Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH PERPAJAKAN

ANALISIS KASUS PELANGGARAN PAJAK PT INDOSAT MULTIMEDIA

Nama : Siti Zahratun Nurjanah


Kelas : Manajemen H
NPM : 20210101333

PT adalah salah satu jenis badan usaha yang dilindungi oleh hukum dengan modal yang terdiri
dari saham. Seseorang dikatakan sebagai pemilik PT apabila memiliki bagian saham sebesar dari
jumlah yang ditanamkannya.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang membahas mengenai Perseroan
Terbatas (PT), dikatakan bahwa perusahaan berjenis Perseroan Terbatas adalah suatu badan usaha
yang berbentuk badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian dan melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham atau disebut juga dengan
persekutuan modal.

Sebagai wajib pajak badan usaha PT, kewajiban pajak yang biasanya melekat pada perseroan
terbatas adalah pajak penghasilan pasal 4 ayat (2) dan PPh Pasal 4 ayat 2 untuk mengetahui objek,
subjek, tarif dan contoh perhitungannya.

Kasus Pelanggaran Pajak PT. Indosat Multimedia (IM3) IM3 diduga melakukan penggelapan
pajak dengan cara memanipulasi Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai ( SPT Masa
PPN) ke kantor pajak untuk tahun buku Desember 2001 dan Desember 2002. Jika pajak masukan
lebih besar dari pajak keluaran, dapat direstitusi atau ditarik kembali. Karena itu, IM3 melakukan
restitusi sebesar Rp 65,7 miliar. 750 penanam modal asing (PMA) terindikasi tidak membayar
pajak dengan cara melaporkan rugi selama lima tahun terakhir secara berturut-turut.
Dalam kasus ini terungkap bahwa pihak manajemen berkonspirasi dengan para pejabat tinggi
negara dan otoritas terkait dalam melakukan penipuan akuntansi. Manajemen juga melakukan
konspirasi dengan auditor dari kantor akuntan publik dalam melakukan manipulasi laba yang
menguntungkan dirinya dan korporasi, sehingga merugikan banyak pihak dan pemerintah.
Kemungkinan telah terjadi mekanisme penyuapan (bribery) dalam kasus tersebut.
Secara rinci berita yang dikutip dalam suatu media tertentu, dijabarkan sebagai berikut :
 Tenaga Pengkaji Bidang Pembinaan dan Penertiban Sumber Daya Manusia Direktorat Jenderal
Pajak, Djangkung Sudjarwadi, menyatakan bahwa Ditjen Pajak akan mengusut laporan adanya
penggelapan pajak yang dilakukan PT Indosat Multimedia (IM3). Menurut master hukum dari
Harvard Law School tersebut, adanya laporan dari Wakil Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan
Rakyat, M Rosyid Hidayat, bahwa IM3 telah menggelapkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
sebesar Rp 174 miliar, merupakan informasi yang harus ditindak lanjuti aparat ditjen pajak. Dalam
pandangan Djangkung, informasi apapun yang berkaitan tentang penyimpangan pajak, baik yang
dilakukan wajib pajak maupun aparat pajak sendiri akan ditindaklanjuti secara serius oleh pihak
ditjen pajak.
 Adanya bantahan dari Direktur Utama IM3, Yudi Rulianto, kata Djangkung, tidak menyebabkan
permasalahan menjadi selesai. Pengusutan tetap diperlukan untuk mencari tahu duduk
permasalahan yang sebenarnya dengan memeriksa wajib pajak yang bersangkutan dan memeriksa
kebenaran laporan atau pengaduan yang diterima. Hal ini sesuai dengan amanah Undang-Undang
No 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang menyatakan bahwa
Ditjen Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
wajib pajak.
 Proses pengusutan tersebut, menurut Djangkung, saat ini sudah dilimpahkan ke Kantor Wilayah
VII Direktorat Jenderal Pajak. Hal ini dikarenakan kantor pusat IM3 berada di wilayah kerja
Kanwil VII. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, M Rosyid Hidayat mengungkapkan kecurigaan
adanya dugaan korupsi pajak atau penggelapan pajak yang dilakukan PT Indosat Multimedia
(IM3). Rosyid mengungkapkan, IM3 melakukan penggelapan pajak dengan cara memanipulasi
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) ke kantor Pajak untuk tahun
buku Desember 2001 dan Desember 2002. Untuk SPT masa PPN 2001 yang dilaporkan ke kantor
pajak pada Februari 2002 dilaporkan bahwa total pajak keluaran tahun 2001 sebesar Rp 846,43
juta. Sedangkan total pajak masukan sebesar Rp 66,62 miliar sehingga selisih pajak keluaran dan
masukan sebesar Rp 65,77 miliar. Sesuai aturan, jika pajak masukan lebih besar dari pajak
keluaran, maka selisihnya dapat direstitusi atau ditarik kembali. Karena itu, IM3 melakukan
restitusi sebesar Rp 65,7 miliar.
 Menurut Rasyid, selintas memang tidak terjadi kejanggalan dari hal tersebut. Namun, jika
lampiran pajak masukan dicermati, IM3 menyebut adanya pajak masukan ke PT Indosat sebesar
Rp 65,07 miliar. Namun setelah dicek ulang, dalam SPT Masa PPN PT Indosat, ternyata tidak
ditemukan angka pajak masukan yang diklaim IM3. Padahal seharusnya angka Pajak Masukan
