Anda di halaman 1dari 9

Makalah Tentang

KAFALAH
Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Muamalah

Disusun oleh :

Mukhtar Adinugroho 09181453012

Angga Khoerul Umam 091814553027

MAGISTER SAINS EKONOMI ISLAM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Diantara masalah-masalah yang banyak melibatkan anggota masyarakat dalam
kehidupan sehari – hari adalah masalah muamalah (akad, transaksi) dalam berbagai bidang.
Karena masalah muamalah ini langsung melibatkan manusia dalam masyarakat,maka
pedoman dan tatanannya pun perlu dipelajari dan diketahui dengan baik, sehingga tidak
terjadi penyimpangan dan pelanggaran yang merusak kehidupan ekonomi dan hubungan
sesama manusia.

Kesadaran muamalah hendaknya tertanam lebih dahulu dalam diri masing masing,
sebelum orang terjun kedalam kegiatan muamalah itu.Pemahaman agama, pengendalian diri,
pengalaman, akhlaqul karimah dan pengetahuan tentang seluk beluk muamalah hendaknya
dikuasai sehingga menyatu dalam diri pelaku (pelaksana) muamalah itu. Kegiatan muamalah
ini sangat banyak salah satu diantaranya adalah akad al –kafalah yang akan kami bahas dalam
makalah kami, sebagai salah satu bentuk aktifitas ekonomi, kafalah atau jaminan menjadi hal
yang amat sering dilakukan oleh masyarakat dalam berbagai transaksi ekonomi demi
memenuhi kebutuhan. Dalam Islam, kafalah selain dilakukan oleh masyarakat secara ’urf,
juga dapat ditemukan dasar-dasarnya secarasyar’iyah sebagaimana ditemukan aktifitas
kafalah yang direkam dan dijustifikasi oleh al-Qur’an, al-Hadis, dan juga telah menjadi ijma
ulama’.
Seiring perkembangan zaman, kafalah pun mengalami perkembangan dan modifikasi
sebagaimana terlihat dalam aktifitas ekonomi modern bersangkut paut dengan penerapannya
dalam masyarakat secara langsung maupun melalui dunia perbankan dalam rangka memenuhi
kebutuhan dengan tetap berada dalam bingkai syari’ah.
B. Rumusan masalah?

1. Apa pengertian dari kafalah baik secara etimologi maupun terminologi?


2. Bagaimana tijauan hukum kafalah serta syarat dan rukunya?
3. Bagaimana Implementasi kafalah di lembaga keuangan syariah?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Secara bahasa , al-kafalah berarti al-dhamm (jaminan/pemngamanan) atau al-iltizam
(wajib dan mengikat/terikat). 1. Kata dhamman digunakan untuk jaminan atas utang,
sedangkan dalam kafalah berkaitan dengan jaminan untuk menghadirkan terdakwa
dalam sidang mengenai sengketa utang-piutang serta yang lainnya yang terkadang
disebut Kafalah Bi Al-Nafs atau Kafalah Bi Al-Wajh.
Dalam pengertian secara bahasa ada dua kelompok ulama yang memiliki pandangan
berbeda antara lain:
1. Ulama hanafiah dan hanabilah berpendapat bahwa arti kafalah secara bahasa adalah
al-dhamm, yaitu menggabungkan (menggabungkan kewajiban yang berhutang sehingga
menjadi utang penjamin)
2. Ulama syafi’iah berpendapat bahwa arti kafalah secara bahasa adalah al-iltizam.
Yaitu mengharuskan dirinya sendiri atas sesuatu yang sebenarnya bukan kewajibannya.
Secara istilah al-kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung, atau dalam
pengertian lain kafalah berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijaminkan
dengan berpegang pada tanggungjawab orang lain sebagai penjamin 2.

B. Tinjauan Hukum Kafalah


Dalil atau dasar hukum akad kafalah bersumber dari Al-quran, sunah, dan ijma,
dalam dalil Al-qur’an legalitas atau keabsahan akad kafalah terdapatb dalam QS. Yusuf
ayat 72: “penyeru-penyeru itu berseru, ‘kami kehilangan piala raja dan barang siapa
yang dapat mengembalikannya akan memperoleh makanan seberat beban unta dan
aku menjamin terhadapnya”.
Dalam hadits riwayat bukhari disebutkan :”telah dihadapkan kepada Rasulullah saw
(mayat seorang laki-laki untuk dishalatkan).. rasululklah bertanya “apakah dia
mempunyai warisan?” para sahabat menjawab, “tidak” rasulullah bertanya lagi,

