Anda di halaman 1dari 15

MACAM MACAM DAN LANDASAN SYARI'AH JASA

Makalah ini di buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perbankan Syari'ah

Dosen Pengampu : Ulih Muslihudin, MM

Di susun oleh kelompok 1 :

1. Bulan Febriana Azzahra (2222.028.1)


2. Dais Nurul Wahidah (2222.030.1)
3. Deden Rahmat Hidayat (2222.055.1)

Ekonomi Syari'ah (B) 1

Fakultas Syari'ah

Universitas Islam KH. Ruhiat Cipasung

Tasikmalaya

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul " MACAM MACAM DAN LANDASAN SYARI'AH JASA".

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ulih Muslihudin,MM selaku dosen mata kuliah
Pengantar Perbankan Syari'ah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan program studi yang penulis tekuni.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan sebagian
pengetahuannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari, makalah yang
ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 17 Mei2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN MASALAH

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Al-Wakalah

2.2 Pengertian Al-Kafalah

2.3 Pengertian Ar-Rahn

2.4 Pengertian Al-Hawalah

2.5 Pengertian Al-Qardh

2.6 Landasan Syariah Jasa

2.7 Macam - macam jasa

2.8 Aplikasi Jasa dalam Perbankan

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Jasa jasa bank lainnya merupakan kegiatan perbankan yang kegiatan perbankan yang ketiga. Tujuan
pemberian jasa-jasa bank ini adalah untuk mendukung dan memperlancar kegiatan menghimpun dana
dan menyalurkan. Semakin lengkap jasa bank yang di berikan, semakin baik. Dalam arti jika nasabah
hendak melakukan suatu transaksi perbankan, cukup di satu bank saja. Demikian pula sebaliknya jika
jasa bank lain yang diberikan kurang lengkap, maka nasabah terpaksa untuk mencari bank lain yang
menyediakan jasa yang mereka butuhkan.

Selain menjalankan transaksi untuk mencari keuntungan, bank syari'ah juga melakukan transaksi yang
tidak untuk mencari keuntungan. Transaksi ini tercakup dalam jasa pelayanan fee based service.
Beberapa bentuk layanan jasa yang disediakan oleh bank syari'ah untuk nasabahnya, antara lain jasa
keuangan, agen, dan jasa non keuangan. Termasuk dalam jasa keuangan, wakalah (pelimpahan
kekuasaan kepada bank untuk bertindak mewakili nasabah), kafalah (jaminan yang di berikan seseorang
untuk menjamin pemenuhan kewajiban pihak kedua).

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian Al-Wakalah, Al-Kafalah, Ar-Rahn, Al-Hawalah dan Al-Qardh ?

2. Apa Landasan Syariah Jasa ?

3. Apa saja Macam-macam Jasa ?

4. Bagaimana Aplikasi Jasa dalam Perbankan ?

1.3 TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui pengertian Al-Wakalah, Al-Kafalah, Ar-Rahn, Al-Hawalahdan Al-Qardh

2. Bagaimana landasan Syariah Jasa

3. Mengetahui Macam-macam Jasa

4. Untuk mengetahui Aplikasi Jasa dalam Perbankan


BAB II

PEMBAHASAN

Jasa (Fee Based Service)

Prinsip Jasa (Fee Based Service) meliputi layanan Non-Pembiayaan yang diberikan Bank kepada
Nasabah. Adapun layanan Non-Pembiayaan ini meliputi Al-Wakalah dan Al-Kafalah.

2.1 Pengertian Al-Wakalah

Secara etimologi, Wakalah memiliki beberapa pengertian seperti (al-hifzh) yang berarti perlindungan,
(al-kifayah) yang berarti pencakupan, (al-dhamah) yang berarti tanggungan atau (al-tafwidh) berarti
pendelegasian atau pemberian kekuasaanatau mewakilkan.

Wakalah berarti pelimpahan kekuasaan oleh seseorang/satu pihak sebagai pihak pertama kepada
orang/pihak lain sebagai pihak kedua dalam hal yang diwakilkan,dalam hal ini pihak kedua hanya
melaksanakan sesuatu sebatas kuasa atau wewenangyang diberikan oleh pihak pertama kepadanya.
Apabila kuasa itu telah dilaksanakansesuai yang disyaratkan, maka semua resiko dan tanggung jawab
atas dilaksanakan perintah tersebut sepenuhnya kembali menjadi pihak pertama atau pemberi
kuasa.Wakalah juga berarti penyerahan, pemberian mandat atau pendelegasian.

