PERJANJIAN ASURANSI
FAKULTAS SYARIAH
MALANG
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang senantiasa nikmat-nikmat kepada
hamba-hambanya terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami selaku
kelompok 11 dapat menyelsaikan tugas makalah Hukum Dagang dengan baik. Makalah yang
berjudul “ASURANSI” kami susun dalam rangka memenuhi tugas kami dalam mata kuliah
Hukum Dagang yang kiranya dari makalah ini semua pihak yang membacanya dapat
mengambil ilmu dan pengetahuan terkait asuransi yang berlaku di Indonesia.
Kami selaku kelompok 11 menyadari dalam pembuatan makalah masih jauh dari kata
sempurna dan oleh karena itu kami selaku kelompok 11 berharap kepada para pembaca
khususnya bapak Rahmadita, M.HI selaku dosen pengampuh mata kuliah Hukum Dagang
kiranya dapat memberikan kritik, masukan dan saran terhadap malakah kami karena, kritik,
saran dan masukan dari para pembaca khususnya bapak Rahmadita, M.HI merupakan
pembelajaran yang berharga sehingga nantinya kami dapat membuat makalah yang lebih baik
di masa yang akan datang.
Kami selaku kelompok 11 berharap para pembaca dapat mengambil ilmu dan
pelajaran terkait makalh kami yang berjudul “Asuransi” dan dapat merealisasikannya dengan
baik dan benar berdasarka Undang-undang yang berlaku dalam masyarakat.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ........................................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu asuransi dan apa dasar hukumnya?
2. Apa itu asas dan syarat sah perjanjian asuransi
3. Apa risiko, kepentingan dan premi asuransi?
4. Apa polis asuransi?
5. Apa saja pembagian dan macam-macam asuransi?
6. Apa itu asuransi rangap dan asuransi kembali?
7. Apa itu klaim asuransi?
8. Bagaimana penyelesaian asuransi?
4
9. Apa usaha penunjang dalam usaha perasuransian?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui asuransi dan dasar hukumnya
2. Untuk mnegetahui asas dan syarat sah penjanjian asuransi
3. Untuk mengetahui risiko, kepentingan dan premi asuransi
4. Untuk mengetahui polis asuransi
5. Untuk mengetahui pembagian asuransi dan macam-macamnya
6. Untuk mengetahui asuransi rangkap dan asuransi kembali
7. Untuk mengetahui penyelseaian asuransi
8. Untuk mengetahui usaha penunjang dalam usaha perasuransian
5
BAB II
PEMBAHASAN
“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian anatara dua pihak atau lebih dengan
mana pihak penanggung mengikat diri kepada tertanggung dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”
Pengertian asuransi berdasarkan kedua pasal 246 KUHD dan pasal Undang-
Undang No. 2 Tahun 1992 tentang perasuransian, sangat jelas bahwa asuransi adalah
perjanjain. Hubungan hukum dalam perjanjian asuransi melahirkan hak dan
kewajiban para pihak. Dengan demikian, perikatannnya bersumber dari perjanjian.
Perjanjian tidak diatur dalam pasal KUHD atau Undang-Undang no 2 Tahun 1992,
akan tetapi seluruh ketentuan yang terkait dengan ketentuan perjanjian pada
umumnya berlaku dalam KHUPerdata.
1
Tuti Rastuti, Aspek Hukum Perjanjian Asuransi, Pustaka Yutisia, Yogyakarta, 201, Hlm. 29.
6
Menurut terori abru yang dikemukakan oleh Van Dunne, yang diartikan
dengan perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih
berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Teori baru ini tidak
hanya melihat perjanjian saja, akan tetapi perbuatan-perbuatan sebelumnya atau
mendahuluinya. Dapat disimpulkan asuransi adalah sebuah perjanjian anatara dua
orang atau lebih dimana pihak tertanggung membayarkan iuran/premi untuk
mendapat penggantian atau risiko keruguan, kerusakan, atau kehilangan, yang dapat
terjadi akibat atau peristiwa yang tidak terduga.
Asas konsensual diambil dari salah satu syarat perjanjian yaitu adanya
kesepakatan kedua belah pihak. Orang tidak dapat dipaksa untuk memberikan
kesepakatannya. Sepakat yang diberikan secara paksa adalah Contradictio
interminis. Adanya paksaan menunjukkan tidak adanya kesepakan. Hal ini
berdasarkan pasal 1320 ayat 1 yang menyatakan bahwa perjanjian atau kontrak
yang tidak sah jika dibuat tanpa adanya kesepakan (consensus) dari para pihak
yang membuatnaya.
