Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PERJANJIAN ASURANSI

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Hukum Dagang

Dosen Pengampu: Bapak Ramadhita, M.HI

Disusun Oleh Kelompok 11:

1. Kamil Zulfahri (200202110012)


2. Aflakhal Ula Wardani (2000202110110)
3. Fadilatul Fitri (2002002110171)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang senantiasa nikmat-nikmat kepada
hamba-hambanya terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami selaku
kelompok 11 dapat menyelsaikan tugas makalah Hukum Dagang dengan baik. Makalah yang
berjudul “ASURANSI” kami susun dalam rangka memenuhi tugas kami dalam mata kuliah
Hukum Dagang yang kiranya dari makalah ini semua pihak yang membacanya dapat
mengambil ilmu dan pengetahuan terkait asuransi yang berlaku di Indonesia.

Kami selaku kelompok 11 menyadari dalam pembuatan makalah masih jauh dari kata
sempurna dan oleh karena itu kami selaku kelompok 11 berharap kepada para pembaca
khususnya bapak Rahmadita, M.HI selaku dosen pengampuh mata kuliah Hukum Dagang
kiranya dapat memberikan kritik, masukan dan saran terhadap malakah kami karena, kritik,
saran dan masukan dari para pembaca khususnya bapak Rahmadita, M.HI merupakan
pembelajaran yang berharga sehingga nantinya kami dapat membuat makalah yang lebih baik
di masa yang akan datang.

Kami selaku kelompok 11 berharap para pembaca dapat mengambil ilmu dan
pelajaran terkait makalh kami yang berjudul “Asuransi” dan dapat merealisasikannya dengan
baik dan benar berdasarka Undang-undang yang berlaku dalam masyarakat.

Malang, 18 Mei 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................4

A. Latar Belakang ..................................................................................................4


B. Rumusan Masalah ............................................................................................4
C. Tujuan ...............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Umum Dan Dasar Hukum Asuransi ................................................6


B. Asas-Asas Dan Syarat Sahnya Perjanjian Asuransi ...........................................7
C. Risiko, Kepentingan Dan Premi Dalam Asuransi ..............................................9
D. Polis Asuransi ...................................................................................................11
E. Pembagian Dan Macam-Macam Asuransi ........................................................13
F. Asuransi Rangkap Dan Asuransi Kembali (Herverzekering) ............................15
G. Klaim Dalam Asuransi ......................................................................................17
H. Penyelsaian Sengketa ........................................................................................18
I. Usaha Penunjang Dalam Usaha Perasuransian ..................................................19

BAB III PENUTUP .......................................................................................................20

A. Kesimpulan ........................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asuransi atau pertanggungjawaban merupakan suatu kegiatan yang lazim


digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Asuransi adalah perjajian antara dua orang atau
lebih dimana pihak tertanggung membiayakan iuaran/premi untuk mendapat penggantian
resiko kerugian,yang terjadi akibat peristiwa yang tidak terduga. Adapun asuransi
bertujuan untuk menghindari dan melimpahkan resiko dari satu pihak ke pihak lain atas
suatu kerugian yang diakibatkan oleh suatu peristiwa yang tidak pasti. Asuransi
merupakan salah satu cara untuk mengubah risiko dngan jaan memindahkan kepada
orang lian.

Terkait pelaksanaan asuransi berbagai peraturan yang mengatur tentang


perasuransian di indonesai yang tidak hanya diatur dalam KUHD akan tetapi diatur dalam
KHUPerdata di antaranya Undang-Undang No 2 Tahun 1992, pasal 246 KUHD, pasal
1320 KUHPerdata, UU No 40 Tahun 2014, dan lainnya. Adanya aturan hukum yang
mengatur tentang perasuransian bertujuan untuk menjaga para pelaku asuransi dari
berbagai macam sengketa. Di indonesia terdapat berbagai jenis asuransi sehingga para
palaku asuransi dapat melakukan berbagai kegiatan asuransi sesuai dengan kebutuhan
premi dan berdasarkan kepentingan pelaku ansuransi, berbagai risiko dapat terjadi dala,
namun berbagi upaya dapat dilakukan untuk mencegah terjadinaya risiko, oleh karena itu
untuk dapat melakukan kegiatan asuransi dengan lancar dan aman kita perlu mengetahui
asuransi dengan baik dan benar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu asuransi dan apa dasar hukumnya?
2. Apa itu asas dan syarat sah perjanjian asuransi
3. Apa risiko, kepentingan dan premi asuransi?
4. Apa polis asuransi?
5. Apa saja pembagian dan macam-macam asuransi?
6. Apa itu asuransi rangap dan asuransi kembali?
7. Apa itu klaim asuransi?
8. Bagaimana penyelesaian asuransi?

