Anda di halaman 1dari 19

“KAFALAH”

Kompilasi Hukum
Islam
Kelompok 11:
Katerina Ginting Jawak (102210069)
Kharisma Septi Wahyundari (102210070)

HUKUM EKONOMI SYARIAH B


PENDAHULUAN
Dalam islam kegiatan jual beli diatur dengan baik. Tetapi masih banyak hal- hal
yang belum diketahui oleh banyak orang karena minimnya kesadaran akan hukum islam.
Akad dalam islam sendiri sangat bermacam – macam. Salah satu dari macam- macam
akad dalam islam yaitu akad Kafalah (Dhaman) atau biasa kita sebut dengan Hukum
Jaminan.

Dengan memahami rincian setiap jenis akadnya maka akan terhindar dari hal- hal
yang diharamkan dalam agama islam seperti riba dan akan terhindar dari kerugian
bahkan penipuan. Karena dengan memahami hal- hal tersebut dapat menjadi landasan
dalam memutuskan kegiatan transaksi kita dalam kehidupan sehari – hari apakah sudah
sesuai dengan syariat islam atau belum.
Pembahasan Kafalah

Pengertian dan Dasar 01 02 Macam-Macam


Hukum Kafalah Kafalah

KAFALAH

Penerapan Kafalah
Rukun dan
dalam Perbankan
Syarat Kafalah 03 04
Syariah
PENGERTIAN KAFALAH

Kafalah secara bahasa artinya al-dammanu (menggabungkan), atau al- dammam


(jaminan), hamalah, dan za’amah (tanggungan). Menurut istilah, kafalah merupakan
jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seorang
yang dijamin dengan berpegangan pada tanggung jawab orang lain sebagai
penjamin (kafil).
Menurut al-jaziri yang dikutip oleh ismail, bahwa otoritas tindakan (kafalah) ialah
orang yang diperbolehkan bertindak (berakal sehat) berjanji menunaikan hak yang
wajib di tunaikan orang lain atau berjanji menghadirkan hak tersebut dari pengadilan.

Dari pembahasan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kafalah merupakan


sebuah otoritas kewenangan untuk melakukan penjaminan kepada pihak lain
terhadap sesuatu yang diperbolehkan syariah.
DASAR HUKUM KAFALAH
Kafalah merupakan salah satu bentuk ikatan antar sesama umat manusia
telah disyariatkan baik dalam Al-Quran, Al-hadist, dan ijma ulama.
• Al- Qur’an (Surah Yusuf ayat 72)
ٌْ‫ع ْال َم ِل ِك َو ِل َم ْن َج ۤا َء بِ ٖه ِح ْم ُل بَ ِعي ٍْر واَنَا بِ ٖه ََ ِِي‬ ُ ‫قَالُ ْوا نَ ْف ِق ُد‬
َ ‫ص َوا‬
Artinya :
72. Mereka menjawab, “Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya
akan memperoleh (bahan makanan seberat) beban unta, dan aku jamin itu.”
• Al- Hadits(diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

Artinya: "Penjamin adalah orang yang berkewajiban harus membayar dan hutang juga harus
dibayar". (HR. Ibnu Majah)
• Ijma’ Ulama

Mengenai kafalah para ulama berijma membolehkannya. Orang-orang Islam


pada masa Nubuwwah mempraktikkan hal ini, bahkan sampai saat ini tanpa adanya
teguran dari seseorang ulama-pun. Ketentuan-ketentuan yang menjadi dasar
pembolehan kafalah adalah berupa Kaidah Fiqih yang berbunyi “Pada dasarnya,
semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkan dan
bahaya (beban berat) harus dihilangkan".

Sebagai landasan hukum, Dewan Syariah Nasional mengeluarkan fatwa tentang


kafalah dan menetapkan fatwa Dewan Syariah Nasional No. 11/DSN-MUI/ IV/2000
tentang kafalah yang ditetapkan tanggal 08 Muharram 1421 H atau tanggal 13 April
2000. Fatwa ini menetapkan bahwa pemberian jasa kafalah dilakukan dengan prosedur
masing-masing bank syariah yang memberikan, dengan mengacu pada ketentuan umum
bank garansi yang telah ditetapkan Bank Indonesia dan rukun kafalah yang telah
ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
MACAM – MACAM KAFALAH