7
tanpa adanya kata sepakat dari salah satu pihak menyebabakan suatu perjanjian
dibatalkan.Ruang lingkup asas perjanjian :
8
Dalam pasal 1338 ayat 2 KUHPerdata menyatakan bahwa “Perjanjian-
pejanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah
pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup
untuk itu.”
2) Jenis-jenis Risiko
3
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio. KamusHukum. Jakarta:Pradnya Paramita, Cet. Ke 2, 1970, Hlm.89.
9
b. Risiko Spekulatif, yaitu risiko atau penyimpangan yang terjadi dapat
menguntungkan atau dapat merugikan.4
3) Upaya Mengatasi Risiko
a. Harus ada kepentingan atas benda yang dapat dilimpahkan kepada orang lain
b. Harta benda tersebut harus dapat diasuransikan
c. Harus ada hubungan antara tertanggung dengan harta benda itu
4
H. Gunanto. Naskah Akademik Peraturan Perundang-undangan tentang Perjanjian Asuransi.
Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1995, Hlm. 19.
5
Emmy Pangaribun. Hukum Pertanggungan Dan Perkembangannya. Yogyakarta: Liberty, 1983,
Hlm. 12. Lihat dan bandingkan dengan Kun Wahyu Wardana . Hukum Asuransi ProteksiKecelakaan
Transportasi. Bandung: Mandar Maju, 2009, Hlm. 24.
10
a. Pengurus atau pelaksana yang memiliki tanggung jawab terhadap barnag
yang diurus
b. Wali (trustee) atau penyimpan (bailee) atas barang orang lain
c. Agen atau broker
d. Pengangkut
e. Pemilik senbagian ( part ownership) atau pemilik bersama (joint ownership)
dengan persetujuan oleh patnernya dia bertindak sebagai wali dari hak
patnerntya atas benda itu
f. Pemegang hipotik
3. Premi
1) Pengertian Premi
2) Tujuan premi
a. Mendapat pemerataan biaya
b. Memperoleh jaminan perlindungan
3) Jenis-jenis Premi
a. Premi asuransi kesehatan
b. Premi asuransi jiwa
c. Premi asurasi pendidikan
d. Premi asuransi kecelakaan diri
e. Premi asuransi perjalanan
f. Premi asuransi properti
g. Premi asuransi kendaraan
4) Cara Menghitung Besaran Premi
11
D. Polis Asuransi
Pada dasarnya kalimat polis asuransi terdiri dari dua kata yaitu, polis dan asuransi.
Menurut KBBI polis adalah surat perjanjian antara orang yang mengikuti asuransi dengan
maskapai asuransi. Sedangkan asuransi menurut KBBI adalah pertanggungan, perjanjian
antara dua pihak. Otoritas jasa keuangan (OJK) menjelaskan, yang dimaksud polis
asuransi adalah akta perjanjian asuransi atau dokumen lain yang dipersamakan dengan
akta perjanjian asuransi, serta dokumen lain yang menjadi satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan perjanjian asuransi yang dibuat secara tertulis dan memuat perjanjian
antara pihak perusahaan dan pemegang polis.6Dalam Pasal 255 KUHD disebutkan
bahwa, suatu pertanggungan harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang
dinamakan polis.Ketentuan tersebut memberikan kesan seolah-olah perjanjian asuransi
harus dibuat secara tertulis sebagai syarat mutlak.Padahal polis bukanlah syarat mutlak
adanya perjanjian asuransi jiwa, tetapi hanyalah merupakan alat bukti adanya perjanjian.
Hal tersebut dijelaskan dalam pasal 257 KUHD, yang menyatakan bahwa, Perjanjian
pertanggungan diterbitkan seketika setelah ia ditutup, hak-hak dan kewajiban-kewajiban
bertimbal balik dari si penanggung dan si tertanggung mulai berlaku semenjak itu,
bahkan sebelum polis ditandatangani.7
Polis asuransi dapat berupa secarik kertas kecil, suatu perjanjian singkat yang tidak
rumit atau berupa dokumen panjang yang memuat perjanjian pertanggungan
pertanggungan harta dengan berbagai kepentingan yang tersebar di pelosok dunia
terhadap beraneka macam bencana.Polis asuransi menyatakan hak-hak dan kewajiban-
kewajiban dari para pihak yang melakukan kontrak.Menurut ketentuan Pasal 255 KUHD
perjanjian asuransi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis.
