(KAFALAH)
FIQIH MUAMALAH
DOSEN PENGAMPU
H.FATCHURROHMAN. S.AG.MPD
i
Daftar Isi
Cover...................................................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Definisi Kafalah.....................................................................................................2
B. Definisi Kafalah Menurut Ulama Fiqih..................................................................3
C. Landasan Hukum Kafalah......................................................................................4
D. Rukun dan Syarat Kafalah......................................................................................6
E. Tujuan Kafalah.......................................................................................................6
F. Macam-Macam Kafalah.........................................................................................7
G. Orang yang Dapat Ditanggung...........................................................................9
H. Kewajiban Penanggung......................................................................................9
I. Terjadinya Perjanjian Kafalah..............................................................................10
J. Berakhirnya Kafalah............................................................................................10
BAB III PENUTUP.........................................................................................................12
Kesimpulan..................................................................................................................12
Daftar Pustaka..................................................................................................................13
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia usaha, modal merupakan sesuatu yang sangat penting.
Modal tersebut dapat bersifat material atau immaterial. Untuk memenuhi
kebutuhan modal, soerang pengusaha bisa menggunakan modal sendiri
atau meminjam kepada pihak lain seperti bank dengan akad qardhun.
Untuk melakukan pinjaman tersebut biasanya diperlukan beberapa syarat,
diantaranya kelayakan usaha, adanya kepercayaan, dan adanya jaminan.
Berkaitan dengan jaminan, dalam ajaran Islam dikenal dengan
konsep kafalah yang termasuk juga didalam jenis dhamman. Untuk itu
dimakalah ini akan membahas dan mengupas tentang kafalah.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi kafalah ?
2. Apa landasan hukum kafalah ?
3. Apa saja rukun kafalah ?
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Kafalah
Secara bahasa, al-kafalat berarti al-dhamm (genggaman/pegangan),
dan al-dhaman (tanggungan/pinjaman). Ia disebut juga al-dhamanat
(penjaminan), al-hamalat (denda, tanggungan) dan al-za’amat
(penjaminan, dan harta yang paling utama). Dengan demikian, banyak
ulama seperti Ali Fikri, ‘Abd al-Rahman al-Juzairi, dan ibn Muflih yang
mempersamakan antara al-kafalat dan al-dhaman. Ulama Malikiyah
mengatakan, al-dhaman, al-kafalat, dan al-hamalat memiliki arti yang
sama. Keragaman kata yang dipergunakan oleh para ulama dan dipandang
semakna dengan al-kafalat, bila dilihat dari proporsional berdasarkan adat
kebiasaan adalah wajar. Hal ini karena, kata al-dhaman merujuk kepada
pengertian penjaminan mengenai hutang; al-za’amat merujuk kepada
pengertian pinjaman harta dalam jumlah besar; dan jaminan untuk
menghadirkan seseorang dalam menyelesaikan masalah al-qishas atau
hutang disebut al-hamalat atau kafalat di al-nafs.1
Secara terminologi, al-kafalat ialah penjaminan seseorang terhadap
orang lain yang berkenaan dengan jiwa, hutang atau zat benda. 2 Dewan
Syariah Nasioanl (DSN) mengartikan kafalah, yaitu jaminan yang
diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (makhful’anhu, ashil).
Menurut Bank Indonesia (BI), kafalah adalah akad pemberian jaminan
(makful alaihi) yang diberikan satu pihak kepada pihak lain dimana
pemberi jaminan (kafiil) bertanggung jawab atas pembayaran kembali
suatu utang yang mejadi hak penerima jaminan (makful), atau jaminan
yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (makhful’anhu,
ashil). Semakna dengan itu, dalam KUH Perdata pasal 1820 dinyatakan
bahwa “penanggungan adalah persetujuan dengan mana seorang pihak
1
Atang Abd. Hakim, Fiqih Perbankan Syari’ah Transformasi Fiqih Muamalah ke dalam Peraturan
Perundang-Undangan, PT. Refika Aditama, Bandung, 2011, h. 276-277.
2
Atang Abd. Hakim, ibid.,., h. 277.
2
3
3
Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan
Syariah, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, h. 221.
4
Atang Abd. Hakim, op.cit. h. 279.
5
Qodly iyadh, Makalah al-kafalah, http://al-qodhi.blogspot.co.id, 19 Februari 2017.
4
6
Faturrahman, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah, h.
222.
5
janji mereka, Maka Ya'qub berkata: "Allah adalah saksi terhadap apa
yang kita ucapkan (ini)".7
b. Q.S. Yusuf (12): 72
7
Departemen Agama RI, Al-‘Aliyy Al-Qur’an dan terjemahannya, Bandung, CV Penerbit
Diponegoro, 2005. H. 182.
8
Departemen Agama RI, Al-‘Aliyy Al-Qur’an dan terjemahannya, h. 183.
6
9
Faturrahman, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah, h.
222.
10
Faturrahman, Penerapan . . ., h.223.
11
Veitzhal Rivai, Arifiandy Permata Veitzhal, dan Marissa Greace Haque Fawzi, Islamic
Transaction Law in Business dari Teori ke Praktik, PT Bumi Akasara, Jakarta, 2011, h. 100.