IM3 tersebut muncul pada laporan pajak keluaran PT Indosat untuk tahun buku yang sama.
Bahkan, PT Indosat hanya melaporkan pajak keluaran sebesar Rp 19,41 miliar yang sebagian besar
berasal dari transaksi dengan PT Telkom bukan dengan IM3.
 Hal serupa juga dilakukan pada 2002, bahkan nilainya lebih besar. Untuk SPT Masa PPN 2002
per Desember 2002, IM3 melaporkan kelebihan pajak masukan sebesar Rp 109 miliar.
Berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) nomor 00008/407/02/051/03 uang
tersebut.
Berdasarkan kronologi kasus PT. Indosat Multimedia. Dapat diidentifikasi bahwa pelanggaran
yang dilakukan adalah memanipulasi Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT
Masa PPN). PT. Indosat melaporkan pajak keluaran lebih besar dibandingkan pajak masukan yang
mengakibatkan perlunya restitusi.
Dalam kasus pelanggaran ini, PT. Indosat Multimedia (IM3) melanggar beberapa prinsip GCG,
yaitu diantaranya:
1. Prinsip Transparansi Para pengelola perusahaan mempunyai kewajiban untuk menjalankan
prinsip keterbukaan dalam proses keputusan dan penyampaian informasi secara lengkap, benar,
dan tepat waktu kepada semua pemangku kepentingan.
2. Prinsip Akuntabilitas Para pengelola perusahaan berkewajiban untuk membina sistem akuntansi
yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.
3. Prinsip Responsibilitas PT. Indosat Multimedia (IM3) tidak mematuhi peraturan perundang-
undangan dalam hal melakukan manipulasi laba dan penggelapan pajak yang dilakukan oleh pihak
manajemen yang bekerjasama dengan para pejabat tinggi, otoritas terkait dan auditor dari akuntan
publik.
4. Prinsip Independensi Terkait dengan masalah pihak manajemen berkonspirasi dengan para
pejabat tinggi negara dan otoritas terkait dalam melakukan penipuan akuntansi, PT. Indosat
Multimedia (IM3) melanggar prinsip independensi yaitu keadaan dimana para pengelola dalam
mengabil suatu keputusan bersifat professional, mandiri, bebas dari konflik kepentingan dan bebas
dari tekanan/pengaruh darimanapun yang bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku
dan prinsip pengelolaan yang sehat.
Akibat pelanggaran yang dilakukan oleh PT Indosat Multimedia yang merugikan negara karena
kurangnya pajak yang disetorkan, maka sanksi yang diberikan berupa :
a. Sanksi Administrasi Berupa Denda
Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan dalam UU perpajakan. Terkait
besarannya denda dapat ditetapkan sebesar jumlah tertentu, persentase dari jumlah tertentu, atau
suatu angka perkalian dari jumlah tertentu. Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan
ditambah dengan sanksi pidana. Pelanggaran yang juga dikenai sanksi pidana ini adalah
pelanggaran yang sifatnya alpa atau disengaja. Hal-hal yang dapat menyebabkan sanksi
administrasi berupa denda, bentuk pengenaan denda, dan besarnya denda.
b. Sanksi Aministrasi Berupa Bunga
Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan atas pelanggaran yang menyebabkan utang pajak
menjadi lebih besar. Jumlah bunga dihitung berdasarkan persentase tertentu dari suatu jumlah,
mulai dari saat bunga itu menjadi hak/kewajiban sampai dengan saat diterima dibayarkan.
Terdapat beberapa perbedaan dalam menghitung bunga utang biasa dengan bunga utang paiak.
Penghitungan bunga utang pada umumnya menerapkan bunga majemuk (bunga berbunga).
Sementara, sanksi bunga dalam ketentuan pajak tidak dihitung berdasarkan bunga majemuk.
Besarnya bunga akan dihitung secara tetap dari pokok pajak yang tidak atau kurang dibayar.
Tetapi, dalam hal Wajib Paiak hanya membayar sebagian atau tidak membayar sanksi bunga yang
terdapat dalam surat ketetapan pajak yang telah diterbitkan, maka sanksi bunga tersebut dapat
ditagih kembali dengan disertai bunga.
Perbedaan lainnya dengan bunga utang pada umumnya adalah sanksi bunga dalam ketentuan
perpajakan pada dasarnya dihitung 1 (satu) bulan penuh.
Dengan kata lain, bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh atau tidak dihitung secara harian.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai hal-hal yang dapat menyebabkan sanksi bunga dan
penghitungan besarnya bunga dalam pajak.
c. Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan
Jika melihat bentuknya, bisa jadi sanksi administrasi berupa kenaikan adalah sanksi yang paling
ditakuti oleh wajib Pajak. Hal ini karena bila dikenakan sanksi tersebut, jumlah pajak yang harus
dibayar bisa menjadi berlipat ganda. Sanksi berupa kenaikan pada dasarnya dihitung dengan angka
persentase tertentu dari jumlah pajak yang tidak kurang dibayar.
Jika dilihat dari penyebabnya, sanksi kenaikan biasanya dikenakan karena Wajib Pajak tidak
memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam menghitung jumlah pajak terutang.
Untuk lebih jelasnya, hal-hal yang dapat menyebabkan sanksi berupa kenaikan dan besarnya
kenaikan pajak.

Anda mungkin juga menyukai