Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

HEALTH ASSURANCE

Kelompok 2
1. DEWI KARTIKASARI
2. DICKY FIRMAN
3. DWI KRISTIANI
4. DORIS MAYARANTI P
5. ISROFAH
6. ITA NUR K
7. M.KHAFID RIO
8. SITI NAILIN N
9. SITI ROHANI
10. YUNI WULAN SARI

PROGRAM S1-KEPERAWATAN TINGKAT 3B


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
KATA PENGANTAR

Dengan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayahNya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah kami Asuransi kesehatan. Alhamdulillah segala puji
syukur kita haturkan kepada Allah SWT semesta alam, yang telah memberikan kita kesehatan
sehingga kita dapat melaksanakan aktifitas-aktifitas dengan segala manfaat yang ada, yang telah
memberikan kita kecerdasan dalam berfikir, sehingga dengan kecerdasan itu kita dapat
memberikan karya-karya terbaik kita untuk agama, bangsa dan tanah air. Shalawat serta salam
tak lupa juga kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhamad SAW beserta keluarganya,
sahabat, dan orang-orang yang selalu istiqomah. Dengan selesainya makalah yang kami buat,
kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini dan kepada seluruh teman-teman yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kudus, 11 November 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Asuransi

2.2 Sejarah Asuransi

2.3 Jenis-Jenis Asuransi

2.4 Pemahaman Kontrak Asuransi

2.5 Undang-Undang Asuransi

2.6 Aplikasi Asuransi dalam Masyarakat

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemahaman tentang asuransi kesehatan di indinoseia masih sangat beragam. Dahulu banyak yang
menganggap bahwa JPKM bukan asuransi kesehatan, apalagi asuransi komersial; perkembangan
selanjutnya menyebutkan JPKM sebagai asuransi social karena dijual umumnya kepada
masyarakat miskin didaerah-daerah.
Padahal dilihat dari definisi dan jenis programnya, JPKM jelas bukan asuransi kesehatan
social. Asuransi kesehatan social ( social health insurance) adalah suatu mekanisme pendanaan
pelayanan kesehatan yang semakin banyak digunakan diseluruh dunia karena kehandalan system
ini menjamin kebutuhan kesehatan rakyat suatu negara. Namun diindonesia pemahaman tentang
asuransi kesehatan social masih sangat rendah karena sejak lama kita ahanya mendapatkan
informasi yang biasa tentang asuransi kesehatan yang didominasi dari amerika yang didominasi
oleh asuransi kesehatan komersial. Literature yang mengupas asuransi kesehatan social juga
sangat terbatas. Kebanyakan dosen maupun mahasiswa dibidang kesehatan tidak memahami
asuransi social. Pola piker (mindset) kebanyakan sarjana kita sudah diarahkan kepada segala
sesuatu yang bersifat komersial, termasuk dalam pelayanan rumah sakit.

1.1.Rumusan Masalah
1.2.1 apa Pengertian Asuransi?

1.2.2 Bagaimana Sejarah Asuransi?

1.2.3 Apa saja Jenis-Jenis Asuransi?

1.2.4 bagaimana Pemahaman Kontrak Asuransi?


1.2.5 apa saja Undang-Undang Asuransi?
1.2.6 Apa saja Aplikasi Asuransi dalam Masyarakat?
1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :


1.3.1 untuk mengetahui Pengertian Asuransi

1.2.4 Untuk mengetahui Sejarah Asuransi

1.2.5 Untuk mengetahui Jenis-Jenis Asuransi

1.2.4untuk mengetahui Pemahaman Kontrak Asuransi


1.2.5untuk mengetahui Undang-Undang Asuransi
1.2.7 Untuk mengetahui Aplikasi Asuransi dalam Masyarakat
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asuransi


Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi, dimana secara sepintas tidak
ada kesamaan antara definisi yang satu dengan yang lainnya. Hal ini bisa dimaklumi, karena
mereka dalam mendefinisikannya disesuaikan dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam
memandang asuransi, dimana sesuai dengan uraian diatas bahwa asuransi dapat dipandang dari
beberapa sudut.
Definsi-definisi tersebut antara lain :

a. Definisi asuransi menurut Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Republik
Indonesia : "Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak
tertentu" Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur, yaitu :
a. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak
penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.
b. Pihak penanggung (insure) yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan)
kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu
yang mengandung unsur tak tertentu.
c. Suatu peristiwa (accident) yang tak terntentu (tidak diketahui sebelumnya).
d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang
tak tertentu.
2. Definisi asuransi menurut Prof. Mehr dan Cammack : "Asuransi merupakan suatu alat untuk
mengurangi resiko keuangan, dengan cara pengumpulan unit-unit exposure dalam jumlah yang
memadai, untuk membuat agar kerugian individu dapat diperkirakan. Kemudian kerugian yang
dapat diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang tergabung".
3. Definisi asuransi menurut Prof. Mark R. Green: "Asuransi adalah suatu lembaga ekonomi yang
bertujuan mengurangi risiko, dengan jalan mengkombinasikan dalam suatu pengelolaan
sejumlah obyek yang cukup besar jumlahnya, sehingga kerugian tersebut secara menyeluruh
dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu".
4. Definisi asuransi menurut C.Arthur William Jr dan Richard M. Heins, yang mendefinisikan
asuransi berdasarkan dua sudut pandang, yaitu:
a. "Asuransi adalah suatu pengaman terhadap kerugian finansial yang dilakukan oleh seorang
penanggung".
b. .Asuransi adalah suatu persetujuan dengan mana dua atau lebih orang atau badan
mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian finansial".
Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas kiranya mengenai definisi asuransi yang dapat
mencakup semua sudut pandang : "Asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi risiko yang
melekat pada perekonomian, dengan cara manggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena risiko
yang sama atau hampir sama, dalam jumlah yang cukup besar, agar probabilitas kerugiannya dapat
diramalkan dan bila kerugian yang diramalkan terjadi akan dibagi secara proposional oleh semua
pihak dalam gabungan itu".
Pengertian Asuransi bila di tinjau dari segi hukum adalah: "Asuransi atau pertanggungan
adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih dimana pihak tertanggung mengikat diri kepada
penanggung, dengan menerima premi-premi Asuransi untuk memberi penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang di harapkan atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan di derita tertanggung karena suatu
peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberi pembayaran atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang di pertanggungkan."

