Anda di halaman 1dari 18

WAKALAH DAN IMPLEMENTASINYA DALAM LKS

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Mamalah
Kontemporer

Dosen Pengampu : Muhammad Taufiq Zamzami, S.H.I., M.A.

Disusun Oleh:

Dinar Sadu Mardawaningtiyas 33020210008

Muhamad Salman Alfareza 33020210136

Endah Syafitri 33020210142

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Atas rahmat dan


hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul "Wakalah" dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fiqh


Muamalah Kontemporer. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan tentang Wakalah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Muhammad Taufiq


Zamzami, S.H.I., M.A. selaku dosen Mata Kuliah Fiqh Muamalah
Kontemporer. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Salatiga, 24 Oktober 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Masalah..............................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Wakalah dan Implementasi dalam LKS.......................................3


B. Dasar Hukum Wakalah..................................................................................5
C. Rukun dan Syarat Wakalah............................................................................7
D. Pembagian Wakalah.......................................................................................9
E. Skema Pengaplikasian pada LKS dan Berakhirnya Akad..............................10

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan....................................................................................................12
B. Saran...............................................................................................................13

DAFTAR PUSTA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di zaman sekarang ini manusiasemakin sibuk dengan urusannya
masing-masing. Bahkan terdapat orang-orang yang tidak dapat melakukan
semua urusannya dikarenakan tidak sempat ataupun karena kurangnya
pemahaman dalam menyelesaikan urusan tersebut. Oleh karena itu,
manusia membutuhkan orang lain untuk membantu menyelesaikan
urusannya. Biasanya orang tersebut akan memberikan amanah atau
perwakilan kepada orang lain untuk menyelesaikan urusan atau
pekerjaannya. Pemberian amanah atau perwakilan kepada orang lain
tersebut dinamakan dengan pemberian kuasa, atau disebut dengan
wakalah.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai wakalah, maka dalam
makalah ini penulis akan menjelaskan mengenai pengertian wakalah baik
secara bahasa maupun pendapat ulama. Penulis juga akan menjelasakan
mengenai dasar hukum wakalah baik yang bersumber dari Al-Qru’an,
sunnah maupun ijma’. Dan menjelaskan juga mengenai rukun dan syarat
yang menjadikan wakalah dapat sah diterapkan, serta skema
pengaplikasian wakalah dalam lembaga keuangan syariah.
Wakalah sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena
seseorang yang mempunyai keterbatasan tertentu bisa mewakilkan
urusannya kepadan orang lain yang mampu dalam urusan tersebut.
Sehingga urusan seseorang akan tetap terlaksanakan dan terselesaikan.
Hukum wakalah adalah boleh baik dengan imbalan ataupun tanpa imbalan,
yaitu karena wakalah merupakan sebagai sikap tolong menolong antar
sesama yang bertujuan pada kebaikan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Wakalah ?
2. Apa saja dasar hukum Wakalah ?
3. Bagaimana rukun dan syarat Wakalah ?
4. Seperti apa pembagian Wakalah?
5. Seperti apa skema pengaplikasian dan batalnya akad Wakalah ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Wakalah
2. Untuk mengetahui dasar hukum dari Wakalah
3. Untuk mengetahui rukun dan syarat dari Wakalah
4. Untuk Mengetahui pembagian Wakalah
5. Untuk mengetahui skema pengaplikasian dan batalnya Wakalah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN WAKALAH DAN IMPLEMENTASINYA DALAM


LKS
Wakalah berasal dari wazan wakala-yakilu-waklan yang berarti
menyerahkan atau mewakilkan urusan sedangkan wakalah adalah
pekerjaan wakil.1Al-Wakalah juga berarti penyerahan (al Tafwidh) dan
pemeliharaan (al-Hifdh).2 Menurut kalangan Syafi‟iyah arti wakalah
adalah ungkapan atau penyerahan kuasa (al-muwakkil) kepada orang lain
(al-wakil) supaya melaksanakan sesuatu dari jenis pekerjaan yang bisa
digantikan (an-naqbalu anniyabah) dan dapat dilakukan oleh pemberi
kuasa, dengan ketentuan pekerjaan tersebut dilaksanakan pada saat
pemberi kuasa masih hidup.3Wakalah dalam arti harfiah adalah menjaga,
menahan atau penerapan keahlian atau perbaikan atas nama orang lain,
dari sini kata tawkeel diturunkan yang berarti menunjuk seseorang untuk
mengambil alih atas suatu hal juga untuk mendelegasikan tugas apapun ke
orang lain.4
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa wakalah
adalah akad yang memberikan kuasa kepada pihak lain untuk melakukan
suatu kegiatan dimana yang memberi kuasa tidak dalam posisi melakukan
kegiatan tersebut. Akad wakalah pada hakikatya adalah akad yang
digunakan oleh seseorang apabila dia membutuhkan orang lain atau
mengerjakan sesuatu yang tidak dapat dilakukannya sendiri dan meminta
orang lain untuk melaksanakannya.

