KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktorat Jenderal Pajak kembali memenangkan kasus pidana
perpajakan saat melawan wajib pajak nakal. Kali ini, DJP berhasil memenjarakan tersangka dalam kasus kecurangan pembayaran pajak pertambahan nilai (PPN) dengan menggunakan faktur pajak tidak sah. Dalam pengadilan yang dilakukan secara online pada Rabu (5/8), Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjatuhkan vonis kepada terdakwa RW, Direktur Operasional PT DC atas perkara tindak pidana di bidang perpajakan dan tindak pidana pencucian uang. Vonis yang dijatuhkan yakni 5 tahun 6 bulan penjara dan denda Rp 20,5 miliar, yaitu dua kali jumlah kerugian negara, subsider 6 bulan kurungan kepada terdakwa. Perbuatan pidana perpajakan dilakukan terdakwa terjadi di kurun waktu 2010 sampai dengan 2012 dengan cara menggunakan faktur pajak tidak sah untuk mengecilkan jumlah pajak pertambahan nilai terutang yang harus disetorkan ke kas negara dan dilaporkan ke kantor pelayanan pajak.
- Analisis
Peraturan yang dilanggar : Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2017
tentang Perlakuan Terhadap Penerbitan dan/Atau Penggunaan Faktur Pajak Tidak Sah oleh Wajib Pajak. Dengan hukuman pidana penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama 6 tahun. Selain itu, wajib pajak juga dikenakan denda paling sedikit dua kali dan paling banyak enam kali jumlah pajak dalam faktur pajak. Mengapa kasus ini bisa terjadi : Terjadinya kasus oknum wajib pajak yang nakal dalam melaksanakan kewajiban pajaknya disebabkan karena adanya celah sistem informasi internal badan pengurus pajak, serta kurangnya pengawasan eksternal yang mengakibatkan kondisi ini dimanfaatkan para wajib pajak yang curang untuk bertindak nakal, salah satunya seperti pembayaran pajak pertambahan nilai (PPN) dengan menggunakan faktur pajak tidak sah. Solusi : DJP harus terus meningkatkan pengawasan baik melalui peningkatan sistem informasi internal, pengawasan eksternal, serta berkoordinasi dengan berbagai pihak guna mencegah kejahatan kejahatan perpajakan.