MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah pada Konsentrasi Syariah
dan Hukum Islam Jurusan Dirasah Islamiyah Program Pascasarjana
UIN Alauddin Makassar
Oleh
NUR SAIFUL
NIM : 80100221090
Dosen Pengampu:
PROGRAM PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat
dan salam tak lupa pula kita curahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun oleh penulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Ekonomi Syariah. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami
hambatan dan kekurangan, namun dengan adanya arahan serta bimbingan dari
berbagai pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Namun penulis
menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu penulis berharap pembaca dapat memberikan kritikan dan saran yang
membangun. Akhir kata dari penulis mohon maaf jika masih banyak terdapat
Nur Saiful
i
DAFTAR ISI
1. Wakalah .......................................................................................................... 4
2. Kafalah ........................................................................................................... 9
3. Hawalah ....................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................................. 19
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa lepas untuk berhubungan dengan
orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia sangat
beragam, sehingga terkadang secara pribadi ia tidak mampu untuk memenuhinya, dan
harus berhubungan dengan orang lain. Hubungan antara manusia satu dengan
manusia lain dalam memenuhi kebutuhan, harus terdapat aturan yang menjelaskan
proses untuk berakad atau melakukan kontrak. Islam sebagai agama yang universal
memberikan aturan yang cukup jelas dalam akad untuk dapat diimplementasikan
dalam setiap masa. Dalam pembahasan fiqih, akad atau kontrak yang dapat digunakan
yang ada.
Pada saat ini Indonesia dihadapkan pada perwujudan ekonomi syariah yang
Indonesia ini bisa berkembang terus menerus dan selalu melakukan perbenahan
terhadap beberapa aspek yang dinilai masih perlu dibenahi. Pesatnya perkembangan
aktif terlibat dalam segala aspek perekonomian syariah. Ada mart syariah (212
1
2
MART), ada developer syariah (Rumah Halal Property), ada kredit mobil syariah
fiqh bukan lagi sekedar melegitimasi syariat islam secara hitam putih, tapi fiqih juga
kontrak perbankan Islam yang banyak digunakan baik untuk produk tabungan,
perdagangan dan investasi seperti dalam bentuk pembiayaan berupa biaya ditambah
kemitraan (Mudharabah dan Musyarakah) dan beberapa kontrak forward (Salam dan
Istisna). Selain itu ada pinjaman tanpa bunga untuk orang miskin, petani dan siswa
satunya di bidang pelayanan jasa atau fee based service Kontrak jasa: Wakalah,
Kafalah dan Hawalah menjadi kontrak yang umum digunakan pada perbankan
syariah di Indonesia. Dari layanan jasa yang diberikan, bank memperoleh pendapatan
yang berupa fee based income service yang berasal dari biaya-biaya yang ditujukan
1
Aziziy, M. R.. Tawatu‟ dalam Kajian Fiqih dan Konsekuensinya pada Transaksi Keuangan
(Muamalah Maliyah). Jurnal Istiqro : Jurnal Hukum Islam, Ekonomi Dan Bisnis, 4((2018-1), 68–79.
http://ejournal.iaida.ac.id/index.php/istiqro/article/view/210
2
Siddiqui, A. Financial contracts, risk and performance of Islamic banking. Managerial
Finance (2008)., 34 (10), 680–694. https://doi.org/10.1108/03074350810891001
3
Muhammad Arfan Harahap, Sri Sudiarti. Kontrak Jasa pada Perbankan Syariah: Wakalah,
Kafalah dan Hawalah: Tinjauan Fiqh Muamalah Maliyah. Reslaj: Religion Education Social Laa
Roiba Journal. Volume 4 Nomor 1 (2022)
3
B. Rumusan Masalah
agar pembahasan dapat lebih terarah dan tidak melebar sangat jauh dari tujuan awal
yang ingin dicapai dari penelitian ini. Adapun rumusan masalah tersebut adalah
sebagai berikut:
PEMBAHASAN
1. Wakalah
Definisi akad wakalah dapat ditinjau dari dua aspek yaitu secara kebahasaan
dan peristilahan. Akad wakalah secara bahasa dimaknai sebagai al-hifzh (melindungi)
penyerahan sesuatu kepada pihak lain atas kedudukan dirinya untuk melakukan
urusannya kepada orang lain yang dibolehkan oleh syari‟ah, supaya diwakilkan
mengerjakan apa yang harus dilakukan dan berlaku selama yang mewakilkan masih
kepada orang yang bisa menggantikan dirinya dalam hal-hal yang diperbolehkan
Mewakilkan sesuatu pekerjaan yang dapat dilakukan sendiri itu dianggap sah
menurut syara‟. Seperti jual beli, kawin, thalaq, member, menggadai dan lain-lain
ibadat, ada sebagian pekerjaan yang diperbolehkan dan ada sebagian yang tidak
1
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia 2012),
211.
4
5
diperbolehkan menurut syara‟. Ibadat yang tidak sah diwakilkan kepada orang lain,
seperti sholat, puasa dan hal-hal yang besangkutan dengan itu seperti berwudlu, dan
lain sebagainya. Sebab ibadat adalah berhubungan manusia dengan tuhannya. Ibadat
yang diwakilkan kepada orang lain seperti ibadat haji, umroh, membagi zakat dan
1) Al-Qur‟an
Salah satu dasar dibolehkannya Wakalah adalah firman Allah SWT Qs. Al-
Terjemahnya:
perwakilan dalam bertransaksi, ada solusi yang bisa diambil manakala manusia
mengalami kondisi tertentu dalam mengakses atau melakukan transaki yaitu dengan
jalan wakalah, menetapkan pekerjaan wakil berupa perginya ia kepada tempat dimana
barang tersebut berada (kota), dikenalkannya alat pertukaran transaksi yaitu wariq
atau uang perak dan ketentuan (sighat) terhadap barang (taukil) yang akan diadakan
2) Al-Hadis
اح أ ُ ِّو
ِ ي فًِ قَبُو ِل َِ َك َّ صهَّى هللاُ َعهَ ٍْ ِّ َو َسهَّ َى َو َّك َم َع ًْرو ْبٍَ أ ُ َيٍَّت ان
ّ ض ًْ ِر َ ِأَ ٌَّ َرسُو َل هللا
ٌَت أَبًِ ُس ْفٍَا
َ ُْ َِح ِب ٍْبَتَ َر ْيهَتَ ب
Artinya:
2
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al Quran dan Terjemahannya, Q.s. Al-Kahfi Ayat
19. h. 295
7
b. Rukun Wakalah
1) Dua orang yang melakukan transaksi, yaitu orang yang mewakilkan dan yang
menjadi wakil.
c. Syarat-syarat Wakalah
telah balig dan berakal sehat, baik laki-laki maupun perempuan, boleh dalam
keadaan tidak ada di tempat (gaib) maupun berada di tempat, serta dalam
3
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah:Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), 300.
4
Indah Nuhyatia,” Penerapan dan Aplikasi Akad Wakalah pada Produk Jasa Bank Syariah”,
Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 3, No. 2, 2013, 104.
8
Sesuatu yang dapat dijadikan obyek akad atau suatu pekerjaan yang dapat
syara‟, memiliki identitas yang jelas, dan milik sah dari Al-Muwakkil,
kerjasama usaha, penukaran mata uang, pemberian gaji, akad bagi hasil, talak,
Kesepakatan kedua belah pihak baik lisan maupun tulisan dengan keikhlasan
memberi dan menerima baik fisik maupun manfaat dari hal yang
ditransaksikan.5
1) Matinya salah seorang dari shahibul akad (orang-orang yang berakad), atau
2. Kafalah
hutang, atau barang atau pekerjaan. Sedangkan menurut istilah syara‟, imam Abu
menjadi tanggungan ashiil dalam tuntutan/ permintaan dengan materi atau utang atau
akad yang menetapkan hak pada tanggungan (beban) yang lain atau menghadirkan zat
benda yang dibebankan atau menghadirkan badan oleh orang yang berhak
6
Indah Nuhyatia,” Penerapan dan Aplikasi Akad Wakalah pada Produk Jasa Bank Syariah”,
Vol. 3, No. 2, 2013, 104-105.