1
Tim Kashiko, Kamus Arab-Indonesia, Kashiko, 2000, hlm. 693.
2
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, 2008,
hlm. 120-121.
3
Helmi Karim, Fiqh Muamalah, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 20.
4
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009,
hlm. 529.

3
Wakalah dalam sistem perbankan syariah adalah akad
pemberiankuasa dari nasabah kepada bank (penerima). 5 Wakalah dalam
praktik diLKS biasanya terkait dengan akad lain yang dilakukan oleh
nasabah.Misalnya dalam akad pembiayaan murabahah, pihak LKS
mewakilkankepada nasabah untuk mencari barang yang akan dibeli
denganpembiayaan tersebut. Begitu juga dalam akad salam, istisna, ijarah
danakad lainnya yang menuntut adanya perwakilan pihak LKS oleh
nasabah.6
Praktek perbankan syariah, transaksi wakalah ibarat pisau
dapur.Keberadaannya kurang dirasakan, namun bila tidak ada, baru terasa
betapapentingnya. Ini karena transaksi wakalah sering hanya menjadi
transaksipendukung dan bukan sebagai transaksi utama. Lihat saja
transaksipembiayaan murabahah, salam, istishna, seluruhnya memerlukan
transaksiwakalah untuk alasan kemudahan. Tanpa transaksi wakalah
niscaya banksyariah akan sangat kerepotan dalam memberikan
pembiayaan karenaharus membeli sendiri barang yang dibutuhkan debitur.
Wakalah dalam Lembaga Keuangan Syariah terjadi apabilanasabah
memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinyamelakukan
pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan letter of credit dan transfer
uang.7
Bank syariah dapat memberikan jasa wakalah, yaitu sebagai
wakildari nasabah sebagai pemberi kuasa (muwakil) untuk melakukan
sesuatu (taukil). Dalam hal ini, bank akan mendapatkan upah atau
biayaadministrasi atas jasa tersebut. Sebagai contoh bank dapat menjadi
wakiluntuk melakukan pembayaran tagihan listrik atau telepon
kepadaperusahaan listrik atau telepon. Contoh lain adalah bank mewakili

5
Hemansyah,Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup,
2006), hlm. 85.
6
Imam Mustofa,Fiqh Muamalah Kontemporer , (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2016), hlm.
213.
7
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek , (Jakarta: GemaInsani Press,
2001), hlm.166.

4
sekolahatau univeritas sebagai penerima biaya SPP dari para pelajar untuk
biaya studi.8

B. DASAR HUKUM WAKALAH


1. Al-Qur’an
Salah satu dasar dibolehkannya wakalah adalah firman Allah
SWT yang berkenaan dengan kisah Ash-habul Kahfi.
ْ‫وا لَبِ ْثنَا يَوْ ًما َأو‬ ۟ ُ‫وا بَ ْينَهُ ْم ۚ قَا َل قَٓاِئ ٌل ِّم ْنهُ ْم َك ْم لَب ْثتُ ْم ۖ قَال‬ ۟ ُ‫َو َك ٰ َذلِكَ بَ َع ْث ٰنَهُ ْم لِيَتَ َسٓا َءل‬
ِ
‫وا َربُّ ُك ْم َأ ْعلَ ُم بِ َما لَبِ ْثتُ ْم فَٱ ْب َعثُ ٓو ۟ا َأ َح َد ُكم بِ َو ِرقِ ُك ْم ٰهَ ِذ ِٓۦه ِإلَى ْٱل َم ِدينَ ِة‬
۟ ُ‫ْض يَوْ ٍم ۚ قَال‬ َ ‫بَع‬
‫ف َواَل يُ ْش ِع َر َّن بِ ُك ْم َأ َحدًا‬ ˆٍ ‫فَ ْليَنظُرْ َأيُّهَٓا َأ ْز َك ٰى طَ َعا ًما فَ ْليَْأتِ ُكم بِ ِر ْز‬
ْ َّ‫ق ِّم ْنهُ َو ْليَتَلَط‬
Artinya: “Dan demikianlah kami bangunkan mereka agar
mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. berkatalah salah
seorang di antara mereka: sudah berapa lamakah kamu berada
(disini?)". mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau
setengah hari". berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih
mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah
salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan
membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah
makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan
itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah
sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.” (Qs. Al-
Kahfi:19)9