1
Pengertian kafalah secara bahasa tercantum dalam surat Ali imran (3) Allah berfirman “... dan dia
menyerahkan pemeliharaannya (mariam) kepada zakaria..” (fiqih muamalah maliyah: 190)
2
Agus Haryadi dkk, pengantar fiqih muamalah (Bogor: LPPM Tazkia.2007) hal 147
“apakah dia mempunyai hutang?” sahabat menjawab,”sebesar tiga dinar”, rasulullah
saw menyuruh para sahabat untuk men-shalatkannya 9tetapi beliau sendiri tidak). Abu
qatadah lalu berkata, “ saya menjaminkan hutangnya. Ya rasulullah”, maka rasulullah
saw pun men-shalatkan mayat tersebut.
Menurut ijma para ulama fiqih berpegang teguh pada ijma’ para sahabat, yaitu pada
praktek-praktek yang dilakukan khulafah rasyidin dan sahabat tabi’in diriwayatkan,
abdullah ibn mas’ud akan menanggung (menjamin) keluarga kaum murtad setelah
mereka diminta untuk bertaubat (al-Adzim, 1996, hal.447).
Terkait dengan akad kafalah MUI mengeluarkan fatwa yang termaktub dalam fatwa
dewan syariah nasional nomor 11/DSN-MUI/2000, dalam fatwa tersebut MUI
menetapkan tiga ketetapan yang terdiri dari ketentuan umum, rukun dan syarat
kafalah, dan ketetapan terkait dengan sengketa atau perselisihan yang terjadi dalam
akad. Pada ketentuan umum akad kafalah MUI menetapkan tiga ketentuan yang isisnya
sebagai berikut:
1. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan
kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad).
2. Dalam akad kafalah, penjamin dapat menerima imbalan (fee) sepanjang tidak
memberatkan.
3. Kafalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak.
C. Rukun dan Syarat Kafalah
Syarat-syarat akad secara umum dapat menghacu pada ketentuan kitab undang-
undang hukum perdata yang membedakan rukun dari dua sisi sehingga menetukan
syaratnya pun berdasarkan kategori tersebut, yaitu rukun mengenai subjek dan objek
serta bentuk akad atau perjanjiannya.
Dari segi subjek atau personalia hukum, akada kafalah terdapat tiga personalia hukum
yaitu:
1. Kafil (penjamin, yaitu pihak yang menjaminkan atau pihak yang dituntut/ditagih
untuk membayarkan kewajiban harta yang menjadi tanggung jawab pihak yang
berhutang atau yang dijamin.
2. Makful ‘anhu (madin/ashil), yaitu pihak yang dijamin atau pihak yang berutang yang
dijamin.
3. Makful lahu (da’in), yaitu pihak yang menerima jaminan atau pihak yang memiliki
piutang yang dijaminkan.
Adapun pada syarat mengenail makful bih (objek kafalah), yaitu:
1. Makful bih harus sesuatu yang menjafi tanggung jawab pihak ashil, baik berupa
utang, barang, maupun jiwa atau perbuatan.
2. Makful bih harus berupa sesuatu yang mampu ditunaikan atau dipenuhi oleh
penjamin (kafil) dan termasuk perbuatan yang boleh dilakukan oleh kafil.
Rukun kafalah sendiri terdiri atas sighat kafalah (ijab qabul), makful bih (objek
tangungan), kafil (penjamin), makful ‘anhu (tertanggung), makful lahu (penerima hak
tanggungan).
 Sighat bisa diekspresikan dengan ungkapan yang menyatakan adanya kesanggupan
untuk menanggung sesuatu, sebuah kesanggupan untuk memnunaikan kewajiban, yang
pada intinya ungkapan tersebut menyatakan kesanggupan untuk menjamin sebuah
kewajiban.
 Makful bih, harus bersifat mengikat terhadap diri tertanggung, dan tidak bisa
dibatalkan tanpa adanya sebab syar’i, dan juga objek tersebut harus merupakan
tanggungjawab penuh pihak tertanggung.
 Kafil, haruslah orang yang berjiwa filantropu, orang yang terbiasa berbuat baik demi
kemaslahatan orang lain, selai itu harus juga orang yang telah baligh dan berakal.
 Makful anhu, adalah kemampuannya untuk menerima objek pertanggungan, baik
dilakukan oleh diri pribadinya atau orang lain yang mewakilinya, selain itu makful ‘anhu
harsu dikenal baik oleh pihak kafil.
 Makful lahu, harus dikenali oleh kafi guna meyekinkan pertanggungan yang menjadi
bebannya dan mudah untuk memenuhinya.
D. Implementasi Kafalah
1. Jenis Kafalah
Secara garis besar akad kafalah dibedakan menjadi 3 yaitu al-kafalah bil maal dan al-
kafalah bin-nafs dan al-kafalah bil a’yan. Al-kafalah bil maal sendiri merupakan
jaminan pembayaran barang atau pelunasan utang, akad kafalah ini akan berakhir
ketika obyek pertanggungan sudah terbayarkan kepada penerima tanggungan, baik
oleh tertanggung atau pun dari pihak fafil. Sedangkan al-kafalah bin-nafs adalah akad
pemberian jaminan atas diri (personal guarantee), akad ini akan berakhir ketika
makful bihi telah menyerahkan diri dan hadir di hadapan makful lahu, dan
menyelesaikan akad pertanggungan, diri kafil mendapatkan pembebasan dari makful
lahu, maka akad kafalah berakhir, atau ketika makful ‘anhu meninggal dunia.Terakhir
adalah al-kafalah bil a’yan yaitu jaminan mengenai (kuantitas/kualitas) barang dan
jaminan mengenai serah terima barang
2. Fee dalam kafalah
Akad kafalah merupakan bagian dari akda tabarru (derma), beberapa ulama fiqih
menyatakan bahwa, dalam akad kafalah, seoarang kafil tidak diperkenankan
mengambil fee (upah) atas pertanggungan yang telah diberikan kepada makful
‘anhu, dikarenakan melakukan penjaminan merupakan salah satu bentuk taat
kepada Allah dan Rasul-Nya, yang artinya akad ini termasuk akad tabarru yang
konpensasinya dari Allah swt.
Namun demikian, sebagian ulama fiqih menyatakan, barang siapa yang melakukan
usaha yang bermanfaat bagi orang lain, maka ia berhak menerima kompensasi, baik
dipersyaratkan ataupun tidak. Hal ini disandarkan pada hadits Nabi SAW yang
diriwayatkan hakim dari ibnu umar ra. yang menyatakan bahwa “ barang siapa
berbuat kebajikan kepada orang lain, maka ia berhak mendapatkan kompensasi”.
DAFTAR PUSTAKA

