Oleh:
VIKA RAHMADANI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Keuangan Syariah...........................................................................3
B. Prinsip Sistem Keuangan Islam....................................................................................3
C. Akad dan Transaksi......................................................................................................5
D. Transaksi yang dilarang................................................................................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................................10
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Akuntansi Syariah dengan judul “Sistem
Keuangan Syariah”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak sekali keterangan dari dalam Al-Quran yang menyinggung masalah ekonomi, secara
eksplisit maupun implisit. Bagaimana jual-beli yang baik dan sah menurut Islam, pinjam
meminjam dengan akad-akad yang sah sampai dengan pelarangan riba dalam perekonomian.
Semuanya dikupas secara tuntas dalam hukum dan syari'ah Islam. Dalam Islam ini yang menjadi
panutan serta tauladan dalam penerapan hukum ekonomi Islam adalah Rasulullah Saw.
Sistem Keuangan Islam, dengan prinsip bagi hasil sebagai pengganti prinsip bunga,
menempatkan perbankan tidak hanya sebagai lembaga intermediasi keuangan, tetapi lebih pada
lembaga intermediasi investasi (investment intermediary). Hal ini disebabkan karena hubungan
antara Bank Islam dengan nasabah lebih dominan pada hubungan pemodal-pengusaha atau
modal ventura daripada kreditur-debitur. Oleh karenanya, sistem keuangan Islam yang ideal akan
ditandai oleh sinergi antara sektor keuangan dan sektor riil. Melemahnya produktivitas sektor riil
akan secara langsung dirasakan pula oleh sektor keuangan karena bagi hasil yang akan diterima
oleh perbankan akan menurun. Begitu juga, bagi hasil yang akan diberikan oleh perbankan Islam
Sebaliknya, jika sektor riil mengalami peningkatan produksi, maka dampaknya akan
langsung dirasakan oleh sektor keuangan. Dengan demikian, jika sistem bagi hasil ini dapat
berjalan dengan efisien, maka pertumbuhan ekonomi semu tidak akan terjadi dan investasi akan
menuju pada proyek-proyek yang profitable. Tentunya hal ini akan terwujud jika sistem ekonomi
didukung oleh budaya masyarakat dan sistem legal serta administrasi yang sesuai dengan
syari’ah islam.
1
Islam menganjurkan manusia untuk bekerja atau berniaga, dan menghindari kegiatan
meminta-minta dalam mencari harta kekayaan. Manusia memerlukan harta kekayaan sebagai alat
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari termasuk unuk memenuhi sebagian perintah Allah
Harta di katakan halal dan baik apabila niatnya benar, tujuannya benar dan cara atau sarana
untuk memperolehnya juga benar, sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam Al
Quran dan as sunah. Transaksi yang dilarang dalam islam adalah riba, penipuan, perjudian,
gharar, penimbunan barang, monopoli,rekayasa permintaan dll. Maka dari itu pelarangan riba,
pembagian resiko, larangan melakukan kegiatan spekulatif, kesucian kontrak, aktivitas usaha
harus sesuai syariah merupakan sistem keuangan islam sebagaimana diatur melalui Al-Qur’an
dan As-sunah untuk melaksanakan aktivitas masyarakat dalam dunia ekonomi islam.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan sebelumnya maka disusunlah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem keuangan syariah bisa disebut sebagai salah satu sistem yang digunakan dengan
mengacu para prinsip Islami dan juga dasar hukum Islam sebagai pedomannya. Sistem ini
digunakan untuk melakukan aktifitas di berbagai bidang saja keuangan yang telah
diselenggarakan oleh lembaga keuangan yang tentunya syariah. Tugas inti dari sistem keuangan
yaitu mengalihkan dana yang tersedia atau biasa disebut loanable funds yang berasal dari
nasabah kepada pengguna dana (membeli barang atau jasa) yang bertujuan untuk meningkatan
Sistem keuangan salah satunya berbasis syariah. Dimana sistem ini digunakan untuk
mengelola keuangan yang menggunakan prinsip dasar syariah. Prinsip dasar syariah diambil dari
Al-Quran dan juga sunnah yang sudah dipatenkan dan dipercaya oleh agama islam. Di Indonesia
khususnya, prinsip syariah adalah hukum islam dalam kegiatan perbankan dan keuangan
Berdasarkan Al-Qur’an dan As-sunnah, prinsip sistem keuangan Islam adalah sebagai
berikut:
1. Larangan Riba
Riba didefinisikan sebagai “kelebihan” atas sesuatu akibat penjualan atau pinjaman. Riba
merupakan pelanggaran atas sistem keadilan sosial, persamaan, dan hak atas barang. Sistem
3
riba hanya menguntungkan para pemberi pinjaman dengan membebani penetapan
keuntungan yang diperoleh pemberi pinjaman di awal perjanjian. Padahal “untung” dapat
2. Pembagian Risiko
Risiko merupakan konsekuensi dari adanya larangan riba dalam suatu sistem kerja sama
antara pihak yang terlibat. Risiko yang timbul dari aktivitas keuangan tidak hanya
ditanggung oleh penerima modal tetapi juga pemberi modal. Pihak yang terlibat tersebut
harus saling berbagi risiko sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati.
Dalam Islam, uang tidak diperbolehkan apabila dianggap sebagai komoditas yaitu uang
dipandang memiliki kedudukan yang sama dengan barang yang dijadikan sebagai objek
transaksi untuk memperoleh keuntungan. Sistem keuangan Islam memandang uang boleh
dianggap sebagai modal yaitu uang bersifat produktif, dapat menghasilkan barang atau jasa
4. Larangan Spekulatif
Hal ini selaras dengan larangan transaksi yang memiliki tingkat ketidakpastian yang
5. Kontrak/Perjanjian
Dengan adanya perjanjian yang disepakati di awal oleh pihka-pihak yang terlibat dapat
mengurangi risiko atas informasi yang asimetri atau timbulnya moral hazard.
Usaha yang dilakukan merupakan kegiatan yang diperbolehkan menurut syariah, seperti
tidak melakukan jual-beli minuman keras atau mendirikan usaha peternakan babi.
4
Oleh karena itu, prinsip sistem keuangan syariah berdasarkan prinsip sebagai berikut :
2. Tidak ada pihak yang menzalimi dan dizalimi (la tazhlimuna wa la tuzhlamun).
Dalam hukum syariah ada yang disebut akad yakni akad adalah pertalian antara penyerahan
atau ijab dan penerimaan atau qabul yang dibenarkan menurut Islam. Menurut Abdul Razak Al-
Sanhuri dalam Nadhariyatul aqdi, akad adalah kesepakatan dua belah pihak atau lebih yang
menimbulkan kewajiban hukum yaitu konsekuensi hak dan kewajiban yang mengikat pihak
1. Akad Tabarru
Akad Tabarru adalah perjanjian yang merupakan transaksi yang tidak ditujukan untuk
laba, atau bisa disebut transaksi nirlaba. Dimana tujuan ini memang untuk tolong menolong
karena ingin berbuat kebaikan. Dalam akad tabarru siapa yang berbuat kebaikan tersebut
tidak berhak memberikan imbalan akan mengharapkan imbalan dari Allah SWT.
pembayaran atas pinjaman yang diberikan karena kelebihan itu masuknya menjadi
riba.
5
Memberikan sesuatu, sedangkan ada juga akad yang bisa dimanfaatkan dengan
memberikan sesuatu misalnya ilmu baik umum maupun agama, dan juga memberikan
2. Akad Tijarah
Akad tijarah adalah akad yang dilakukan dengan tujuan memperoleh keuntungan, dimana
keuntungan ini memang harus ada rukun dan syaratnya. Dalam transaksi untuk mendapat
keuntungan ada aturan tertentu yang dimiliki, seperti adanya ijab qabul atau kesepakatan
antara dua pihak baik transaksi maupun keuntungannya, melakukan transaksi yang
menguntungkan namun tidak memaksa pihak lain atau membohongi pihal lainnya.
Dalam sistem keuangan syariah ada beberapa transaksi dan juga ekonomi yang dilarang dan
menimbulkan dosa atau hal yang dibenci oleh Allah SWT. Mengutip dari Surah An Nahl (16)
ayat 115 :
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi dan hewan
yang di sembelih dengan (Menyebut nama) selain Allah, tetapi barang siapa terpaksa
(memakannya) bukan karena mereka menginginkannya dan tidak pula melampaui batas,
1. Riba
Riba berasal dari kata Al-Ziyadah. Sudah tertera di Al Quran bahwa riba dan shadaqah
dipertentangkan, dimana praktik riba yang dapat memberikan keuntungan secara berlipat
ganda dipertentangkan dengan shadaqah yang dinyatakan sebagai pinjaman kepada Allah
6
yang pasti akan di ganti secara berlipat ganda. Riba sendiri terbagi menjadi beberapa
Riba Nasi’ah
Riba ini merupakan riba yang muncul karena utang piutang. Seperti layaknya kartu kredit
yang mengenai bunga besar kepada peminjamnya. Selain itu atas kelebihannya ada yang
menyebut riba jahiliyah dimana pengenaan bunga pada kartu kredit yang tidak dibayar
Riba Fadhl
Sedangkan kedua adalah Riba Fadhl dimana riba muncul saat melakukan pertukaran atau
barter. Hal ini terjadi misalnya anda menukarkan perhiasan perak seberat 50 gram dengan
Dalam hal ini yang dimasud riba tentu barang yang secara kasat mata tidak dapat
dibedakan satu sama lainnya. Pertukaran barang yang sejenis memang mengandung ketidak
jelasan bagi kedua belah piha sehingga ketentuan syariah mengatur kalaupun pertukaran
2. Penipuan
Penipuan terdiri atas 4 yakni penipuan dalam kualitas mencampur barang baik dan juga
buruk, penipuan mengurangi timbangan atau kuantitas. Penipuan yang memberikan harga
terlalu tinggi dan juga penipuan dalam waktu misalnya menyediakan barang yang
seharusnya 200 maka anda hanya bisa menyediakan 100 dan tidak sesuai janji.
3. Perjudian
Judi merupakan salah satu kegiatan yang sudah tertera dalam Alquran dan diharamkan,
dimana permainan ini melibatkan dua orang atau lebih dengan menggunakan undian untuk
7
bisa menang. Judi diharamkan karena timbulnya kerugian besar dan menyebabkan
perpecahan.
Permainan ini berjalan, dimana mereka menyerahkan uang atau harta kekayaan lainnya,
kemudian mengadakan permainan tertentu baik dengan kartu ataupun adu ketangkasan. Jika
anda memenangkan undian maka anda mendapat hadiahnya sedangkan jika anda kalah maka
anda harus merugikan apa yang anda taruhkan baik uang atau barang.
4. Gharar
Jika anda melakukan transaksi yang tidak pasti maka anda termasuk bertransaksi yang
dilarang. Ketidakjelasan ini dapat menimbulkan pertikaian antara pihak dan ada yang merasa
dirugikan. Selain itu anda juga akan mengalami hal yang mengurangi kepercayaan dan
lainnya.
5. Penimbunan Barang
Penimbunan sering dilakukan oleh para pedagang jika mengalami kelangkaan barang atau
kesulitan barang. Jika anda adalah pedagang, maka jika anda memiliki banyak barang yang
Karena akan banyak orang yang mengalami kesulitan karena mencari kebutuhan barang
tersebut. Di Indonesia sempat mengalami penimbunan barang diantaranya ketika gas elpiji
mengalami kesulitan untuk dicari, padi yang harus menunggu impor dan harga beras mahal
dan lainnya.
6. Suap
Suap merupakan hal yang paling sering dilakukan oleh banyak masyarakat tanpa sadar.
Padahal suap adalah hal yang dilarang, mereka melakukan berbagai hal dengan
mengharapkan imbalan. Selain itu, mereka yang melakukan suap terbiasa mensingkirkan
8
keadilan untuk melakukan sesuatu dan hal tersebut menimbulkan bahaya. Seperti hilangnya
hukum dan peraturan, serta tidak adanya lagi orang melakukan berbagai hal dengan jujur.
9
BAB III
PENUTUP
Sistem keuangan syariah adalah suatu sistem yang mengacu pada prinsip Islami dan juga
dasar Hukum Islam sebagai pedomannya yaitu Al Qur’an dan As Sunnah. Dalam menjalankan
sistem keuangan Islam, faktor yang paling utama adalah akad/kontrak/transaksi yang sesuai
dengan syariah Islam. Agar transaksi tersebut sesuai dengan syariah maka akad tersebut harus
memenuhi prinsip keuangan syariah, yang berarti tidak mengandung hal-hal yang dilarang oleh
syariah. Prinsip keuangan syariah sendiri secara ringkas harus mengacu pada prinsip rela sama
rela (antaraddim minkum), tidak ada pihak yang menzalimi dan dizalimi (la tazhlimuna wa la
tuzhlamun), hasil usaha muncul bersama biaya (al-kharaj bi al dhaman), untung muncul bersama
10
DAFTAR PUSTAKA
Khaddafi,Muammar.Siregar,Saparuddin.Harmain,Hendra.Nurlaila.Zaki,Muhammad. Dahrani.20
16.Akuntansi Syariah.Medan :Madenatera
http://efa-mbem.blogspot.com/2013/04/makalah-sistem-keuangan-syariah.html
https://www.scribd.com/doc/285571505/Makalah-Sistem-Keuangan-Islam
https://www.academia.edu/5261757/Makalah_keuangan_syariah_1
iii