Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
BOJONEGORO
2024
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohiim
Puji Syukur ke hadirat ALLAH SWT, yang telah melipahkan rahmat dan hidayah-nya,
sehingga penulisan makalah yang berjudul “Tafsir Ayat-ayat Tentang Hukum Wakalah dan
Kafalah’”, dapat terselesaikan.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Hukum Bisnis Islam
pada program studi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri
Bojonegoro pada semester genap 2024.
Pada kesempatan ini, kami dari kelompok 7 menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih kepada yang terhormat :
Tidak dapat di pungkiri , keterbatasan penulis dalam menyusun makalah ini, masih jauh
dari kata sempurna, banyak terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, segala saran dan kritik dari
berbagai pihak sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kepentingan
kemajuan dunia pendidikan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kesimpulan ...............................................................................................................6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Banyak sekali di zaman sekarang permasalah mu’amalah yaitu hubungan manusia
perindividu khusunya Wakalah Dan Kafalah yang kurang paham bahkan tidak paham
sama sekalihukum dan tatacara melakukan nya, dan yang lebih penting landasan atau
dasar hukum mu’amalah tersebut tidak di pelajari dengan benar maka akan berakibat
fatal,yang
mana pertama tadi suatu pekerjaan yang mulia dikarenakan bisa membantu sesama, te
tapi dengantidak mengetahui landasan hukum benar ditakutkan tidak sesuai yang
dianjurkan syariah.
Manusia yang merupakan makhlukat yang mempunyai banyak kelemahan yang
sangatmemerlukan bantuan sesama manusa yang lain wakalah sangat berperan penting
dalamkehidupan sehari-hari. Karena wakalah dapat membantu seesorang dalam
melakukan pekerjaanyang tidak dapat dilakukan oleh orang tersebut, tetapi pekerjaan
tersebut masih tetap berjalanseperti layaknya yang telah direncanakan oleh si
muwakkil, tidak jauh beda halnya dengan kafalah. Hukum wakalah adalah
diperbolehkan, bisa menjadi sunnah, makruh, haram, atau bahkan wajib sesuai
dengan niat pemberi kuasa, pekerjaan yang di kuasakan atau factor lain yang mendasar
dan mengikutinya
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari Wakalah dan Kafalah?
2. Ayat Al-Qur’an apa saja yang memuat kandungan hukum tentang Waklah dan
Kafalah?
3. Bagaimana uraian dari ayat tentang hukum Wakalah dan Kafalah?
D. Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi dari Wakalah dan Kafalah.
2. Dapat mengetahui ayat Al-Qur’an yang terkandung tentang hukum Wakalah
dan Kafalah.
3. Dapat mengetahui uraian ayat Al-Qur’an yang terkandung tentang hukum
Wakalah dan Kafalah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1 Helmi Karim. Figh Muamalah (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, Cet. III, 2002), 20,
2 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Komus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), 1579
3 Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2008), 120-121
4 Abu Bakar Muhammad. Figh Islam (Surabaya: Karya Abbditama, 1995), 163
2
mengirimkan sesuatu. Orang yang di minta di wakilkan harus menyerahkan
barang yang akan dia kirimkan untuk untuk orang lain kepada yang mewakili
dalam suatu kontrak Penerima kuasa (wakil) boleh menerima komisi (al-ujur)
dan boleh tidak menerima komisi (hanya mengharapkan ridho Allah/ tolong
menolong). Tetapi bila ada komisi atau upah maka akad nya seperti akad ijarah
sewa menyewa. Wakalah dengan imbalan di sebut dengan wakalah bil -ujrah,
bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak.Berdasarkan
definisi-definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan al-wakalah adalah penyerahan dari seseorang kepada orang lain untuk
mengerjakan sesuatu, dan perwakilan berlaku selama yang mewakilkan masih
hidup
2. Pengertian Kafalah
Bahwa dalam rangka menjalankan usahanya, seseorang sering memerlukan
penjaminan dari pihak lain melalui akad kafalah, yaitu jaminan yang diberikan
oleh penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak
kedua atau yang ditanggung (makfuul 'anhu, ashil) Al-kafalah merupakan
jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga yang
memeneuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian
lain kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin
dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin 5 Al-
kafalah menurut bahasa berarti al-Dhaman (jaminan), hamalah (beban), dan za
"mah (tanggungan). Menurut Sayyid Sabiq yang di maksud dengan al-kafalah
adalah proses penggabungan tanggungan kafil menjadi beban ashil dalam
tuntutan dengan benda (materi) yang sama baik utang barang maupun
pekerjaan.Menurut syariah, kafalah adalah suatu tindak penggabungan
tanggungan orang yang menanggung dengan tanggungan penanggungan utama
terkait tuntutan yang berhubungan dengan jiwa, hutang, barang, atau pekerjaan.
