Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGANTAR AKUNTANSI SYARIAH


Diajukan untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah pengantar akuntansi syariah
Dosen Pengampu : Imas Anita, M.Ak.

Disusun Oleh :
Iqbal Firmansyah 2109000583
Anisa Al Mujaida Lego 2109000578

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
CIAMIS 2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Ciamis, 12 Maret 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................1

DAFTAR ISI........................................................................................................................2

BAB I PEMBAHASAN ......................................................................................................3

1. Pengertian Transaksi.............................................................................................................4
2. Prinsip Dasar Transaksi Syariah ...........................................................................................5
3. Transaksi Yang Sesuai Syariah .............................................................................................6
4. Asas-Asas Transaksi Syariah ................................................................................................7
5. Larangan Dalam Transaksi Syariah ......................................................................................8
6. Karakteristik Transaksi Syariah ............................................................................................9

BAB II Penutup.................................................................................................................................10

A Kesimpulan ..........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN
Seiring dengan digalakkannya ekonomi Syariah di Indonesia menjadikan lembaga
keuangan syariah meluncurkan produk-produk dengan menggunakan prinsip syariah. Banyak
lembaga keuangan perbankan konvesional membuka unit-unit syariah guna menyediakan
layanan syariah. Pada tahun 1998 ketika Indonesia sedang dilanda krisis moneter, perbankan
syariah mampu bertahan tidak seperti beberapa bank konvensional yang mengalami likuiditas
akibat krisis tersebut. Fakta tersebut menjadikan daya tarik berkembang pesatnya lembaga
keuangan berbasis syariah di Indonesia. Pada tahun 2010, jumlah perbankan Islam yang
beroperasi terdiri dari bank umum Islam, 27 unit usaha Islam serta 131 BPRS di seluruh
Indonesia.
Setiap perbankan syariah yang ada meluncurkan produk-produk syariah yang
kemudian ditawarkan kepada nasabah. Diantara produk syariah adalah wadi’ah, murabahah,
mudarabah, ijarah, musyarakah, qard, ‘ariyah, salam, istisna, kafalah, wakalah, rahn. Namun
pada pelaksanaannya, produk-produk syariah yang diluncurkan oleh perbankan syariah belum
sepenuhnya menerapkan aturan-aturan seperti terdapat dalam aturan fikih. Diantara
penyebabnya adalah adanya tuntutan pihak bank untuk menerapkan prinsip syariah dan
menjauhi riba. Sebagai alternatifnya, pihak bank melakukan hilah pada produk-produk
syariah yang ditawarkan kepada nasabah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Transaksi
Layaknya dalam suatu perekonomian, apa pun sistem ekonomi
yang dipakaih u b u n g a n a n t a r p i h a k y a n g m e l a k u k a n k e g i a t a n
e k o n o m i a k a n b e r a k h i r d e n g a n transaksi (transaction). Secara umum,
transaksi dapat diartikan sebagai kejadian ekonomi / keuangan yang melibatkan
paling tidak dua pihak (seseorang dengan seseorang atau beberapa orang lainnya)
yang saling melakukan pertukaran, melibatkan diri dalam perserikatan
usaha,pinjam – meminjam dan lain-lain atas dasar suka sama suka atau
pun atas dasar suatu ketetapan hukum / syariat yang berlaku.Dalam sistem
ekonomi Islam, transaksi senantiasa harus dilandasi oleh aturan hukum-hukum Islam
(syariah), karena transaksi adalah manifestasi amal manusia yang bernilai
ibadah di hadapan Allah SWT, sehingga dalam Islam transaksi dapat
dikategorikan menjadidua, yakni :
1.Transaksi yang halal,
2.Transaksi yang haram
Transaksi halal adalah semua transaksi yang dibolehkan oleh
s y a r i a h I s l a m , sedangkan transaksi haram adalah semua transaksi yang
dilarang oleh syariah Islam. Halaldan haramnya suatu transaksi tergantung dari
pada beberapa kriteria, yaitu :
1. Objek yang dijadikan transaksi apakah objek halal atau objek haram.
2. C a r a b e r t r a n s a k s i a p a k a h m e n g g u n a k a n c a r a y a n g t e l a h
d i c o n t o h k a n o l e h Rasulullah (transaksi halal) atau transaksi yang
bertentangan dengan syariat Islam.
2. Prinsip Dasar Transaksi Syariah
Semua bentuk muamalah (transaksi) boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.Kebebasan membuat kontrak berdasarkan kesepakatan bersama
(tijaratan`an taradhim minkum) dan kewajiban memenuhi akad.
1. Semua bentuk muamalahboleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.
2. Kebebasan membuat kontrak berdasarkan kesepakatan bersama
(thijaratan’an taradhim minkum) dan kewajiban memenuhi akad (aqd).