2.2 Sejarah Asuransi


a. Tahun 2250 SM
Konsep asuransi bermula dari sekitar tahun 2250 SM oleh bangsa Babylonia yang
hidup di daerah lembah sungai Euphrat dan Tigris. Pada waktu itu apabila seorang pemilik
kapal memerlukan dana untuk mengoperasikan kapalnya atau melakukan suatu usaha dagang,
ia dapat meminjam uang dari seorang saudagar (Kreditur) dengan menggunakan kapalnya
sebagai jaminan dengan perjanjian bahwa si Pemilik kapal dibebaskan dari pembayaran
hutangnya apabila kapal tersebut selamat sampai tujuan, di samping sejumlah uang sebagai
imbalan atas risiko yang telah dipikuloleh pemberi pinjaman.Kita dapat menganggap tambahan
biaya ini dapat dianggap sama dengan uang premi yang dikenal pada asuransi sekarang.
Selain kapal yang dijadikan barang jaminan, barang-barang muatan (cargo) dapat pula dipakai
sebagai jaminan. Transaksi seperti ini disebut RESPONDENT/A CONTRACT. Kemudian
pada akhirnya transaksi ini semakin berkembang.
b. Tahun 215 SM
Pada tahun 215 SM Pemerintah Kerajaan Romawi didesak oleh para Supplier
pelengkapan dan perbekalan tentara kerajaan untuk menerima konsep yang melindungi mereka
terhadap segala risiko kerugian yang mereka derita atas barang-barang mereka yang berada di
kapal sebagai akibat dari bahaya maritim seperti halnya serangah musuh dan juga badai.
c. Tahun 50 SM
CICERO pada kira-kira tahun 50 SM memberi penjelasan tentang praktek pemberian
proteksi atau jaminan terhadap keselamatan pengiriman uang dan surat-suratberharga selama
dalam perjalanan. Sebagai imbalan maka pihak yang diberi proteksi memberikan semacam
balas-jasa berupa uang premi kepada pihak pemberi proteksi.
d. Tahun 50 SM 200 M
Kaisar CLAUDIUS mengeluarkan suatu jaminan kepada importir terhadap semua
kerugian yang mereka derita akibat angin badai. Tentunya dalam hal ini dikenakan pula
premi.Pada sekitar tahun 200 ini di Romawi tumbuh perkumpulan- perkumpulan yang disebut
Collegia yang merupakan kegiatan sosial untuk salah satunya,mengumpulkan dana untuk
biaya pemakaman anggotanya yang meninggal atau gugur di medan perang. Para budak pun
membentuk Collegia dengan tujuan apabila nantinya meninggal dapat dikubur dengan layak
(disebut Collegia Nititum).
Demikian pula para saudara dan para aktor di Italia membentuk Collegia yang disebut
Collegia Tennorioum dengan maksud untuk membantu para janda dan anak-anak yatim para
anggotanya.
e. Tahun 1194-1266 M
Perekonomian manusia dari tahun ke tahun mengalami perkembangan dan periode ini
dikenal dengan Guild System (Sistem Gilda), yaitu perkumpulan dari orang-orang yang
mempunyai profesi sama seperti gilda tukang kayu, gilda tukang roti dan sebagainya.
Tujuannya sama dengan tujuan Collegia pada zaman Romawi, yakni meningkatkan
kesejahteraan para anggotanya. Sebenarnya, dapat dikatakan bahwa Collegiadan Sistem
Gilda merupakan penemuan-penemuan sosial yang memperoleh popularitas dan pengakuan
masyarakat terhadap adanya risiko-risiko yang harusditanggulangi. Perkembangan lembaga
yang mirip dengan asuransi tumbuh terus dan akhinya pada masa pemerintahan RATU
ELEANOR dari Belgia (1194 1266) dibentuk Undang-Undang Asuransi yang tercantum
dalam ROLESDE OLERONTahun 1668 M
Kemudian pada tahun 1668 M di Coffee House London berdirilah Lloyd of London
sebagai cikal bakal asuransi konvensional. Sumber hukum asuransi adalah hukum positif,
hukum alami dan contoh yang ada sebelumnya sebagaimana kebudayaan.
f. Sejarah Asuransi di Indonesia
Bisnis asuransi masuk ke Indonesia pada waktu penjajahan Belanda dan negara kita
pada waktu itu disebut Nederlands Indie. Keberadaan asuransi di negeri kita ini sebagai akibat
berhasilnya Bangsa Belanda dalam sektor perkebunan dan perdagangan di negeri
jajahannya.Untuk menjamin kelangsungan usahanya, maka adanya asuransi mutlak diperlukan.
Dengan demikian usaha perasuransian di Indonesia dapat dibagi dalam dua kurun waktu, yakni
zaman penjajahan sampai tahun 1942 dan zaman sesudah Perang Dunia II atau zaman
kemerdekaan.Perusahaan-perusahaan asuransi yang ada di Hindia Belanda pada zaman
penjajahan itu adalah:
1. Perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh orang Belanda.
2. Perusahaan-perusahaan yang merupakan Kantor Cabang dari Perusahaan Asuransi
yang berkantor pusat di Belanda, Inggris dan di negeri lainnya.
Dengan sistem monopoli yang dijalankan di Hindia Belanda, perkembangan asuransi
kerugian di Hindia Belanda terbatas pada kegiatan dagang dan kepentingan bangsa Belanda,
Inggris, dan bangsa Eropa lainnya sehingga manfaat dan peranan asuransi belum dikenal oleh
masyarakat, terutama oleh masyarakat pribumi.
Jenis asuransi yang telah diperkenalkan di Hindia Belanda pada waktu itu masih
sangat terbatas dan sebagian besar terdiri dari asuransi kebakaran dan pengangkutan. Asuransi
kendaraan bermotor masih belum memegang peran, karena jumlah kendaraan bermotor masih
sangat sedikit dan hanya dimiliki oleh Bangsa Belanda dan Bangsa Asing lainnya.
Pada zaman penjajahan tidak tercatat adanya perusahaan asuransi kerugian satupun.
Selama terjadinya Perang Dunia II kegiatan perasuransian di Indonesia praktis terhenti,
terutama karena pemisahaan perusahaan asuransi milik Belanda dan Inggris.
g. Asuransi zaman kemerdekaan
Setelah Perang Dunia usai, perusahaan-perusahaan Belanda dan Inggris kembali
beroperasi di negara yang sudah merdeka ini. Sampai tahun 1964 pasar industri asuransi di
Indonesia masih dikuasai oleh Perusahaan Asing, terutama Belanda dan Inggris.Pada awal
mulanya beroperasi di Indonesia mereka mendirikan sebuah badan yang disebut Bataviasche
Verzekerings Unie (BVU) pada tahun 1946, yang melakukan kegiatan asuransi secara
kolektif.
Kemudian mulailah bermunculan berbagai perusahaan asuransi baik lokal maupun
asing di Indonesia hingga saat ini.