Para ulama memiliki pendapat yang berbeda tentang wakalah. Adapun pendapat ulama mengenai
wakalah adalah sebagai berikut:

1) Menurut Ulama Syafi’iyah,

Wakalah adalah ungkapan yang mengandung arti pendelegasian sesuatu oleh seseorang kepada
orang lain agar orang lain tersebutmelakukan kegiatan yang telah dikuasakan atas nama pemberi
kuasa.

2) Menurut Ulama Hanafiyah,

Wakalah ialah seseorang menempati diri orang laindalam tasharuf (pengelolaan).

3) Menurut Ulama Malikiyah,

Wakalah adalah tindakan seseorang mewakilkan dirinyakepada orang lain untuk melakukan
kegiatan yang merupakan haknya, yang manakegiatan tersebut tidak dikaitkan dengan
pemberian kuasa setelah wafat, sebab jikakegiatan dikaitkan setelah pemberi kuasa wafat maka
sudah termasuk wasiat.

4) Menurut Sayyid Sabiq,


Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorangkepada orang lain dalam hal-hal yang boleh
diwakilkan.

Jadi, Wakalah adalah akad pemberian kuasa dari pemberi kuasa kepada penerima kuasa untuk
melaksanakan suatu tugas atas nama pemberi kuasa.

Dasar hukum wakakah adalah Al-Qur'an , Al hadits dan Ijma':

- Al-Qur'an

Q.S Al-kahfi Ayat 19

"Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di
antara mereka berkata, "Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?" Mereka menjawab, "Kita berada (di
sini) sehari atau setengah hari." Berkata (yang lain lagi), "Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu
berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang
perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian
makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan
halmu kepada siapa pun."

Q.S Yusuf Ayat 55

Dia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah
orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan.”

- Al-Hadist

“Bahwasanya Rasulullah saw mewakilkan kepada Abu rafi’ dan seorang anshar untuk

mewakilinya mengawini Maimunah binti al-Harist.” (HR. Malik dalam al-Muwatha’).

“Sesungguhnya Rasulullah saw mengutus Assa’ah untuk memungut zakat.”

(HR. Bukhari dan Muslim).

- Ijma’

Para ulama bersepakat dengan ijma’ atas diperbolehkannya wakalah. Mereka bahkan

ada yang cenderung mensunahkannya dengan alasan bahwa hal tersebut termasuk jenis

ta’wun atau tolong-menolong atas dasar kebaikan dan taqwa.

Rukun dan syarat wakalah:

- Adanya pemberi kuasa (muwakkil)


- Pihak penerima kuasa (wakil)

- Obyek yang dikuasai (taukil)

- Ijab qabul (sighat)

Ada beberapa macam-macam wakalah, antara lain:

1. Wakalah al mutlaqah, yaitu mewakilkan secara mutlak, tanpa batasan waktu dan untuk segala
urusan.

2. Wakalah al muqayyadah, yaitu penunjukan wakil untuk bertindak atas namanya dalam urusan-urusan
tertentu.

3. Wakalah al ammah, perwakilan yang lebih luas dari al muqayyadah tetapi lebih sederhana daripada al
mutlaqah.

2.2 Pengertian Al-Kafalah

Al-Kafalah secara etimologi memiliki tiga makna yaitu ‫(الض مان‬jaminan), ‫(الحمالة‬beban), dan
‫(الزعامة‬tanggungan), namun secara menyeluruh ketiga kata ini memiliki garis pengertian yaitu
jaminan.Kafalah adalah Akad dari pihak pertama dan pihak kedua dapat berupa perjanjian yang
mengikat dimana tidak dapat dibatalkan secara sepihak, pihak penjamin tersebut bisa mendapatkan
imbalan dari pihak yang tertanggung selagi tidak memberatkan pihak tertanggung.

Pada asalnya, kafalah adalah padanan dari dhamman, yang berarti penjaminan sebagaimana tersebut di
atas. Namun dalam perkembangannya, Kafalah identik denganbkafalah al-wajhi ( personal guarantee,
jaminan diri), sedangkan dhamman identik dengan jaminan yang berbentuk barang/harta benda.

