Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Mamalah
Kontemporer
Disusun Oleh:
FAKULTAS SYARI’AH
2022
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Masalah..............................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman sekarang ini manusiasemakin sibuk dengan urusannya
masing-masing. Bahkan terdapat orang-orang yang tidak dapat melakukan
semua urusannya dikarenakan tidak sempat ataupun karena kurangnya
pemahaman dalam menyelesaikan urusan tersebut. Oleh karena itu,
manusia membutuhkan orang lain untuk membantu menyelesaikan
urusannya. Biasanya orang tersebut akan memberikan amanah atau
perwakilan kepada orang lain untuk menyelesaikan urusan atau
pekerjaannya. Pemberian amanah atau perwakilan kepada orang lain
tersebut dinamakan dengan pemberian kuasa, atau disebut dengan
wakalah.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai wakalah, maka dalam
makalah ini penulis akan menjelaskan mengenai pengertian wakalah baik
secara bahasa maupun pendapat ulama. Penulis juga akan menjelasakan
mengenai dasar hukum wakalah baik yang bersumber dari Al-Qru’an,
sunnah maupun ijma’. Dan menjelaskan juga mengenai rukun dan syarat
yang menjadikan wakalah dapat sah diterapkan, serta skema
pengaplikasian wakalah dalam lembaga keuangan syariah.
Wakalah sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena
seseorang yang mempunyai keterbatasan tertentu bisa mewakilkan
urusannya kepadan orang lain yang mampu dalam urusan tersebut.
Sehingga urusan seseorang akan tetap terlaksanakan dan terselesaikan.
Hukum wakalah adalah boleh baik dengan imbalan ataupun tanpa imbalan,
yaitu karena wakalah merupakan sebagai sikap tolong menolong antar
sesama yang bertujuan pada kebaikan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Wakalah ?
2. Apa saja dasar hukum Wakalah ?
3. Bagaimana rukun dan syarat Wakalah ?
4. Seperti apa pembagian Wakalah?
5. Seperti apa skema pengaplikasian dan batalnya akad Wakalah ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Wakalah
2. Untuk mengetahui dasar hukum dari Wakalah
3. Untuk mengetahui rukun dan syarat dari Wakalah
4. Untuk Mengetahui pembagian Wakalah
5. Untuk mengetahui skema pengaplikasian dan batalnya Wakalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Tim Kashiko, Kamus Arab-Indonesia, Kashiko, 2000, hlm. 693.
2
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, 2008,
hlm. 120-121.
3
Helmi Karim, Fiqh Muamalah, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 20.
4
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009,
hlm. 529.
3
Wakalah dalam sistem perbankan syariah adalah akad
pemberiankuasa dari nasabah kepada bank (penerima). 5 Wakalah dalam
praktik diLKS biasanya terkait dengan akad lain yang dilakukan oleh
nasabah.Misalnya dalam akad pembiayaan murabahah, pihak LKS
mewakilkankepada nasabah untuk mencari barang yang akan dibeli
denganpembiayaan tersebut. Begitu juga dalam akad salam, istisna, ijarah
danakad lainnya yang menuntut adanya perwakilan pihak LKS oleh
nasabah.6
Praktek perbankan syariah, transaksi wakalah ibarat pisau
dapur.Keberadaannya kurang dirasakan, namun bila tidak ada, baru terasa
betapapentingnya. Ini karena transaksi wakalah sering hanya menjadi
transaksipendukung dan bukan sebagai transaksi utama. Lihat saja
transaksipembiayaan murabahah, salam, istishna, seluruhnya memerlukan
transaksiwakalah untuk alasan kemudahan. Tanpa transaksi wakalah
niscaya banksyariah akan sangat kerepotan dalam memberikan
pembiayaan karenaharus membeli sendiri barang yang dibutuhkan debitur.
Wakalah dalam Lembaga Keuangan Syariah terjadi apabilanasabah
memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinyamelakukan
pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan letter of credit dan transfer
uang.7
Bank syariah dapat memberikan jasa wakalah, yaitu sebagai
wakildari nasabah sebagai pemberi kuasa (muwakil) untuk melakukan
sesuatu (taukil). Dalam hal ini, bank akan mendapatkan upah atau
biayaadministrasi atas jasa tersebut. Sebagai contoh bank dapat menjadi
wakiluntuk melakukan pembayaran tagihan listrik atau telepon
kepadaperusahaan listrik atau telepon. Contoh lain adalah bank mewakili
5
Hemansyah,Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup,
2006), hlm. 85.
6
Imam Mustofa,Fiqh Muamalah Kontemporer , (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2016), hlm.
213.