5
3. Pelarangan dan penghindaran terhadap riba, maysir dan gharar
4. Etika (Akhlak) dalam bertransaksi
5. Dokumentasi (Penulisan perjanjian/akad) untuk transaksi tidak tunai.
3. Transaksi Yang Sesuai Syariah
Sudah menjadi fitrah, bahwa manusia tidak mungkin dapat hidup menyendiri,
tapi satu dengan lainnya akan saling membutuhkan. Fitrah saling membutukan ini
tentunya akan melahirkan interaksi (ta’amul) diantara mereka untuk saling menutupi
kebutuhan. Tingkat interaksi yang dilakukan oleh manusia akan semakin beragam
sesuai dengan kemajuan peradaban manusia itu sendiri. Jika dahulu kala interaksi
manusia dalam memenuhi kebutuhannya cukup dengan melakukan barter diantara
mereka, kemudian berkembang sampai muncul konsep penggunaan mata uang
sebagai alat tukar.
Akad yang sah merupakan salah satu sebab sahnya perpindahan kepemilikan
sesuatu (bertransaksi) dalam Islam, maka sah atau batalnya transaksi dalam Islam
akan berdampak pada hukum yang sangat krusial berkaitan denagn perpindahan hak
kepemilikan suatu benda dan kebebasan berbuat dengan benda tersebut. Apabila
transaksi yang dilakukan dianggap sah secara syariah, maka sah pula kapemilikan atas
objek transaksinya yang menyebabkan dia bebas berbuat dan memberlakukan hak
kepemilikannya atas objek transaksi tersebut. Tapi apabila transaksi perpindahan
haknya dianggap batal secara syariah, maka batal pulalah hak kepemilikannya, dan
dia tidak berhak memberlakukan objek transaksi tersebut sesuka hatinya, karena
kepemilikannnya belumlah dianggap sah secara syariah. Oleh sebab itu hal yang
sangat urgen kita memahami hal-hal yang menjadikan suatu transaksi tersebut
menjadi sah, atau transaksi tersebut dianggap batal.

Islam merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sebagaimana


tidak boleh mengambil satu bagiannya saja dan meninggalkan bagian yang lain. Jadi,
keliru kalau ada orang yang mengatakan bahwa Islam itu hanya agama ibadah yang
terbatas di sekitar masjid dan rumah saja. Keliru juga orang mengatakan bahwa boleh
menjalankan sebagian dari Islam itu dan meninggalkan sebagian yang lain.
Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al-Baqarah : ayat 85 : “Apakah kamu
beriman kepada sebagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain?
Tiadaklah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan

6
kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada
siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.”

Hal ini sebagaimana keliru dan jahilnya orang-orang yang berkeyakinan


bahwa Islam itu tidak memiliki aturan-aturan hukum bermu’amalah (bertransaksi).
Sebagai contoh, Islam menerangkan bahwa syariat Islam sudah mencakup kaidah-
kaidah dan hukum-hukum yang mengatur teknik muamalah (bertransaksi) atau
perdagangan. Hal ini menunjukkan bahwa Islam telah lebih dahulu menetapkan
kaidah dasar mu’amalah, dan sekaligus membuktikan bahwa Islam relevan untuk
segala waktu dan kondisi.