4
9. Apa usaha penunjang dalam usaha perasuransian?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui asuransi dan dasar hukumnya
2. Untuk mnegetahui asas dan syarat sah penjanjian asuransi
3. Untuk mengetahui risiko, kepentingan dan premi asuransi
4. Untuk mengetahui polis asuransi
5. Untuk mengetahui pembagian asuransi dan macam-macamnya
6. Untuk mengetahui asuransi rangkap dan asuransi kembali
7. Untuk mengetahui penyelseaian asuransi
8. Untuk mengetahui usaha penunjang dalam usaha perasuransian

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Umum Dan Dasar Hukum Asuransi


1. Pengertian Asuransi

Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda yaitu “verzekering atau


assurantie” dan Inggris “insurance”. Di indonesia pengertian asuransi tercantum
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan diatur secara khusus
dalam Undang-Undang Nomor 2 Thaun 1992 tentang usaha perasuransian. Adapun
asuransi menurut pasal 246 KUHD adalah :

“Asuransi atau pertanggungjawaban adalah suatu perjanjian, dengan manaseorang


menanggung mengikat diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu
premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena
suatu peristiwa yang tidak tertentu.”1 dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992
tentang usaha perasuransian, dicantumkan secara jelas dan lebih lengkap mengenai
pengertian asuransi atau pertanggungan yaitu :

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian anatara dua pihak atau lebih dengan
mana pihak penanggung mengikat diri kepada tertanggung dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”

Pengertian asuransi berdasarkan kedua pasal 246 KUHD dan pasal Undang-
Undang No. 2 Tahun 1992 tentang perasuransian, sangat jelas bahwa asuransi adalah
perjanjain. Hubungan hukum dalam perjanjian asuransi melahirkan hak dan
kewajiban para pihak. Dengan demikian, perikatannnya bersumber dari perjanjian.
Perjanjian tidak diatur dalam pasal KUHD atau Undang-Undang no 2 Tahun 1992,
akan tetapi seluruh ketentuan yang terkait dengan ketentuan perjanjian pada
umumnya berlaku dalam KHUPerdata.
1
Tuti Rastuti, Aspek Hukum Perjanjian Asuransi, Pustaka Yutisia, Yogyakarta, 201, Hlm. 29.

6
Menurut terori abru yang dikemukakan oleh Van Dunne, yang diartikan
dengan perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih
berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Teori baru ini tidak
hanya melihat perjanjian saja, akan tetapi perbuatan-perbuatan sebelumnya atau
mendahuluinya. Dapat disimpulkan asuransi adalah sebuah perjanjian anatara dua
orang atau lebih dimana pihak tertanggung membayarkan iuran/premi untuk
mendapat penggantian atau risiko keruguan, kerusakan, atau kehilangan, yang dapat
terjadi akibat atau peristiwa yang tidak terduga.

2. Dasar Hukum Asuransi


Dasar hukum asuransi diataur dalam :
a. Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian
b. Pasal 246 KUHD
c. Pasal 1320 ayat 1 KUHPerdata
d. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 Tentang Perasuransian Dan
Teknisnya
B. Asas-asas Dan Syarat Sah Perjanjian Asuransi
1. Asas-Asas Asuransi
a. Asas Konsensual

Asas konsensual diambil dari salah satu syarat perjanjian yaitu adanya
kesepakatan kedua belah pihak. Orang tidak dapat dipaksa untuk memberikan
kesepakatannya. Sepakat yang diberikan secara paksa adalah Contradictio
interminis. Adanya paksaan menunjukkan tidak adanya kesepakan. Hal ini
berdasarkan pasal 1320 ayat 1 yang menyatakan bahwa perjanjian atau kontrak
yang tidak sah jika dibuat tanpa adanya kesepakan (consensus) dari para pihak
yang membuatnaya.

b. Asas Kebebasan Berkontrak

Dapat disimpulkan dari ketentuan pasal 1338 ayat 1 KHUPerdata yang


mentakan bahwa “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
Undang-Undang bagi mereka yang membutanya”. Sumber dari kebebasan
berkontrak adalah kebebasan individu, dengan demikia kebebesan individu
memberikan kebebabasan berkontrak. Berlakunya asas konsensual menerut
hukum perjanjian Indonesia memantapkan asas kebebasan berkontrak. Karena

7
tanpa adanya kata sepakat dari salah satu pihak menyebabakan suatu perjanjian
dibatalkan.Ruang lingkup asas perjanjian :

a) Kebebasan untuk mebuat atau tidak membuat perjanjian


b) Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat
perjanjian
c) Kebebasan untuk menentukan isi atau memilih isi perjanjia yang
dibuatnya
d) Kebebesan untuk menentukan objek perjanjian
e) Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian
f) Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan UU yang
besifat opsional (anvullend optional)
c. Asas Ketentuan Mengikat

Asas ketentuan mengikat dari pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata, apabila


dihubungkan dengan perjanjian asuransi berarti berarti bahwa pihak
penanggung dan tertanggung atau pemegang polis terikat untuk untuk
melaksanakan ketentuan perjanjian yang telah disepakati. Sebab perjanjian
yang telah dibuat oleh para pihak memiliki kekuatan mengikat sebagaimana
undang-undang yang memiliki akibat hukum, hanya saja hal ini berlaku bagi
mereka yang membuat perjanjian.

d. Asas Kepercayaanadalah suatu kepercayaan antara dua pihak yang melakukan


perjanjian, bahwa mereka akan memenuhi janjinya untuk meleksanakan
prestasi seperti yang telah dijanjikan.
e. Asas Persamaan Hukum adalah bahwa subjek hukum yang mengadakan
perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalah hukum,
dan tidak ada perbedaan antara keduanya
f. Asas Keseimbangan/Prorata adalah suatu asas yang menghendaki kedua belah
pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Prinsip keseimbangan
mempunyai arti penting apabila terjadi peritiwa yang menimbulkan kerugian.
Kerugian harus diganti itu seimbangdengan resiko yang ditanggung oleh
penanggung.2
g. Asas Kepstian Hukum
2
Teaching Materials Hukum Asuransi, Program Pencangkokan Hukum Ekonomi Fakultas Hukum UI
dan Elips Project, Depok, 1996, Hlm.13.

