Dosen Pengampu :
UNIVERSITAS KUNINGAN
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur khadirat Allah yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Akad Wakalah dan
Hiwalah” dengan tepat waktu.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3. Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Definisi Wakalah......................................................................................3
2.2 Rukun dan Syarat Wakalah.......................................................................3
2.3 Hikmah Wakalah dan Jenis Wakalah........................................................4
2.4 Skema Akad Wakalah...............................................................................5
2.5 Definisi Hiwalah........................................................................................6
2.6 Rukun dan Syarat Hiwalah........................................................................6
2.7 Jenis- Jenis Hiwalah dan Skema Hiwalah.................................................7
BAB III PENUTUP................................................................................................9
3.1 Kesimpulan...............................................................................................9
3.2 Saran.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1
3. Untuk mengetahui bagaimana hikmah dan jenis wakalah
4. Untuk mengetahui bagaimana skema akad wakalah dan pembagian
wakalah
5. Untuk mengetahui apakah definisi hiwalah
6. Untuk mengetahui bagaimana rukun dan syarat hiwalah
7. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis hiwalah dan bagaimana skema
hiwalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pekerjaan itu dimiliki oleh muwakil sewaktu akad wakalah, maka
dari itu, tidak sah apabila berwakil menjual sesuatu yang belum
dimilikinya,
Pekerjaan itu diketahui secara jelas.
4. Shigat , hendaknya berupa lafaz yang menunjukkan arti mewakilkan.
Dalam sighat, qabul si wakil disyaratkan, artinya seandainya si wakil
tidak mengucapkan qabul tetap dianggap sah.
4
4. Pemutusan oleh muwakil terhadap wakil meskipun wakil tidak
mengetahui (menurut Syafi’i dan Hambali), tetapi menurut Hanafi,
wakil wajib tahu.
5. Wakil memutuskan sendiri
6. Keluarnya orang yang mewakilkan (muwakil) dari status pemilikan.
Bank
Inkaso
(wakil)
Transfer
5
2. Bank syariah selaku wakil kemudian melakukan transaksi tersebut
sesuai dengan instruksi dari nasabah.
3. Setelah transaksi selesai, bank syariah akan menyerahkan hasil
transaksi tersebut kepada nasabah.
4. Sebagai imbalan, nasabah akan memberikan fee atau upah kepada
bank syariah.
6
2. Pihak kedua ( muhal ) yaitu orang yang dihiwalahkan ( orang yang
mempunyai utang kepada muhil)
3. Pihak ketiga ( muhal’alaih) yaitu orang yang menerima hiwalah
4. Ada piutang muhil kepada muhal
5. Ada piutang muhal’alaih kepada muhil
6. Ada sighat hiwalah yaitu ijab dari muhil dengan kata – katanya,
“Aku hiwalahkan utangku yang hak bagi engkau kepada fulan” dan
qabul dari muhal dengan kata “Aku terima hiwalah engkau”.
Syarat Hiwalah
1. Pihak pertama (muhiwal 'ilaih): Orang yang berutang dan ingin
memindahkan utangnya kepada orang lain. Dia harus baligh,
berakal, tidak gila, dan memberikan persetujuan untuk proses
hiwalah.
2. Pihak kedua (muhiwal lahu): Orang yang menerima pemindahan
utang. Dia harus menyetujui untuk mengambil alih utang dari
pihak pertama.
3. Pihak ketiga: Orang yang menjadi objek akad. Dia harus
memenuhi persyaratan tertentu dan bersedia untuk membayar
utang kepada pihak kedua. Namun, kewajiban untuk membayar
hutang baru hanya dapat dibebankan kepadanya jika dia sendiri
berhutang kepada pihak kedua.
4. Ijab dan kabul: Penyempurnaan akad hiwalah memerlukan ijab
(penawaran) dari pihak pertama dan kabul (penerimaan) dari pihak
kedua.. (Arianti, 2015:166-168)
7
2. Hiwalah al-dayn yaitu apabila yang dipindahkan itu kewajiban
untuk membayar hutang (pemindahan hutang/kewajiban).
Ditinjau dari jenis akad, hiwalah dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hiwalah al-Muqayyadah: Pemindahan sebagai ganti dari
pembayaran hutang muhil (pihak 1) kepada muhal atau pihak II
(pemindahan bersyarat). Contoh: A berpiutang kepada B sebesar 5
dirham Sedangkan B berpiutang ke C sebesar 5 dirham. B kemudian
memindahkan mengalihkan haknya untuk menuntut piutangnya
yang berada pada C ke A sebagai ganti pembayaran hutang B BC A
kepada A. Jadi, Hiwalah al-muqayyadah pada satu sisi merupakan
hiwalah al-haq karena mengalihkan hak menuntut piutangnya dari C
ke A (pemindahan hak). Disisi lain, sekaligus merupakan hiwalah
al- dayn karena B mengalihkan kepada A menjadi kewajiban C
kepada A (pemindahan hutang/kewajiban).
2. Hiwalah al-Muthlaqah yaitu pemindahan hutang yang tidak
ditegaskan sebagai ganti rugi dari pembayaran hutang muhil (pihak
pertama) kepada muhal atau pihak kedua (pemindahan mutlak).
Contoh: A berhutang kepada B sebesar 5 dirham. Kemudian A
mengalihkan hutangnya kepada C sehingga C berkewajiban
membayar hutang A kepada B tanpa menyebutkan bahwa
pemindahan hutang tersebut sebagai ganti rugi dari pembayaran
hutang C kepada A.
8
1. Muhil menyuplai barang kepadaa muhal (pembeli).
2. Setelah muhil mengirim barang kepada muhal, namun muhal tidak mampu
melakukan pembayaran, oleh karena itu muhil menyerahkan invoice
kepada muhal alaih (bank).
3. Muhal alaih membeli tagihan dari muhal dan melaksanakan pembayaran.
4. Muhal alaih melakukan penagihan kepada muhil yang didukung oleh
invoice dari muhil.
5. Hasil penagihan berasal dari muhal diserahkan kepada muhal alaih.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
9
seseorang kepada orang lain. Ini sangat sering terjadi dalam kehidupan
sehari-hari.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
References
Andri Rivai, S. (2020). Produk Jasa Pada Bank Syariah dan Aplikasinya . Jurnal Waraqat ,
146-170.
Fittria, A. (2021 ). Teori Dasar Fiqih Muamalah . Semarang : UIN Walisingo Semarang .
10
Maulana, I. (2020, Oktober ). Aplikasi Akad Wakalah Dalam Letter Of Credit Bank Syariah
Mandiri. Jurnal Asy-Syukriyyah, 175-193.
Nurul Ichsan Hasan, M. (2014). Perbangkan Syariah (Sebuah Pengantar). GP Press Group
, Ciputat .
Roos Nelly, S. (2021, September 2). Wakalah, Kafalah, Dan Hawalah. Jurnal Institusi
Politeknik Ganesha Medan, 228-233.
11