Dalam konsep Islam diyakini, bahwa agama Islam sebagai sistem nilai, tata
cara ritual dan sistem kehidupan, sehingga seorang muslim seharusnya berpegang
teguh pada ketentuan-ketentuan Allah SWT. Tidak terdapat tempat bagi seorang
muslim untuk sebagian mematuhi dan sebagian lagi mengingkari ajaran Allah SWT.
Islam mengajarkan bahwa, kesuksesan hidup di dunia ini tidak dapat dipisahkan dari
kesuksesan hidup di akherat kelak.
Islam tidak hanya suatu konsep, melainkan sebagai “Din”, yang berarti
sebagai sesuatu yang harus dijabarkan dalam realitas kehidupan. Islam juga disebut
sebagai Rahmat lil ‘Alamiin, yaitu merupakan rahmat bagi seluruh alam. Awal dari
syi’ar agama yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul hanya bersifat lokal, hanya untuk
kepentingan kaumnya. Islam yang dibawakan oleh Rasulullah saw. melingkupi semua
umat manusia, bahkan flora dan fauna.
Menurut Mohd. Nor Wan Daud, bagian luar Syariah adalah hukum tertinggi
yang pada dasarnya tersusun atas pengetahuan tertinggi pula. Pengetahuan tersebut
tidak dibatasi oleh dunia manusia yang dapat dirasa dan diraba seperti halnya
pengetahuan modern, dan bukannya pengetahuan yang “dipersempit” menjadi suatu
kompleks spasio-temporal yang terbatas pada tingkat realitas tunggal. Akan tetapi, ia
adalah pengetahuan yang terdiri atas iman, cahaya(nur), dan petunjuk (huda) dan,
perlu diperhatikan, ia tidak hanya mengurusi hal-hal yang sifatnya intelektual dan
kognitif, tapi juga mengintegrasikan aspek-aspek spiritual dan praktis dari manusia.

Dengan demikian, Syariah akan diikat kuat oleh unsur spiritual batiniahnya,
yaitu keyakinan atau kesadaran yang tulus dari dalam diri, pada kehadiran Tuhan
7
yang abadi. Alhasil, dengan memiliki pengetahuan yang sejati dan
mengintegrasikannya kedalam spiritualitas kesadaran, karakter moral dan etis dari diri
akan terbentuk dan akan siap untuk mentransmisikan nilai-nilainya ke masyarakat
secara umum dan lingkungannya. Jadi, nilai terpenting dari kesadaran yang harus
dimiliki oleh manusia adalah sifat ketundukan dan kepatuhannya kepada Tuhan
(ALLAH SWT) semesta alam ini, menjadikan konsekwensi bahwa manusia dalam
melakukan semua aktivitas dalam seluruh masa hidupnya harus dioperasikan atas
dasar nilai-nilai syariah yang berlaku.

Semua ini dilakukan, sebagai manifestasi seorang hamba terhadap Sang


Khaliq atas dasar ketauhidan. Untuk menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
SWT ialah dengan mengakui-Nya sebagai satu-satunya Pencipta, Penguasa dan
Hakim atas semua makhluknya. Dari situ akan muncul kesaksian bahwa manusia
diciptakan untuk satu tujuan tertentu, karena Tuhan tidak bekerja secara sia-sia dan
tujuan tersebut merupakan perwujudan dari kehendak-Nya yang berlaku di dunia yang
di dalamnya terdapat kehidupan manusia. Menurut konsep iman ini, percaya akan ke-
Esa-an Allah, adalah landasan yang paling mendasar bagi seorang muslim untuk
berpikir, menimbang dan menginternalisasikan pengetahuan sebagai perangkat untuk
melakukan mu’amalah (bertransaksi).
 Transaksi Yang Sesuai Syariah :

1. Tidak mengandung unsur kedzaliman.


2. Bukan Transaksi Ribawi.
3. Tidak membahayakan diri sendiri atau orang lain.
4. Tidak mengandung materi-materi yang dihramkan.
5. Tidak mengandung unsur :
6. Judi(Maisyir).
7. Penipuan(Gharar).
8. Monopoli / Penimbunan(Ikhtikar)
9. Mengeksploitasi(Istighlal).
10. Pura-pura tidak tahu(Jahalah).
11. Menutup-nutupi(Tadlis).
12. Merekayasa seakan-akan banyak pembeli(Najsy)
13. Merekayasa Riba(‘Inah).

8
14. Merekayasa Pembeli tidak mempunyai pilihan(Taljiah)
15. Memanfaatkan ketidaktahuan informasi tentang harga si konsumen
(Ghubun)
4. Asas-Asas Transaksi Syariah
Asas transaksi syariah adalah perbedaan terbesar antara sistem perbankan
syariah dan konvensional. Oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), asas ini disebut juga
sebagai prinsip transaksi syariah. Selengkapnya tentang asas atau prinsip transaksi
syariah adalah sebagai berikut.