8
Dalam pasal 1338 ayat 2 KUHPerdata menyatakan bahwa “Perjanjian-
pejanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah
pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup
untuk itu.”

h. Asas Iktikad Baik

Dalam pasal 1338 ayat 3 menyatakan bahwa, “Perjanjian-perjanjian


harus dilaksankaan berdasarkan itikad baik.” Pelaksanaan perjanjin tersebut
berdasarkan pasal 1339 KUHPerdata.

2. Syarah Sah Perjanjian Asuransi

Syarat sah perjanjian berdasarkan pasal 1320 ayat 1 KUHPerdata yaitu :

a. Kesepakat mereka yang mengikat dirinya


b. Kecakapan untuk mebuat suatu perikatan
c. Suatu hal tertentu
d. Suatu sebab yang halal
C. Risiko, Kepentingan dan Premi Asuransi
1. Risiko
1) Pengertian Risiko

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio meyatakan bahwa “ Risiko, risico (Bld),


risk (ing), kewajiban menanggung atau memikul kerugian sebagai akibat suatu
peristiwa di luar kesalahannya, yang menimpa barang yang menjadi objek
perjanjia.”3

2) Jenis-jenis Risiko

H.Gunanto, mengemukakan jenis-jenis risiko pada dasarnya terbagi


menjadi dua, yaitu :

a. Risiko Murni, yaitu risiko atau penyimpangan yang hanya


menimbulkan memungkinkan kerugian saja

3
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio. KamusHukum. Jakarta:Pradnya Paramita, Cet. Ke 2, 1970, Hlm.89.

9
b. Risiko Spekulatif, yaitu risiko atau penyimpangan yang terjadi dapat
menguntungkan atau dapat merugikan.4
3) Upaya Mengatasi Risiko

Emy Pangaribun mengutup pendapat David L. Bichlahaupt


mengemukakan upaya mengatasi risiko adalah :

a. Menghindari, menyingkir, menjauh (avoidance)


b. Mecegah (prevention)
c. Mengalihkan (transfer)
d. Menerima (assumptioan or retention)5
2. Kepentingan

Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan dijabarkan dalam pasal 250


KUHD yang menyatakan bahwa “ Bilamana seorang yang mempertanggungkan
untuk dirinya sendiri, atau seseorang, untuk tanggungan siapa untuk diadakan
pertanggungan oleh orang lain, pada waktu yang diadakannya pertanggungan tidak
mempunyai kepentingan terhadap benda yang dipertanggungkan, maka penanggung
tidak berkewajiban menganti kerugian”.Pasal 268 KHUD bahwa suatu kepentingan
yang dapat diasuransikan adalah semua kepentingan yang dapat dinilai dengan
jumlah uang, dapat diancam suatu bahaya dan tidak dikecualikan dengan undang-
undang.

Radik Purba dalam bukunya Memahami Asuransi di Indonesia menjelaskan


bahwa inti dari insurable interest adalah sebagai berikut :

a. Harus ada kepentingan atas benda yang dapat dilimpahkan kepada orang lain
b. Harta benda tersebut harus dapat diasuransikan
c. Harus ada hubungan antara tertanggung dengan harta benda itu

Hakikatnya insurable interest timbul karena kepemilikan, namun dapat timbul


pula dengan tanpa kepemilikan. Adapun sebab karena bukan kepemilikan adalah

4
H. Gunanto. Naskah Akademik Peraturan Perundang-undangan tentang Perjanjian Asuransi.
Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1995, Hlm. 19.
5
Emmy Pangaribun. Hukum Pertanggungan Dan Perkembangannya. Yogyakarta: Liberty, 1983,
Hlm. 12. Lihat dan bandingkan dengan Kun Wahyu Wardana . Hukum Asuransi ProteksiKecelakaan
Transportasi. Bandung: Mandar Maju, 2009, Hlm. 24.

10
a. Pengurus atau pelaksana yang memiliki tanggung jawab terhadap barnag
yang diurus
b. Wali (trustee) atau penyimpan (bailee) atas barang orang lain
c. Agen atau broker
d. Pengangkut
e. Pemilik senbagian ( part ownership) atau pemilik bersama (joint ownership)
dengan persetujuan oleh patnernya dia bertindak sebagai wali dari hak
patnerntya atas benda itu
f. Pemegang hipotik
3. Premi
1) Pengertian Premi

Premi adalah biaya yang ditanggung dan harus dibayarkan nasabah


dalam jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan. Jika merujuk pada Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2014, premi adalah sejumlah uang yang ditetapkan
oleh perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dan disetujui oleh
pemegang polis untuk dibayarkan berdasarkan perjanjian asuransi, atau
sejumlah uang yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mendasari program asuransi wajib untuk memperoleh
manfaat.

