PERPAJAKAN
1. Seseorang yang sudah memenuhi syarat subjektif dan objektif harus mendaftarkan
diri untuk mendapatkan NPWP. Jelasakan.
Jawaban :
Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, wajib
mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan, dan tempat kegiatan usaha Wajib Pajak, dan kepada Wajib Pajak diberikan
Nomor Pokok Wajib Pajak. Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak
yang menerima, atau memperoleh penghasilan, atau diwajibkan melakukan
pemotongan ataupun pemungutan. Kewajiban melaporkan diri berlaku juga terhadap
wanita kawin yang dikenai pajak secara terspisah/hidup tepisah, bredasarkan keputusan
hakim atau dikehendaki secara tertulis. Wanita kawin dapat mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP atas namanya sendiri agar wanita kawin tersebut dapat melakukan
hak dan kewajiban perpajakannya. Dalam hal berhubungan dengan dokumen
perpajakan WP diwajibkan mencantumkan NPWPnya terhadap wajib pajak yang tidak
mendaftarkan diri untuk mendaftarkan NPWP dikenai sanksi sesuai dengan KUP.
Penerbitan NPWP secara jabatan adalah penerbitan NPWP yang dilakukan
terhadap wajib pajak yang tidak melaksanakan kewajibannya mendaftarkan diri.
Penerbitan NPWP secara jabatan dilakukan Dirjen Pajak berdasarkan hasil pemeriksaan
atau data/informasi milik Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Jika Penerbitan NPWP secara
jabatan maka bisa saja dilakukan pemeriksaan harta hingga 5 tahun sebelumnya kepada
wajib pajak.
3. Apa alasan sehingga SPT yang sudah dilaporkan oleh Wajib Pajak dapat diperiksa oleh
Petugas Pajak?
Jawaban :
Ada beberapa alasan mengapa Surat Pemberitahuan (SPT) yang sudah dilaporkan oleh
Wajib Pajak dapat diperiksa oleh Petugas Pajak. Pemeriksaan SPT biasanya dilakukan
oleh Petugas Pajak yang memiliki kewenangan untuk memeriksa dokumen, informasi,
dan bukti-bukti terkait dengan pelaporan pajak Wajib Pajak. Jika terdapat
ketidaksesuaian antara informasi dalam SPT dengan bukti yang ada, Petugas Pajak dapat
mengambil langkah-langkah yang sesuai, termasuk penyesuaian jumlah pajak yang
harus dibayar oleh Wajib Pajak.
Berikut adalah beberapa alasan umumnya:
1) Verifikasi dan Kepatuhan: Pemeriksaan SPT dilakukan untuk memverifikasi
kebenaran informasi yang telah dilaporkan oleh Wajib Pajak. Tujuannya adalah
untuk memastikan bahwa jumlah pendapatan, pengeluaran, dan kewajiban
pajak lainnya yang dilaporkan sesuai dengan fakta dan aturan perpajakan yang
berlaku. Pemeriksaan ini membantu dalam memastikan bahwa Wajib Pajak
mematuhi kewajiban perpajakannya dengan benar.
2) Menghindari Penyalahgunaan dan Pemalsuan: Pemeriksaan juga dilakukan untuk
mencegah penyalahgunaan dan pemalsuan informasi dalam SPT. Terkadang,
Wajib Pajak dapat mencoba untuk menghindari pembayaran pajak dengan
memberikan informasi yang tidak akurat atau dengan sengaja menyembunyikan
sebagian dari pendapatannya. Pemeriksaan ini membantu mengungkap potensi
kecurangan dan menjaga integritas sistem perpajakan.
3) Analisis Risiko: Petugas Pajak melakukan analisis risiko terhadap SPT yang
dilaporkan. SPT dengan karakteristik tertentu, seperti jumlah penghasilan yang
tinggi atau pengembalian pajak yang besar, mungkin lebih cenderung untuk
diperiksa karena memiliki potensi risiko pajak yang lebih tinggi.
4) Peningkatan Penerimaan Pajak: Pemeriksaan SPT juga dapat menjadi sumber
pendapatan tambahan bagi negara. Jika terdapat kesalahan dalam pelaporan
atau kewajiban pajak yang tidak dibayar dengan benar, hasil dari pemeriksaan ini
dapat meningkatkan penerimaan pajak yang seharusnya diterima oleh negara.
5) Kepatuhan Secara Umum: Pemeriksaan SPT juga memiliki efek jangka panjang
dalam membangun budaya kepatuhan terhadap perpajakan. Ketika Wajib Pajak
tahu bahwa SPT mereka dapat diperiksa, mereka cenderung lebih berhati-hati
dalam pelaporan pajak mereka dan lebih mungkin untuk mematuhi peraturan
perpajakan.