Djuaini, basri, arifin dkk. 2007. Pengantar fiqih muamalah: landasan manajemen dan
transaksi bisnis. Bogor: LPPM – TAZKIA.
Mubarok, Hasanudin. 2017. Fiqih muamalah maliyah: akad tabarru’. Bandung: simbiosa
rekatama media.
Suhendi, Hendi, 2008, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Mardani,2012, Fiqh Ekonomi Syari’ah” Fiqih Muamalah, Jakarta: Kencana.
Ahmad Isa Asyur, 1995, Fikih al-Muyassar fi al-Muamalah. Solo: Pustaka Mantiq.
REVIEW JURNAL

Judul
KAJIAN KAFALAH PADA KOPERASI JASA
KEUANGAN SYARIAH AS-SAKINAH DIKAMAL
BANGKALAN
Jurnal
Jurnal Infestasi

Volume
Volume .9 nomer 2

Tahun
Desember 2013

Penulis
Weni Krismawati
Robiyatul Auliyah
Yuni Rimawati
Reviewer
Mukhtar Adinugroho

Tanggal 30 Oktober 2018

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui implementasi


kafalah pada KJKS As Sakinah
,Kamal,Bangkalan
Subyek Penelitian
Para lembaga keuangan syariah terutama
BMT atau koperasi syariah dalam
mempratikkan akad kafalah ini.

Metode Penelitian Jenis dan pendekatan penelitian ini adalah


kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Sumber penelitian ini berasal dari data
sekunder
Judul
THE APPLICATION OF AL KAFALAH
IN ISLAMIC INTERNATIONAL TRADE
FINANCING PRODUCTS
Jurnal
GJAT Journal

Volume
Vol. 5 Issue 1

Tahun
June 2015

Penulis
Ahmad Khilmy Abdul Rahim

Reviewer
Mukhtar Adinugroho

Tanggal 30 Oktober 2018

Tujuan Penelitian
Melihat dan menganalisis aplikasi
kontrak kafalah dalam produk
pembiayaan jaminan perkapalan dan
jaminan bank
Subyek Penelitian
Produk produk pembiayaan perdagangan
antar bangsa Islam dalam dunia perbankan
Islam di Malaysia

Metode Penelitian Menggunakan metode kualitatif dan teknik


pengumpulan data dengan menggunakan
literature dan juga penelitian langsung
dilapangan

Anda mungkin juga menyukai