Dasar hukum alkafalah adalah Al-Qur'an, Al-Hadits, dan Ijma':

- AL- Qur'an

1. Q.S Yusuf Ayat 72

Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapatmengembalikannya
akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan akumenjamin terhadapnya."

2. Q.S Yusuf Ayat 66

"Ya’kub berkata: sekali-kali aku akan melepaskannya (pergi) bersama-sama kamu sebelum kamu janji
yang teguh kepadaku atas nama Allah bahwa kamu pasti kembali kepadaku."

- Al-Hadits
Dari Anas ia berkata: “Rasulullah saw telah merungguhkan baju besi beliau kepada seorang Yahudi di
Madinah, sewaktu beliau mengutang sya’ir (gandum) dari seorangYahudi untuk ahli rumah beliau.” (HR.
Bukhari, Nasa’i, dan Ibnu Majjah)

- Ijma’

Adapun dasar hukum kafalah menurut ijma’ ulama bahwa kaum muslimin telah berijma’ atas
pembolehan kafalah secara umum karna keperluan atau hajat manusia kepadanya untuk saling
menolong serta menolak bahaya dari orang yang berhutang.

Rukun dan syarat kafalah:

- Orang yang menjamin (dhamin, kafil atau za’im)

- Orang yang berpiutang (madmunlah)

- Orang yang berhutang

- Obyek jaminan hutang

- Sighat

Kafalah dapat di golongkan menjadi 2 golongan besar yaitu :

a) Kafalah dengan jiwa dikenal dengan kafalah bi al-wajhi, yaitu adanya keharusan pada pihak penjamin (
al-kafil, al-dhamin atau al-za’im) untuk menghadirkan orang yang ia tanggung kepada yang ia janjikan
tanggungan (Makfullah).

b) Kafalah dengan harta, yaitu kewajiban yang harus ditunaikan oleh dhamin atau kafil dengan
pembayaran (pemenuhan) berupa harta.

2.3 Pengertian Ar-Rahn (Mortage)

Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminanatas peminjaman yang
diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilaiekonomis. Dengan demikian, pihak yang
menahan memperoleh jaminan untuk dapatmengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.

Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rhan adalah semacam jaminan utang atau gadai.

Dasar Hukum Ar-Rhan adalah Al-Qur'an, Al-Hadits dan Ijma'.

- Al-Qur'an

1. Q.S Al-Baqoroh Ayat 283

Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak mendapatkan seorang penulis, maka hendaklah ada
barang jaminan yang dipegang. Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah,
Tuhannya. Dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian, karena barangsiapa menyembunyikannya,
sungguh, hatinya kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

- Al-Hadist

"Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam membeli dari seorang yahudi bahan makanan dengan
cara hutang dan menggadaikan baju besinya" [HR Al Bukhari no2513 dan Muslim no. 1603]

- Ijma

Rukun rahn yaitu:

a. Shighat atau ijab qabul

b. Aqid (yang menggadaikan/Rahin dan yang menerima gadai/Murtahin.

c. Barang yang dijadikan jaminan (marhun)

d. Adanya hutang

Adapun syarat- syarat yang harus terpenuhi pada setiap rukun Rahn yaitu:

a. Shighat, yaitu bisa dengan lisan atau tulisan. Misalnya dengan kalimat

“aku gadaikan emasku ini dengan harga Rp. 500.000,- “, yang kemudian dijawaboleh murtahin dengan
kalimat “aku terima gadai emasmu dengan harga Rp.500.000,-“. Bahkan hanya dengan menggunakan
isyaratpun boleh.

b. Aqid, adapun syarat bagi yang berakad adalah ahli tasharruf, yaitumampun membelanjakan harta
dan dalam hal ini memahami persoalan - persoalan yang berkaitan dengan gadai. Keduanya juga harus
lulus syarat al-ahliyah.

2.4 Pengertian Al-Hawalah (transfer service)

Pengertian Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib
menanggungnya. dalam istilah para ulama yaitu pemindahan beban utang dari muhil ( orang yang
berutang ) menjadi tanggungan muhal alaih ( orang yang berkewajiban membayar utang).

Dasar hukum Al-Hawalah adalah Al-Quran, Hadist, Ijma':

- Al-Qur'an

1. Q.S Al-Baqoroh Ayat 280


"Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia
berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baki bagimu, jika kamu
mengetahui.."

- Hadist

Imam bukhari dan muslim meriwayatkan dari abu hurairah bahwa rasululloh bersabda :” menunda
pembayaran bagi orang yang mampu adalah suatu kezaliman dan jika salah satu dari kamu di ikutkan
( di hawalah kan ) kepada orang yang mampu /kaya, terimalah hawalah itu.”

- Ijma

Ulama sepakat membolehkan hawalah, hawalah dibolehkan pada utang yang tidak berbentuk barang /
benda karena hawalah adalah perpindahan uang, maka harus pada uang atau kewajiban finansial.

Manfaat Al-Hawalah

- Memungkinkan penyelesaian utang dan piutang dengan cepat dan simultan

- Tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang membutuhkan

- Dapat menjadi salah satu sumber pendapatan non pembiayaan bagi bank syariah

2.5 Pengertian Al-Qardh ( sofft and benevolent loan )

Pengertian al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali
( meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan), saling membantu dan bukan transaksi komersial.

Dasar Hukum Al-Qardh adalah Al-Quran, Al-Hadist, Ijma':

- Al Quran

1. Q.S Al-Hadid Ayat 11

"Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akanmelipat-
gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak."

- Al-Hadits

HR Ibnu majah no.2421, kitab al-ahkam ; ibnu hibban dan baihaki

artinya:” ibnu mas’ud meriwayatkan bahwa nabi saw berkata,” bukan seorang muslim yang
meminjamkan muslim lainnya dua kali kecuali yang satunya adalah senilai sedekah.”

- Ijma'
kesepakatan ulama ini didasari oleh tabiat manusia yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan
bantuan saudaranya.

Sumber Dana

1. Al-qardh yang diperlukan untuk membantu keungan nasabah secara cepat dan jangka waktu pendek
diambil dari modal bank

2. Al-qardh yang diperlukan untuk membantu usaha sangat kecil dan keperluan sosial , bersumber dari
dana zakat, infak dan sedekah. selain itu dapat dari pendapatan- pendapatan yang diragukan .

Manfaat Al-Qardh

1. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapattalangan jangka
pendek

2. Al-qardh al-hasan merupakan salah satu ciri pembeda antara bank syariah dankonvensional yang
didalamnya terkandung misi sosial disamping misi komersial

3. Adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik danmeningkatkan loyalitas
masyarakat terhadap bank syariah.

2.6 Landasan Syariah Jasa

Adapun landasan syariah jasa yaitu Al-Qur’an, Hadist dan Ijma’.

2.7 Macam - macam jasa

Jasa jasa bank merupakan kegiatan perbankan yang ke tiga. Tujuan pemberian jasa jasa bank ini adalah
untuk mendukung dan memperlancar kegiatn menghimpun dana dan menyalurkan dana. Keuntungan
dari transaksi dalam jasa-jasa bank ini disebut juga fee based.

Adapun keuntungan yang diperoleh dari jasa-jasa bank ini antara lain:

- Biaya administrasi

- Biaya kirim

- Biaya tagih

- Biaya provisi dan komisi


- Biaya iuran

- Biaya sewa

Adapun jenis-jenis jasa bank adalah:

a.Transfer (Kiriman Uang)

Merupakan jasa pengiriman uang lewat bank baik dalam kota, luar kota maupun keluar negri. Lama
pengiriman tergantung dari sarana yang digunakan. Sarana yang digunakan dalam jasa transfer ini
tergantung kemauan nasabah. Sarana yang dipilihakan memengaruhi kecepatan pengiriman dan besar
kecilnya biaya pengiriman. Sarana-sarana yang bisa digunakan adalah: Surat, Telex, Telepon, Faximile
dan OnlineComputer

Adapun keuntungan yang diperoleh oleh masing-masing pihak dalamtransfer ini adalah:

- Bagi Nasabah: Pengiriman uang lebih cepat, Aman sampai tujuan, Pengiriman dapat dilakukan lewat
telpon melalui pembebanan rekening dan Prosedur mudah danaman.

- Bagi Bank: Biaya kirim, Biaya provisi dan komisi dan Pelayanan kepada nasabah

b. Bank Garansi

Yaitu jaminan pembayaran yang diberikan oleh bank kepada suatu pihak, baik perorangan, perusahaan
atau badan/lembaga lainnya dalam bentuk surat jaminan. Pihak- pihak yang terlibat dalam fasilitas bank
garansi yaitu: Pihak peminjam (Bank), Pihakterjamin (Nasabah) dan Pihak penerima jaminan (Pihak
ketiga)

c. Kliring (Clearing)

Merupakan jasa penyelesaian utang piutang antara bank dengan cara salingmenyerahkan warkat-warkat
yang akan dikliringkan di lembaga kliring (penagihanwarkat seperti cek atau BG yang berasal dari dalam
kota).

