Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Bisnis dan
Syariah
Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT. yang telah memberi kita rahmat, karunia
serta kasih sayang-Nya hingga makalah yang berjudul “HEDGING SYARIAH” ini dapat
diselesaikan sebaik mungkin. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW. yang telah berjihad untuk menyiarkan ajaran-ajaran Islam yang
agung dalam akhlak Beliau yang mulia. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak
Desmadi Saharuddin selaku dosen mata kuliah Hukum Bisnis Syariah.
Saya sebagai penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan, oleh karenanya kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
Saya harapkan. Adapun segala kekurangan dan kesalahan pada makalah ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawab penulis. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga dengan
makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi
kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
BAB III....................................................................................................................................10
PENUTUP...............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Hedging merupakan salah satu transaksi untuk melindungi nilai mata uang dari
fluktuasi pertukaran mata uang. Hedging dapat diartikan sebagai perjanjian yang dibuat
untuk mengatur atau menjaga kemungkinan transaksi dari kerugian atas suatu investasi
atau spekulasi, seperti dalam hal pembeli komoditas yang melindungi transaksinya dari
perubahan harga yang tidak diprediksi, dengan cara membeli instrumen terkait terlebih
dahulu untuk penyerahan kemudian hari.
Menurut Faisal sebagaimana dikutip Adrian Sutedi, hedging yaitu suatu tindakan
melindungi perusahaan untuk menghindari atau mengurangi resiko kerugian atas valuta
asing sebagai akibat dari terjadinya transaksi bisnis. Dengan demikian, suatu perusahaan
dapat melakukan transaksi jual beli sejumlah mata uang untuk menghindari resiko
kerugian yang diakibatkan oleh adanya selisih kurs yang terjadi karena transaksi bisnis
yang dilakukan perusahaan tersebut.
Dalam fatwa DSN-MUI menetapkan bahwa hedging yaitu, cara atau teknik untuk
mengurangi resiko yang timbul maupun diperkirakan akan timbul akibat adanya fluktuasi
nilai tukar. Lindung nilai syariah atau islamic hedging atas nilai tukar yaitu, cara atau
teknik lindung nilai atas nilai tukar berdasarkan prinsip syariah. Selanjutnya, yang
dimaksud dengan transaksi lindung nilai atas nilai tukar rupiah adalah transaksi (akad)
yang bertujuan untuk lindung nilai. Salah satu bentuk transaksi hedging yang
diperbolehkan oleh DSN-MUI sebagaimana dalm fatwanya yaitu forward agreement (al-
6
muwa‟adah li „aqd alsharf al-fawri fi al-mustaqbal) adalah saling berjanji untuk transaksi
mata uang asing secara spot dalam jumlah tertentu di masa yang akan datang dengan nilai
tukar atau perhitungan nilai tukar yang disepakati pada saat itu.
Dalam hedging, perjanjian dibutuhkan untuk melindungi nilai terhadap nilai tukar
yang dapat berubah sewaktu-waktu. Perubahan tersebut dapat memberikan pengaruh
negatif berupa kerugian bagi suatu perusahaan. Namun demikian, perjanjian untuk
melakukan transaksi di masa yang akan datang juga dapat menimbulkan ketidakpastian
sehingga dapat dianggap sebagai gharar. Dalam rangka memberikan jawaban tersebut
DSN-MUI telah berusaha mengeluarkan fatwa tentang hedging syariah atau dikenal
dengan islamic hedging. Namun fatwa tersebut belum sepenuhnya memberikan jawaban
yang cukup bagi masyarakat. Karena dianggap masih terdapat pertimbangan-
pertimbangan yang dianggap bertentangan dengan fatwa yang lain.
7
“Sebenarnya sudah mulai 2008 dan 2009 menunjukkan peningkatan tajam, meski
secara volume masih jauh di bawah konven, perkiraan biaya haji pun juga meningkat. Ini
tentu butuh valas,” katanya, dalam jumpa pers, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (2 Maret
2016). Hedging syariah juga harus didahului dengan forward agreement atau rangkaian
forward agreement. Forward agreement adalah saling berjanji (muwa’adah) untuk
melakukan transaksi spot dalam jumlah tertentu di masa yang akan datang dengan nilai
tukar atau perhitungan nilai tukar yang disepakati pada saat saling berjanji. “Selain itu,
transaksi dilakukan tidak untuk spekulasi, melainkan berdasarkan kebutuhan nyata
sehingga terdapat dasar kebutuhan atau underlying transaksi,” imbuhnya.