2) Tujuan premi
a. Mendapat pemerataan biaya
b. Memperoleh jaminan perlindungan
3) Jenis-jenis Premi
a. Premi asuransi kesehatan
b. Premi asuransi jiwa
c. Premi asurasi pendidikan
d. Premi asuransi kecelakaan diri
e. Premi asuransi perjalanan
f. Premi asuransi properti
g. Premi asuransi kendaraan
4) Cara Menghitung Besaran Premi

Besaran Premi = Tarif premi x Total harga pertanggungan

11
D. Polis Asuransi

Pada dasarnya kalimat polis asuransi terdiri dari dua kata yaitu, polis dan asuransi.
Menurut KBBI polis adalah surat perjanjian antara orang yang mengikuti asuransi dengan
maskapai asuransi. Sedangkan asuransi menurut KBBI adalah pertanggungan, perjanjian
antara dua pihak. Otoritas jasa keuangan (OJK) menjelaskan, yang dimaksud polis
asuransi adalah akta perjanjian asuransi atau dokumen lain yang dipersamakan dengan
akta perjanjian asuransi, serta dokumen lain yang menjadi satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan perjanjian asuransi yang dibuat secara tertulis dan memuat perjanjian
antara pihak perusahaan dan pemegang polis.6Dalam Pasal 255 KUHD disebutkan
bahwa, suatu pertanggungan harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang
dinamakan polis.Ketentuan tersebut memberikan kesan seolah-olah perjanjian asuransi
harus dibuat secara tertulis sebagai syarat mutlak.Padahal polis bukanlah syarat mutlak
adanya perjanjian asuransi jiwa, tetapi hanyalah merupakan alat bukti adanya perjanjian.
Hal tersebut dijelaskan dalam pasal 257 KUHD, yang menyatakan bahwa, Perjanjian
pertanggungan diterbitkan seketika setelah ia ditutup, hak-hak dan kewajiban-kewajiban
bertimbal balik dari si penanggung dan si tertanggung mulai berlaku semenjak itu,
bahkan sebelum polis ditandatangani.7
Polis asuransi dapat berupa secarik kertas kecil, suatu perjanjian singkat yang tidak
rumit atau berupa dokumen panjang yang memuat perjanjian pertanggungan
pertanggungan harta dengan berbagai kepentingan yang tersebar di pelosok dunia
terhadap beraneka macam bencana.Polis asuransi menyatakan hak-hak dan kewajiban-
kewajiban dari para pihak yang melakukan kontrak.Menurut ketentuan Pasal 255 KUHD
perjanjian asuransi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis.
Selanjutnya Pasal 19 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1992 menentukan polis
atau bentuk perjanjian asuransi dengan nama apapun. Berikut lampiran yang merupakan
satu kesatuan dengannya, (1) tidak boleh mengadung kata-kata atau kalimat yang dapat
menimbulkan penafsiran yang berbeda mengenai resiko yang ditutup asuransinya, (2)
kewajiban penaggung dan kewajiban tertanggung.Berdasarkan ketentuan dua pasal
tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa polis berfungsi sebagai alat bukti tertulis
6
Mutia Fauzia. “Polis Asuransi: Pengertian, Isi Dan Fungsinya.” Kompas.com, 23 Agustus 2021, diakses
18 April 2022, https://money.kompas.com/read/2021/08/23/135334726/polis-asuransi-pengertian-isi-
dan-fungsinya?page=all
7
Sumarni dan Abdul Tayib. “Polis Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Untuk Mendapatkan kredit Pada
Perusahaan Asuransi,” Unizar Law Review, no. 1 (2019) h. 23

12
bahwa telah terjadi perjanjian asuransi antara tertanggung dan penanggung.Sebagai alat
bukti tertulis, isi yang tercantum dalam polis harus jelas, tidak boleh mengandung kata-
kata atau kalimat yang memungkinkan perbedaan interprestasi, sehingga mempersulit
tertanggung dan penanggung merealisasikan hak dan kewajiban mereka dalam
pelaksanaan asuransi.Adapun substansi dari polis asuransi yaitu:
a. Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi.
b. Nama tertanggung untuk diri sendiri atau untuk pihak ketiga.
c. Uraian yang jelas mengenai benda yang diasuransikan.
d. Jumlah yang diasuransikan.
e. Bahaya-bahaya/evenemen yang ditanggung oleh penanggung.
f. Saat bahaya/evenemen mulai berjalan dan berakhir yang menjadi tanggungan
penaggung.
g. Premi asuransi.
h. Umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh penanggung dan segala janji-
janji khusus yang diadakan antara pihak.
Menurut pasal 304 KUH Dagang, polis asuransi jiwa harus memuat hal-hal sebagai
berikut:
a. Hari ditutupnya pertanggungan;
b. Nama tertanggung;
c. Nama orang yang jiwanya dipertanggungkan;
d. Saat mulai berlakunya dan berakhirnya bahaya bagi si penanggung;
e. Jumlah uang untuk mana diadakan pertanggungan;
f. Premi pertanggungan tersebut.8
E. Pembagian Dan Macam-Macam Asuransi
Pada umumnnya, terdapat dua macam asuransi yaitu:
1. Asuransi kerugian (Schade verzekering) adalah asuransi yang menberikan ganti
rugi kepada tertanggung yang menderita kerugian barang atau benda miliknya,
kerugian mana terjadi karena bencana atau bahaya terhadap mana pertangungan,
baik kerugian berupa kehilangan pakaian, kekurangan nilainya, kehilangan
keuntungan yang diharapkan. Asuransi ini bertujuan untuk mengganti kerugian
yang mungkin timbul pada harta kekayaan tertanggung dan kerugian itu sunguh-
sungguh diderita oleh tertanggung.9 Asuransi kerugian terdiri dari:
8
Sumarni dan Abdul Tayib, h. 24-25
9
Wetria Fauzi, Hukum Asuransi Di Indonesia, (Padang: Andalas University Press, 2019),
20