Selanjutnya Pasal 19 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1992 menentukan polis
atau bentuk perjanjian asuransi dengan nama apapun. Berikut lampiran yang merupakan
satu kesatuan dengannya, (1) tidak boleh mengadung kata-kata atau kalimat yang dapat
menimbulkan penafsiran yang berbeda mengenai resiko yang ditutup asuransinya, (2)
kewajiban penaggung dan kewajiban tertanggung.Berdasarkan ketentuan dua pasal
tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa polis berfungsi sebagai alat bukti tertulis
6
Mutia Fauzia. “Polis Asuransi: Pengertian, Isi Dan Fungsinya.” Kompas.com, 23 Agustus 2021, diakses
18 April 2022, https://money.kompas.com/read/2021/08/23/135334726/polis-asuransi-pengertian-isi-
dan-fungsinya?page=all
7
Sumarni dan Abdul Tayib. “Polis Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Untuk Mendapatkan kredit Pada
Perusahaan Asuransi,” Unizar Law Review, no. 1 (2019) h. 23
12
bahwa telah terjadi perjanjian asuransi antara tertanggung dan penanggung.Sebagai alat
bukti tertulis, isi yang tercantum dalam polis harus jelas, tidak boleh mengandung kata-
kata atau kalimat yang memungkinkan perbedaan interprestasi, sehingga mempersulit
tertanggung dan penanggung merealisasikan hak dan kewajiban mereka dalam
pelaksanaan asuransi.Adapun substansi dari polis asuransi yaitu:
a. Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi.
b. Nama tertanggung untuk diri sendiri atau untuk pihak ketiga.
c. Uraian yang jelas mengenai benda yang diasuransikan.
d. Jumlah yang diasuransikan.
e. Bahaya-bahaya/evenemen yang ditanggung oleh penanggung.
f. Saat bahaya/evenemen mulai berjalan dan berakhir yang menjadi tanggungan
penaggung.
g. Premi asuransi.
h. Umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh penanggung dan segala janji-
janji khusus yang diadakan antara pihak.
Menurut pasal 304 KUH Dagang, polis asuransi jiwa harus memuat hal-hal sebagai
berikut:
a. Hari ditutupnya pertanggungan;
b. Nama tertanggung;
c. Nama orang yang jiwanya dipertanggungkan;
d. Saat mulai berlakunya dan berakhirnya bahaya bagi si penanggung;
e. Jumlah uang untuk mana diadakan pertanggungan;
f. Premi pertanggungan tersebut.8
E. Pembagian Dan Macam-Macam Asuransi
Pada umumnnya, terdapat dua macam asuransi yaitu:
1. Asuransi kerugian (Schade verzekering) adalah asuransi yang menberikan ganti
rugi kepada tertanggung yang menderita kerugian barang atau benda miliknya,
kerugian mana terjadi karena bencana atau bahaya terhadap mana pertangungan,
baik kerugian berupa kehilangan pakaian, kekurangan nilainya, kehilangan
keuntungan yang diharapkan. Asuransi ini bertujuan untuk mengganti kerugian
yang mungkin timbul pada harta kekayaan tertanggung dan kerugian itu sunguh-
sungguh diderita oleh tertanggung.9 Asuransi kerugian terdiri dari:
8
Sumarni dan Abdul Tayib, h. 24-25
9
Wetria Fauzi, Hukum Asuransi Di Indonesia, (Padang: Andalas University Press, 2019),
20
13
a. Asuransi kebakaran
b. Asuransi kendaraan bermotor
c. Asuransi laut
d. Asuransi pengangkutan
e. Asuransi kredit
2. Asuransi jiwa(Life Insurance) adalah sebuah layanan asuransi yang digunakan
sebagai bentuk perlindungan terhadap timbulnya kerugian finansial atau
hilangnya pendapatan seseorang atau keluarga akibat adanya kematian anggota
keluarga (tertanggung) yang biasanya menjadi sumber nafkah bagi keluarga
tersebut. Asuransi jiwa terdiri dari:
a. Asuransi kecelakaan
b. Asuransi kesehatan
c. Asuransi jiwa kredit
Jenis resiko yang ditanggung antara lain : meninggal dunia, sakit, cacat dan
pendapatan tetap setelah pensiun.
14
3. Asuransi Sosial (social insurance) ialah kemampuan untuk mendapatkan
penghasilan setelah mengalami musibah. Unsurnya hanya proteksi kepentingan
yang dikelola oleh pemerintah. Masa berlaku mulai beberapa menit, sampai
puluhan tahun. Resiko yang ditanggung antara lain : meninggal dunia, sakit, cacat,
pendapatan tetap setelah pensiun. Misalnya : asuransi kesehatan, jasa raharja dan
BPJS.
