keprihatinan yang mendalam terkait
dengan kasus kejahatan, seperti pembunuhan sadis dan
mutilasi, tercermin dalam teks. Penanganan kasus
mutilasi diimbangi dengan anjuran untuk melibatkan
kejelian dan mempertimbangkan berbagai aspek atau
faktor dalam upaya penyelesaiannya.
Kesimpulan Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa upaya pembuktian dalam kasus
kejahatan seksual melalui kedokteran forensik memiliki keterbatasan pada
pengidentifikasian tanda-tanda tertentu. Fokus utamanya mencakup persetubuhan,
kekerasan, perkiraan usia, dan kelayakan untuk menikah. Untuk meningkatkan
keamanan dan mencegah kejahatan dunia maya, IT forensik dianggap sebagai solusi
yang potensial dengan potensi perbaikan sistem. Peran teknologi ini juga melibatkan
penyusunan kebijakan terkait penggunaan dan pemanfaatan dunia maya serta
internet. Keprihatinan terhadap kejadian kejahatan, khususnya pembunuhan sadis
dan mutilasi, menyoroti perlunya penanganan yang cermat dengan
mempertimbangkan berbagai aspek atau faktor. Kesimpulannya, terdapat tantangan
kompleks dalam penegakan hukum pada kasus-kasus kejahatan seksual, dan
penggunaan teknologi forensik menjadi kunci untuk perbaikan sistem dan
pencegahan lebih lanjut.
Daftar Pustaka

Maramis, M. R. (2015). Peran Ilmu Forensik Dalam Penyelesaian Kasus. Ilmu Hukum, 2, 42-52. Retrieved
from https://repo.unsrat.ac.id/1349/2/Hal_42-52_Marchel_R._Maramis_No_7_Juli
Desember_2015.pdf

Putri, B. R., & Jeumpa, I. K. (2019). Tinjauan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Ijazah. Bidang
Ilmu Hukum, 3, 256-266. Retrieved from file:///C:/Users/USER/Downloads/16068-34524-1-
SM.pdf

Kuntadi, C., & Aviana, A. (2022). Pengaruh audit forensik, audit internal, Dan audit eksternal dalam upaya

pemberantasan tindak pidana korupsi. JURNAL ECONOMINA, 1(4), 861-

870. https://doi.org/10.55681/economina.v1i4.192

Subhandi Bakhtiar, H. (2022). Pentingnya Bukti Forensik Pada Pembuktian Tindak Pidana. Jurnal Hukum

Pidana dan Kriminologi, 3(2), 36-43. https://doi.org/10.51370/jhpk.v3i2.82

Anda mungkin juga menyukai