7
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek , (Jakarta: GemaInsani Press,
2001), hlm.166.
4
sekolahatau univeritas sebagai penerima biaya SPP dari para pelajar untuk
biaya studi.8
5
ض ۖ ِإنِّى َحفِيظٌ َعلِي ٌم
ِ ْال ٱجْ َع ْلنِى َعلَ ٰى خَ َزٓاِئ ِن ٱَأْلر
َ َق
2. Sunnah
3. Ijma
10
Al-Qur’an Surat Yusuf ayat 55, Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-
Quran dan Terjemahan, Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta, 2012,
hlm. 358
11
Muh. Syafi’I Antonio,“Bank Syariah dari Teori ke Praktik” (Jakarta, 2011, GemaInsani) hlm. 122.
6
Para ulama berpendapat dengan ijma atas dibolehkannya
wakalah. Mereka mensunnahkan wakalah dengan alasan bahwa
wakalah termasuk jenis ta‟awun atau tolong menolong atas dasar
kebaikan dan takwa.12
12
Muhammad Syafi’i Antonio, Op. Cit., hlm. 122.
13
Amirullah, Fiqh Muamalah, (tkt : Madza Media, ttt), hlm. 167
14
Amirullah, Fiqh Muamalah, (tkt : Madza Media, ttt), hlm. 168
7
b. Wakil
1) Berakal, bukan idiot, gila atau belum dewasa
2) Wakil tidak boleh mewakilkan lagi tanpa izin muwakkil
3) Wakil tidak wajib menanggung akibat perwakilan kecuali
kerusakan yang disengaja atau di luar kewajaran.15
4) Penerima kuasa harus cakap hukum, yaitu memiliki kecakapan
akan suatu aturan yang mengatur proses akad.
5) Dapat melaksanakan tugas yang diwakilkan kepadanya16
c. Taukil
1) Bukan tindakan buruk17
2) Diketahui dengan jelas oleh wakil
3) Tidak bertentangan dengan syariat Islam
4) Dapat diwakilkan kepada orang lain menurut syariat Islam, seperti
jual beli, pemberian upah, dan sejenisnya.
5) Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai
6) Kontrak dapat terlaksana18
7) Pekerjaan dimiliki muwakkil di waktu akad dilaksanakan19
8) Menurut para ulama tidak boleh menguasakan sesuatu yang
bersifat ibadah badaniyah, seperti shalat, dan boleh menguasakan
sesuatu yang bersifat ibadah maliyah seperti membayar zakat,
sedekah, dan sejenisnya.20
15
Soemitra. Andri, Hukum Ekonomi Syariah Dan Fiqh Muamalah, (Jakarta : Kencana,
2019), hlm. 149
16
Nurhayati. Sri, Akuntansi Syariah di Indonesia, (tkt : penerbit Salemba, 2009), hlm. 235
17
Rosidin, Modul Fikih Muamalah, (tkt : Edulitera, 2021), hlm. 53
18
Nurhayati. Sri, Akuntansi Syariah di Indonesia, (tkt : Penerbit Salemba, 2009), hlm. 233
19
Soemitra. Andri, Hukum Ekonomi Syariah Dan Fiqh Muamalah, (Jakarta : Kencana,
2019), hlm. 149
20
Amirullah, Fiqh Muamalah, (tkt : Madza Media, ttt), hlm. 168
8
d. Sighat
1) Pernyataan saling ridha/rela diantara pihak pelaku akad yang bisa
dilakukan secara lisan, tertulis, isyarat ataupun perbuatan.21
2) Sighat dilakukan dengan lafal “mewakilkan”22
3) Menurut fatwa MUI wakalah dengan imbalan bersifat mengikat
dan tidak boleh diputuskan secara sepihak.23
4) Dirumuskan perjanjian dari mulai aturan memulai akad wakalah,
proses akad, serta aturan mengatur berakhirnya akad.
5) Isi perjanjian ini berupa perwakilan dari pihak pemberi kuasa
kepada pihak penerima kuasa
6) Tugas penerima kuasa perlu dijelaskan oleh pemberi kuasa24
D. PEMBAGIAN WAKALAH
21
Nurhayati. Sri, Akuntansi Syariah di Indonesia, (tkt : penerbit Salemba, 2009), hlm. 235
22
Soemitra. Andri, Hukum Ekonomi Syariah Dan Fiqh Muamalah, (Jakarta : Kencana,
2019), hlm. 149
23
Soemitra. Andri, Hukum Ekonomi Syariah Dan Fiqh Muamalah, (Jakarta : Kencana,
2019), hlm. 149
24
Amirullah, Fiqh Muamalah, (tkt : Madza Media, ttt), hlm. 169
25
Amirullah, Fiqh Muamalah, (tkt : Madza Media, ttt), hlm. 169
9
Contoh : belikanlah aku laptop apa saja yang kamu temui, tanpa
menyebutkan merk ataupun kisaran harga.