Surat Yusuf ayat 55 juga menerangkan :


8
Mardani , Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 306.
9
Al-Qur’an Surat Al-Kahfi ayat 19, Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan Penafsir Al-Qur’an,
Al-Quran dan Terjemahan, Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta, 2012, hlm. 411.

5
‫ض ۖ ِإنِّى َحفِيظٌ َعلِي ٌم‬
ِ ْ‫ال ٱجْ َع ْلنِى َعلَ ٰى خَ َزٓاِئ ِن ٱَأْلر‬
َ َ‫ق‬

Artinya : Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara


(Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi
berpengetahuan". (Qs. Yusuf:55)10

Ayat-ayat tersebut menyimpulkan bahwa dalam hal muamalah


dapat dilakukan perwakilan dalam bertransaksi, ada solusi yang bisa
diambil manakala manusia mengalami kondisi tertentu yang
mengakibatkan ketidak sanggupan melakukan segala sesuatu secara
mandiri, baik melaui perintah maupun kesadaran pribadi dalam rangka
tolong menolong, dengan demikian seseorang dapat mengakses atau
melakukan transaki melaui jalan Wakalah.

2. Sunnah

Banyak hadist yang dapat dijadikan landasan keabsahan


wakalah di antaranya :

“Bahwasannya Rasulullah SAW. Mewakilkan kepada Abu Rafidan


seorang anshar untuk mewakilinya mengawini Maimunah
Binti Harits.”
Dalam kehidupan sehari-hari, rasulullah telah
mewakilkankepada orang lain untuk berbagai urusan. Diantaranya
adalah membayar hutang. Mewakilkan penetapan had
danmembayarnya, mewakilkan pengurusan unta, membagikandang
hewan, dan lainnya. 11

3. Ijma

10
Al-Qur’an Surat Yusuf ayat 55, Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-
Quran dan Terjemahan, Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta, 2012,
hlm. 358
11
Muh. Syafi’I Antonio,“Bank Syariah dari Teori ke Praktik” (Jakarta, 2011, GemaInsani) hlm. 122.

6
Para ulama berpendapat dengan ijma atas dibolehkannya
wakalah. Mereka mensunnahkan wakalah dengan alasan bahwa
wakalah termasuk jenis ta‟awun atau tolong menolong atas dasar
kebaikan dan takwa.12

C. RUKUN DAN SYARAT WAKALAH


1. Terdapat empat rukun wakalah yaitu :13
a. Muwakkil (pemberi kuasa yakni pihak yang memberikan kuasa
kepada pihak lain)
b. Wakil (penerima kuasa yakni pihak yang diberi kuasa)
c. Taukil (objek yang dikuasakan)
d. Sighat (ijab qabul)
2. Sedangkan syarat-syarat dari wakalah yaitu :
a. Muwakkil
1) Pemberi kuasa memiliki hak hak atas sesuatu yang dikuasakannya

Yaitu memiliki hak untuk bertasharruf (pengelolaan) pada


bidang yang diwakilkannya. Maka seseorang tidak sah jika
mewakilkan sesuatu bukan haknya. Sudah cakap bertindak atau
mukalaf

2) Sudah cakap bertindak atau mukalaf

Anak kecil dan orang gila tidak boleh menjadi muwakkil.


Menurut pandangan Imam Syafi’I anak yang sudah mumayyiz
(berusia 7 tahun), tidak berhak memberikan kuasa kepada orang
lain secara mutlak. Namun, Madzhab Hambali memperbolehkan
anak yang sudah mumayyiz memberikan kuasa kepada orang lain
pada bidang yang akan mendatangkan manfaat seperti hibbah,
sedekah dan sebagainnya.14

12
Muhammad Syafi’i Antonio, Op. Cit., hlm. 122.
13
Amirullah, Fiqh Muamalah, (tkt : Madza Media, ttt), hlm. 167
14
Amirullah, Fiqh Muamalah, (tkt : Madza Media, ttt), hlm. 168