2.3 Jenis-Jenis Asuransi


Menurut Djojosoedarso (2003 : 74-75) jenis-jenis asuransi dapat dibedakan menjadi
berbagai macam segi, yaitu :

a. Dari segi sifatnya :

a) Asuransi sosial atau asuransi wajib

Dimana untuk ikut serta dalam asuransi tersebut terdapat unsur paksaan atau
wajib bagi setiap warga negara. Jadi semua warga negara (berdasarkan kriteria
tertentu) wajib menjadi anggota atau membeli asuransi tersebut. asuransi ini biasanya
diusahakan oleh Pemerintah atau Badan Usaha Milik Negara.

Asuransi Sosial didesain untuk memberikan manfaat kepada seseorang yang


pendapatannya terputus karena kondisi sosial dan ekonomi atau karena
ketidakmampuan mengendalikan solusi secara individu. Berikut adalah jenis Asuransi
Sosial di Indonesia :

1. Asuransi Sosial Tenaga Kerja

Untuk Pegawai Negeri


Dikelola Oleh PT Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri
Untuk Pegawai Perusahaan Swasta
Dikelola oleh PT Jaminan Asuransi Sosial Tenaga Kerja
Untuk Anggota ABRI / TNI
Dikelola oleh Perum Asuransi Sosial ABRI
2. Asuransi Kesehatan

Dikelola oleh PT Asuransi Kesehatan (dulu PHB)


3. Asuransi Kecelakaan

Dikelola oleh PT Asuransi Jasa Raharja


b) Asuransi sukarela, dalam asuransi ini tidak ada paksaan bagi siapapun untuk menjadi
anggota/pembeli. Jadi setiap orang bebas memilih menjadi anggota atau tidak dari
jenis asuransi ini. Jenis asuransi ini biasanya diselenggarakan oleh pihak swasta, tetapi
ada juga yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Asuransi sukarela dapat dibagi dalam dua jenis yaitu :

1. Government Insurance, yaitu asuransi yang dijalankan oleh Pemerintah atau


Negara, misalnya : jaminan yang diberikan kepada prajurit yang cacat sewaktu
peperangan.

2. Commercial Insurance, yakni asuransi yang bertujuan untuk melindungi


seseorang atau keluarga serta perusahaan dari resiko-resiko yang bisa
mendatangkan kerugian. Tujuan perusahaan asuransi di sini ialah, komersial dan
dengan motif keuntungan (profit motive).

Commercial Insurance dapat digolongkan lagi sebagai berikut :


a. Asuransi Jiwa (Personal Life Insurance)
Asuransi ini bertujuan untuk memberikan jaminan kepada seseorang atau
keluarga yang disebabkan oleh kematian, kecelakaan, serta sakit.
Contoh Perusahaan Asuransi Jiwa yang ada di Indonesia :
PT. Asuransi Jiwa Raya
Asuransi Jiwa Dharma Nasional
Asuransi Jiwa Bumi Putera 1912
b. Asuransi Kerugian (Property Insurance)
Bentuk ini sama dengan Asuransi Umum di Indonesia, bertujuan memberikan
jaminan kerugian terhadap harta/hak atau milik kepentingan yang disebabkan
oleh kebakaran, pencurian, asuransi laut, dan lain-lain. Contohnya :
PT. Asuransi Umum Indonesia
PT. Asuransi Kerugian
Jadi perbedaan antara Asuransi Jiwa dengan Asuransi Kerugian adalah
perbedaan terletak pada obyek pertanggungannya. Dalam asuransi jiwa yang
menjadi obyek pertanggungannya adalah jiwa manusia, sedangkan dalam asuransi
kerugian yang menjadi obyek pertanggungan adalah barang atau properti (rumah,
mobil, pabrik, dll) dan kewajiban hukum terhadap pihak ketiga.
b. Dari segi jenis objeknya, asuransi dapat dibedakan ke dalam :
a. Asuransi orang, yang meliputi antara lain asuransi jiwa, asuransi kecelakaan, asuransi
kesehatan, asuransi bea siswa, asuransi hari tua dan lain-lain dimana objek
pertanggungannya manusia.

b. Asuransi umum atau asuransi kerugian, yang meliputi antara lain asuransi kebakaran,
asuransi pengangkutan barang, asuransi kendaraan bermotor, asuransi varia, asuransi
penerbangan dan lain-lain, dimana objek pertanggungannya adalah hak/harta atau
milik kepentingan seseorang.

2.4 Pemahaman Kontrak Asuransi


2.4.1 Definisi Kontrak Asuransi
Banyak definisi mengenai asuransi. Salah satu yang populer adalah asuransi ialah
subsitusi suatu biaya kecil tertentu dengan suatu kerugian besar yang tidak tertentu.

Dari pandangan hukum, kontrak dengan mana satu pihak dengan menerima sesuatu
nilai yang dikenal sebagai premi, memikul suatu risiko kerugian atau tanggung jawab yang
menimpa pihak lain, sesuai dengan suatu rencana (plan) untuk mendistribusikan risiko
tersebut, adalah kontrak asuransi apapun bentuk atau nama yang dipakainya. Banyak
kontrak yang sepintas lalu tampak seperti tampak asuransi, tetapi jika diteliti menurut
definisi ini ternyata tidak memenuhi syarat.

2.4.2 Unsur-unsur Esensil Dari Kontrak Asuransi


Walaupun kontrak asuransi mempunyai beberapa ciri khas, namun ia harus
memenuhi bentuk dan syarat umum yang ditetapkan oleh hukum untuk setiap kontrak.
Antara lain :

a) Perjanjian (penawaran dan penerimaan)


Perjanjian terdiri dari penawaran yang dilakukan oleh atau pihak dan
penerimaannya oleh pihak kedua. Dalam segala macam asuransi, jenis
penawaran terpenting adalah aplikasi asuransi dari calon yang ditanggung.
Aplikasi ini dapat secara lisan. Misalnya seseorang yang memutuskan hendak
mengasuransikan rumahnya terhadap kerugian akibat kebakaran dapat
menelpon seorang agen asuransi. Kontrak lainnya ini orang ini dengan agen
tersebut adalah penerimaan polis dan rekening premi. Dengan demikian berarti
telah terjadi penawaran dan penerimaan atau perjanjian antara pihak yang
ditanggung dengan perusahaan asuransi itu karena agen asuransi telah diberi
wewenang oleh perusahaan asuransi tersebut.
b) Pihak-pihak yang Kompeten
Untuk sahnya suatu kontrak asuransi seperti juga halnya dengan segala
kontrak lain, adalah itu harus dibuat oleh pihak-pihak yang kompeten
(mampu). Ada tiga kelompok orang yang dianggap tidak kompeten yaitu anak-
anak yang belum dewasa, orang dewasa, orang-orang yang secara mental tidak
kompeten (mampu), dan dewasa bersuami. Usia dewasa tidak sama di setiap
negara. Di New York usia legal itu adalah 141/2 tahun.
Seseorang yang telah dinyatakan secara resmi tidak waras adalah tidak
kompeten melakukan perbuatan hukum dan tidak mampu membuat kontrak
asuransi yang sah.
c) Obyek yang Sah atau Legal
Suatu kontrak asuransi biasanya dianggap bertentangan dengan
kebijaksanaan negara dan dengan demikian tidak legal adalah jika pihak yang
ditanggung tidak mempunyai kepentingan yang dapat diasuransikan dalam
objek yang diasuransikan itu. Jika tidak ada kepentingan yang dapat
diasuransikan maka kontrak itu adalah perjudian.
Sebuah contoh lain dari kontrak yang bertentangan dengan
kebijaksanaan negara adalah kontrak yang dibuat oleh pihak musuh.
Pasal 208 kitab Undang-undang Hukum Perniagaan mengatakan
bahwa yang dapat menjadi obyek asuransi ialah semua kepentingan yang :
a) Dapat dinilai dengan sejumlah uang
b) Dapat tertimpa macam-macam bahaya
c) Tidak dilarang oleh undang-undang

d) Imbalan (Consideration)