Kafalah terlaksana dengan adanya penanggung, penanggung utama, pihak yang
ditanggung haknya, dan tanggungan. Penanggung atau disebut kafil adalah
orang yang berkomitmen untuk melaksanakan tanggungan. Syarat untuk
menjadi kafil adalah harus baligh, berakal sehat, memiliki kewenangan secara
leluasa dalam menggunakan hartanya dan ridha terhadap tindak
3
penanggungnya. Penanggung utama adalah orang yang berhutang, yaitu pihak
tertanggung. Sebagai pihak tertanggung tidak di syaratkan harus baligh, sehat
akalnya, kehadirannya, tidak pula keridhaannya terkait penanggung, tetapi
penanggung boleh dilakukan terhadap anak kecil yang belum baligh, orang gila,
dan orang yang sedang tidak berada ditempat. Kafil adalah orang yang
berkewajiban melakukan Makful bihi (yang ditanggung). la wajib seseorang
yang mubaligh, berakal berhak penuh untuk bertindak dalam urusan hartanya,
rela dengan kafalah, sebab segala urusan hartanya berada ditangannya.Dan yang
dimaksud dengan ashil adalah orang yang berhutang, yaitu orang yang
ditanggung. Untuk ashil tidak disyaratkan boligh, berakal, kehadiran dan
kerelaannya, tetapi cukup kafalah ini dengan anak kecil, orang gila dan orang
tidak hadir.6 Makful lahu adalah orang yang menghutangkan. Di syaratkan
penjamin mengenalnya. Karena manusia itu tidak sama dalam hal tuntutan, hal
ini dimaksudkan untuk kemudahan dan. kedisiplinan. Dan tuntutan untuk itu
berbeda-beda. Sehingga tanpa adanya hal itu jaminan dianggap tidak benar. Dan
tidak disyaratkan dikenalnya madmun "anhu (yang ikhwalnya ditanggung).Dan
yang dimaksud dengan makful bihi adalah orang, atau barang, atau pekerjaan,
yang wajib dipenuhi oleh orang yang hal ikhwalnya ditanggung (makful anhu).
B. Ayat – Ayat Tentang Wakalah dan Kafalah
1. Surat Annisa' ayat 35
ِ َِوإِن خِ فتُم شِ قَاقَ بَينِ ِه َما فَابعَثُوا َح َك ًما مِن أَه ِل ِه َو َح َك ًما مِن أَه ِل َها إِن ي ُِريدَا إِص ََلحًا ي َُوف
َق للاُ بَينَ ُه َما إِن ّللا
علِي ًما
َ َكَان
Artinya:
Dan jika kamu khawatir terjadi persengketaan antara keduanya, maka kirimlah
seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai dari keluarga
perempuan. Jika keduanya (juru damai itu) bermaksud mengadakan perbaikan,
niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sungguh, Allah Mahateliti,
Maha Mengena
2.Surat Yusuf ayat 93
يرا َوأتُونِي
ً ص ِ علَى َوج ِه أَ ِبي َيأ
ِ ت َب َ يصي هَذَا فَالقُو ُه
ِ ِاذهَبُوا ِبقَم
َبِأَه ِلكُم أَج َمعِين
Artinya;
6 Abdul Rahman Ghazaly Dkk, Fiqh Muamalat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010. Him 202
4
Pergilah kamu dengan membawa bajuku ini, lalu usapkan ke wajah ayahku,
nanti dia akan melihat (kembali); dan bawalah seluruh keluargamu kepadaku
3.Surat Yusuf ayat 66
َ قَا َل لَن أُرسِ لَهُ َمعَكُم َحتى تُؤتُو ِن َموثِقًا مِنَ ّللاِ لَتَأتُننِي بِ ِه إِّل أَن يُ َحا
َ ُط بِكُم فَلَما أَتَوهُ َموثِقَ ُهم قَا َل ّللا
علَى
َما نَقُو ُل َوكِيل
Dia (Ya‘qub) berkata, “Aku tidak akan melepaskannya (pergi) bersama kamu,
sebelum kamu bersumpah kepadaku atas (nama) Allah, bahwa kamu pasti akan
membawanya kembali kepadaku, kecuali jika kamu dikepung (oleh musuh).”
Setelah mereka memberikan janji kepadanya, dia (Ya‘qub) berkata, “Allah
adalah saksi terhadap apa yang kita ucapkan.”
Secara pandangan sekilas, wakalah dan kafalah terlihat sama apalagi perbuatan
keduanya tersebut merupakan muamalah yang sangat memberi keberuntungan
terhadap sesama manusia, sama sama keduanya suatu perbuatan yang dapat
memudahkan satu pihak dengan adanya pihak yang lain. Tetapi, keduanya
memiliki perbedaan yang mana Wakolah ini merupakan akad dimana seseorang
menunjuk orang lain sebagai perwakilan atau menggantikan dirinya dalam
mengerjakan suatu perkara. Apabila perkara tersebut sudah selesai sesuai
kesepakatan maka pihak yang di utus menjadi perwakilannya pun sudah
terbebas dari akad wakalah tersebut dan dikembalikan kepada pihak yang
diwakilkan. Sedangkan kajalah adalah akad, dimana seorang menjamin atau
menanggung orang yang mempunyai hutang. Disini penjamin dengan orang
yang memiliki hutang mempersatukan tanggungjawab dengan tanggungjawab
lainnya dalam hal tuntunan, baik terkait jiwa, utang atau benda. Dapat
disimpulkan, Wakalah cuman mewakilkan melalui pihak lain yang mana
tanggungannya masih milik si yang menyuruhnya, sedangkan Kafalah sendiri
memberi atau mengalihkan tanggungan kepada pihak yang lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
5
Dengan mempelajari dan memahami penafsiran dengan baik dan seksama
permasalahan ayat ayat yang membangun tentang Waakalah dan Kafalah insyaallah
akad tersebut berjalan dan bisa di praktekkan sesuai syari'ah.
DAFTAR PUSTAKA
Helmi Karim. Figh Muamalah (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, Cet. III, 2002), 20,
6
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Komus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka
Progresif, 1997), 1579 Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik
(Jakarta: Gema Insani, 2008), 120-121
Abu Bakar Muhammad. Figh Islam (Surabaya: Karya Abbditama, 1995), 163
Hendi Suhendi. Figh Muamalah (Jakarta: Grafindo Persada, 2010), 231-233 Dimyaudin
Djuwaini, pengantar fiqh muamalah, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2008, hlm.247
[11.20, 24/4/2024] Ada: Abu Bakar Muhammad. Figh Islam (Surabaya: Karya Abbditama,
1995), 163