Anda di halaman 1dari 8

PENGATURAN

HUKUM JAMINAN
DALAM AL-QURAN
DAN HADITS
DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

M . I Q B A L VA D ’ A Q (18220172)

M O H I Q B A L A L FAYAT (18220147)
Dalam prinsip ekonomi Syariah jaminan diistilahkan dengan menggunakan istilah kafalah.

Al-Kafalah secara etimologi berarti ‫( الضمان‬jaminan), ‫( الحمالة‬beban), dan‫( الزعامة‬tanggungan).

Secara terminologi, sebagaimana yang dinyatakan para ulama fikih selain Hanafi, bahwa kafalah adalah,
"Menggabungkan dua tanggungan dalam permintaan dan hutang”.

Definisi lain adalah, "Jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga yaitu pihak yang
memberikan hutang/kreditor(makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua yaitu pihak yang
berhutang/debitoratau yang ditanggung (makful ‘anhu, ashil)”. (Ahmad Isa Asyur)

PENGERTIAN HUKUM JAMINAN


SYARIAH
DASAR HUKUM JAMINAN DALAM AL-QURAN DAN HADITS.
A. Al-quran.

Dalil syara’ yang menyatakan atau menerangkan tentang kafalah adalah sebagai berikut. Yakni al-
quran surah Yusuf ayat 72 : yang artinya : Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja,
dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan
aku menjamin terhadapnya." (Surah Yusuf : 72 ).

Dalam tafsir Aisarut Tafasir disebutkan bahwa Para pembantu raja menjawab, "Kami sedang
mencari bejana tempat minum raja. Kami akan memberikan hadiah bagi orang yang menemukannya
berupa makanan seberat beban unta." Pemimpin mereka pun menyatakan dan menegaskan hal itu
dengan berkata, "Aku menjamin janji ini."
B. hadits
Jabir Radliyallaahu 'anhu berkata: Ada seorang laki-laki di antara kami meninggal dunia, lalu kami
memandikannya, menutupinya dengan kapas, dan mengkafaninya. Kemudian kami mendatangi Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan kami tanyakan: Apakah baginda akan menyolatkannya?. Beliau
melangkan beberapa langkah kemudian bertanya: "Apakah ia mempunyai hutang?". Kami menjawab: Dua
dinar. Lalu beliau kembali.Maka Abu Qotadah menanggung hutang tersebut. Ketika kami mendatanginya;
Abu Qotadah berkata: Dua dinar itu menjadi tanggunganku. Lalu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Betul-betul engkau tanggung dan mayit itu terbebas darinya." Ia menjawab: Ya. Maka beliau
menyolatkannya. Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan Hakim.
Konsep Jaminan Dalam Hukum Islam
Secara umum jaminan dalam hukum Islam (fiqh) dibagi menjadi dua; jaminan yang berupa orang (personal guarancy) dan jaminan
yang berupa harta benda. Yang pertama sering dikenal dengan istilah dlaman atau kafalah. Sedangkan yang kedua dikenal dengan
istilah rahn. Oleh karena itu, pembahasan berikut akan mengulas kedua macam istilah tersebut menurut hukum Islam.

Kafalah Rahn
Kafalah menurut etimologi berarti al-dhamanah,
Secara etimologi, kata ar-rahn berarti tetap, kekal, dan
hamalah , dan za’aamah, ketiga istilah tersebut
jaminan. Akad ar-rahn dalam istilah hukum positif
memilki arti yang sama, yakni menjamin atau
disebut dengan barang jaminan/agunan.Sedangkan
menanggung. Sedangkan menurut terminologi
menurut istilah ar-rahn adalah Harta yang dijadikan
Kafalah adalah “Jaminan yang diberikan oleh kafiil
pemiliknya sebagai jaminan utang yang bersifat
(penanggung) kepada pihak ketiga atas
mengikat.
kewajiban/prestasi yang harus ditunaikan pihak
kedua (tertanggung)”.
Kafalah Dinilai Sah Menurut Hukum Islam Kalau Memenuhi
Rukun Dan Syarat Yaitu:
1. Kafiil (orang yang menjamin), disyaratkan sudah baligh, berakal, tidak dicegah membelanjakan harta (mahjur) dan
dilakukan dengan kehendaknya sendiri.

2. Makful lah (orang yang berpiutang/berhak menerima jaminan), syaratnya ialah diketahui oleh orang yang menjamin,
ridha (menerima), dan ada ketika terjadinya akad menjaminan.

3. Makful ‘anhu (orang yang berutang/ yang dijamin), disyaratkan diketahui oleh yang menjamin, dan masih hidup
(belum mati).

4. Madmun bih atau makful bih (hutang/kewajiban yang dijamin), disyaratkan; merupakan hutang/prestasi yang harus
dibayar atau dipenuhi, menjadi tanggungannya ( makful anhu), dan bisa diserahkan oleh penjamin (kafiil).

5. Lafadz ijab qabul, disyaratkan keadaan lafadz itu berarti menjamin, tidak digantungkan kepada seauatu dan tidak
berarti sementara.
Rahn Dinilai Sah Menurut Hukum Islam Kalau
Memenuhi Rukun Dan Syarat Yaitu
1. Syarat yang terkait dengan orang yang berakad adalah cakap bertindak hukum. Kecakapan bertindak
hukum, menurut jumhur ulama adalah orang yang telah baligh dan berakal. Sedangkan menurut ulama
Hanafiyah, kedua belah pihak yang berakad tidak disyaratkan baligh tetapi cukup berakal saja.

2. Syarat shigat (lafal). Ulama Hanafiyah mengatakan dalam akad itu ar-rahn tidak dikaitkan dengan syarat
tertentu a Apabila akad itu dibarengi dengan syarat tertentu atau dikaitkan dengan masa yang akan
datang, maka syaratnya batal, sedangkan akadnya sah. tau dikaitkan dengan masa yang akan datang
karena ar-rahn sama dengan akad jual beli.

3. Syarat al-marhum bihi (utang) adalah:


1. Merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada orang tempat berutang.

2. Utang itu boleh dilunasi dengan agunan itu.

3. Utang itu jelas dan tertentu.


KURANG LEBIHNYA MOHON MAAF

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai