Anda di halaman 1dari 5

Pranata Barang Bukti : sebagai lembaga penuntutan yang berwenang dalam eksekusi barang bukti

maupun barang rampasan, jabatan pranata barang bukti menjadi bagian penting dari suksesnya
penanganan perkara oleh Kejaksaan RI.
Badan yang mengatur dalam eksekusi barang bukti maupun barang hasil rampasan. Badan tersebut
dinamakan Pranata Barang Bukti.

Tugas dan Fungsi Bidang Pengelolaan Barang Bukti dan Barang Rampasan menurut Peraturan Jaksa
Agung Republik Indonesia Nomor: PER-006/A/JA/07/2017 tanggal 20 Juli 2017

Tugas :

Seksi Pengelolaan Barang Bukti dan Barang Rampasan mempunyai tugas melakukan pengelolaan
barang bukti dan barang rampasan yang berasal dari tindak pidana umum dan pidana khusus.

Fungsi :

1. penyiapan bahan penyusunan rencana dan program kerja;

2. analisis dan penyiapan pertimbangan hukum pengelolaan barang bukti dan barang rampasan;

3. pengelolaan barang bukti dan barang rampasan meliputi pencatatan, penelitian barang bukti,
penyimpanan dan pengklasifikasian barang bukti, penitipan, pemeliharaan, pengamanan,
penyediaan dan pengembalian barang bukti sebelum dan setelah sidang serta penyelesaian barang
rampasan;

4. penyiapan pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dalam pengelolaan barang buki dan barang
rampasan;

5. pengelolaan dan penyajian data dan informasi; dan

6. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pengelolaan barang bukti dan barang
rampasan.

Seksi Pengelolaan Barang Bukti dan Barang Rampasan terdiri atas:

1.Subseksi Barang Bukti; dan

Subseksi Barang Bukti mempunyai tugas melakukan pencatatan benda sitaan dan barang bukti pada
register, buku register pembantu, label dan kartu barang bukti, sistem manajemen elektronik,
penyediaan data, penelitian barang bukti, penyimpanan dan pengklasifikasian atau pengelompokan
barang bukti, penitipan pemeliharaan barang bukti, melakukan kontrol barang bukti secara berkala,
penyediaan dan pengembalian barang bukti sebelum dan setelah sidang, serta laporan dan
pengarsipan terkait pengelolaan benda sitaan dan barang bukti tindak pidana umum dan tindak
pidana khusus pada tahap penyidikan, dan penuntutan

2. Subseksi Barang Rampasan.

Subseksi Barang Rampasan mempunyai tugas pencatatan barang rampasan pada register, buku
register pembantu, sistem manajemen elektronik, penyediaan data, pencocokan dan
pengidentifikasian fisik barang rampasan sesuai dengan dokumen pendukung, menyiapkan
administrasi barang rampasan, mengklasifikasikan atau mengelompokkan barang rampasan,
menyediakan dokumen pendukung atas fisik barang rampasan, perencanaan dan penyelesaian
barang rampasan, tindakan hukum dalam penyelesaian barang rampasan serta laporan dan
pengarsipan terkait pengelolaan barang rampasantindak pidana umum dan tindak pidana khusus
pada tahap eksekusi.

Alur penanganan perkara pidana

1. Penyelidikan
Adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga
sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang. (Pasal 1 Ayat 5 KUHAP (Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana) )

2. Penyidikan
adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang
tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

3. Pra Penuntutan & Penuntutan


adalah tindakan penuntut umum untuk memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan
penyidikan oleh penyidik. (KUHAP Pasal 14 huruf B)
Sedangkan Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke
pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang
ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan.
(KUHAP Pasal 1 Ayat 7)

4. Pembacaan Dakwaan
Surat dakwaan merupakan suatu surat atau akte yang memuat suatu perumusan dari tindak pidana
yang didakwakan. Surat dakwaan, dibuat oleh penuntut umum setelah ia menerima berkas perkara
dan hasil penyidikan yang lengkap dari penyidik. Dalam hal ia berpendapat bahwa dari hasil
penyidikan dapat dilakukan penuntutan, maka penuntut umum dalam waktu secepatnya
membuat surat dakwaan (pasal 140 jo pasal 139 KUHAP).

5. Eksepsi
adalah salah satu istilah yang digunakan dalam proses hukum dan peradilan yang berarti
penolakan/keberatan yang disampaikan oleh seorang terdakwa, disertai dengan alasan-alasannya
bahwa dakwaan yang diberikan kepadanya dibuat tidak dengan cara yang benar dan tidak
menyangkut hal tentang benar atau tidak benarnya sebuah tindak pidana yang
didakwakan. (Referensi Dari Wikipedia.org)

6. Pembuktian adalah tahap yang memiliki peranan penting bagi hakim untuk menjatuhkan putusan.
Proses pembuktian dalam proses persidangan dapat dikatakan sebagai sentral dari proses
pemeriksaan di pengadilan. Pembuktian menjadi sentral karena dalil-dalil para pihak diuji melalui
tahap pembuktian guna
menemukan hukum yang akan diterapkan (rechtoepasing) maupun ditemukan (rechtvinding) dalam
suatu perkara tertentu. (Riawan Tjandra W., dan H. Chandera., 2001, Pengantar Praktis Penanganan
Perkara Perdata)

7. Pembacaan Surat Tuntutan


Surat Tuntutan (, diajukan pleh penuntut umum setelah pemeriksaan di sidang pengadilan
dinyatakan selesai, penuntut umum mengajukan tuntutan pidana. (Kamus Hukum:Sudarsono)

8. Pledoi (Pembelaan)
yaitu terdakwa dan atau penasihat hukum mengajukan pembelaannya yang dapat dijawab oleh
penuntut umum, dengan ketentuan bahwa terdakwa atau penasihat hukum selalu mendapat giliran
terakhir. (Pasal 182 Ayat 1 KUHAP)

9. Putusan Hakim
Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka,
yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta
menurut cara yang diatur dalam undang-undang. (Pasal 1 Ayat 11 KUHAP)

Barang bergerak dan tidak bergerak

Anda mungkin juga menyukai