Disusun Oleh :
SANTI SUSANTI
Kafalah (Jaminan)
Kafalah ialah jaminan iaitu tanggungjawab ke atas hak orang lain atau seseorang yang
mempunyai tanggungjawab tertentu untuk diambil tindakan atau mendapatkan sesuatu
barang ganti kepada pihak yang berhak. Secara keseluruhannya bermaksud
kesanggupan tanggungjawab seseorang penjamin untuk bertanggungjawab terhadap
oranglain(siberhutang).
Definisi: Perjanjian antara penjamin dan pihak yang menerima jaminan di mana
penjamin menerima tanggungjawab untuk menjelaskan hutang atau membayar ganti
rugi jika sekirannya pihak yang berhutang atau berjanji untuk melaksanankan sesuatu
kerja itu gagal menunaikan tanggungjawabnya.
Islam menggalakkan supaya saling tanggung menanggung antara satu sama lain.
Hutang yang dijamin itu hendaklah yang sah dan wajib dibayar.
pengertian
Hiwalah
secara
istilah,
para
Ulama
utang
dari
tanggung
jawab
seseorang
menjadi
Akad yang menetapkan pemindahan beban utang dari seseorang
kepada yang lain.
4. Muhammad Syatha al-dimyati berpendapat bahwa yang dimaksud
Hiwalah adalah:
Akad yang menetapkan pemindahan utang dari beban seseorang
menjadi beban orang lain.
Menurut Taqiy al- Din Abu Bakar Ibnu Muhammad al- Husaini
Akad yang disepakati dua orang yang bertengkar dalam hak untuk
melaksanakan sesuatu, dengan akad itu dapat hilang perselisihan.
3.
oleh
Wahbah
Zulhaily
shulhu
adalah
akad
untuk
Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah
supaya kamu mendapat rahmat
(Qs. Al Hujurat : 10).
Perdamaian itu lebih baik (Al- Nisa:128)
Disamping
firman-
firman
Allah,
Rasulullah
SAW.
Juga
()
Mendamaikan dua muslim ( yang berselisih) itu hukumnya boleh
kecuali perdamaina yang mengarah kepada upaya mengharamkan
yang halal dan menghalalkan yang haram. (HR. Ibnu Hibban dan
Turmudzi).
Contoh
menghalalkan
yang
haram
seperti
berdamai
untuk
Larangan bagi seseorang untuk melaksanakan akad dan bertindak secara hukum
berlaku dengan sendirinya. Namun, sebagai akibat dari tindakan hukum yang mereka
lakukan, mereka harus mendapat izin dari walinya. Sedangkan orang yang dilarang
memindahtangankan hak miliknya melebihi sepertiga hartanya adalah orang sakit yang
diduga keras penyakitnya tidak akan sembuh lagi, sehingga penyakitnya itu berakhir
dengan kematian.
Segala bentuk jual-beli dari orang seperti ini tidak dilarang. Tindakan
pemindahan hak secara sukarela seperti hibah, wasiat dan sedekah hanya dibolehkan
sampai sepertiga hartanya. Selebihnya tidak dapat dibenarkan.
Ulama Mazhab Syafii dan Hambali mendefinisikan al-Hajr dengan:
Larangan melakukan tindakan hukum terhadap seseorang, baik larangan tindakan
hukum yang ditujukan kepada anak kecil, orang gila dan orang dungu, atau muncul
dari hakim, seperti larangan bagi seseorang pedagang untuk menjual barangnya
melebihi harga pasar
Sementara dalam Buku Fiqh Muamalah yang ditulis Nasrun Haroen (2000)
menjelaskan mengenai Al Hajr atau Pengampuan, sebagai berikut :
Secara etimologi, al-hajr berarti larangan, penyempitan dan pembatasan. Hajara
alaihi hajran, artinya seseorang dilarang melakukan tindakan hukum. Dalam alQuran, kata al-Hajr juga digunakan dalam arti akal, karena akal dapat menghambat
seseorang melakukan perbuatan yang berakibat buruk.