7
b. Wakil
1) Berakal, bukan idiot, gila atau belum dewasa
2) Wakil tidak boleh mewakilkan lagi tanpa izin muwakkil
3) Wakil tidak wajib menanggung akibat perwakilan kecuali
kerusakan yang disengaja atau di luar kewajaran.15
4) Penerima kuasa harus cakap hukum, yaitu memiliki kecakapan
akan suatu aturan yang mengatur proses akad.
5) Dapat melaksanakan tugas yang diwakilkan kepadanya16

c. Taukil
1) Bukan tindakan buruk17
2) Diketahui dengan jelas oleh wakil
3) Tidak bertentangan dengan syariat Islam
4) Dapat diwakilkan kepada orang lain menurut syariat Islam, seperti
jual beli, pemberian upah, dan sejenisnya.
5) Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai
6) Kontrak dapat terlaksana18
7) Pekerjaan dimiliki muwakkil di waktu akad dilaksanakan19
8) Menurut para ulama tidak boleh menguasakan sesuatu yang
bersifat ibadah badaniyah, seperti shalat, dan boleh menguasakan
sesuatu yang bersifat ibadah maliyah seperti membayar zakat,
sedekah, dan sejenisnya.20

15
Soemitra. Andri, Hukum Ekonomi Syariah Dan Fiqh Muamalah, (Jakarta : Kencana,
2019), hlm. 149
16
Nurhayati. Sri, Akuntansi Syariah di Indonesia, (tkt : penerbit Salemba, 2009), hlm. 235
17
Rosidin, Modul Fikih Muamalah, (tkt : Edulitera, 2021), hlm. 53
18
Nurhayati. Sri, Akuntansi Syariah di Indonesia, (tkt : Penerbit Salemba, 2009), hlm. 233
19
Soemitra. Andri, Hukum Ekonomi Syariah Dan Fiqh Muamalah, (Jakarta : Kencana,
2019), hlm. 149
20
Amirullah, Fiqh Muamalah, (tkt : Madza Media, ttt), hlm. 168

8
d. Sighat
1) Pernyataan saling ridha/rela diantara pihak pelaku akad yang bisa
dilakukan secara lisan, tertulis, isyarat ataupun perbuatan.21
2) Sighat dilakukan dengan lafal “mewakilkan”22
3) Menurut fatwa MUI wakalah dengan imbalan bersifat mengikat
dan tidak boleh diputuskan secara sepihak.23
4) Dirumuskan perjanjian dari mulai aturan memulai akad wakalah,
proses akad, serta aturan mengatur berakhirnya akad.
5) Isi perjanjian ini berupa perwakilan dari pihak pemberi kuasa
kepada pihak penerima kuasa
6) Tugas penerima kuasa perlu dijelaskan oleh pemberi kuasa24

D. PEMBAGIAN WAKALAH

Terdapat tiga jenis wakalah yaitu sebagai berikut :25

1. Wakalah al muthalaqah, yaitu mewakilkan secara mutlak dan tanpa


batasan waktu dan untuk segala urusan. Yakni dimana wakil tidak
dibatasi dengan syarat dan ketentuan tertentu. Contoh : juallah mobil
ini, tanpa menyebutkan harga yang diinginkan.
2. Wakalah al muqayyadah, yaitu penujukkan wakil untuk melaksanakan
urusan-urusan tertentu. Yakni dimana wakil dibatasi dengan syarat
tertentu. Contoh : juallah mobilku dengan harga 100 juta jika kontan,
dan 150 juta jika kredit.
3. Wakalah al ammah, yaitu perwakilan yang lebih luas darial
muqayyadah, namun lebih sederhana darial muthalaqah. Yakni
pemberian wewenang bersifat umum tidak ada penjelasan secara rinci.

21
Nurhayati. Sri, Akuntansi Syariah di Indonesia, (tkt : penerbit Salemba, 2009), hlm. 235
22
Soemitra. Andri, Hukum Ekonomi Syariah Dan Fiqh Muamalah, (Jakarta : Kencana,
2019), hlm. 149
23
Soemitra. Andri, Hukum Ekonomi Syariah Dan Fiqh Muamalah, (Jakarta : Kencana,
2019), hlm. 149
24
Amirullah, Fiqh Muamalah, (tkt : Madza Media, ttt), hlm. 169
25
Amirullah, Fiqh Muamalah, (tkt : Madza Media, ttt), hlm. 169

9
Contoh : belikanlah aku laptop apa saja yang kamu temui, tanpa
menyebutkan merk ataupun kisaran harga.

E. SKEMA PENGAPLIKASIAN DALAM LKS DAN BERAKHIRNYA


AKAD WAKALAH

1. Skema Pengaplikasian dalam Lembaga Keuangan Syariah

Dalam penerapannya pada perbankan syariah, wakalah biasanya


diterapkan untuk penerbitan Letter Of Credit atau penerusan permintaan
akan barang dalam negeri dari bank luar negeri. Wakalah juga diterapkan
untuk mentransfer dana nasabah kepada pihak lain.26

Untuk lebih jelasnya, aplikasi atau penerapan wakalah pada


perbankan syariah dapat dilihat pada skema di bawah ini :27

NASABAH
muwakil
KONTRAK+FEE

 Agency
BANK
 Administrator
wakil
 Collrction
 Payment
 Etc,
taukil
INVESTOR
muwakil
KONTRAK+FEE
Keterangan :

Antara nasabah dengan bank serta investor terjadi akad wakalah.


Baik nasabah maupun investor mewakilkan dirinya pada bank untuk
melakukan kliring atau transfer dan sebagainya.

26
Amirullah, Fiqh Muamalah, (tkt : Madza Media, ttt), hlm. 169
27
Saputri. Linda, Islam, F.S.AD.E, Wakalah dan Implementasinya Dalam Lembaga
Keuangan Syariah

10
Dalam aplikasi perbankan syariah, wakalah juga dapat ditemukan
pada transaksi yang berhubungan dengan masalah penagihan maupun
pembayaran. Dalam hal ini bank syariah sebagai wakil dari nasabah untuk
melakukan penarikan atau pembayaran atas nama nasabah. Pada keadaan
ini bank akan mendapatkan biaya administratif atau freedari jasanya.
Bentuk akad ini yaitu :

a. Kliring
Yaitu penagihan warkat bank yang dilakukan oleh bank di dalam
suatu wilayah kliring tertentu untuk menyelesaikan transaksi antar nasabah
mereka.
b. Inkaso
Yaitu proses penagihan warkat bank yang dilakukan oleh bank
yang berada di luar wilayah kliring untuk menyelesaikan transaksi antar
nasabah mereka.
c. Transfer dalam negeri maupun luar negeri
Yaitu transaksi kiriman uang antar bank baik dalam negeri maupun
luar negeri, untuk kepentingan nasabah maupun pihak bank.
Transfer uang ini menggunakan akad wakalah, dimana prosesnya diawali
dengan adanya permintaan nasabah (muwakkil) kepada bank (wakil) untuk
melakukan pengiriman uang kepada rekening tujuan.
d. Commerical documentary
Yaitu transaksi yang berkaitan dengan jasa penagihan atas
dokumen-dokumen ekspor-impor sehubungan dengan pembuatan Letter
Of Credit ekspor dan impor oleh nasabah suatu bank. Dalam hal ini
menggunakan akad wakalah bil ujrah, qard, mudharabah, musyarakah
dan al-ba’i.Letter Of Credit merupakan surat pernyataan akan membayar
kepada eksportir yang diterbitkan oleh bank untuk menfasilitasi
perdagangan ekspor dengan pemenuhan persyaratan tertentu sesuai dengan
prinsip sayriah. Letter Of Credit Ekport Syariah ini menggunakan akad
wakalah yakni sesuai dengan fatwa dewan syariah nasional Nomor:
35/DSN-MUI/X/2002. Yakni bank melakukan penagihan kepada bank

11
penerbit Letter Of Credit, selanjutnya dibayarkan kepada eksportir setelah
dikurangi ujrah. Sementara besaran ujrah harus disepakati di awal dan
dinyatakan dalam bentuk nominal bukan presentase.
e. Financial documenty
Yaitu jasa penagihan yang diberikan bank kepada nasabah atas
warkat-warkat yang tertarik di bank lain untuk kepentingan nasabah.

2. Berakhirnya Akad Wakalah

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan berhentinya akad


wakalah yaitu sebagai berikut :28

a. Salah seorang pelaku wakalah meninggal dunia atau hilang akal


b. Pekerjaan yang diwakilkan sudah selesai
c. Pemutusan oleh orang yang mewakilkan (muwakkil), meskipun wakil
tidak mengetahui (menurut Imam Syafi’I dan Hambali), tetapi menurut
Imam Hanafi wakil wajib mengetahui sebelum ada pemutusan.
d. Wakil mengundurkan diri
Orang yang mewakilkan sudah tidak memiliki status kepemilikan atas
sesuatu yang diwakilkan.

28
Nurhayati. Sri, Akuntansi Syariah di Indonesia, (tkt : penerbit Salemba, 2009), hlm. 235

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pertama, wakalah adalah akad yang memberikan kuasa kepada


pihak lain untuk melakukan suatu kegiatan dimana yang memberi kuasa
tidak dalam posisi melakukan kegiatan tersebut. Akad wakalah pada
hakikatya adalah akad yang digunakan oleh seseorang apabila dia
membutuhkan orang lain atau mengerjakan sesuatu yang tidak dapat
dilakukannya sendiri dan meminta orang lain untuk melaksanakannya.

Kedua, dasar hukum wakalah yaitu dari Al-Qur’an surat Al-


Kahfi:19, Yusuf:55, Hadist Nabi SAW serta Ijma para ulama

Ketiga, terdapat 4 rukum wakalah yaitu muwakkil, wakil, taukil


dan sighat. Yang selanjutnya dari keempat rukun tersebut masing masing
memiliki syarat yang menjadikan syarat wakalah itu sendiri

Keempat, terdapat tiga jenis wakalah yaitu : Wakalah al


muthalaqah (mewakilkan secara mutlak dan tanpa batasan waktu dan
untuk segala urusan), Wakalah al muqayyadah (penujukkan wakil untuk
melaksanakan urusan-urusan tertentu, Wakalah al ammah (perwakilan
yang lebih luas darial muqayyadah, namun lebih sederhana darial
muthalaqah)

Kelima, dalam penerapannya pada perbankan syariah, wakalah


biasanya diterapkan untuk penerbitan Letter Of Credit atau penerusan
permintaan akan barang dalam negeri dari bank luar negeri. Selain itu,
wakalah juga dapat ditemukan pada transaksi yang berhubungan dengan
masalah penagihan maupun pembayaran. Dalam hal ini bank syariah
sebagai wakil dare nasabah untuk melakukan penarikan atau pembayaran
atas nama nasabah. Pada keadaan ini bank akan mendapatkan biaya
administratif atau freedari jasanya.

13
B. Saran
Demikian makalah yang ditulis oleh penulis, semoga bermanfaat
dan dapat menjadi wawasan bagi kita, dan semoga kita dapat menjadi
sumber daya manusia yang mampu mengaplikasikan ilmu ini dalam
kehidupan sehari-hari terutama dalam melakukan kegiatan bermuamalah
agar kegiatan tersebut sejalan dengan prinsip syariah dan memperoleh
ridho Allah SWT.
Makalah ini masih belum sempurna karena terdapat kekurangan
akibat keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Maka dari itu penulis
berharap kritik dan saran yang membangun dari bapak dosen dan juga
teman-teman untuk penulisan makalah selanjutnya agar lebih baik lagi.
Terimakasih,

14
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Surat Al-Kahfi ayat 19, Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan Penafsir Al-
Qur’an, Al-Quran dan Terjemahan, Kementerian Agama Republik Indonesia,
Jakarta, 2012.
Al-Qur’an Surat Yusuf ayat 55, Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan Penafsir Al-
Qur’an, Al-Quran dan Terjemahan, Kementerian Agama Republik Indonesia,
Jakarta, 2012.
Amirullah, Fiqh Muamalah, tkt : Madza Media, ttt.

Helmi Karim, Fiqh Muamalah, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.


Hemansyah,Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada MediaGroup,
Jakarta, 2006.
Imam Mustofa,Fiqh Muamalah Kontemporer , PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2016.
Mardani , Fiqh Ekonomi Syariah, Kencana, Jakarta, 2012.
Muh. Syafi’I Antonio,“Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Gema Insani, Jakarta, 2012.
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2009.
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,
2008.
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek , GemaInsani Press,
Jakarta, 2001.
Nurhayati. Sri, Akuntansi Syariah di Indonesia, tkt : penerbit Salemba, 2009.

Rosidin, Modul, Fikih Muamalah, tkt : Edulitera, 2021.

Saputri. Linda, Islam, F.S.AD.E, Wakalah dan Implementasinya Dalam Lembaga


Keuangan Syariah

Soemitra. Andri, Hukum Ekonomi Syariah Dan Fiqh Muamalah, Jakarta :


Kencana, 2019.

Tim Kashiko, Kamus Arab-Indonesia, Kashiko, 2000.

15

Anda mungkin juga menyukai