13
a. Asuransi kebakaran
b. Asuransi kendaraan bermotor
c. Asuransi laut
d. Asuransi pengangkutan
e. Asuransi kredit
2. Asuransi jiwa(Life Insurance) adalah sebuah layanan asuransi yang digunakan
sebagai bentuk perlindungan terhadap timbulnya kerugian finansial atau
hilangnya pendapatan seseorang atau keluarga akibat adanya kematian anggota
keluarga (tertanggung) yang biasanya menjadi sumber nafkah bagi keluarga
tersebut. Asuransi jiwa terdiri dari:
a. Asuransi kecelakaan
b. Asuransi kesehatan
c. Asuransi jiwa kredit

Pembagian asuransi dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

1. Asuransi jiwa (life insurance), kemampuan untuk mendapat penghasilan setelah


mengalami musibah atau memasuki masa pernsiun. Unsurnya adalah proteksi dan
investasi. Pengelolaan oleh swasta maupun pemerintah. Masa berlakunya kontrak
asuransi ini antara lain :
a. Akta kontrak 0 - 1 tahun untuk asuransi kesehatan dan asuransi
kecelakaan;
b. Akta kontrak > 1 tahun untuk asuransi pendidikan, bahkan sampai usia
nasabah mencapai 90 tahun.

Jenis resiko yang ditanggung antara lain : meninggal dunia, sakit, cacat dan
pendapatan tetap setelah pensiun.

2. Asuransi umum (general insurance), kemampuan untuk mendapatkan ganti


kerugian atau penghasilan setelah mendapatkan musibah. Unsurnya hanya
proteksi kepentingan Pengelolaan oleh swasta maupun pemerintah. Masa
berlakunya kontrak antara lain, beberapa jam untuk asuransi uang, beberapa
hari/minggu untuk asuransi perjalanan dan asuransi kargo, sampai 12 bulan atau
lebih untuk asuransi kebakaran dan asuransi kendaraan. Resiko yang ditanggung
antara lain : kerugian finansial, akibat sakit, akibat meninggal.

14
3. Asuransi Sosial (social insurance) ialah kemampuan untuk mendapatkan
penghasilan setelah mengalami musibah. Unsurnya hanya proteksi kepentingan
yang dikelola oleh pemerintah. Masa berlaku mulai beberapa menit, sampai
puluhan tahun. Resiko yang ditanggung antara lain : meninggal dunia, sakit, cacat,
pendapatan tetap setelah pensiun. Misalnya : asuransi kesehatan, jasa raharja dan
BPJS.
4. Asuransi Kesejahteraan Sosial (social security insurance) pengaturan dalam
Undang-Undang No.11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial. Asuransi ini
diperuntukkan khusus masyarakat tidak mampu.10
F. Asuransi Rangkap Dan Asuransi Kembali (Reasuransi)
1. Asuransi Rangkap

Pasal 252 KUHD menyatakan bahwa kecuali dalam hal yang diuraikan oleh
ketentuan undang-undang, tidak boleh diadakan pertanggungan untuk waktu yang
sama dan untuk bahaya yang sama atas barang-barang yang telah dipertanggungkan
untuk nilainya secara penuh, dengan ancaman kebatalan terhadap pertanggungan
kedua. Pasal tersebut menyatakan bahwa untuk pertanggungan yang nilainya
dipertanggungkan secara penuh tidak boleh diadakan pertanggungan yang kedua
kali, sebab apabila hal itu terjadi, maka pertanggungan yang kedua batal.Sebab
pertanggungan yang kedua inilah yang disebut dengan “double insurance”.Hal
tersebut dikarenakan mencegah tertanggung untuk mendapatkan ganti kerugian
melebihi nilai benda sesungguhnya.

Apabila terdapat dua pertanggungan untuk obyek asuransi yang sama, maka
berlaku pasal 277 KUHD, yaitu pertanggungan yang kedua akan batal, kecuali
apabila pada pertanggungan pertama tidak ditanggung secara penuh, maka
pertanggungan kedua hanya akan menanggung selebihnya saja. Sedangkan untuk
pembuktiannya dilakukan oleh tertanggung dapat hal kedua penanggung tidak
mengakui siapa penanggung kedua. Sedangkan tertanggung tidak akanmendapatkan
pengembalian premi, dikarenakan bahwa perjanjian rangkap telah dilarang oleh
pasal 252 KUHD, sehingga ada indikasi bahwa tertanggung tidak beritikad baik,
sehingga tidak sesuai dengan pasal 281 KUHD dan penanggung kedua tidak perlu
mengembalikan premi.11
10
Dwi Tatak Subagiyo dan Fries Melia Selviana.Hukum Asuransi, (Surabaya: Refika Petra Media,
2016), 39
11
Dwi Tatak Subagiyo dan Fries Melia, Hukum Asuransi, 35

15
Tujuan dilarangnya asuransi rangkap karena mencegah jangan sampai
terjadi bahwa tertanggung memperoleh ganti kerugian melebihi nilai benda
sesungguhnya, sehingga melanggar prinsip indemnitas.Prinsip indemnitas
merupakan salah satu prinsip dalam asuransi yang memberikan batasan asuransi
sebagai perjanjian yang bermaksud memberi penggantian kerugian, kerusakan atau
kehilangan yang mungkin diderita tertanggung karena tertimpa suatu bahaya yang
pada saat ditutupnya perjanjian tidak dapat dipastikan.

