Anda di halaman 1dari 3

Nama : Leli Maharani

Nim : 32.16.2171
Prodi : Akuntansi

1. Penghindaraan pajak tidak dibenarkan karena merupakan tindakan illegal atau yang
dikenal dengan Tax Avoidance, walaupun Wajib Pajak tetap membayar sesuai dengan
ketentuan perundangan. Masalah penghindaran pajak bukan masalah satu negara
karena praktik penghindaran pajak meliputi beberapa negara.

Penghindaran pajak cenderung dilakukan ke negara-negara tax haven karena negara


tax haven (dalam pembahasan kali ini adalah Singapura, Hongkong dan Belanda)
memiliki tarif pajak lebih rendah dari Indonesia dan/atau tidak memungut pajak sama
sekali. Negara-negara tersebut memberi incentive yang sangat menguntungkan bagi
investor. Incentive yang menarik ditambah dengan keadaan ekonomi yang cukup
stabil, di samping itu minimnya pertukaran informasi juga menjadi pertimbangan
utama dalam tax avoidance, kerahasiaan investor serta sumber dana investasi yang
terjamin akan memberikan kenyamanan dalam praktek tax avoidance.

Tax avoidance ke negara tax haven menggunakan media holding company,


intermediary company serta subsidiary company bisa dilakukan dengan metode
transfer pricing, thin capitalization, treaty shopping dan controlled foreign company.
Skema yang paling banyak terjadi adalah transfer pricing dan treaty shopping.

Keberadaan negara tax haven tentunya memberi dampak negatif bagi perekonomian
Indonesia. Negara tax haven menjadi tempat pelarian pajak bagi sebagian Wajib Pajak
Indonesia yang seharusnya membayarkan pajaknya kepada pemerintah Indonesia
sebagai kontribusi pembiayaan terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa.

Dengan adanya penghindaran pajak tentunya pemerintah melakukan upaya seperti


dengan pengkajian peraturan perpajakan di Indonesia. Salah satunya adalah keputusan
untuk menurunkan tarif pajak dimana diyakini bahwa dengan turunnya tarif pajak,
Wajib Pajak cenderung memilih untuk membayar pajak dibandingkan mengeluarkan
usaha lebih untuk mencari sarana penghindaran pajak. Selain itu pemerintah
menambah probabilitas kemungkinan terjaringnya Wajib Pajak yang melakukan tax
avoidance dengan melakukan audit pajak. Selain itu pemerintah terus memperbaharui
peraturan anti avoidance, contoh perubahan yang dilakukan adalah mengubah PER-
62/PJ/2009 tentang Pencegahan Penyalahgunaan Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda dengan pembaharuan di dalam PER-25/PJ/2010 dan PER-61/PJ/2009
tentang Tata Cara Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda dengan
pembaharuan di dalam PER-24/PJ/2010.

2. Google adalah sebuah perusahaan Amerika Serikat yang paling terkenal melalui
mesin pencarinya yang juga bernama Google. Google menjadi salah satu perusahaan
teknologi informasi yang membangkang untuk membayar pajak. Penghindaran pajak
yang di lakukan Google disebut penghindaran pajak secara yuridis. Wajib pajak
meloloskan diri dari unsur-unsur yang dapat dikenakan pajak, tetapi tidak nyata-nyata
dengan penahanan diri atau penggunaan surogat, melainkan diatur/dirumuskan
sedemikian rupa, sehingga pajak tidak dapat menimpanya lagi, dalam hal demikian
dikatakan bahwa ada penghindaran secara yuridis.

Pada bulan April 2016 Direktorat Jenderal Pajak mengirimkan surat pemeriksaan
resmi kepada Google Asia Pasifik. Surat tersebut berisikan keharusan Google untuk
merubah statusnya menjadi Bentuk Usaha Tetap atau yang biasa disingkat BUT dan
membayar pajak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia.
Pertemuan negosiasi pertama pada bulan Juni 2016 antara Google dan Dirjen Pajak
berjalan lancar dengan hasil Google setuju untuk memenuhi seluruh kewajibannya
membayar pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Pada pertemuan
kedua Google mulai mengelak dan akhirnya mengirimkan surat kepada Direktorat
Jenderal Pajak yang menyatakan Google Asia Pasifik menolak untuk mendirikan
BUT sehingga Google Asia Pasifik tidak wajib untuk membayar pajak di Indonesia,
surat tersebut juga berisikan Google Asia Pasifik menolak untuk diperiksa oleh Dirjen
Pajak.

3. a. Terdapat poin penting dalam pertanyaan yang diajukan “jika omset pada PT Mitra
Abadi terus meningkat, dikhawatirkan jumlah pajak yang disetor cukup besar
dibanding tahun sebelumnya, karena pada tahun sebelumnya lonjakan omset tidak
terjadi.” Hal inilah yang kemudian membuat direksi membutuhkan konsultan pajak
untuk melakukan Tax Planning. Tax Planning adalah suatu cara yang dapat dilakukan
atau direncanakan oleh Wajib Pajak atau perusahaan untuk meminimalkan kewajiban
perpajakan dengan cara-cara legal (tidak melanggar UU / peraturan perpajakan).
Strategi yang dapat ditempuh konsultan untuk mengefisiensi pajak secara legal
yaitu:
- Melalui tax saving
Tax saving adalah upaya untuk mengefisiensikan beban pajak melalui
pemilihan alternatif pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah.
- Tax avoidance
Tax avoidance adalah suatu skema transaksi yang ditunjukkan untuk
meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan kelemahan perpajakan
suatu negara. Selain itu , konsultan juga bisa memasukkan biaya-biaya yang
dapat dikurangkan terhadap penghasilan bruto sesuai dengan UU perpajakn
pasal 6 (tunjangan, bonus, royalti, sewa).

b. Langkah-langkah yang dapat dilakukan:


- Menganalisis informasi yang ada
Mencari informasi yang terkait dengan perkiraan pendapatan dan biaya-biaya
yang terjadi selama tahun tax plan.
- Membuat satu / lebih model kemungkinan jumlah pajak.
Melakukan tax plan minim 3 tahun pajak dan atas perencanaan tersebut
dibuatlah beberapa model supaya bisa tahu cara penghematan pajak yang
mungkin dan legal.
- Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak
Selama tahun berjalan harus dievaluasi juga penyampaian tax plan dengan
keadaan sebenarnya.
- Mencari kelemahan dan memperbarui kembali rencana pajak
Kalau seandainya memang kurang bagus ditahun berjalan, maka tax plan
harus direvisi.
- Memutahirkan rencana pajak.

Anda mungkin juga menyukai