Asas Persaudaraan/Kemitraan (Ukhuwah)


Asas transaksi syariah yang pertama adalah asas persaudaraan atau kemitraan.
Berbeda dengan bank konvensional, hubungan antara nasabah dan penyedia dana
syariah bukanlah sebagai kreditur dan debitur, melainkan mitra. Dengan adanya
kemitraan, konsep transaksi syariah menjamin adanya persamaan hak dan kewajiban
antar kedua belah, tanpa menguntungkan satu pihak saja. Oleh sebab itu, nasabah
syariah berhak mengajukan negosiasi jika ada peraturan bank tidak sesuai hatinya,
dan bank pun berhak melakukan penawaran tanpa memaksa.

Asas Keadilan (Adl)


Asas atau prinsip transaksi syariah kedua adalah asas keadilan, baik dari segi
kewajiban, hak, atau keuntungan. Bentuk hubungan kemitraan nasabah syariah dan
bank hendaknya tidak hanya memperhatikan kepentingan satu pihak saja (misalnya
kepentingan nasabah saja), tapi harus keduanya. Dalam konsep transaksi syariah,
bank wajib menghargai kepentingan nasabah, pun juga sebaliknya.

Asas Kebermanfaatan (Maslahah)


Konsep transaksi syariah sangat menjunjung tinggi kebermanfaatan, baik bagi
bank, nasabah, maupun masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, obyek-obyek
yang terlibat dalam transaksi syariah wajib bersifat halal, baik secara intrinsik atau
cara perolehan. Selain itu, setiap transaksi juga wajib memberi kebermanfaatan, baik
untuk kegiatan konsumtif atau produktif.

Asas Keseimbangan (Tawazun)

9
Asas transaksi syariah berikutnya yang membuatnya makin berbeda dengan
transaksi konvensional adalah asas tawazun, atau keseimbangan. Dengan adanya
prinsip transaksi syariah satu ini, lembaga syariah wajib menjamin adanya
keseimbangan konsep profit dan sosial dalam operasionalnya.

Saat mengambil biaya layanan, lembaga syariah tidak diperkenankan mengambil


lebih dari takaran cukup. Selain itu, apabila ada biaya ditarik dari nasabah di luar
biaya layanan (misalnya denda), lembaga tidak boleh memakainya untuk kepentingan
pribadi.

Asas Universal (Syumuliyah)


Selama ini, banyak orang mengira konsep transaksi syariah diperuntukkan
Muslim saja. Padahal salah satu asas transaksi syariah adalah universalitas, tanpa
membedakan suku, ras, atau agama.

Lembaga-lembaga penyedia transaksi syariah dilarang keras membedakan layanan


yang diberikannya, bahkan jika nasabahnya berbeda agama. Oleh karena itu, nasabah
non-Islam juga bebas menikmati berbagai benefit dan layanan syariah saat mereka
mendaftarkan diri.
5. Larangan Dalam Transaksi Syariah

Riba
Larangan pertama dan utama dalam kegiatan syariah adalah riba, yang artinya
peningkatan pembayaran dari jumlah seharusnya. Meski ada perbedaan pendapat,
sebagian besar ilmuwan syariah mengkategorikan bunga sebagai riba. Oleh sebab itu,
untuk menghindari riba, transaksi syariah tidak boleh mengandung bunga. Lembaga
penyedia dana tidak boleh menjanjikan bunga ke nasabah ataupun menariknya.

Maysir
Larangan dalam konsep transaksi syariah berikutnya adalah maisir, yaitu
keuntungan yang didapat dengan cara terlalu mudah. Dalam transaksi konvensional,
tak jarang kita menemui transaksi simpan pinjam dengan imbal bunga terlalu tinggi.
Hal semacam ini termasuk dalam maisir dan riba, sehingga tidak boleh ada di dalam
transaksi syariah.
10
Gharar
Unsur terakhir yang terlarang dalam konsep transaksi syariah adalah gharar,
yaitu pertaruhan, judi, atau transaksi atas obyek belum jelas. Saat melakukan
transaksi, baik lembaga penyedia dana atau nasabah wajib mengetahui dengan jelas
obyek transaksinya, mulai dari kondisi fisik, kualitas, harga asli, sampai tarif jasa dan
pembagian keuntungannya.