Suatu kontrak hanya sah jika masing-masing pihak memberikan nilai


atau memikul sesuatu kewajiban terhadap pihak lainnya. Kontrak asuransi
seringkali menyatakan bahwa imbalan dari pihak yang ditanggung adalah
"ketentuan-ketentuan dan ketetapan-ketetapan yang tersebut di sini dan premi
tertentu". Ini tidak berarti bahwa premi harus dibayar sebelum polis berlaku.
Kenyataannya banyak polis asuransi harta sudah berlaku sebelum diterimanya
pembayaran premi. Janji membayar adalah imbalan (consideration).
Sebaliknya pada asuransi jiwa, premi pertama harus dibayar sebelum
berlakunya polis.

Perusahaan asuransi juga memberikan imbalan yang berupa janji akan


melakukan pembayaran jika terjadi peristiwa tertentu yang telah ditetapkan.

2.4.3 Ciri-Ciri Kontrak Asuransi


Ada beberapa ciri khas tertentu dalam kontrak asuransi :

a. Kontrak Untung-untungan (Aleatory Contract)


Kebanyakan kontrak bersifat commutative artinya masing-masing pihak
menyerahkan barang-barang atau jasa-jasa yang dianggap sama nilainya. Akan tetapi,
kontrak asuransi adalah bersifat aleatory artinya pihak-pihak yang membuat kontrak
menyadari bahwa jumlah uang yang akan diserahkan oleh masing-masing pihak tidak
akan sama.
Dalam polis asuransi, pihak yang ditanggung menyerahkan jumlah premi. Jika
ia menderita kerugian, ia mungkin menerima jumlah uang yang jauh lebih besar
daripada premi yang dibayarkannya kepada perusahaan asuransi. Dan jika ia tidak
menderita kerugian (yang lebih besar kemungkinannya demikian), ia tidak akan
menerima apa-apa dari perusahaan asuransi. Bagi perusahaan asuransi, ada
kemungkinan ia akan harus melaksanakan pembayaran yang jauh lebih besar daripada
premi yang diterimanya atau (lebih besar kemungkinannya) ia tidak akan membayar
sama sekali. Ciri-ciri khas dari aleatory contract adalah adanya untung-untungan
(chance).
b. Kontrak Adhesi
Kebalikan dari kontrak tawar-menawar, kontrak asuransi biasanya merupakan
suatu kontrak adhesi. Perjanjian pada umumnya dibuat oleh para pengacara dan wakil-
wakil lain dari perusahaan asuransi, atau barangkali oleh wakil-wakil pemerintah.
Biasanya kontrak ini diberikan kepada calon yang ditanggung dalam semangat "terima
atau tolak". Calon pembeli asuransi tidak bisa mengajukan usul, agar perusahaan
asuransi mengubah sedikit pasal ini atau mengganti suatu perkataan.
Ciri-ciri ini sebetulnya menguntungkan pihak yang ditanggung jika kontrak
itu menjadi perkara pengadilan. Pengadilan menentukan bahwa karena perusahaan
asuransi yang menyusun kontrak itu, maka setiap kekaburan arti (ambiguity = arti dua,
kemenduaan) dalam kontrak itu harus ditafsirkan yang menguntungkan pihak yang
ditanggung terhadap perusahaan asuransi.
c. Kontrak Sepihak (Unilateral)
Kontrak dapat bilateral atau unilateral. Pertukaran suatu janji dengan suatu
janji adalah bilateral (belah dua pihak), sedangkan pertukaran suatu tindakan dengan
suatu janji adalah unilateral (sepihak). Kontrak asuransi pada umumnya adalah
kontrak unilateral artinya pihak yang ditanggung sudah membayar premi, hanya satu
pihak terbuka terhadap janji sah yang berlaku untuk melaksanakan sesuatu
selanjutnya. Perusahaan asuransi menjanjikan pelaksanaan (performance).

d. Kontrak Bersyarat (Conditional)


Kontrak asuransi adalah kontrak bersyarat. Memang benar kontrak itu telah
terpenuhi seluruhnya oleh pihak yang ditanggung dengan telah dibayarnya premi dan
tinggal perusahaan asuransi saja yang berkewajiban memenuhi janjinya. Akan tetapi,
ini tidak berarti tidak ada lagi syarat-syarat yang harus dipenuhi pihak yang
ditanggung jika ia ingin memperoleh penggantian atas kerugiannya. Perbedaan antara
janji (promise) dengan syarat (condition) adalah bahwa janji itu dapat dipaksakan
berlakunya secara hukum, sedangkan syarat (condition) tidak. Pengaruh dari
dilanggarnya suatu syarat adalah pihak yang ditanggung tidak memperoleh
penggantian kerugian dari perusahaan asuransi. Contoh, pada suatu kontrak asuransi
kebakaran, perusahaan berjanji akan mengganti kerugian yang diderita pihak yang
ditanggung karena kebakaran. Pihak yang ditanggung perlu memenuhi beberapa syarat
yang berhubungan dengan pengajuan bukti kerugian karena suatu kebakaran. Akan
tetapi, ia secara hukum tidak wajib mengajukan bukti-bukti kerugian yang diminta
oleh syarat-syarat itu. Ia hanya perlu mengajukannya kalau ia ingin memperoleh
penggantian kerugian tersebut. Sebaliknya, perusahaan asuransi kebakaran dapat
dipaksa oleh hukum untuk memenuhi janjinya membayar ganti rugi, jika pihak yang
ditanggung telah memenuhi semua syarat-syarat yang dicantumkan dalam kontrak.