Secara terminologi, dijumpai beberapa definisi al-Hajr yang dikemukakan para
ulama fiqh. Akan tetapi, pada dasarnya, definisi-definisi itu secara substansial adalah
sama. Di kalangan ulama Hanafiyah sendiri terdapat dua definisi, yaitu:
Pertama,
Larangan bagi seseorang untuk melaksanakan akad dan bertindak hukum
terhadap hartanya.
Apabila seseorang yang berstatus di bawah pengampuan melakukan tindakan
hukum dalam bentuk perkataan yang berakibat kepada hartanya, seperti jual beli atau
hibah, maka tindakannya itu tidak dapat dilaksanakan, serta segala akibat akad itu tidak
berlaku, karena akadnya sendiri tidak sah.
Kedua,
Larangan khusus yang berkaitan dengan pribadi tertentu dalam tindakan
hukum tertentu pula.
Apabila orang yang dalam pengampuan melakukan suatu tindakan hukum yang
bersifat ucapan atau pernyataan, transaksi yang ia lakukan itu tidak sah, kecuali bila ia
mendapatkan izin dari walinya (yang mengampunya). Apabila orang yang dalam status
pengampuan melakukan suatu tindakan mengakibatkan kerugian harta benda, maka
kerugian harta benda, maka kerugian itu harus diganti dengan hartanya, jika ia punya
harta, atau diminta kepada wali yang mengampunya. Namun, hukuman yang bersifat
fisik tidak boleh dikenakan kepada orang-orang yang berada dalam pengampuan itu.
Ulama Malikiyah mendefinisikan al-Hajr dengan:
Status hukum yang diberikan syara kepada seseorang sehingga ia dilarang
melakukan tindakan hukum diluar batas kemampuannya, atau melakukan seuatu
tindakan pemindahan hak milik melebihi sepertiga hartanya.
Mereka
berpendapat
bahwa
penentuan
seseorang
berada
di
bawah
Wakalah (Penyerahan)
Dari sekian banyak akad-akad yang dapat diterapkan dalam kehidupan manusia.
Wakalah termasuk salah satu akad yang menurut kaidah Fiqh Muamalah, akad Wakalah
dapat diterima. Wakalah itu berarti perlindungan (al-hifzh), pencukupan (al-kifayah),
tanggungan (al-dhamah), atau pendelegasian (al-tafwidh), yang diartikan juga dengan
memberikan kuasa atau mewakilkan. Adapula pengertian-pengertian lain dari Wakalah
yaitu:
a. Wakalah atau wikalah yang berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian
mandat.
b. Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang sebagai pihak pertama
kepada orang lain sebagai pihak kedua dalam hal-hal yang diwakilkan (dalam
hal ini pihak kedua) hanya melaksanakan sesuatu sebatas kuasa atau wewenang
yang diberikan oleh pihak pertama, namun apabila kuasa itu telah dilaksanakan
sesuai yang disyaratkan, maka semua resiko dan tanggung jawab atas
dilaksanakan perintah tersebut sepenuhnya menjadi pihak pertama atau pemberi
kuasa.
Pandangan Ulama
Wakalah memiliki beberapa makna yang cukup berbeda menurut beberapa
ulama. Berikut adalah pandangan dari para ulama:
a. Menurut Hashbi Ash Shiddieqy, Wakalah adalah akad penyerahan kekuasaan,
yang pada akad itu seseorang menunjuk orang lain sebagai penggantinya dalam
bertindak (bertasharruf).
b. Menurut Sayyid Sabiq, Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang
kepada orang lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.
c. Ulama Malikiyah, Wakalah adalah tindakan seseorang mewakilkan dirinya
kepada orang lain untuk melakukan tindakan-tindakan yang merupakan haknya
yang tindakan itu tidak dikaitkan dengan pemberian kuasa setelah mati, sebab
jika dikaitkan dengan tindakan setelah mati berarti sudah berbentuk wasiat.
d. Menurut Ulama Syafiiah mengatakan bahwa Wakalah adalah suatu ungkapan
yang mengandung suatu pendelegasian sesuatu oleh seseorang kepada orang lain
supaya orang lain itu melaksanakan apa yang boleh dikuasakan atas nama
pemberi kuasa.