Makalah Han Kel 10
Makalah Han Kel 10
Disusun Oleh :
Kelompok 10
Husain N Yasin (1011421096)
Widhia Astuti Manoppo (1011421114)
Zulfikar Zubedi (1011421206)
KELAS F
SEMESTER II
ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, hingga saat ini masih
Memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga kami dapat
Menyelesaikan makalah ini dengan benar dan tepat pada waktunya. Tujuan dari
penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan.
Terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Kepemimpinan Yang telah
memberikan tugas makalah ini. Dan terimakasih juga kepada teman-teman yang
sudah membantu untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Sehingga kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan sudut Pandang baru bagi pembaca.
Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan segala
Kerendahan hati, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami
Harapkan dari para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-
makalah lainnya pada waktu mendatang.
Kelompok 10
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................4
1.3 Tujuan...................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................7
Pada awal kemerdekaan lembaga negara yang baru ada pada saat itu yaitu
Presiden dan Wakil Presiden (Lembaga Kepresidenan) yang dibantu oleh sebuah
Komite Nasional Indonesia Pusat (yang selanjutnya disebut KNIP). Sebelum
lembaga-lembaga negara yang lain terbentuk, maka segala kekuasaannya
dijalankan sepenuhnya oleh Presiden dengan bantuan KNIP sebagaimana
diamanatkan oleh Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945.1 Pada dasarnya
keinginan untuk menjelmakan aspirasi rakyat yang berupa perwakilan yaitu
Majelis Permusyawaratan Rakyat (yang selanjutnya disebut MPR), pertama kali
dilontarkan oleh Bung Karno dalam pidato yang bersejarah pada tanggal 1 Juni
1945 dalam rapat pembahasan BPUPKI. Salah satu prinsip yang mendasari
sistem permusyawaratan ialah sila ketiga, tentang mufakat atau demokrasi.Dalam
sila ketiga terkandung prinsip persamaan di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.2
3
Riza, D. (2018). Keputusan Tata Usaha Negara Menurut Undang-Undang Peradilan
Tata Usaha Negara dan Undang-Undang Admnistrasi Pemerintahan. Jurnal Bina Mulia
Hukum, 3(1), 85-102.
4
Y. Sri Pudyatmoko dan W. Riawan Tjandra, Peradilan Tata Usaha Negara sebagai Sa lah Satu
Fungsi Kontrol Pemerintah, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 1996), hlm. 29. Loc. cit.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Peradilan Tata Usaha Negara?
2. Bagaimana Tugas dan Wewenang Peradilan Tata Usaha Negara?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui bagaimana Sejarah Peradilan Tata Usaha Negara?
2. Untuk Mengetahui bagaimana Tugas dan Wewenang Peradilan Tata
Usaha Negara?
BAB II
PEMBAHASAN
5
Nurhadi. Perkembangan Peradilan Tata Usaha Negara dan Pokok-Pokok Hukum Tata Usaha
Negara Dilihat Dari Berbagai Susut Pandang. (Jakarta: Mahkamah Agung Republik Indonesia,
2011).
Pasal 24, menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh suatu
Mahkamah Agung dan lain-lain badan kehakiman menurut undang-undang.
Susunan dan badan kehakiman diatur dengan undang undang.6
Pasal 66 berbunyi
Pasal 67 berbunyi
Dalam Konstitusi RIS yang mengatur Peradilan Tata Usaha belum juga
diatur secara spesifik perkara yang mengadili diserahkan kepada pengadilan
perdata atau alat-alat kelengkapan lain:
6
Ali Abdulah,teori dan praktik Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara PASCA-
AMANDEMEN,cetakan ke-4,Agustus,2021,Hal 1
Pasal 161 berbunyi:
Pemutusan tentang sengketa yang mengenai hukum tata usaha diserahkan kepada
pengadilan, yang mengadili perkara perdata ataupun kepada alat kelengkapan lain,
tetapi jika demikian seboleh-bolehnya dengan jaminan yang serupa tentang
keadilan dan kebenarannya.
Dalam periode UUDS ini hanya satu pasal yang mengatur hukum tata
usaha, yaitu:
Pemutusan tentang sengketa yang mengenal hukum tata usaha diserah kan kepada
pengadilan yang mengadili pema perdata ataupun kepada alat-alat kelengkapan
lain, tetapi jika demikian seboleh-bolehnya dengan jaminan yang serupa tentang
keadilan dan kebenaran.
4. Periode 1959-1986
i. Berkaitan dengan TAP MPR No. IV/MPR/1978 dalam Repelita III (1979/1980-
1983/1984, khususnya dalam Bab 23 tentang "Hukum" menentukan antara lain:
"Selanjutnya dalam rangka pembinaan peradilan ini akan diusahakan terwujudnya
Peradilan Tata Usaha Negara (Administrasi), yaitu seba gai peradilan yang dapat
menyelesaikan perkara yang berhubungan dengan pelanggaran yang dilakukan
oleh pejabat/petugas aparatur negara. Dengan demikian, dapat lebih menjamin
adanya ketertib an, ketenteraman, dan kepastian hukum dalam menyelenggarakan
pemerintahan yang bersih, berkemampuan, dan berwibawa, serta penuh dedikasi
dan disiplin kerja."
7
Lintong O. Siahaan, Teori Hukum dan Wajah PTUN Setelah Amendemen 2004 (UU No. 5/1986
ja UU No 4, Jakarta: Perum Percetakan Negara, 2009) hlm. 39-40.
j. Repelita IV (1984/1985-1989/1990) pada Bab 27. menentukan di antaranya:
"Dalam rangka itu pembentgen Peradilan Tata Usaha Negara dan Peradilan Anak
perlu mendapat prioritas perwujudannya.
k. Lokakarya yang dilakukan oleh Mahkamah Agung RI. tentang Pem bangunan
hukum melalui Peradilan pada tanggal 30 Mei-1 Juni 1977 di Lembang, Bandung.
8
Y. Sri Pudyatmoko dan W. Riawan Tjandra. Peradilan Tata Usaha Negara sebagai Salah Satu
Fungsi Kontrol Pemerintah, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 1996), hlm. 29. Loc. cit.
9
Titik Triuwulan T. dan Ismu Gunadi Widodo, Hukum Tata Usaha Negara Dan Hukum Acara
Tata Usaha Negara Indonesia, (Surabaya : Kencana, 2010), h. 566
Disamping itu adanya pemberlakuan sanksi berupa dwangsom dan sanksi
administratif serta publikasi terhadap badan atau pejabat TUN (tergugat) yang
tidak mau melaksanakan putusan peratun, menjadikann peratun yang selama ini
dinilai oleh sebagian masyarakat sebagai macan ompong" kini telah mulai
menunjukan giginya.