7
F. Macam-Macam Kafalah
Pertanggungan atau kafalah dalam syari’at Islam ada dua jenis
yaitu12:
1. Kafalah bil Wajhi
Kafalah bil wajhi lazim juga diistilahkan kafalah dengan jiwa, dalam
hal ini ada kemestian agar pihak kafil menghadirkan orang yang ia
tanggung (makful lahu). Kafalah bil wajhi ini dibolehkan jika
pertanggungan itu menyangkut persoalan hak manusia. Orang yang
dijamin tidak disyaratkan untuk mengetahui persoalan, sebab kafalah ini
hanya menyangkut badan, bukan berbentuk harta.
2. Kafalah dengan Harta
Kafalah dengan harta ini maksudnya, perjanjian kafalah diadakan itu
menyangkut pemenuhan yang bernilai benda/harta.
a. Kafalah bi ad-dain
Kafalah bi ad-dain ini adalah penjaminan oleh kafil untuk
membayar utang orang yang ditanggungnya. Pembolehan kafalah ini
dalam syari’at Islam didasarkan kepada hadis Salamah bin Al Akwa,
yang mana Nabi Muhammad SAW, tidak mau menshalatkan orang
yang mati, disebabkan orang yang telah meninggal tersebut masih
mempunyai kewajiban untuk membayar utangnya. Lalu Qatah
mengatakan : wahai Rasulullah, shalatkanlah dia, dan saya yang
berkewajiban membayar utangnya, lalu kemudian Rasulullah
menshalatkannya.
Menyangkut sahnya pertanggungan terhadap utang seseorang ini
haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Hendaknya nilai barang tersebut tetap pada waktu terjadinya
perjanjian penjaminan.
2) Bahwa barangnya harus diketahui secara jelas.
12
Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Sinar Grafika,
Jakarta, 1996, 151-152.
8
b. Kafalah bi Al-‘Ain
Kafalah untuk menyerahkan ini adalah jaminan untuk
menyerahkan barang atau benda sesuai dengan waktu yang
diperjanjikan. Misalnya penyerahan barang terhadap pembayaran yang
didahulukan, berarti dalam hal ini penanggung menjamin hak si
pembeli.
c. Kafalah bi Ad-Darak
Yaitu kafalah atau tanggungan terhadap apa yang timbul atas
barang yang dijual, berupa kekhawatiran karena adanya sebab yang
mendahului akad jual beli. Dengan demikian, kafalah dalam hal ini
adalah jaminan terhadap hak pembeli dari pihak penjual, apabila
terhadap barang yang dijual ada pihak lain yang merasa memiliki.
Seperti barang yang diperjualbelikan ternyata dimiliki orang lain, atau
sedang digadaikan kepada pihak lain.13
Terdapat beberapa macam kafalah menurut para ulama, antara lain
sebagai berikut14:
1. Kafalah bil mal, adalah suatu bentuk kafalah dimana penjamin terikat
untuk membayar kewajiban yang bersifat harta.15
2. Kafalah bin nafs, adalah jaminan diri dari si penjamin. Dalam hal ini
bank dapat bertindak sebagai juridical personality,yang dapat
memberikan jaminan untuk tujuan tertentu.
3. Kafalah bit taslim, adalah jaminan yang diberikan untuk menjamin
pengembalian barang sewaan pada saat masa sewaannya berakhir. Jenis
pemberian jaminan ini dapat dilaksanakan oleh bank untuk keperluan
nasabahnya dalam bentuk kerja sama dengan perusahaan atau leasing
company. Jaminan pembayaran bagi bank dapat berupa
deposito/tabungan dan pihak bank diperbolehkan memungut uang jasa
(fee) kepada nasabah tersebut.
13
Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, Amzah, Jakarta, 2010, h. 443.
14
Faturrahman, Penerapan . . ., h. 227.
15
Ahmad Wardi Muslich, Fiqih. . ., h. 443.
9
16
Faturrahman, Penerapan . . ., h. 223-224.
17
Faturrahman, Penerapan . . ., h. 224-225.
10
18
Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, h. 150-151.
11
19
Bayu Pamungkas, Makalah Kafalah, http://desbayy.blogspot.co.id, 19 Februari 2017.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Kafalah adalah "Jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil)
kepada pihak ketiga yaitu pihak yang memberikan hutang/kreditor (makful
lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua yaitu pihak yang
berhutang/debitoratau yang ditanggung (makful ‘anhu, ashil)”.
Landasan hukum kafalah bersumber dari Al-Qur’an yaitu terdapat
pada Q.S. Yusuf ayat 66 dan ayat 72, Al-Sunnah, dan Ijma.
Rukun-rukun kafalah yaitu:
1. Kafil (penjamin)
2. Makful ‘ahu (orang yang berhutang)
3. Makful lahu (orang yang berpiutang), dan
4. Makful bih (objek jaminan).
12
Daftar Pustaka
Djamil, F. (2012). Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syari'ah. In T. d. Suryani, Penerapan Hukum Perjanjian dalam
Transaksi di Lembaga Keuangan Syari'ah (pp. 221-232). Jakarta: Sinar
Grafika.
Iyadh, Q. (2013, April 16). Makalah Al-Kafalah. Retrieved Februari 19, 2017,
from Makalah Al-Kafalah: http://al-qodhi.blogspot.co.id
Pamungkas, B. (2015, Mei 30). Makalah Kafalah. Retrieved Februari 19, 2017,
from Makalah Kafalah: http://desbayy.blogspot.co.id
13