4. Asuransi Kesejahteraan Sosial (social security insurance) pengaturan dalam
Undang-Undang No.11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial. Asuransi ini
diperuntukkan khusus masyarakat tidak mampu.10
F. Asuransi Rangkap Dan Asuransi Kembali (Reasuransi)
1. Asuransi Rangkap
Pasal 252 KUHD menyatakan bahwa kecuali dalam hal yang diuraikan oleh
ketentuan undang-undang, tidak boleh diadakan pertanggungan untuk waktu yang
sama dan untuk bahaya yang sama atas barang-barang yang telah dipertanggungkan
untuk nilainya secara penuh, dengan ancaman kebatalan terhadap pertanggungan
kedua. Pasal tersebut menyatakan bahwa untuk pertanggungan yang nilainya
dipertanggungkan secara penuh tidak boleh diadakan pertanggungan yang kedua
kali, sebab apabila hal itu terjadi, maka pertanggungan yang kedua batal.Sebab
pertanggungan yang kedua inilah yang disebut dengan “double insurance”.Hal
tersebut dikarenakan mencegah tertanggung untuk mendapatkan ganti kerugian
melebihi nilai benda sesungguhnya.
Apabila terdapat dua pertanggungan untuk obyek asuransi yang sama, maka
berlaku pasal 277 KUHD, yaitu pertanggungan yang kedua akan batal, kecuali
apabila pada pertanggungan pertama tidak ditanggung secara penuh, maka
pertanggungan kedua hanya akan menanggung selebihnya saja. Sedangkan untuk
pembuktiannya dilakukan oleh tertanggung dapat hal kedua penanggung tidak
mengakui siapa penanggung kedua. Sedangkan tertanggung tidak akanmendapatkan
pengembalian premi, dikarenakan bahwa perjanjian rangkap telah dilarang oleh
pasal 252 KUHD, sehingga ada indikasi bahwa tertanggung tidak beritikad baik,
sehingga tidak sesuai dengan pasal 281 KUHD dan penanggung kedua tidak perlu
mengembalikan premi.11
10
Dwi Tatak Subagiyo dan Fries Melia Selviana.Hukum Asuransi, (Surabaya: Refika Petra Media,
2016), 39
11
Dwi Tatak Subagiyo dan Fries Melia, Hukum Asuransi, 35
15
Tujuan dilarangnya asuransi rangkap karena mencegah jangan sampai
terjadi bahwa tertanggung memperoleh ganti kerugian melebihi nilai benda
sesungguhnya, sehingga melanggar prinsip indemnitas.Prinsip indemnitas
merupakan salah satu prinsip dalam asuransi yang memberikan batasan asuransi
sebagai perjanjian yang bermaksud memberi penggantian kerugian, kerusakan atau
kehilangan yang mungkin diderita tertanggung karena tertimpa suatu bahaya yang
pada saat ditutupnya perjanjian tidak dapat dipastikan.
Asuransi rangkap yang dibolehkan diatur dalam Pasal 277 ayat (2) KUH
Dagang yang pada intinya menyatakan bahwa apabila seseorang mengasuransikan
suatu benda dengan benda, risiko dan waktu yang sama dengan minimal dua polis
yang berlainan perusahaan, maka kedua polis tersebut berlaku sah dan mengikat
apabila terjadi risiko yang diperjanjikan dalam polis. Asuransi rangkap yang
dibolehkan selanjutnya apabila terdapat persekutuan penanggung.Hal ini diatur
dalam Pasal 278 KUH Dagang yang menyatakan bahwa “Apabila dalam satu-
satunya polis, meskipun pada hari-hari yang berlainan, oleh berbagai penanggung
telah diadakan penanggungan yang melebihi harga, maka mereka oa itu bersama-
sama, menurut keseimbangan daripada jumlah-jumlah untuk mana mereka telah
menandatangani polis tadi.Memikul hanya harga sebenarnya yang
dipertanggungkan”.