6. Karakteristik Transaksi Syariah


1. Tidak Boleh Mengandung Unsur Spekulasi
Karakteristik transaksi syariah pertama adalah tidak boleh mengandung unsur
spekulasi. Setiap kesepakatan yang dibuat saat akad harus berdasarkan kondisi saat
ini, dan tidak berubah-ubah sampai akad selesai. Pihak-pihak terlibat dalam transaksi
tidak diperkenankan membuat keputusan berdasarkan spekulasi di masa depan, misal
tingkat suku bunga, future value uang, dan semacamnya.

2. Dana Harus Didistribusikan dengan Produktif dan Halal


Karakteristik transaksi syariah berikutnya adalah dana transaksi wajib
didistribusikan untuk kegiatan bermanfaat dan halal. Dalam konsep transaksi syariah,
lembaga penyedia dana dilarang memberikan bantuan dana untuk kegiatan terlarang,
seperti perjudian, pembelian barang haram, dan sebagainya. Apabila nasabah sengaja
menyembunyikan informasi ini dari lembaga penyedia dana, maka transaksi syariah
dianggap tidak sah dari sisi nasabah.
3. Setiap Pihak Terlibat Wajib Didasari Saling Membutuhkan
Menurut konsep syariah, pihak-pihak dalam transaksi pada dasarnya bersifat
saling membutuhkan. Nasabah butuh bantuan dana dari lembaga penyedia, sedangkan
lembaga butuh nasabah untuk mendapat imbal jasa dari bantuannya. Karena saling
membutuhkan, maka masing-masing pihak tidak boleh merasa lebih berkuasa dari
pihak satunya.
4. Transaksi Wajib Adil dan Transparan
Prinsip transaksi syariah yang adil dan transparan wajib diterapkan mulai dari
awal nasabah mengajukan kepentingan, lembaga menjelaskan layanan, sampai akad
terjadi. Apabila salah satu pihak sengaja menyembunyikan suatu informasi demi
kepentingan pribadi, maka transaksi syariah berpotensi menjadi tidak sah.

11
5. Setiap Kesepakatan Transaksi Wajib Dicatat
Karakteristik transaksi syariah yang terakhir adalah wajib melalui pencatatan.
Sama seperti transaksi konvensional, transaksi syariah wajib melalui dokumentasi
berbentuk tulisan, perekaman, dan cara-cara kuat lainnya. Apabila tidak ada
pencatatan, transaksi syariah dapat dinyatakan gugur dan tidak sah di mata hukum dan
agama.

12
BAB III
A Kesimpulan

Akuntansi syariah yaitu akuntansi yang berbasis syariah islam sehingga dalam
penerapandiperlukan pemahaman mengenai syariah islam, sedangkan cara dan
metode pencatatan dalam pembukuan sama halnya dengan akuntansi konvensional.

Pada saat sekarang ini transaksi akuntansi syariah sedang mengalami peningkatan
baik diIndonesia sendiri maupun di tingkat internasional, hal ini dikarenakan
penerapan sistemakuntansi syariah yang menggunakan sistem bagi hasil pada setiap
asset dan memberikantanggung jawab baik secara horizontal maupun
vertikal.Kebangkitan Islam baru telah menjangkau bidang muamalah secara umum,
dan bidang- bidang finansial, serta lembaga-lembaga keuangan secara khusus.
Perhatian mereka lebihterkonsentrasi pada beberapa bidang, yaitu bidang riset,
pembukuan, seminar atau konverensi, pengajaran dilembaga-lembaga keilmuan dan
perguruan tinggi, serta aspek implementasi pragmatis.

13
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an Terjemahan
Wiroso, 2011. Akuntansi Transaksi Syariah. Jakarta : Ikatan Akuntansi Indonesia.
Bodnar, George H, William, S Hopwood. 2000. Sistem Informasi Akuntansi.
Terjemahan Amir Abadi Jusuf. Buku 1, Jakarta : Salemba Empat

14

Anda mungkin juga menyukai