Asuransi rangkap yang dibolehkan diatur dalam Pasal 277 ayat (2) KUH
Dagang yang pada intinya menyatakan bahwa apabila seseorang mengasuransikan
suatu benda dengan benda, risiko dan waktu yang sama dengan minimal dua polis
yang berlainan perusahaan, maka kedua polis tersebut berlaku sah dan mengikat
apabila terjadi risiko yang diperjanjikan dalam polis. Asuransi rangkap yang
dibolehkan selanjutnya apabila terdapat persekutuan penanggung.Hal ini diatur
dalam Pasal 278 KUH Dagang yang menyatakan bahwa “Apabila dalam satu-
satunya polis, meskipun pada hari-hari yang berlainan, oleh berbagai penanggung
telah diadakan penanggungan yang melebihi harga, maka mereka oa itu bersama-
sama, menurut keseimbangan daripada jumlah-jumlah untuk mana mereka telah
menandatangani polis tadi.Memikul hanya harga sebenarnya yang
dipertanggungkan”.

2. Asuransi Kembali (Reasuransi)

Reasuransi adalah istilah yang digunakan saat satu


perusahaan asuransi melindungi dirinya terhadap risiko asuransi dengan
memanfaatkan jasa dari perusahaan asuransi lain.Terdapat banyak alasan yang
menyebabkan perusahaan asuransi melakukan reasuransi.Pembagian atau
penyebaran risiko adalah salah satu alasan reasuransi.Jika perusahaan asuransi
berpendapat bahwa nilai asuransi suatu premi lebih besar daripada nilai yang dapat
ditanggungnya, maka ia dapat membagi risiko yang dihadapinya dengan
mengasuransikan kembali sebagian nilai itu pada perusahaan lain (perusahaan
reasuransi). Dengan dilakukannya reasuransi ini, pada
dasarnya perusahaan asuransi telah melakukan perlindungan terhadap kestabilan
tingkat pendapatannya karena reasuransi telah melindunginya dari potensi kerugian
yang besar. Alasan lain adalah untuk mendapatkan keuntungan sebagai perantara

16
dengan mengasuransikan kembali pada perusahaan reasuransi dengan premi yang
lebih rendah daripada tingkat premi yang dikenakan perusahaan asuransi itu sendiri
pada pelanggannya.12

Di dalam KUHD reasuransi diatur di dalam pasal 271 KUHD, yaitu


penanggung selalu dapat mempertanggungkan lagi segala hal yang telah
dipertanggungkan olehnya.Hal tersebut memiliki arti bahwa perusahaan reasuransi
adalah penanggung dari perusahaan asuransi, sedangkan obyek pertanggungannya
adalah kepentingan perusahaan asuransi dalam melakukan perjanjian
pertanggungan dengan tertanggung, sehingga tidak termasuk dalam asuransi
rangkap.13 Adapun metode dalam reasuransi yaitu:

a. Metode reasuransi secara fakultatif adalah transaksi pertanggungan ulang


antara pihak penanggung pertama dan para penanggung ulang secara bebas,
yaitu para pihak penanggung ulang tidak terikat harus menerima penawaran
pertanggungan ulang. Dengan perkataan lain penanggung ulang dapat
menolak atau menerima penawaran pertanggungan ulang berdasarkan
kebijakan akseptasi yang telah mereka tetapkan.
b. Metode reasuransi secara kontrak (treaty).
Perjanjian antara pihak penanggung ulang professional dengan
penanggung sesuai dengan kontak/pembagian yang telah disepakati oleh
masing-masing peserta treaty sampai dengan batas-batas tanggung
gugat/jawab tertinggi dari tiap kelas risiko berdasarkan persyaratan dan
ketentuan-ketentuan yang disebutkan didalam kontak reasuransi.
c. Metode reasuransi pool dan facultative obligatory
Kerjasama secara pool lazimnya didasarkan pada berbagai sasaran yang dituju
adalah untuk mengatasi berbagai macam persoalan melalui kerjasama yang
saling menguntungkan dan saling membantu antar sesama anggota pool dalam
mewujudkan penyebaran risiko, diantaranya dengan melakukan pertukaran
bisnis.14
G. Klaim Dalam Asuransi
12
Ayu Rifka Sitoresmi. “Reasuransi Adalah Asuransi Bagi perusahaan Asuransi, Pahami Manfaat dan
Metodenya.”Liputan 6, 29 Maret 2021, diakses 22 April 2022,
https://hot.liputan6.com/read/4518393/reasuransi-adalah-asuransi-bagi-perusahaan-asuransi-pahami-
manfaat-dan-metodenya
13
Dwi Tatak Subagiyo dan Fries Melia, Hukum Asuransi, 36
14
Soesi Idayanti dan Fajar Dian Aryani.Hukum Asuransi, (Yogyakarta: Tanah Air Beta, 2020), 48-49

17
Klaim asuransi adalahsuatu tuntutan atau penagihan pembayaran ganti rugi atas
kerugian yang dialami tertanggung kepda penanggung. Tertanggung yang mengalami
kerugian dalam sebuah peristiwa , maka dapat mengecek resikonya yang tercantum
didalam polis. Tertanggung asuransi berhak mengajukan klaim asuransi sebagai bentuk
permintaan pergantian rugi dari kerugian yang telah dialaminya. Penanggung
berkewajiban memberikan klaim asuransi yang diajukan tertanngung. Klaim asuransi
harus melalui prosedur-prosedur

