Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

“Akad Wakalah dan Hiwalah ”

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Manajemen Perbankan


Syariah

Dosen Pengampu :

Faisal Rahimi, S.E., M.M.

Disusun Oleh: Kelompok 6

Maulana Firdausi Alghifar 20200510017


Muhamad Riza Immamudin 20200510200
Salsa Silvana 20200510246
Seftiani 20200510248
Tasya Juliantika 20200510090

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KUNINGAN

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur khadirat Allah yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Akad Wakalah dan
Hiwalah” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen


Perbankan Syariah. Selain itu, makalah ini disusun bertujuan untuk menambah
ilmu pengetahuan tentang Manajemen Perbankan Syariah bagi para pembaca dan
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Faisal Rahimi ,SE.,M.M.


selaku dosen Mata Kuliah Manajemen Perbankan Syariah. Ucapan terima kasih
juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
makalah ini. Kami sangat menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Kuningan, 19 November 2023.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3. Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Definisi Wakalah......................................................................................3
2.2 Rukun dan Syarat Wakalah.......................................................................3
2.3 Hikmah Wakalah dan Jenis Wakalah........................................................4
2.4 Skema Akad Wakalah...............................................................................5
2.5 Definisi Hiwalah........................................................................................6
2.6 Rukun dan Syarat Hiwalah........................................................................6
2.7 Jenis- Jenis Hiwalah dan Skema Hiwalah.................................................7
BAB III PENUTUP................................................................................................9
3.1 Kesimpulan...............................................................................................9
3.2 Saran.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Akad Wakalah ........................................................................ 5


Gambar 2.2 Skema Aakad Hawalah....................................................................... 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wakalah dan Hawalah/Hiwalah sering kita dengar baik dalam ekonomi


syariah maupun dalam lembaga keuangan syariah. Hal tersebut dalam dunia
perbankan terdapat dalam produk jasa. Pada umumnya masyarakat awam tidak
begitu memahami apa yang dimaksud dengan hal tersebut. Untuk Indonesia
sebagai negara muslim sudah seharusnya sistem keuangan yang digunakan
berlandaskan prinsip syariah. Namun, saat ini prinsip syariah belum begitu
terealisasi penggunaannya.

Wakalah berupa penyerahan atau pendelegasian dari satu pihak kepihak


lain dan harus dilakukan dengan yang telah disepakati oleh si pemberi mandat.
Hawalah/Hiwalah dapat digunakan untuk pemindahan utang dari seseorang
kepada orang lain. Ini sangat sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu pemakalah mengangkat materi tentang, wakalah, kafalah, dan
hawalah/hiwalah.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi akad wakalah?


2. Apa saja rukun dan syarat wakalah?
3. Bagaimana hikmah dan jenis wakalah?
4. Bagaimana skema akad wakalah dan pembagian wakalah?
5. Apakah definisi hiwalah?
6. Bagaimana rukun dan syarat hiwalah?
7. Apa saja jenis-jenis hiwalah dan bagaimana skema hiwalah?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui apakah definisi akad wakalah


2. Untuk mengetahui apa saja rukun dan syarat wakalah

1
3. Untuk mengetahui bagaimana hikmah dan jenis wakalah
4. Untuk mengetahui bagaimana skema akad wakalah dan pembagian
wakalah
5. Untuk mengetahui apakah definisi hiwalah
6. Untuk mengetahui bagaimana rukun dan syarat hiwalah
7. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis hiwalah dan bagaimana skema
hiwalah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Wakalah

Wakalah atau wakilah merupakan isim masdhar yang secara etimologi


bermakna taukil, yaitu menyerahkan, mewakilkan dan menjaganya.
Wakalah secara bahasa berasal dari kata wakala yang sinonimnya, selama
wadhafa yang artinya menyerah. Wakalah juga berarti al-Hifzu yang berarti
menjaga dan memelihara. (Ar ianti, 2015:133).