Peraturan hedging syariah diperlukan untuk memitigasi risiko gejolak yang terjadi
di pasar keuangan. Hal itu terutama bila didasarkan pada terus meningkatnya penggunaan
valas di kalangan pelaku keuangan syariah nasional. Terlebih, kini kinerja perbankan
syariah juga semakin ekspansif, misalnya dengan mulai masuk dalam pembiayaan
ekspor-impor.“Layanan haji dan umrah juga kan menggunakan valas. Lalu ada juga
obligasi syariah. Jadi dengan semakin berkembangnya produk-produk syariah tersebut,
hedging syariah menjadi penting,” tutur Mirza.
8
Dalam kajian yang dilakukan oleh BI, kinerja pembiayaan dengan menggunakan
valas dari perbankan syariah dalam beberapa waktu ke depan diyakini bakal semakin
meningkat. Misalnya saja biaya naik haji yang dalam delapan tahun ke depan bakal
meningkat menjadi Rp52 juta. Angka tersebut bakal terus terdongkrak hingga 17 tahun
mendatang diperkirakan bakal menembus angka Rp81 juta. Hal ini masih belum
memperhitungkan kebutuhan valas oleh perbankan syariah maupun nasabah bisnis
berbasis syariah yang sesuai trennya diperkirakan bakal juga terus meningkat. “Misal
kurs melemah saat pembiayaan memasuki jatuh tempo, maka otomatis biaya dana akan
membengkak dan pada akhirnya berpengaruh terhadap kinerja bisnis,” ungkap Mirza.
9
BAB III
PENUTUP
Kegiatan lindung nilai yaitu suatu cara atau teknik yang dilakukan untuk mengurangi
resiko yang diperkirakan akan timbul akibat adanya fluktuasi harga atau nilai tukar di pasar
keuangan, lindung nilai dapat dilaksanakan dengan menggunakan transaksi swap dan transaksi
forward. Kegiatan Lindung nilai merupakan suatu produk pada Perbankan dalam bidang jasa
untuk para nasabah yang akan melaukukan perdagangan Internasional. Menginat dalam
perdagangan Internasional pasti melibatkan dua atau lebih mata uang dari negara lain sehingga
dapat menimbulkan fluktuasi nilai tukar yang berdampak bagi berbagai macam sektor tak
terkecuali bagi perusahaan yang khusus bergerak di bidang perdagangan Internasional.
Salah satu kerugian yang kemungkinan dialami oleh perusahaan adalah mulai dari
berkurangnya keuntungan dari yang seharusnya didapatkan bahkan hingga tidak mendapatkan
keuntungan sama sekali yang berdampak pada kebangkrutkan perusahaan tersebut. Salah satu
cara untuk mencegah terjadinya fluktuasi tersebut adalah dengan melakukan manajemen risiko
terhadap fluktuasinya mata uang dengan cara melakukan mitigasi risiko dan salah satu produk
yang dapat melakukan pencegahan terhadap fluktuasi mata uang tersebut. Seiring dengan
berkembanganya perbankan syariah khususnya mengenai perdagangan Internaisonal maka
perbankan syariah merasa perlu untuk membuat suatu produk yang dapat untuk memitigasi
risiko kerugian yang akan dialami oleh para pelaku perdagangan Internsional namun harus tetap
sejalan dengan prinsip syariah yang terdapat pada perekonomian Islam, maka MUI melalui
DSN-MUI membentuk kegiatan lindung nilai dengan menggunakan prinsip syariah.
Jika dilihat dari cara transaksinya kegiatan lindung nilai syariah tidak terlalu berbeda
dengan kegiatan lindung nilai konvensional, yang membedakannya adalah pada kegiatan
lindung nilai syariah dilaksanakan dengan syarat tidak boleh mengandung prinsip yang dilarang
dalam perekonomian Islam, salah satu ciri kegiatan lindung nilai syariah adalah tidak boleh
dilakukan untuk kegiatan spekulatif sehingga harus dengan disertai dengan kebutuhan nyata dan
kegiatan lindung nilai syariah harus diawali dengan janji (Wa'ad) yang menyatakan bahwa para
pihak sepakat dimasa yang akan datang yang sudah disepakati untuk melaksanakan transaksi
jual beli mata uang secara tunai dan dengan nominal yang sudah disepakati.
Selain itu kegiatan lindung nilai syariah harus dilaksanakan secara kontan dengan tujuan
1
untuk menghindari spekulasi. Dengan demikian kegiatan lindung syariah yang para pihak
memenuhi syarat sah dan dapat dilaksanakan dalam sebuah akad dalam kegiatan permuamalatan
dalam Islam.
1
DAFTAR PUSTAKA
https://www.stabilitas.id/ketika-syariah-butuh-hedging/