1. Nasabah dapat melaporkan sebuah kejadian atau musibah yang merugikan


baginya disertai pengajuan klaim asuransi dengan syarat menyerahkan dokumen
yang perlu ke bagian klaim
2. Kewajiban perusahaan asuransi adalah memproses dan menerima pengajuan
klaim yang dilakukan oleh nasabah
3. Kedua belah pihak baik antara nasabah dan perusahaan asuransi bersepakat atas
nilai klaim asuransi. Kesepakatan nilai dari klaim asuransi, perusahaan asuransi
berkewajiban membayar nilai klaim asuransi maksimal 30 hari sejak terjadinya
kesepakatan
4. Jika dalam waktu 30 hari nasabah juga belum menerima pembayaran nilai klaim,
nasabah dapat memilih penggunaan penyelesaian secara mediasi atau langsung
mengajukan somasi tanpa mediasi terhadap perusahaan asuransi sebelum proses
gugatan ke pengadilan
5. Jika setelah mediasi ternyata perusahaan asuransi membayarkan klaim
asuransinya, maka permasalahan selesai. Apabila perusahaan asuransi juga tetap
tidak membayarkan klaim asuransi yang telah disetujui meskipun telah dilakukan
mediasi ataupun somasi, maka nasabah dapat melakukan gugatan perdata ke
pengadilan atas dasar wanprestasi
6. Pengadilan memutuskan perkara wanprestasi tersebut. Selanjutnya, nasabah dan
perusahaan asuransi melaksanakan keputusan pengadilan.15
H. Penyelesaian Sengketa

Penyelesaian sengketa adalah suatu penyelesaian perkara yang dilakukan salah


satu pihak dengan pihak dengan pihak lainnya. Sengketa terjadi karena perselisihan atau
pertentangan. Bermula dari suatu pihak yang merasa dirugikan mulai dari melencengnya

15
Florentinus Nugro Hardianto, “Pemodelan Sengketa Klaim Asuransi di Indonesia:
Pendekatan Game Theory,” Bina Ekonomi 21, no. 2 (2017): 163

18
pihak lain dari perjanjian yang telah disepakati bersama dan yang lainnya. Namun jika
pihak yang merasa drugikan kemudian mengatakannya pada pihak yang lain dan
berdiskusi menemukan masalahnya maka kedua belah pihak harus kembali ke perjanjian
awal yang telah mereka buat dan sepakati bersama. Para pihak akan kembali lagi pada
ketentuan yang tercantum dalam perjanjian yang telah disepakati mengenai penyelesaian
sengketa16.

I. Usaha Penunjang Dalam Usaha Asuransi

Usaha penunjang adalah usaha yang menyelenggarakan usaha keperantaraan,


penilaian kerugian asuransi, dan jasa aktuaria sebagaimana disebutkan dalam pasal 2
huruf b undang-udang nomor 2 tahun 1992. Jenis-jenis usaha dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Usaha asuransi kerugian yaitu memberikan jasa dalam penanggulangan resiko ats
kerugian, kehilanhgan mafaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang timbul dari peristiwa tidak pasti
2. Usaha asuransi jiwa yaitu memberikan penanngulangan resiko yang dikaitkan
dengan hidup atau meninggalnya seorang yang dipertanggungkan
3. Usaha reasuransi yaitu memberikan jasa dalan asuransi ulang terhadap resiko yang
dihadapi atau perusahaan asuransi kerugian dan perusahaan asuransi jiwa

Usaha penunjang asuransi dibagi menjadi lima jenis yaitu:

a. Usaha pialang asuransi memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan


asuransi dan penganganan penyelesaian ganti kerugian asuransi dengan
bertindak untuk kepentingan tertanggung
b. Usaha pialang reasuransi memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan
reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti kerugian reasuransi dan
bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi
c. Usaha penilai kerugian asuransi memberikan jasa penilaian terhadap kerugian
pada obyek asuransi yang dipertanggungkan
d. Usaha agen asuransi memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran
jasa asuransi atas nama penanggung
e. Usaha konsultan aktuaria memberikan jasa konsultasi aktuaria

16
Chandra Dewi Puspitasari, Alternatif penyelesaian asuransi melalui badan mediasi
asuransi indonesia (MDAI), (JURNAL CIVICS, 2007) ,6-7

19
20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda yaitu “verzekering atau assurantie”
dan Inggris “insurance”. Di indonesia pengertian asuransi tercantum dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan diatur secara khusus dalam Undang-
Undang Nomor 2 Thaun 1992 tentang usaha perasuransian. Adapun asuransi menurut
pasal 246 KUHD adalah :“Asuransi atau pertanggungjawaban adalah suatu perjanjian,
dengan manaseorang menanggung mengikat diri kepada seorang tertanggung, dengan
menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya
karena suatu peristiwa yang tidak tertentu.

Adapun asas-asas dalam perjanjian asuransi, yaitu asas konsensual, asas


kebebasan berkontrak, asas ketentuan mengikat, asas persamaan, asas kepercayaan
hokum, asas keseimbangan/prorate, asas keseimbangan hokum dan asas itikad baik.
Syarat sah perjanjian asuransi berdasarkan pasal 1320 ayat 1 KUHPerdata yaitu;
kesepakat mereka yang mengikat dirinya, kecakapan untuk mebuat suatu perikatan, suatu
hal tertentu dan suatu sebab yang halal.