Wakalah adalah suatu akad dimana pihak pertama menyerahkan


wewenang kepada pihak kedua untuk melalukan sesuatu perbuatan hukum
yang bisa digantikan atas nama orang lain pada masa hidupnya. Dengan
demikian, apabila penyerahan tersebut harus dilakukan setelah orang yang
mewakilkan meninggal dunia, seperti wasiat, maka hal tersebut tidak
termasuk wakalah. (Arianti, 2015:134-136).

2.2 Rukun dan Syarat Wakalah

1. Muwakill (orang yang mewakilkan)


Syaratnya : Dia berstatus sebagai pemilik urusan/benda dan
menguasainya serta dapat bertindak terhadap harta tersebut dengan
dirinya sendiri.
2. Wakil (orang yang mewakili)
Syaratnya : Orang yang berakal. Menurut Hanafiah, anak kecil yang
mumayyiz ( dapat membedakan baik dan buruk) sah menjadi wakil.
3. Muwakkal fih ( sesuatu yang diwakilkan)
Syaratnya :
 Pekerjaan/urusan itu dapat diwakilkan atau digantikan oleh orang
lain,

3
 Pekerjaan itu dimiliki oleh muwakil sewaktu akad wakalah, maka
dari itu, tidak sah apabila berwakil menjual sesuatu yang belum
dimilikinya,
 Pekerjaan itu diketahui secara jelas.
4. Shigat , hendaknya berupa lafaz yang menunjukkan arti mewakilkan.
Dalam sighat, qabul si wakil disyaratkan, artinya seandainya si wakil
tidak mengucapkan qabul tetap dianggap sah.

Pekerjaan yang boleh diwakilkan adalah semua pekerjaan yang dapat


diadakan oleh dirinya sendiri, artinya secara hukum pekerjaan itu dapat
gugur jika digantikan. Misal, mewakilkan orang lain untuk menjual atau
membeli.

2.3 Hikmah Wakalah dan Jenis Wakalah

Pada hakikatnya wakalah adalah pemberian dan pemeliharaan amanat.


Oleh karena itu, baik muwakil (orang yang mewakilkan) dan wakil (orang
yang mewakili) yang sudah melakukan Kerjasama kontrak wajib untuk
menjalankan hak dan kewajibannya, saling percaya dan menghilangkan sifat
curiga dan berburuk sangka. Disisi lain, dalam kesempatan menjalankan
pekerjaannya sendiri. Dengan mewakilkan kepada orang lain, maka
muncullah sikap saling tolong menolong dan memberikan pekerjaan bagi
orang lain. Muwakkil akan terbantu dalam menjalankan pekerjaannya,
sedangkan wakil tidak kehilangan pekerjaannya disamping mendapat
imbalan sewajarnya.

Berakhirnya wakalah , dikarenakan salah satu sebab berikut :

1. Matinya salah seorang dari berakad


2. Salah satunya gila
3. Pekerjaan yang dimaksud dihentikan

4
4. Pemutusan oleh muwakil terhadap wakil meskipun wakil tidak
mengetahui (menurut Syafi’i dan Hambali), tetapi menurut Hanafi,
wakil wajib tahu.
5. Wakil memutuskan sendiri
6. Keluarnya orang yang mewakilkan (muwakil) dari status pemilikan.

 Jenis – jenis wakalah


Ada beberapa jenis wakalah, antara lain :
1. Wakalah al muthlaq, yaitu mewakilkan secara mutlak tanpa Batasan
waktu
2. Wakalah al muqayyadah , yaitu penunjukan wakil untuk bertindak
atas Namanya dalam urusan – urusan tertentu
3. Wakalah al’ammah, perwakilan yang lebih luas dari al muqayyadah
tetapi lebih sederhana daripada al muthlaqah.

2.4 Skema Akad Wakalah

Gambar 2.1 Skema Akad dan Pembagian Wakalah

Nasabah kontrak + fee


(Muwakil)

Bank
Inkaso
(wakil)
Transfer

Investor Kontrak + fee


(Muwakil)

1. Nasabah (muwakkil) memberikan kuasa kepada pihak bank


syariah (wakil) untuk melakukan transaksi tertentu, misalnya
pembelian barang atau investasi.

5
2. Bank syariah selaku wakil kemudian melakukan transaksi tersebut
sesuai dengan instruksi dari nasabah.
3. Setelah transaksi selesai, bank syariah akan menyerahkan hasil
transaksi tersebut kepada nasabah.
4. Sebagai imbalan, nasabah akan memberikan fee atau upah kepada
bank syariah.

2.5 Definisi Hiwalah

Menurut Bahasa yang dimaksud hawalah ialah al-intiqal dan al-tahwil,


artinya memindahkan atau mengalihkan. Sedangkan menurut Ibrahim Anis
mengatakan bahwa hiwalah berasal dari kata hawwala yang sinonimnya
ghayyara, artinya mengubah dan memindahkan. Hiwalah secara terminologi
didefinisikan sebagai:

1. Menurut Jumhur Ulama


“Akad yang menghendaki pengalihan hutang dari tanggungjawab
seseorang kepada tanggungjawab orang lain”
2. Sayyid Sabid dalam bukunya fiqh al-sunnah, dia mendefinisikan
hiwalah sebagai:
“Hiwalah adalah memindahkan hutang dari tangungan orang yang
memindahkan kepada orang yang dipindahi hutang”.

Berdasarkan definisi yang telah dikemukkan di atas, dapat


dipahami hiwalah adalah suatu akad pemindahan hak dari orang yang
berhutang kepada orang yang dibebani tanggungan pembayaran utang
tersebut bila terdapat hutang yang sama. (Arianti, 2015:163-165).

2.6 Rukun dan Syarat Hiwalah


Menurut madzhab Maliki, Syafi’i, Hambali, rukun hiwalah ada 6 :

1. Pihak pertama (muhil) yaitu orang yang menghiwalahkan


( memindahkan) utang

6
2. Pihak kedua ( muhal ) yaitu orang yang dihiwalahkan ( orang yang
mempunyai utang kepada muhil)
3. Pihak ketiga ( muhal’alaih) yaitu orang yang menerima hiwalah
4. Ada piutang muhil kepada muhal
5. Ada piutang muhal’alaih kepada muhil
6. Ada sighat hiwalah yaitu ijab dari muhil dengan kata – katanya,
“Aku hiwalahkan utangku yang hak bagi engkau kepada fulan” dan
qabul dari muhal dengan kata “Aku terima hiwalah engkau”.
 Syarat Hiwalah
1. Pihak pertama (muhiwal 'ilaih): Orang yang berutang dan ingin
memindahkan utangnya kepada orang lain. Dia harus baligh,
berakal, tidak gila, dan memberikan persetujuan untuk proses
hiwalah.
2. Pihak kedua (muhiwal lahu): Orang yang menerima pemindahan
utang. Dia harus menyetujui untuk mengambil alih utang dari
pihak pertama.
3. Pihak ketiga: Orang yang menjadi objek akad. Dia harus
memenuhi persyaratan tertentu dan bersedia untuk membayar
utang kepada pihak kedua. Namun, kewajiban untuk membayar
hutang baru hanya dapat dibebankan kepadanya jika dia sendiri
berhutang kepada pihak kedua.
4. Ijab dan kabul: Penyempurnaan akad hiwalah memerlukan ijab
(penawaran) dari pihak pertama dan kabul (penerimaan) dari pihak
kedua.. (Arianti, 2015:166-168)

2.7 Jenis- Jenis Hiwalah dan Skema Hiwalah

Madzhab Hanafi membagi hiwalah dalam beberapa bagian:

 Ditinjau dari segi objek akad, hiwalah dibagi menjadi 2 jenis :


1. Hiwalah al-haqq yaitu apabila yang dipindahkan itu merupakan
hak menuntut hutang (pemindahan hak).

7
2. Hiwalah al-dayn yaitu apabila yang dipindahkan itu kewajiban
untuk membayar hutang (pemindahan hutang/kewajiban).
 Ditinjau dari jenis akad, hiwalah dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hiwalah al-Muqayyadah: Pemindahan sebagai ganti dari
pembayaran hutang muhil (pihak 1) kepada muhal atau pihak II
(pemindahan bersyarat). Contoh: A berpiutang kepada B sebesar 5
dirham Sedangkan B berpiutang ke C sebesar 5 dirham. B kemudian
memindahkan mengalihkan haknya untuk menuntut piutangnya
yang berada pada C ke A sebagai ganti pembayaran hutang B BC A
kepada A. Jadi, Hiwalah al-muqayyadah pada satu sisi merupakan
hiwalah al-haq karena mengalihkan hak menuntut piutangnya dari C
ke A (pemindahan hak). Disisi lain, sekaligus merupakan hiwalah
al- dayn karena B mengalihkan kepada A menjadi kewajiban C
kepada A (pemindahan hutang/kewajiban).
2. Hiwalah al-Muthlaqah yaitu pemindahan hutang yang tidak
ditegaskan sebagai ganti rugi dari pembayaran hutang muhil (pihak
pertama) kepada muhal atau pihak kedua (pemindahan mutlak).
Contoh: A berhutang kepada B sebesar 5 dirham. Kemudian A
mengalihkan hutangnya kepada C sehingga C berkewajiban
membayar hutang A kepada B tanpa menyebutkan bahwa
pemindahan hutang tersebut sebagai ganti rugi dari pembayaran
hutang C kepada A.

Dengan demikian, hiwalah al-muthlaqah hanya mengandung


hiwalah al-dayn saja karena yang dipindahkan hanya hutang A kepada B
menjadi hutang C kepada B.

 Skema Akad Hiwalah

Gambar 2.2 Skema Akad Hiwalah

8
1. Muhil menyuplai barang kepadaa muhal (pembeli).
2. Setelah muhil mengirim barang kepada muhal, namun muhal tidak mampu
melakukan pembayaran, oleh karena itu muhil menyerahkan invoice
kepada muhal alaih (bank).
3. Muhal alaih membeli tagihan dari muhal dan melaksanakan pembayaran.
4. Muhal alaih melakukan penagihan kepada muhil yang didukung oleh
invoice dari muhil.
5. Hasil penagihan berasal dari muhal diserahkan kepada muhal alaih.

Demikianlah mekanisme akad hawalah dalam perbankan syariah.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Wakalah berupa penyerahan atau pendelegasian dari satu pihak kepihak


lain dan harus dilakukan dengan yang telah disepakati oleh si pemberi
mandat. Hawalah/Hiwalah dapat digunakan untuk pemindahan utang dari

9
seseorang kepada orang lain. Ini sangat sering terjadi dalam kehidupan
sehari-hari.

3.2 Saran

Dalam penyusunan makalah ini kami hadapi sedikit kesusahan


yang disebabkan terbatasnya ilmu pengetahuan. Kami menyadari akan
keterampilan yang kami miliki masih dalam proses belajar. Dalam
pembuatan makalah ini kami telah berupaya semaksimal mungkin. Tetapi
kami percaya dalam makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
sebab itu, kami mengharapkan anjuran serta pula kritik membangun
supaya lebih maju kedepannya. Kami berharap makalah ini dapat berguna
untuk pembacanya.

DAFTAR PUSTAKA

References

Andri Rivai, S. (2020). Produk Jasa Pada Bank Syariah dan Aplikasinya . Jurnal Waraqat ,
146-170.

Fittria, A. (2021 ). Teori Dasar Fiqih Muamalah . Semarang : UIN Walisingo Semarang .

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah . (2011). Mahkamah Agung Republik Indonesia.

10
Maulana, I. (2020, Oktober ). Aplikasi Akad Wakalah Dalam Letter Of Credit Bank Syariah
Mandiri. Jurnal Asy-Syukriyyah, 175-193.

Nurul Ichsan Hasan, M. (2014). Perbangkan Syariah (Sebuah Pengantar). GP Press Group
, Ciputat .

Roos Nelly, S. (2021, September 2). Wakalah, Kafalah, Dan Hawalah. Jurnal Institusi
Politeknik Ganesha Medan, 228-233.

11

Anda mungkin juga menyukai