2.8 Aplikasi Jasa dalam Perbankan

Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk
mewakili dirinya melakukan pekerjaan atau jasa tertentu, seperti pembukaan letter of credit, inkaso dan
transfer uang. Bank dan nasabah yang dicantumkan dalam akad pemberian kuasa harus cakap hukum.
Khusus untuk pembukaan Letter of Credit apabila dana nasabah tidak cukup, maka penyelesaian
L/C(settlement LC) dapat dilakukan dengan pembiayaan Murabahah, Mudharabah, atau Musyarakah.
Tugas, wewenang dan tanggung jawab bank harus jelas sesuai kehendak nasabah, Setiap tugas yang
dilakukan harus mengatasbnamakan nasabah dan harus mampu dilaksanakan oleh bank. Atas
pelaksanaan tugasnya tersebut, bank mendapatkan imbalan (fee) berdasarkan kesepakatan bersama.
Kelalaian dalam menjalankan kuasa menjadi tanggung jawab bank, kecuali kegagalan karena force
majeure menjadi tanggung jawab nasabah. Apabila bank yang ditunjuk lebih dari satu, maka masing-
masing bank tidak boleh bertindak sendiri-sendiri tanpa musyawarah dengan bank yanglain, kecuali
seizin nasabah. Pemberian kuasa berakhir setelah tugas dilaksanakan dan disetujui bersama antara
nasabah dengan bank. Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjalin pembayaran suatu
kewajiban pembayaran. Bank dapat mempersyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana
untuk fasilitas ini, dan bank menerima dana tersebut dengan prinsip wadi`ah. Bank mendapatkan
imbalan atas jasa yang diberikan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Wakalah berarti pelimpahan kekuasaan oleh seseorang/satu pihak sebagai pihak pertama
kepada orang/pihak lain sebagai pihak kedua dalam hal yang diwakilkan, dalam hal ini pihak
kedua hanya melaksanakan sesuatu sebatas kuasa atau wewenang yang diberikan oleh pihak
pertama kepadanya
2) Kafalah adalah Akad dari pihak pertama dan pihak kedua dapat berupa perjanjian yang
mengikat dimana tidak dapat dibatalkan secara sepihak, pihak penjamin tersebut bisa
mendapatkan imbalan dari pihak yang tertanggung selagi tidak memberatkan pihak tertanggung
3) Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminanatas peminjaman
yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilaiekonomis
4) Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada oranglain yang wajib
menanggungnya. dalam istilah para ulama yaitu pemindahan beban utang dari muhil ( orang
yang berutang ) menjadi tanggungan muhal alaih ( orang yang berkewajiban membayar utang)
5) Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih ataudiminta kembali
(meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan), salingmembantu dan bukan transaksi komersial

B. Saran

Demikian pembahasan dari makalah ini yang disusun sebagai bahan materi pembelajaran
menggunakan kata-kata yang mudah di mengerti, serta rangkainan materi di sajikan secara sistematis
agar mudah di pahami oleh mahasiswa/i lainnya, pengembangan dan inovasi dalam pembelajaran
materi,perlu dilakukan sejak dini, oleh karna itu saya akan menerima kritik dan saran dari Dosen
pembimbing dan pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dan agar mendongkrak
kemauan kami untuk belajar guna sebagai bekal kami kelak.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Isa Ahsyur, Fikih Almuyassar Fi al-Muamalah,(Teri). (Solo: Pustaka Mantiq, 1995)

https://tafsirweb.com/4845-surat-al-kahfi-ayat-19.html

https://tafsirq.com/12-yusuf/ayat-55

https://tafsirq.com/57-al-hadid/ayat-11

https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-283

https://tafsirq.com/12-yusuf/ayat-72

Ridwan, Akad-akad pada Perbankan Syari’ah di Indonesia, cet. 1, Banda Aceh, Yayasan PeNA, 2010.

Suhendi, Hendi.,Fiqh Mu’amalah, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2002.

Syafi’I Antonio, Muhammad., Bank Syari’ah, cet. 1, Jakarta: Gema Insani, 2001.

Anda mungkin juga menyukai