Anda di halaman 1dari 14

TUGAS AKUNTANSI SYARIAH

SISTEM KEUANGAN SYARIAH

Oleh:

ARMUTIA RAHMI APRIYANTI

DESSY NOVIA TIWI OKTHAFIANNY

LOLA MARISA WIDYA WAHYU SAFITRI

VIKA RAHMADANI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI HAJI AGUS SALIM

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Tahun Ajaran 2019/2020


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Keuangan Syariah...........................................................................3
B. Prinsip Sistem Keuangan Islam....................................................................................3
C. Akad dan Transaksi......................................................................................................5
D. Transaksi yang dilarang................................................................................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................................10
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami

dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami

tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga

terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-

nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik

itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan

pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Akuntansi Syariah dengan judul “Sistem

Keuangan Syariah”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih

banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan

kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi

makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini

penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bukitinggi, Maret 2020

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak sekali keterangan dari dalam Al-Quran yang menyinggung masalah ekonomi, secara

eksplisit maupun implisit. Bagaimana jual-beli yang baik dan sah menurut Islam, pinjam

meminjam dengan akad-akad yang sah sampai dengan pelarangan riba dalam perekonomian.

Semuanya dikupas secara tuntas dalam hukum dan syari'ah Islam. Dalam Islam ini yang menjadi

panutan serta tauladan dalam penerapan hukum ekonomi Islam adalah Rasulullah Saw.

Sistem Keuangan Islam, dengan prinsip bagi hasil sebagai pengganti prinsip bunga,

menempatkan perbankan tidak hanya sebagai lembaga intermediasi keuangan, tetapi lebih pada

lembaga intermediasi investasi (investment intermediary). Hal ini disebabkan karena hubungan

antara Bank Islam dengan nasabah lebih dominan pada hubungan pemodal-pengusaha atau

modal ventura daripada kreditur-debitur. Oleh karenanya, sistem keuangan Islam yang ideal akan

ditandai oleh sinergi antara sektor keuangan dan sektor riil. Melemahnya produktivitas sektor riil

akan secara langsung dirasakan pula oleh sektor keuangan karena bagi hasil yang akan diterima

oleh perbankan akan menurun. Begitu juga, bagi hasil yang akan diberikan oleh perbankan Islam

kepada pemodal juga akan menurun.

Sebaliknya, jika sektor riil mengalami peningkatan produksi, maka dampaknya akan

langsung dirasakan oleh sektor keuangan. Dengan demikian, jika sistem bagi hasil ini dapat

berjalan dengan efisien, maka pertumbuhan ekonomi semu tidak akan terjadi dan investasi akan

menuju pada proyek-proyek yang profitable. Tentunya hal ini akan terwujud jika sistem ekonomi

didukung oleh budaya masyarakat dan sistem legal serta administrasi yang sesuai dengan

syari’ah islam.

1
Islam menganjurkan manusia untuk bekerja atau berniaga, dan menghindari kegiatan

meminta-minta dalam mencari harta kekayaan. Manusia memerlukan harta kekayaan sebagai alat

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari termasuk unuk memenuhi sebagian perintah Allah

seperti infak, zakat, pergi haji, perang (jihad), dan sebagainya.

Harta di katakan halal dan baik apabila niatnya benar, tujuannya benar dan cara atau sarana

untuk memperolehnya juga benar, sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam Al

Quran dan as sunah. Transaksi yang dilarang dalam islam adalah riba, penipuan, perjudian,

gharar, penimbunan barang, monopoli,rekayasa permintaan dll. Maka dari itu pelarangan riba,

pembagian resiko, larangan melakukan kegiatan spekulatif, kesucian kontrak, aktivitas usaha

harus sesuai syariah merupakan sistem keuangan islam sebagaimana diatur melalui Al-Qur’an

dan As-sunah untuk melaksanakan aktivitas masyarakat dalam dunia ekonomi islam.

B.    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan sebelumnya maka disusunlah

rumusan masalah sebagai berikut.

a. Apa pengertian sistem keuangan syariah?

b. Bagaimana prinsip sistem keuangan Islam?

c. Bagaimana akad dan transaksi?

d. Apa-apa saja transaksi yang dilarang?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Keuangan Syariah 

Sistem keuangan syariah bisa disebut sebagai salah satu sistem yang digunakan dengan

mengacu para prinsip Islami dan juga dasar hukum Islam sebagai pedomannya. Sistem ini

digunakan untuk melakukan aktifitas di berbagai bidang saja keuangan yang telah

diselenggarakan oleh lembaga keuangan yang tentunya syariah. Tugas inti dari sistem keuangan

yaitu mengalihkan dana yang tersedia atau biasa disebut loanable funds yang berasal dari

nasabah kepada pengguna dana (membeli barang atau jasa) yang bertujuan untuk meningkatan

perekonomian atau pendapatan hidup.

Sistem keuangan salah satunya berbasis syariah. Dimana sistem ini digunakan untuk

mengelola keuangan yang menggunakan prinsip dasar syariah. Prinsip dasar syariah diambil dari

Al-Quran dan juga sunnah yang sudah dipatenkan dan dipercaya oleh agama islam. Di Indonesia

khususnya, prinsip syariah adalah hukum islam dalam kegiatan perbankan dan keuangan

berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki wewenang.

B. Prinsip Sistem Keuangan Islam 

Berdasarkan Al-Qur’an dan As-sunnah, prinsip sistem keuangan Islam adalah sebagai

berikut:

1. Larangan Riba

Riba didefinisikan sebagai “kelebihan” atas sesuatu akibat penjualan atau pinjaman. Riba

merupakan pelanggaran atas sistem keadilan sosial, persamaan, dan hak atas barang. Sistem

3
riba hanya menguntungkan para pemberi pinjaman dengan membebani penetapan

keuntungan yang diperoleh pemberi pinjaman di awal perjanjian. Padahal “untung” dapat

diketahui setelah berlalunya waktu bukan hasil penetapan di muka.

2. Pembagian Risiko

Risiko merupakan konsekuensi dari adanya larangan riba dalam suatu sistem kerja sama

antara pihak yang terlibat. Risiko yang timbul dari aktivitas keuangan tidak hanya

ditanggung oleh penerima modal tetapi juga pemberi modal. Pihak yang terlibat tersebut

harus saling berbagi risiko sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati.

3. Uang sebagai Modal Potensial

Dalam Islam, uang tidak diperbolehkan apabila dianggap sebagai komoditas yaitu uang

dipandang memiliki kedudukan yang sama dengan barang yang dijadikan sebagai objek

transaksi untuk memperoleh keuntungan. Sistem keuangan Islam memandang uang boleh

dianggap sebagai modal yaitu uang bersifat produktif, dapat menghasilkan barang atau jasa

bersamaan dengan sumber daya yang lain untuk memperoleh keuntungan.

4. Larangan Spekulatif

Hal ini selaras dengan larangan transaksi yang memiliki tingkat ketidakpastian yang

sangat tinggi, misalnya seperti judi.

5. Kontrak/Perjanjian

Dengan adanya perjanjian yang disepakati di awal oleh pihka-pihak yang terlibat dapat

mengurangi risiko atas informasi yang asimetri atau timbulnya moral hazard.

6. Aktivitas Usaha harus Sesuai Syariah

Usaha yang dilakukan merupakan kegiatan yang diperbolehkan menurut syariah, seperti

tidak melakukan jual-beli minuman keras atau mendirikan usaha peternakan babi.

4
Oleh karena itu, prinsip sistem keuangan syariah berdasarkan prinsip sebagai berikut :

1. Rela sama rela (antaraddim minkum).

2. Tidak ada pihak yang menzalimi dan dizalimi (la tazhlimuna wa la tuzhlamun).

3. Hasil usaha muncul bersama biaya (al-kharaj bi al dhaman).

4. Untung muncul bersama risiko (al ghunmu bi al ghurmi).

C. Akad dan Transaksi 

Dalam hukum syariah ada yang disebut akad yakni akad adalah pertalian antara penyerahan

atau ijab dan penerimaan atau qabul yang dibenarkan menurut Islam. Menurut Abdul Razak Al-

Sanhuri dalam Nadhariyatul aqdi, akad adalah kesepakatan dua belah pihak atau lebih yang

menimbulkan kewajiban hukum yaitu konsekuensi hak dan kewajiban yang mengikat pihak

tertentu. Akad dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Akad Tabarru

Akad Tabarru adalah perjanjian yang merupakan transaksi yang tidak ditujukan untuk

laba, atau bisa disebut transaksi nirlaba. Dimana tujuan ini memang untuk tolong menolong

karena ingin berbuat kebaikan. Dalam akad tabarru siapa yang berbuat kebaikan tersebut

tidak berhak memberikan imbalan akan mengharapkan imbalan dari Allah SWT.

Bentuk akad tabarru terbagi menjadi tiga, yakni :

 Meminjamkan uang. Ketika meminjamkan uang anda tidak boleh melebihkan

pembayaran atas pinjaman yang diberikan karena kelebihan itu masuknya menjadi

riba.

 Meminjamkan jasa merupakan memberikan keahlian atau keterampilan

5
 Memberikan sesuatu, sedangkan ada juga akad yang bisa dimanfaatkan dengan

memberikan sesuatu misalnya ilmu baik umum maupun agama, dan juga memberikan

sesuatu secara sukarela

2. Akad Tijarah

Akad tijarah adalah akad yang dilakukan dengan tujuan memperoleh keuntungan, dimana

keuntungan ini memang harus ada rukun dan syaratnya. Dalam transaksi untuk mendapat

keuntungan ada aturan tertentu yang dimiliki, seperti adanya ijab qabul atau kesepakatan

antara dua pihak baik transaksi maupun keuntungannya, melakukan transaksi yang

menguntungkan namun tidak memaksa pihak lain atau membohongi pihal lainnya.

D. Transaksi yang Dilarang 

Dalam sistem keuangan syariah ada beberapa transaksi dan juga ekonomi yang dilarang dan

menimbulkan dosa atau hal yang dibenci oleh Allah SWT. Mengutip dari Surah An Nahl (16)

ayat 115 :

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi dan hewan

yang di sembelih dengan (Menyebut nama) selain Allah, tetapi barang siapa terpaksa

(memakannya) bukan karena mereka menginginkannya dan tidak pula melampaui batas,

maka sesungguhnya Allah maha pengampun dan maha penyayang.”

Ada beberapa sistem akuntansi yang dilarang diantaranya :

1. Riba

Riba berasal dari kata Al-Ziyadah. Sudah tertera di Al Quran bahwa riba dan shadaqah

dipertentangkan, dimana praktik riba yang dapat memberikan keuntungan secara berlipat

ganda dipertentangkan dengan shadaqah yang dinyatakan sebagai pinjaman kepada Allah

6
yang pasti akan di ganti secara berlipat ganda. Riba sendiri terbagi menjadi beberapa

jenis, diantaranya adalah :

 Riba Nasi’ah

Riba ini merupakan riba yang muncul karena utang piutang. Seperti layaknya kartu kredit

yang mengenai bunga besar kepada peminjamnya. Selain itu atas kelebihannya ada yang

menyebut riba jahiliyah dimana pengenaan bunga pada kartu kredit yang tidak dibayar

penuh tagihannya pada waktu yang sudah ditetapkan sebelumnya.

 Riba Fadhl

Sedangkan kedua adalah Riba Fadhl dimana riba muncul saat melakukan pertukaran atau

barter. Hal ini terjadi misalnya anda menukarkan perhiasan perak seberat 50 gram dengan

uang perak senilai 10 gram saja.

Dalam hal ini yang dimasud riba tentu barang yang secara kasat mata tidak dapat

dibedakan satu sama lainnya. Pertukaran barang yang sejenis memang mengandung ketidak

jelasan bagi kedua belah piha sehingga ketentuan syariah mengatur kalaupun pertukaran

harus dalam jumlah yang sama.

2. Penipuan

Penipuan terdiri atas 4 yakni penipuan dalam kualitas mencampur barang baik dan juga

buruk, penipuan mengurangi timbangan atau kuantitas. Penipuan yang memberikan harga

terlalu tinggi dan juga penipuan dalam waktu misalnya menyediakan barang yang

seharusnya 200 maka anda hanya bisa menyediakan 100 dan tidak sesuai janji.

3. Perjudian

Judi merupakan salah satu kegiatan yang sudah tertera dalam Alquran dan diharamkan,

dimana permainan ini melibatkan dua orang atau lebih dengan menggunakan undian untuk

7
bisa menang. Judi diharamkan karena timbulnya kerugian besar dan menyebabkan

perpecahan.

Permainan ini berjalan, dimana mereka menyerahkan uang atau harta kekayaan lainnya,

kemudian mengadakan permainan tertentu baik dengan kartu ataupun adu ketangkasan. Jika

anda memenangkan undian maka anda mendapat hadiahnya sedangkan jika anda kalah maka

anda harus merugikan apa yang anda taruhkan baik uang atau barang.

4. Gharar

Jika anda melakukan transaksi yang tidak pasti maka anda termasuk bertransaksi yang

dilarang. Ketidakjelasan ini dapat menimbulkan pertikaian antara pihak dan ada yang merasa

dirugikan. Selain itu anda juga akan mengalami hal yang mengurangi kepercayaan dan

lainnya.

5. Penimbunan Barang

Penimbunan sering dilakukan oleh para pedagang jika mengalami kelangkaan barang atau

kesulitan barang. Jika anda adalah pedagang, maka jika anda memiliki banyak barang yang

bisa dijual maka penimbunan merupakan transaksi yang dilarang.

Karena akan banyak orang yang mengalami kesulitan karena mencari kebutuhan barang

tersebut. Di Indonesia sempat mengalami penimbunan barang diantaranya ketika gas elpiji

mengalami kesulitan untuk dicari, padi yang harus menunggu impor dan harga beras mahal

dan lainnya.

6. Suap

Suap merupakan hal yang paling sering dilakukan oleh banyak masyarakat tanpa sadar.

Padahal suap adalah hal yang dilarang, mereka melakukan berbagai hal dengan

mengharapkan imbalan. Selain itu, mereka yang melakukan suap terbiasa mensingkirkan

8
keadilan untuk melakukan sesuatu dan hal tersebut menimbulkan bahaya. Seperti hilangnya

hukum dan peraturan, serta tidak adanya lagi orang melakukan berbagai hal dengan jujur.

9
BAB III

PENUTUP

Sistem keuangan syariah adalah suatu sistem yang mengacu pada prinsip Islami dan juga

dasar Hukum Islam sebagai pedomannya yaitu Al Qur’an dan As Sunnah. Dalam menjalankan

sistem keuangan Islam, faktor yang paling utama adalah akad/kontrak/transaksi yang sesuai

dengan syariah Islam. Agar transaksi tersebut sesuai dengan syariah maka akad tersebut harus

memenuhi prinsip keuangan syariah, yang berarti tidak mengandung hal-hal yang dilarang oleh

syariah. Prinsip keuangan syariah sendiri secara ringkas harus mengacu pada prinsip rela sama

rela (antaraddim minkum), tidak ada pihak yang menzalimi dan dizalimi (la tazhlimuna wa la

tuzhlamun), hasil usaha muncul bersama biaya (al-kharaj bi al dhaman), untung muncul bersama

risiko (al ghunmu bi al ghurmi).

10
DAFTAR PUSTAKA

Khaddafi,Muammar.Siregar,Saparuddin.Harmain,Hendra.Nurlaila.Zaki,Muhammad. Dahrani.20
16.Akuntansi Syariah.Medan :Madenatera

http://efa-mbem.blogspot.com/2013/04/makalah-sistem-keuangan-syariah.html

https://www.scribd.com/doc/285571505/Makalah-Sistem-Keuangan-Islam

https://www.academia.edu/5261757/Makalah_keuangan_syariah_1

iii

Anda mungkin juga menyukai