e. Sepenuhnya Berdasarkan Kepercayaan


Pada umumnya, kontrak-kontrak apa saja adalah berdasarkan kepercayaan
(bonafide, contract, good-faith contract). Akan tetapi, kontrak asuransi adalah kontrak
yang sepenuhnya berdasarkan kepercayaan. Dibutuhkan tingkat tertinggi bonafiditas
dalam negosiasi sebelum dikeluarkannya polis. Dalam mengambil keputusan
pertanggungan, perusahaan asuransi harus mempercayai benar informasi yang
diberikan oleh applicant (pelamar, pembeli asuransi).
f. Kontrak Pribadi
Orang-orang mengatakan bahwa asuransi harta itu adalah kontrak pribadi
seperti halnya kontrak perkawinan. Baik pihak yang ditanggung maupun penanggung
(perusahaan asuransi) tidak saja memperhatikan kontrak itu tetapi juga watak, prilaku,
dan bonafiditas, dari masing-masing pihak. Dalam bahasa biasa dikatakan sesuatu
barang diasuransikan. Tetapi sesungguhnya yang diasuransikan adalah si pemilik
barang itu. Kontrak asuransi tidak terikat kepada barang itu dan tidak berpindah
kepada pembeli barang itu. Persetujuan penanggung diperlukan untuk memindahkan
sesuatu kontrak asuransi sebelum terjadi suatu kerugian kecuali dalam hal asuransi
jiwa dan beberapa polis asuransi kesehatan. Oleh karena asuransi jiwa bukan suatu
kontrak pribadi, maka ia dapat dipindahkan tanpa izin perusahaan asuransi.
Jika telah terjadi kerugian, maka kontrak asuransi mana saja akan menjadi
tidak lebih dari suatu klaim uang dan karena itu ia dapat dipindah-tangankan.
g. Prinsip Ganti Rugi (Principle of Indemnity)
Kontrak asuransi harta dan asuransi tanggung jawab (liability insurance) pada
umumnya adalah kontrak ganti rugi, artinya ia menyatakan akan mengganti kerugian
atas kerusakan yang diderita oleh pihak yang ditanggung. Penggantian lebih rendah
(undercompensate) dibolehkan tetapi penggantian lebih tinggi tidak. Salah satu
masalah utama penerapan prinsip ganti rugi ini adalah bagaimana mengukur
kompensasi yang tepat agar tidak menimbulkan laba atau rugi. Sehingga di
sini, dibutuhkan tiga doktrin penting yang timbul dari prinsip indemnity ini adalah:
kepentingan yang dapat diasuransikan, pembatasan jumlah penggantian atas suatu
polis asuransi, dan subrogation.

2.5 Undang-Undang Asuransi


a) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992

Dalam Undang Nomor 2 Tahun 1992, dirumuskan definisi asuransi yang lebih lengkap
jika dibandingkan dengan rumusan yang terdapat dalam Pasal 246 KUHD. Menurut ketentuan
Pasal 1 angka (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992:
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih, dengan
mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan atau taggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dan suatu peristiwa tidak pasti atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas rneninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.

Ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 ini mencakup 2
(dua) jenis asuransi, yaitu :

a. Asuransi kerugian (loss insurance), dapat diketahul dan rumusan :

untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,


kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang dmarapkan, atau tanggung jawab hukuin
kepada pihak ket/ga yang rnungkin ahan diderita oleh terlanggung.

b. Ansuransi jumlah (sum insurance), yang meliputi asuransi jiwa dan asuransi sosial,
dapat diketahui dari rumusan :

untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau


hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Dalam hubungannya dengan asuransi jiwa maka fokus pembahasan diarahkan


pada jenis asuransi, butir (b). Apabila Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1992 di persempit hanya melingkupi jenis asuransi jiwa, maka urusannya
adalah:

Asuransi jiwa adalah perjanjian, antara 2 (dua) pihak atau lebih dengan mana
pihak Penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang diasuransikan.

Definisi inilah yang akan dijadikan titik tolak pembahasan asuransi jiwa
selanjutnya.
Sebelum berlakunya Undang Nomor 2 Tahun 1992, asuransi jiwa diatur dalam
Ordonantie op het Levensverzekering Bedrijf (Staatsblad Nomor 101 Tahun 1941).
Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) huruf Ordonansi tersebut:

Ovoroenkomstem van levensvorzekering de overeenkomsten tot het doon van


geldelijke uitkeringen, tegen genot van premie en in verband met het leven of den dood
van den menschs. Overeenkomsten van herverzekering daaronder begrepen, met dien
verstande, dat overeenkomsten van ongevallenverzokerinq niet als overeenkomsten van
levensverzekerinq worden berschouwd.

Terjemahnnnya.

Asuransi jiwa adalah perjanjian untuk membayar sejumlah uang karena telah
diterimanya premi yang herhubungan dengan hidup atau matinya seseorang, rensuransi
termasuk di dalamnya, sedangkan asuransi kecelakaan tidak termasuk dalam asuransi
jiwa.

Dalam Pasal 27 Undang Nomor 2 Tahun 1992 ditentukan bahwa dengan


berlakunya undang-undang ini, maka Ordonantie op het Levens Verzekering Bedrijf
dinyatakan tidak berlaku lagi. Adapun yang dimaksud dengan undang-undang ini
adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992. Oleh karena itu, tidak perlu lagi
membahas asuransi jiwa berdasarkari Ordonansi ini karena sudah tidak berlaku lagi,
dan pengertian asuransi jiwa sudah tercakup dalam Pasal 1 angka (1) nomor 2 Undang-
Undang Tahun 1992.

b) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

Dalam KUHD asuransi jiwa diatur dalam Buku 1 Bab X pasal 302. pasal 308 KUHD.
Jadi hanya 7 (tujuh) pasa. Akan tetapi tidak 1 (satu) pasalpun yang memuat rumusan definisi
asuransi jiwa. Dengan demikian sudah tepat jlka definisi asuransi dalam Pasat 1 angka (1)
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 dijadikan titik totak pembahasan dan ini ada
hubungannya dengan ketentuan Pasal 302 dan Pasal 303 KUHD yang membolehkan orang
mengasuransikan jiwanya.

Menurut ketentuan Pasal 302 KUHD :


Jiwa seseorang dapat diasuransikan untuk keperluan orang yang berkepentingan, baik
untuk selama hidupnya maupun untuk waktu yang ditentukan dalam perjanjian.

Selanjutnya, dalam Pasal 303 KUHD ditentukan :

Orang yang berkepentingan dapat mengadakan asuransi itu bahkan tanpa diketahui
atau persetujuan orang yang diasuransikan jiwanya.

Berdasarkan kedua pasal tersebut, jelaslah bahwa setiap orang dapat mengasuransikan
jiwanya, asuransi jiwa bahkan dapat diadakan untuk kepentingan pihak ketiga. Asuransi jiwa
dapat diadakan selama hidup atau selama jangka waktu tertentu yang dtetapkan dalam
perjanjian.

Sehubungan dengan uraian pasal-pasal perundang-undangan di atas, Purwosutjipto


memperjelas lagi pengertian asuransi jiwa dengan mengemukakan definisi :

Pertanggungan jiwa adalah perjanjian timbal balik antara penutup (pengambil)


asuransi dengan penanggung, dengan mana penutup (pengambil) asuransi mengikatkan diri
selama jalannya pertanggungan membayar uang premi kepada penanggung, sedangkan
penanggung sebagai akibat langsung dan meninggalnya orang yang jiwanya dipertanggungkan
atau telah lampaunya suatu jangka waktu yang diperjanjikan, mengikatkan diri untuk
membayar sejumlah uang tertentu kepada orang yang ditunjuk oleh penutup (pengambil)
asuransi sebagai penikmatnya.

Dalam rumusan definisinya, Purwosutjipto menggunakan istilah penutup (pengambil)


asuransi dan penangung.

Definisi Purwosutjipto berbeda dengan definisi yang terdapat dalam Pasal angka (1)
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1 92. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 dengan tegas di nyatakan bahwa


pihak-pihak yang mengikatkan diri secara timbal balik itu disebut penanggung dan
tertanggung, sedangkan Purwosutjipto menyebutnya penutup (pengambil) asuransi
dan penanggung.

b. Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 dinyatakan bahwa penanggung


dengan menerima premi memberikan pembayaran, tanpa menyebutkan kepada
orang yang ditunjuk sebagai penikmnya. Purwosutjipto menyebutkan membayar l
orang yang ditunjuk oleh penutup (pengambil) asuransi sebagai penikmatnya.
Kesannya hanya untuk asuransi jiwa selama hidup, tidak termasuk untuk yang
berjangka waktu tertentu.

2.6 Aplikasi Asuransi dalam Masyarakat


Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun
2004 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011. Sesuai Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, BPJS merupakan badan hukum nirlaba.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan menggantikan sejumlah


lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan kesehatan PT. Askes
Indonesia menjadi BPJS Kesehatan dan lembaga jaminan sosial ketenaga kerjaan PT. Jamsostek
menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Transformasi PT Askes dan PT Jamsostek menjadi BPJS
dilakukan secara bertahap. Pada awal 2014, PT Askes akan menjadi BPJS Kesehatan, selanjutnya
pada 2015 giliran PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan.

Lembaga ini bertanggung jawab terhadap Presiden. BPJS berkantor pusat di Jakarta, dan
bisa memiliki kantor perwakilan di tingkat provinsi serta kantor cabang di tingkat kabupaten kota.

Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah berdiam di Indonesia selama
minimal enam bulan wajib menjadi anggota BPJS. Ini sesuai pasal 14 UU BPJS.

Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai anggota BPJS. Sedangkan orang
atau keluarga yang tidak bekerja pada perusahaan wajib mendaftarkan diri dan anggota keluarganya
pada BPJS. Setiap peserta BPJS akan ditarik iuran yang besarnya ditentukan kemudian. Sedangkan
bagi warga miskin, iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui program Bantuan Iuran.

Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di sektor formal, namun juga pekerja
informal. Pekerja informal juga wajib menjadi anggota BPJS Kesehatan. Para pekerja wajib
mendaftarkan dirinya dan membayar iuran sesuai dengan tingkatan manfaat yang diinginkan.

Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bisa dimulai secara bertahap pada 2014 dan
pada 2019, diharapkan seluruh warga Indonesia sudah memiliki jaminan kesehatan tersebut.
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menyatakan BPJS Kesehatan akan diupayakan untuk
menanggung segala jenis penyakit namun dengan melakukan upaya efisiensi.

Di tahap awal program BPJS kesehatan, pemerintah akan menggelontorkan dana Rp 15,9
triliun dari APBN untuk menyubsidi asuransi kesehatan 86 juta warga miskin.

Pada September 2012, pemerintah menyebutkan besaran iuran BPJS Kesehatan sebesar
Rp22 ribu per orang per bulan. Setiap peserta BPJS nanti harus membayar iuran tersebut, kecuali
warga miskin yang akan ditanggung oleh pemerintah.

Namun pada Maret 2013, Kementerian Keuangan dikabarkan memotong besaran iuran
BPJS menjadi Rp15,500, dengan alasan mempertimbangkan kondisi fiskal negara.

Pemangkasan anggaran iuran BPJS itu mendapat protes dari pemerintah DKI Jakarta. DKI
Jakarta menganggap iuran Rp15 ribu per bulan per orang tidak cukup untuk membiayai pengobatan
warga miskin. Apalagi DKI Jakarta sempat mengalami kekisruhan saat melaksanakan program
Kartu Jakarta Sehat. DKI menginginkan agar iuran BPJS dinaikkan menjadi Rp23 ribu rupiah per
orang per bulan.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr. Zaenal Abidin menilai bahwa iuran untuk
Penerima Bantuan Iuran (PBI) sebesar Rp15.500 yang akan dibayarkan pemerintah itu belumlah
angka yang ideal untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang layak. IDI telah mengkaji besaran
iuran yang ideal berdasarkan pengalaman praktis dari PT Askes, dimana untuk golongan satu
sebesar Rp38.000.

Sementara itu kalangan anggota DPR mendesak pemerintah agar menaikkan pagu iuran
BPJS menjadi sekitar Rp 27 ribu per orang per bulan.

Direktur Konsultan Jaminan Sosial Martabat Dr. Asih Eka Putri, menilai bahwa rumusan
iuran JKN belum mampu menyertakan prinsip gotong-royong dan keadilan. Formula iuran juga
belum mampu mengoptimalkan mobilisasi dana publik untuk penguatan sistem kesehatan,
khususnya penyelenggaraan pelayanan kesehatan perorangan.

Kementerian Sosial mengklaim Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan


yang berlaku pada awal 2014 akan menjadi program jaminan sosial terbaik dan terbesar di Asia.

Namun pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional oleh BPJS pada 2014 diperkirakan
terkendala persiapan dan infrastruktur. Misalnya, jumlah kamar rumah sakit kelas III yang masih
kurang 123 ribu unit. Jumlah kamar rumah sakit kelas III saat ini tidak bisa menampung 29 juta
orang miskin. Kalangan DPR menilai BPJS Kesehatan belum siap beroperasi pada 2014
mendatang.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Di Indonesia, PT ASKES Indonesia merupakan slah satu perusahaan asuransi social yang
menyelenggarakan asuransi kesehatan kepada anggotanya yang utamanya merupakan para pegawai
negri baik sipil maupun non sipil. Anak-anak mereka juga dijamin sampai usia 21tahun. Para
pensiunan berserta istri maupun suami juga dijamin seumur hidup.
Badan yang menyalurkan resiko disebut tertanggung, dan badan yang menerima resiko disebut
penanggung. Perjanjian antara kedua badan ini disebiut kebijakan: ini adalah sebuah kontrak legal
yang menjelaska setiap istilah dan kondisi yang dilindungi. Biaya yang dibayar oleh tertanggung
kepada penaggung untuk resiko yang ditanggung disebut premi. Ini biasanya ditentukan oleh
penanggung untuk dana yang bisa diklaim dimasa depan, biaya administratife, dan keuangan.

3.2 Saran
Pemahaman tentang asuransi kesehatan social. Masih sangat rendah karena sejak lam kita
hanya mendapat informasi yang biasa tentang asuransi kesehatan yang didominasi dari amerika yang
dominasi oleh asuransi kesehatan komersial. Semoga saja asuransi kesehatan diindonesia dapat
menjamin semua aspek warganegaranya yang mengikuti asuransi agar lebih baik lagi.
Daftar Pustaka

Thabrany,hasbullah.Asuransi kesehatan Indonesia. Pusat kajian Ekonomi Kesehatan FKMUI, Depok


2006.

WHO. World Health Report 200,Gavena,2001

Health Insurance Associtation of america(HIAA).Source book of Health insurance HIAA,washington


D.c.2005

Efendi, dan makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Salemba Medika Jakarta 2009.

Muninjaya, Gde. Manajemen kesehatan Edisi 3. Buku kedokteran EGC Jakarta 2010

Anda mungkin juga menyukai