NASABAH
muwakil
KONTRAK+FEE
Agency
BANK
Administrator
wakil
Collrction
Payment
Etc,
taukil
INVESTOR
muwakil
KONTRAK+FEE
Keterangan :
26
Amirullah, Fiqh Muamalah, (tkt : Madza Media, ttt), hlm. 169
27
Saputri. Linda, Islam, F.S.AD.E, Wakalah dan Implementasinya Dalam Lembaga
Keuangan Syariah
10
Dalam aplikasi perbankan syariah, wakalah juga dapat ditemukan
pada transaksi yang berhubungan dengan masalah penagihan maupun
pembayaran. Dalam hal ini bank syariah sebagai wakil dari nasabah untuk
melakukan penarikan atau pembayaran atas nama nasabah. Pada keadaan
ini bank akan mendapatkan biaya administratif atau freedari jasanya.
Bentuk akad ini yaitu :
a. Kliring
Yaitu penagihan warkat bank yang dilakukan oleh bank di dalam
suatu wilayah kliring tertentu untuk menyelesaikan transaksi antar nasabah
mereka.
b. Inkaso
Yaitu proses penagihan warkat bank yang dilakukan oleh bank
yang berada di luar wilayah kliring untuk menyelesaikan transaksi antar
nasabah mereka.
c. Transfer dalam negeri maupun luar negeri
Yaitu transaksi kiriman uang antar bank baik dalam negeri maupun
luar negeri, untuk kepentingan nasabah maupun pihak bank.
Transfer uang ini menggunakan akad wakalah, dimana prosesnya diawali
dengan adanya permintaan nasabah (muwakkil) kepada bank (wakil) untuk
melakukan pengiriman uang kepada rekening tujuan.
d. Commerical documentary
Yaitu transaksi yang berkaitan dengan jasa penagihan atas
dokumen-dokumen ekspor-impor sehubungan dengan pembuatan Letter
Of Credit ekspor dan impor oleh nasabah suatu bank. Dalam hal ini
menggunakan akad wakalah bil ujrah, qard, mudharabah, musyarakah
dan al-ba’i.Letter Of Credit merupakan surat pernyataan akan membayar
kepada eksportir yang diterbitkan oleh bank untuk menfasilitasi
perdagangan ekspor dengan pemenuhan persyaratan tertentu sesuai dengan
prinsip sayriah. Letter Of Credit Ekport Syariah ini menggunakan akad
wakalah yakni sesuai dengan fatwa dewan syariah nasional Nomor:
35/DSN-MUI/X/2002. Yakni bank melakukan penagihan kepada bank
11
penerbit Letter Of Credit, selanjutnya dibayarkan kepada eksportir setelah
dikurangi ujrah. Sementara besaran ujrah harus disepakati di awal dan
dinyatakan dalam bentuk nominal bukan presentase.
e. Financial documenty
Yaitu jasa penagihan yang diberikan bank kepada nasabah atas
warkat-warkat yang tertarik di bank lain untuk kepentingan nasabah.
28
Nurhayati. Sri, Akuntansi Syariah di Indonesia, (tkt : penerbit Salemba, 2009), hlm. 235
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
B. Saran
Demikian makalah yang ditulis oleh penulis, semoga bermanfaat
dan dapat menjadi wawasan bagi kita, dan semoga kita dapat menjadi
sumber daya manusia yang mampu mengaplikasikan ilmu ini dalam
kehidupan sehari-hari terutama dalam melakukan kegiatan bermuamalah
agar kegiatan tersebut sejalan dengan prinsip syariah dan memperoleh
ridho Allah SWT.
Makalah ini masih belum sempurna karena terdapat kekurangan
akibat keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Maka dari itu penulis
berharap kritik dan saran yang membangun dari bapak dosen dan juga
teman-teman untuk penulisan makalah selanjutnya agar lebih baik lagi.
Terimakasih,
14
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Surat Al-Kahfi ayat 19, Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan Penafsir Al-
Qur’an, Al-Quran dan Terjemahan, Kementerian Agama Republik Indonesia,
Jakarta, 2012.
Al-Qur’an Surat Yusuf ayat 55, Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan Penafsir Al-
Qur’an, Al-Quran dan Terjemahan, Kementerian Agama Republik Indonesia,
Jakarta, 2012.
Amirullah, Fiqh Muamalah, tkt : Madza Media, ttt.
15