16
dengan mengasuransikan kembali pada perusahaan reasuransi dengan premi yang
lebih rendah daripada tingkat premi yang dikenakan perusahaan asuransi itu sendiri
pada pelanggannya.12
17
Klaim asuransi adalahsuatu tuntutan atau penagihan pembayaran ganti rugi atas
kerugian yang dialami tertanggung kepda penanggung. Tertanggung yang mengalami
kerugian dalam sebuah peristiwa , maka dapat mengecek resikonya yang tercantum
didalam polis. Tertanggung asuransi berhak mengajukan klaim asuransi sebagai bentuk
permintaan pergantian rugi dari kerugian yang telah dialaminya. Penanggung
berkewajiban memberikan klaim asuransi yang diajukan tertanngung. Klaim asuransi
harus melalui prosedur-prosedur
15
Florentinus Nugro Hardianto, “Pemodelan Sengketa Klaim Asuransi di Indonesia:
Pendekatan Game Theory,” Bina Ekonomi 21, no. 2 (2017): 163
18
pihak lain dari perjanjian yang telah disepakati bersama dan yang lainnya. Namun jika
pihak yang merasa drugikan kemudian mengatakannya pada pihak yang lain dan
berdiskusi menemukan masalahnya maka kedua belah pihak harus kembali ke perjanjian
awal yang telah mereka buat dan sepakati bersama. Para pihak akan kembali lagi pada
ketentuan yang tercantum dalam perjanjian yang telah disepakati mengenai penyelesaian
sengketa16.
1. Usaha asuransi kerugian yaitu memberikan jasa dalam penanggulangan resiko ats
kerugian, kehilanhgan mafaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang timbul dari peristiwa tidak pasti
2. Usaha asuransi jiwa yaitu memberikan penanngulangan resiko yang dikaitkan
dengan hidup atau meninggalnya seorang yang dipertanggungkan
3. Usaha reasuransi yaitu memberikan jasa dalan asuransi ulang terhadap resiko yang
dihadapi atau perusahaan asuransi kerugian dan perusahaan asuransi jiwa
16
Chandra Dewi Puspitasari, Alternatif penyelesaian asuransi melalui badan mediasi
asuransi indonesia (MDAI), (JURNAL CIVICS, 2007) ,6-7
19
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda yaitu “verzekering atau assurantie”
dan Inggris “insurance”. Di indonesia pengertian asuransi tercantum dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan diatur secara khusus dalam Undang-
Undang Nomor 2 Thaun 1992 tentang usaha perasuransian. Adapun asuransi menurut
pasal 246 KUHD adalah :“Asuransi atau pertanggungjawaban adalah suatu perjanjian,
dengan manaseorang menanggung mengikat diri kepada seorang tertanggung, dengan
menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya
karena suatu peristiwa yang tidak tertentu.
21
Dalam Pasal 255 KUHD disebutkan bahwa, suatu pertanggungan harus dibuat
secara tertulis dalam suatu akta yang dinamakan polis.Terdapat empat macam asuransi,
yaitu; asuransi jiwa, asuransi umum, asuransi social dan asuransi kesejahteraan sosial.
Klaim asuransi adalahsuatu tuntutan atau penagihan pembayaran ganti rugi atas
kerugian yang dialami tertanggung kepda penanggung.Penyelesaian sengketa adalah
suatu penyelesaian perkara yang dilakukan salah satu pihak dengan pihak dengan pihak
lainnya. Sengketa terjadi karena perselisihan atau pertentangan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Mutia Fauzia. “Polis Asuransi: Pengertian, Isi Dan Fungsinya.” Kompas.com, 23 Agustus
2021, diakses 18 April 2022,
https://money.kompas.com/read/2021/08/23/135334726/polis-asuransi-pengertian-
isi-dan-fungsinya?page=all
Sumarni dan Abdul Tayib. “Polis Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Untuk Mendapatkan kredit
Pada Perusahaan Asuransi,” Unizar Law Review, no. 1 (2019)
Wetria Fauzi, Hukum Asuransi Di Indonesia, (Padang: Andalas University Press, 2019)
Ayu Rifka Sitoresmi. “Reasuransi Adalah Asuransi Bagi perusahaan Asuransi, Pahami
Manfaat dan Metodenya.”Liputan 6, 29 Maret 2021, diakses 22 April 2022,
https://hot.liputan6.com/read/4518393/reasuransi-adalah-asuransi-bagi-perusahaan-
asuransi-pahami-manfaat-dan-metodenya
Soesi Idayanti dan Fajar Dian Aryani.Hukum Asuransi, (Yogyakarta: Tanah Air Beta, 2020)
Florentinus Nugro Hardianto, “Pemodelan Sengketa Klaim Asuransi
di Indonesia: Pendekatan Game Theory,” Bina Ekonomi 21, no. 2
(2017)
23