7
Muhammad Arfan Harahap, Sri Sudiarti. Kontrak Jasa pada Perbankan Syariah: Wakalah,
Kafalah dan Hawalah: Tinjauan Fiqh Muamalah Maliyah. Reslaj: Religion Education Social Laa
Roiba Journal. Volume 4 Nomor 1 (2022)
10
nama pemberi kuasa atau yang mewakilkan sepanjang kegiatan yang didelegasikan
diperkenankan oleh agama. Dalil yang dipergunakan, antara lain adalah:8
1) Al-Qur‟an
Terjemahnya:
Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang
2) Hadis
Menurut Jumhur ulama rukun dan syarat Kafalah itu adalah sebagai berikut:
1) Dhamin, kafil, atau zaim, yaitu orang yang menjamin dimana ia disyaratkan
8
Siswanto, “Fiqh Muamalah: Kafalah”, Jurnal Prodi Hukum Ekonomi Syari‟ah Fakultas
Syari‟ah IAIN Samarinda, 2015, 17-18.
9
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al Quran dan Terjemahannya, Q.s. Yusuf Ayat
72. h. 244
11
2) Madmun lah, yaitu orang yang berpiutang, syaratnya ialah bahwa yang berpiutang
diketahui oleh orang yang menjamin. Madmun lah disebut juga makful lah,
madmun lah disyaratkan dikenal oleh penjamin karena manusia tidak sama dalam
4) Madmun bih atau makful bih adalah utang, disyaratkan pada makful bih dapat
diketahui dan tetap keadaannya, baik sudah tetap maupun akan tetap.
c. Jenis Kafalah
1) Kafalah dengan jiwa dikenal dengan kafalah bi al-wajhi, yaitu adanya keharusan
2) Kafalah dengan harta, yaitu kewajiban yang harus ditunaikan oleh dhamin atau
3. Hawalah
Secara bahasa hawalah atau hiwalah ( ) حوال ةberasal dari kata dasarnya dalam
fi'il madhi: haala - yahuulu - haulan () حو ال ي حول حال. Kata “Al-Hiwalah” huruf ha‟
dibaca kasrah atau kadang-kadang dibaca fathah, berasal dari kata “At-Tahawwul”
10
Ahmad Wardhi Muslich, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 443.
12
“Hala „anil „ahdi” yaitu terlepas dari tanggungjawab.11 Secara umum maknanya
konteks pemindahan utang dari tanggungan orang yang berutang atau al-muhil
menjadi tanggungan orang yang akan melakukan pembayaran utang atau al-muhal
„alaih.
„pengalihan kewajiban membayar utang dari beban pihak pertama kepada pihak lain
dari beban seseorang menjadi beban orang lain‟. Jadi Hawalah merupakan
pemindahan utang yang dilakukan seseorang kepada orang lain dengan dasar
a. Dasar Hukum
1) Al Qur‟an
11
Nurazizah, N. E. Implementasi Akad Hiwalah dalam Hukum Ekonomi Islam di Perbankan
Syariah. Tafaqquh: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Dan Ahwal Syahsiyah, 2008 5(2), 59-74.
http://ejournal.kopertais4.or.id/sasambo/index.php/tafaqquh/article/view/3977
12
Wahbah al-Juhaili,. al-Fiqh al-Islami wa adilatuhu. Damaskus: Dar al-Fiqr al-
Mua‟sshim. 2005. h. 34
13
Terjemahnya:
2) Al Hadis
ظُ ْه ٌى فَإ ِ َرا أ ُ ْتبِ ُع أَ َح ُذ ُك ْى َعهَى َيهِ ًٍّ فَ ْهٍَ ْتبَ ْع (رواِ بخري يسهى
Artinya:
13
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al Quran dan Terjemahannya, Q.s. Al-Maidah
Ayat 2. h. 106
14
hiwalah terjadi. Apabila tidak terpenuhi salah satunya, maka akad hiwalah tidak
1) Muhil
Pertama, rukun hiwalah adalah muhil, yaitu orang yang mempunyai hutang.
Dalam hal ini, muhil harus berakal sehat, baligh, dan mempunyai kemampuan
2) Muhal
Muhal yaitu orang memberikan hutang atau pihak piutang. Sama seperti syarat
muhil, pihak muhal harus mencapai usia baligh, berakal sehat dan melaksanakan
akad ini secara sukarela tanpa paksaan. Ijab qabul hiwalah yang dikatakan
oleh muhal harus berada dalam majelis akad disaksikan pihak terkait, dan
3) Muhal'alaih
Rukun hiwalah ketiga yakni muhal'alaih sebagai orang pemilik hutang dan
bertanggung jawab melunasi hutang pihak muhil. Pihak ini harus mempunyai akal
pengucapan ijab qabul dalam majelis akad dengan kehadiran peserta terkait.
oleh muhil dari muhal, dan dinyatakan akan dilunasi oleh muhal‟alaih. Hutang
15
tersebut boleh berupa uang, aset, dan benda-benda berharga lainnya. Meski
demikian, sesuai dengan hukum syariah, hutang tersebut tidak boleh berbentuk
benda setengah jadi atau belum ada nilainya (misal bibit tanaman yang belum
Selain rukun hiwalah, terdapat syarat hiwalah yang harus dipersiapkan dalam
2) Produk hutang harus dibayarkan sesuai haknya yang sama baik jenis dan jumlah
utang, waktu pelunasan, dan kualitasnya. Misalnya bentuk hutang berupa emas,
pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan‟. Akad wakalah pada
hakikatnya adalah akad yang digunakan oleh seseorang apabila dia membutuhkan
orang lain atau mengerjakan sesuatu yang tidak dapat dilakukannya sendiri dan
Ekonomi Syariah (KHES) wakalah adalah „pemberian kuasa kepada pihak lain untuk
mengerjakan sesuatu‟. Pemberian kuasa dalam wakalah ini dilakukan karena pihak
pertama tidak dapat mengerjakan pekerjaannya, jadi dilimpahkan kepada pihak kedua
untuk mengerjakannya.
Akad wakalah diaplikasikan pada produk perbankan salah satunya pada jasa
layanan transfer. Dalam transaksi transfer ditinjau dari perspektif fiqh, yang mana
akad ini masuk dalam kategori pemberian kuasa dengan upah (Wakalah bi ajr). Pihak
bank berposisi sebagai wakil dari nasabah pengirim, dengan imbalan yang berupa
biaya administrasi yang meliputi: komisi, biaya penggunaan alat-alat komunikasi dan
upah pengiriman uang. Pengambilan komisi atas suatu jasa diperbolehkan oleh
syara‟, apalagi jika tidak berupa persentase dari modal, tetapi berupa upah tertentu
dari aktivitas (pelayanan) ini. Dari sini dapat dikatakan bahwa transfer diperbolehkan
dalam syariat Islam dengan syarat jasa-jasa yang diberikan oleh bank berkenaan
dengan aktivitas transfer tersebut tidak melebihi batas garis kewajaran, dan bank
tidak berlebihan dalam mengambil keuntungan dari setiap jasa yang ditawarkan.14
Akad wakalah juga biasa digunakan dengan akad lain dalam pembuatan
mereka tidak dapat menjalankan kewajiban maupun menerima hak secara langsung,
14
Khalil, A. W. Transfer Dana dalam Perspektif Hukum Islam. Al Hurriyah: Jurnal Hukum
Islam, 15 2018 (2), 23–41.
17
memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa
tertentu, seperti pembukuan L/C (Letter Of Credit Import Syariah & Letter Of Credit
Syariah.15 Selain itu, dapat juga menggunakan akad wakalah bil ujrah dan
perbankan syariah.17 Sebagai bentuk dari jaminan yang menjamin kewajiban dalam
transaksi keuangan, bukan hanya konsep yang melindungi bank dari risiko gagal
bayar (di mana bank berdiri sebagai penerima manfaat) tetapi juga digunakan untuk
kewajiban, yang dijanjikan pelanggan untuk dipenuhi (di mana bnk adalah penjamin).
seperti: Pertama, Garansi Bank (Bank Guarante), garansi bank diberikan dalam
jangka waktu tertentu terhadap obyek penjaminan yang jelas spesifikasi, jumlah dan
diperjanjikan penjual jasa atau menjamin pembayaran utang pada saat jatuh tempo.
Syariah (Syariah Charge Card), merupakan kartu yang berfungsi mirip seperti kartu
pengalihan utang dari muhil al-ashil kepada muhal „alaih. Dalam Keputusan Fatwa
menyatakan hukum hawalah berdasarkan ijma para ulama sepakat atas kebolehan
akad hawalah. Selanjutnya dikuatkan dengan kaidah fiqih Pada dasarnya, semua
seperti: Pertama, Novasi atau pembaharuan utang. Nasabah sebagai pihak yang
berutang kepada bank digantikan pihak ketiga, sehingga utang nasabah kepada bank
beralih kepada pihak ketiga (hiwalah al-dain). Kedua, Cessie, nasabah menyerahkan
piutang yang dimilikinya dari pihak ketiga kepada bank (hawalah al-haqq), sehingga
terjadi pergantian pihak yang berpiutang pada awalnya nasabah menjadi pihak bank.
Ketiga, Anjak Piutang (factoring), nasabah memiliki piutang kepada pihak ketiga dan
memindahkan piutang tersebut kepada bank, lalu bank membayar piutang tersebut
dan bank menagihnya dari pihak ketiga. Keempat, Take-Over, merupakan produk
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Secara induktif dan analisis isi terhadap data-data di atas jelas bahwa. Wakalah
merupakan suatu transaksi di mana seseorang menyerahkan kepada orang lain
2. Pengaplikasian transaksi yang berbasis jasa yang sering disebut dengan istilah,
Wakalah, Kafalah, maupun Hawalah tiga materi ini merupakan praktik transaksi
Syari‟ah yang sering gunakan baik dalam perbankan maupun pada kehidupan
perekonomian Syariah.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini bisa dijadikan sebagai referensi dan adanya
upaya peningkatan diskusi, memahami lebih jauh lagi sebagai salah cara
19
DAFTAR PUSTAKA
Aziziy, M. R.. Tawatu‟ dalam Kajian Fiqih dan Konsekuensinya pada Transaksi
Keuangan (Muamalah Maliyah). Jurnal Istiqro : Jurnal Hukum Islam,
Ekonomi Dan Bisnis, 4(1 2018)
Indah Nuhyatia,” Penerapan dan Aplikasi Akad Wakalah pada Produk Jasa Bank
Syariah”, Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 3, No. 2, 2013
Muhammad Arfan Harahap, Sri Sudiarti. Kontrak Jasa pada Perbankan Syariah:
Wakalah, Kafalah dan Hawalah: Tinjauan Fiqh Muamalah Maliyah. Reslaj:
Religion Education Social Laa Roiba Journal. Volume 4 Nomor 1 2022
Nawawi, Ismail. Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor: Ghalia Indonesia,
2012
Nazmi, R., Komarudin, P., & Hani, U. Praktik Akad Wakalah di Perbankan Syari‟ah
(Analisis Fatwa DSN MUI No: 10/DSN-MUI/IV /2000). Universitas Islam
Kalimantan.
Nuhyatia, I. Penerapan dan Aplikasi Akad Wakalah pada Produk Jasa Bank Syariah.
Economic: Jurnal Ekonomi Dan Hukum Islam, 3 2013 (2)
Syariah. Tafaqquh: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Dan Ahwal Syahsiyah, 2008 5(2)
Siddiqui, A. Financial contracts, risk and performance of Islamic banking.
Managerial Finance., 34 (10 2008)
Siswanto, Fiqh Muamalah: Kafalah, Jurnal Prodi Hukum Ekonomi Syari‟ah Fakultas
Syari‟ah IAIN Samarinda. 2015