Dalam perjanjian asuransi terdapat risiko, kepentingan dan premi.Terdapat dua


macam resiko dalam perjanjian asuransi, yaitu; (1) Risiko Murni, yaitu risiko atau
penyimpangan yang hanya menimbulkan memungkinkan kerugian saja; (2) Risiko
Spekulatif, yaitu risiko atau penyimpangan yang terjadi dapat menguntungkan atau dapat
merugikan.Pasal 268 KHUD bahwa suatu kepentingan yang dapat diasuransikan adalah
semua kepentingan yang dapat dinilai dengan jumlah uang, dapat diancam suatu bahaya
dan tidak dikecualikan dengan undang-undang. Merujuk pada Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2014, premi adalah sejumlah uang yang ditetapkan oleh perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi dan disetujui oleh pemegang polis untuk dibayarkan berdasarkan
perjanjian asuransi, atau sejumlah uang yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mendasari program asuransi wajib untuk memperoleh
manfaat.

21
Dalam Pasal 255 KUHD disebutkan bahwa, suatu pertanggungan harus dibuat
secara tertulis dalam suatu akta yang dinamakan polis.Terdapat empat macam asuransi,
yaitu; asuransi jiwa, asuransi umum, asuransi social dan asuransi kesejahteraan sosial.

Pasal 252 KUHD menyatakan bahwa untuk pertanggungan yang nilainya


dipertanggungkan secara penuh tidak boleh diadakan pertanggungan yang kedua kali,
sebab apabila hal itu terjadi, maka pertanggungan yang kedua batal.Sebab pertanggungan
yang kedua inilah yang disebut dengan asuransi rangkap ataudouble insurance.Hal
tersebut dikarenakan mencegah tertanggung untuk mendapatkan ganti kerugian melebihi
nilai benda sesungguhnya. Sedangkan reasuransi atau asuransi kembali adalah istilah
yang digunakan saat satu perusahaan asuransi melindungi dirinya terhadap risiko asuransi
dengan memanfaatkan jasa dari perusahaan asuransi lain.

Klaim asuransi adalahsuatu tuntutan atau penagihan pembayaran ganti rugi atas
kerugian yang dialami tertanggung kepda penanggung.Penyelesaian sengketa adalah
suatu penyelesaian perkara yang dilakukan salah satu pihak dengan pihak dengan pihak
lainnya. Sengketa terjadi karena perselisihan atau pertentangan.

Usaha penunjang adalah usaha yang menyelenggarakan usaha keperantaraan,


penilaian kerugian asuransi, dan jasa aktuaria sebagaimana disebutkan dalam pasal 2
huruf b undang-udang nomor 2 tahun 1992. Jenis-jenis usaha dibagi menjadi tiga, yaitu;
usaha asuransi jiwa, usaha asuransi kerugian dan usaha reasuransi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Rastuti, Tuti.Aspek Hukum Perjanjian Asuransi, Pustaka Yutisia, Yogyakarta, 201


Teaching Materials Hukum Asuransi, Program Pencangkokan Hukum Ekonomi Fakultas
Hukum UI dan Elips Project, Depok, 1996

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio. KamusHukum. Jakarta:Pradnya Paramita, Cet. Ke 2, 1970

H. Gunanto. Naskah Akademik Peraturan Perundang-undangan tentang Perjanjian Asuransi.


Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1995

Emmy Pangaribun. Hukum Pertanggungan Dan Perkembangannya. Yogyakarta: Liberty,


1983, Hlm. 12. Lihat dan bandingkan dengan Kun Wahyu Wardana . Hukum
Asuransi ProteksiKecelakaan Transportasi. Bandung: Mandar Maju, 2009

Mutia Fauzia. “Polis Asuransi: Pengertian, Isi Dan Fungsinya.” Kompas.com, 23 Agustus
2021, diakses 18 April 2022,
https://money.kompas.com/read/2021/08/23/135334726/polis-asuransi-pengertian-
isi-dan-fungsinya?page=all

Sumarni dan Abdul Tayib. “Polis Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Untuk Mendapatkan kredit
Pada Perusahaan Asuransi,” Unizar Law Review, no. 1 (2019)

Wetria Fauzi, Hukum Asuransi Di Indonesia, (Padang: Andalas University Press, 2019)

Ayu Rifka Sitoresmi. “Reasuransi Adalah Asuransi Bagi perusahaan Asuransi, Pahami
Manfaat dan Metodenya.”Liputan 6, 29 Maret 2021, diakses 22 April 2022,
https://hot.liputan6.com/read/4518393/reasuransi-adalah-asuransi-bagi-perusahaan-
asuransi-pahami-manfaat-dan-metodenya

Soesi Idayanti dan Fajar Dian Aryani.Hukum Asuransi, (Yogyakarta: Tanah Air Beta, 2020)
Florentinus Nugro Hardianto, “Pemodelan Sengketa Klaim Asuransi
di Indonesia: Pendekatan Game Theory,” Bina Ekonomi 21, no. 2
(2017)

Chandra Dewi Puspitasari, Alternatif penyelesaian asuransi melalui badan


mediasi asuransi indonesia (MDAI), (JURNAL CIVICS, 2007)

23

Anda mungkin juga menyukai