Menurut Antonio (2001), kafalah dibagi dalam lima jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Kafalah bin-Nafs. Merupakan akad memberikan jaminan atas diri (personal
quarantee). Sebagai contoh, dalam praktik perbankan untuk bentuk kafalah
bin-nafis adalah seseorang nasabah yang mendapat pembiayaan dengan
jaminan nama baik dan ketokohan seseorang atau pemuka masyarakat.
Walaupun bank secara fisik tidak memegang barang apapun, tetapi bank
berharap tokoh tersebut dapat mengusahakan pembayaran ketika nasabah
yang dibiayai mengalami kesulitan.
2. Kafalah bil-Maal. Merupakan jaminan pembayaran barang atau pelunasan
utang. Bentuk kafalah ini merupakan medan yang paling luas bagi bank untuk
memberikan jaminan kepada para nasabahnya dengan imbalan fee tertentu.
3. Kafalah bit-Taslim. Jenis kafalah ini biasa dilakukan untuk menjamin pengembalian atas
barang yang disewa, pada waktu masa sewa berakhir. Jenis jaminan ini dapat dilaksanakan
oleh bank untuk kepentingan nasabahnya dalam bentuk kerja sama dengan perusahaan
penyewaan (leasing company). Jaminan pembayaran bagi bank dapat berupa deposit/
tabungan dan bank dapat membebankan uang jasa (fee) kepada nasabah itu.
4. Kafalah al-Munajazah. Merupakan jaminan mutlak yang tidak dapat dibatasi oleh
jangka waktu dan untuk kepentingan/tujuan tertentu. Salah satu bentuk kafalah al-
munajazah adalah pemberian jaminan dalam bentuk performance bonds (jaminan
prestasi), suatu hal yang lazim di kalangan perbankan dan hal sesuai dengan bentuk akad
ini.
5. Kafalah al-Muallaqah. Bentuk jaminan ini merupakan penyederhanaan dari kafalah al-
munajazah, baik boleh industri perbankan maupun asuransi, dimana jaminan dibatasi oleh
kurun waktu dan tujuan-tujuan tertentu.
RUKUN DAN SYARAT KAFALAH

MAZHAB HANAFI
Menurut mazhab hanafi, rukun
kafalah ada dua, yaitu ijab dan qabul.
•B

JUMHUR ULAMA
menurut jamhur ulama, bahwa
rukun dan syarat kafalah adalah
sebagai berikut:
2
1
Madmun ‘alayh
Damin, kafil atau za’im Yaitu orang yang berpiutang, syarat-syarat
orang yang berpiutang diketahui oleh orang
yaitu orang yang menjamin. Dalam hal yang menjamin. Orang yang menjamin disebut
ini orang yang menjamin disyaratkan juga makful lahu, orang yang berpiutang
sudah baliqh, berakal, tidak dicegah disyratkan dikenal oleh penjamin karena
menjalankan hartanya (mahjur) dan manusia tidak sama dalam hal tuntunan, hal ini
dilakukan dengan kehendak sendiri. dilakukan demi kemudahan dan kedisiplinan.
3

Madmum ‘anhu atau


4
makful ‘anhu
Yaitu (orang yang berutang), Dalam Madmun bih atau mukful
hal ini orang yang berutang
disyaratkan baligh, berakal, memiliki Yaitu (benda/barang atau
niat yang baik dan berbuat baik untuk orang). Benda atau orang
memenuhi tangung jawabnya disyaratkan dapat diketahui
kepada orang yang menjamin. dan tetap keadaanya.
Penerapan Kafalah dalam
Perbankan Syariah
Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa
Kafalah (bank garansi) merupakan jaminan yang
diberikan bank atas permintaan nasabah untuk
memenuhi kewajibannya kepada pihak lain
apabila pihak yang bersangkutan tidak
memenuhi kewajibannya.
Dan disamping itu jaminan bisa bersifat
kebendaan, seperti hak tanggungan dan jaminan
fidusia serta jaminan perorangan (personal
guarantee). Adapun yang termasuk dalam
jaminan perorangan yaitu badan hukum
(company guarantee) dalam perbankan diberikan
dalam bentuk bank garansi, sebagaimana yang
telah diatur dalam SE Dir BI No: 23/7/UKU, tanggal
18 Maret 1991.
Bank garansi yang diterbitkan oleh suatu bank merupakan pernyataan secara
tertulis untuk mengikatkan diri kepada penerima jaminan apabila dikemudian hari
pihak terjamin tidak dapat memenuhi jaminannya kepada penerima jaminan sesuai
dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah ditentukan. Oleh karena itu,
didalam mekanisme bank garansi terdapat tiga pihak yang terkait:
1) Bank sebagai penjamin
2) Nasabah sebagai terjamin atas permintaannya
3) Permintaan jaminan
Dalam pemberian garansi, bank biasanya meminta setoran jaminan dengan jumlah
tertentu (bisa sebagian atau seluruhnya) dari total nilai obyek yang dijaminkan.
Dalam buku konsep, produk, dan implementasi operasional bank syariah, surat
garansi yang dikeluarkan oleh bank garansi dapat dibagi menjadi lima bentuk surat
penjaminan garansi yang dikeluarkan oleh bank penjamin kepada yang dijamin
supaya proyek usaha atau bisnisnya bisa selesai berdasarkan jangka waktu yang telah
disepakati dengan pemilik proyek, diantaranya:
1. Bid Bond
2. Performance Bond
3. Advance Payment Bond
4. Rentention Bond
5. Custom Bond
SKEMA KAFALAH
Secara umum, aplikasi al-kafalah dalam perbankan
syariah dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Bank sebagai lembaga keuangan menjamin pihak


yang ditanggung (nasabah), dengan menyerahkan
jaminan (Garansi Bank) kepada tertanggung
(pihak ketiga/pemilik proyek) apabila di
kemudian hari nasabah melakukan cedera
(ingkar) janji/ wanprestasi.

2. Nasabah (pihak yang ditanggung) memiliki


kewajiban kepada pemilik proyek untuk
menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan
perjanjian kerja yang disepakati antara pihak
yang ditanggung/pihak pelaksana kerja dengan
pihak tertanggung/ pihak pemberi kerja.
BERAKHIRNYA AKAD WAKALAH
Akad kafâlah atau dhamân ini akan berakhir dengan hal-hal berikut:
▪ Hutang atau hak wajib terlunasi, baik dari yang berhutang (al-madhmûn ‘anhu)
atau penjamin (dhâmin) atau orang lain.
▪ Pemaafan dari pemilik piutang atas hutang orang yang dijamin dan dari
penjaminnya.
▪ Apabila penjamin (kafîl) berdamai dengan pemilik hak wajib (makfûl lahu) dari
hutang dengan kompensasi tertentu.
▪ Pengalihan hutang dari Kafîl kepada orang lain dengan benar atau pengalihan
hutang oleh pemilik hutang kepada orang lain dengan benar, karena pengalihan
hutang seperti serah terima.
▪ Apabila ada penggagalan hutang yang dijamin atau gugur.
▪ Dengan sebab hilangnya tanggung jawab pemilik hutang, maka tanggung jawab
penjamin juga hilang. Dengan ini berarti akad kafâlah telah selesai.
▪ Hilangnya harta tertentu yang dikafâlah atau barang yang dijadikan jaminan hancur
bukan karena perbuatan manusia.
▪ Apabila akibat perbuatan manusia maka dhamân tidak selesai dan wajib bagi yang
merusak atau menghilangkannya untuk menggantinya.
▪ Pemilik piutang wafat dan seluruh harta warisnya menjadi hak orang yang berhutang,
maka kafîl lepas dari kafâlahnya.
▪ Apabila kafîl melunasi hutang dan pemilik hutang memiliki piutang pada kafîl dengan
nominal yang sama dengan hutangnya, sehingga selesailah kafâlah dengan hal itu.
Seakan-akan ada barter antara hutangnya dengan piutangnya yang ada pada kafîl.
▪ Kafâlah an-nafsi berakhir apabila kafîl telah menyerahkan yang dijamin
kepada yang menuntutnya di tempat yang mampu digapai oleh
penuntut untuk menghadirkannya di persidangan.
▪ Kematian kafîl mengakhiri akad kafâlah apabila tidak ada kecerobohan
atau sikap tidak benar. Apabila ada indikasi kecorobohan semasa
hidupnya maka kafâlah tetap berjalan dan diambilkan dari harta
warisannya dalam rangka menjaga hak pemilik piutang.
▪ Dalam kafâlah an-nafsi, kematian orang yang dijamin menghilangkan
kafâlahnya, karena kafîl hanya diharuskan menghadirkan yang dijamin
dan itu tidak mungkin dengan kematiannya.
SEKIAN &
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai