Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH

“SISTEM KEUANGAN SYARIAH”

DOSEN PEMBIMBING

Mukhammad Idrus, SEM.Si,Ak,Ca ; Azwar Anwar Se.M.Si.Ak. Ca ; M.


Ridwan Tikollah, S.Pd, M.S.A ;

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3
Fikri Haiqal Bahtiar (200902501008)
Septiana anugrah s (200902501009)
Riska yuliana (200902501011)
ria (200902501012)
Muhammad nurwahyudi (200902501014)

JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2023
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan nikmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan Allah SWT.
kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui “Sistem Keuangan Syariah”. Serta
untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah. Makalah ini telah diselesaikan
dengan baik berkat arahan dan bantuan dari berbagai pihak. oleh karena itu, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Sehingga kami sangat
menerima segala kritik maupun saran yang membangun dari pembaca.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah
ilmu pengatahuan. Aamiin..

Makassar, 26 Februari
2023

Penulis,
KELOMPOK 3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................I
KATA PENGANTAR.............................................................................................................II
DAFTAR ISI..........................................................................................................................III
PENDAHULUAN.....................................................................................................................2
A. Latar Belakang...........................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................4
A. Pengertian Akuntansi Syariah....................................................................................................4
B. Konsep Memelihara Harta Kekayaan........................................................................................4
C. Akad/Kontrak/Transaksi............................................................................................................5
D. Transaksi yang dilarang.............................................................................................................7
E. Prinsip Sistem Keuangan Syariah..............................................................................................9
F. Instrumen Keuangan Syariah...................................................................................................11
G. Keunggulan sistem syariah......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem keuangan Islam yang bebas dari riba dan berpihak pada kepentingan
kelompok mikro sangat penting. Mengingat lembaga keuangan bank (bank syari’ah)
memiliki sistem prosedur yang panjang dan terkesan rumit sehingga tidak mampu
menjangkau masyarakat lapisan bawah dan kelompok mikro. Oleh karena itu, banyak
pelaku usaha mikro yang menempuh jalan pintas dengan mengakses kredit dari
rentenir dengan bunga yang sangat tinggi untuk memenuhi kebutuhan permodalannya.
Pinjaman dengan model rentenir, memang mampu memenuhi kebutuhan keuangan
dalam jangka pendek, akan tetapi dalam jangka panjang sangat mungkin
menimbulkan masalah, salah satunya kondisi pailit karena harus menanggung beban
bunga yang amat tinggi. Hal ini tentu mendhzolimi orang-orang yang lemah secara
ekonomi.
Masalah yang dihadapi oleh pengusaha mikro bukan semata-mata pada aspek
permodalan, melainkan masih ada aspek lain yang memerlukan perbaikan dan
pendampingan. Manajemen yang asal-asalan, standar mutu produk yang tidak stabil,
sistem pemasaran yang belum terencana serta permasalahan lain yang lazim dihadapi
oleh sektor mikro. Hal ini tentu menjadi permasalahan yang perlu memperoleh
perhatian dan penanganan untuk mendapatkan jalan keluar. Karena tidak sedikit
masyarakat Indonesia yang berperan sebagai pelaku usaha mikro.
Di tengah derasnya gelombang kapitalisme ekonomi yang melanda bumi
Indonesia dan keprihatinan akan ambruknya ekonomi nasional yang tidak kunjung
bangkit, maka bagi umat Islam merupakan tantangan tersendiri untuk berusaha
merealisasikan ajaran agamanya dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang
ekonomi. Prinsip yang diatur dalam Islam yang bersifat universal, seperti
kesederhanaan, rela berkorban, kerja sama saling menguntungkan, berbuat adil,
ikhlas, berprasangka baik, tidak boleh berbohong atau berbuat curang merupakan
prinsip yang dapat menjadi penyangga bangkitnya ekonomi umat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan yang sudah disampaikan pada latar belakang di atas, maka
rumusan masalah yang akan dikaji dalam makalah ini adalah Bagaimana memahamai
akuntansi syariah. Antara lain:

1. Jelaskan pengertian Akuntansi syariah!


2. Jelaskan apa saja yang di maksud memelihara harta kekayaan!
3. Jelaskan apa yang di maksud akad/kontrak/transaksi!
4. Transaksi apa saja yang di larang dalam akuntansi syariah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian akuntansi syariah
2. Untuk mengetahui apa saja yang di maksud memelihara harta kekayaan
3. Untuk mengetahui apa itu alasan/kontrak/transaksi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akuntansi Syariah


Keuangan syariah adalah salah satu sistem manajemen keuangan yang
menggunakan prinsip dan dasar hukum Islam sebagai pedomannya, yang
berprinsipkan kepada syariah yakni berpegang teguh kepada Al-quran dan hadits.
Sistem ini merupakan tata perekonomian yang diciptakan oleh Allah SWT dan
dijalankan serta dicontohkan oleh Rasul dan sahabatnya.

B. Konsep Memelihara Harta Kekayaan


Sistem keuangan syariah bisa disebut sebagai salah satu sistem yang digunakan
dengan mengacu pada prinsip Islami dan juga dasar hukum Islam sebagai
pedomannya. Sistem ini digunakan untuk melakukan aktifitas di berbagai bidang
keuangan yang telah diselenggarakan oleh lembaga keuangan yang tentunya syariah.
Sistem ini digunakan untuk mengelola keuangan yang menggunakan prinsip
dasar syariah. Prinsip dasar syariah diambil dari Al Quran dan juga sunah yang sudah
dipatenkan dan dipercaya oleh agama islam. Di Indonesia khususnya, prinsip syariah
adalah hukum islam dalam kegiatan perbankan dan keuangan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki wewenang.
Dalam Islam memang ada konsep untuk memelihara kekayaan agar bisa dimiliki
manusia dengan baik dan juga bisa digunakan secara bermanfaat, tentunya banyak
orang yang memang memanfaatkan uang untuk hal yang tidak baik.
Islam menganjuran manusia untuk bekerja dan juga melakukan hal yang memang
dianggap baik, seperti berniaga dan bekerja. Menurut Rasulullah SAW, bagi mereka
yang lebih baik adalah yang memperoleh hasil uang dari bekerja. Selain itu, mereka
juga yang tidak malas dan juga tidak meminta pada orang lain.
Harta yang baik harus memenuhi dua kriteria, yaitu diperoleh dengan cara yang
sah dan benar legal, serta dipergunakan untuk hal-hal yang baik di jalan Allah SWT.
Menurut Islam, kepemilikan harta kekayaan pada manusia terbatas pada kepemilikan
kemanfaatannya selama masih hidup di dunia, dan bukan kepemilikan secara mutlak.
Sedangkan untuk harta yang baik harus memiliki dua kriteria seperti halnya cara
yang sah dan benar serta dipergunakan dengan baik di jalan Allah SWT. Menurut
Islam, kepemilikan harta kekayaan pada manusia terbatas pada kepemilikan dan
kemanfaatannya selama masih hidup di dunia, dan bukan kepemilikan yang bersifat
mutlak.

C. Akad/Kontrak/Transaksi
Menurut terminologi hukum islam, akad adalah pertalian antara penyerahan (ijab) dan
penerimaan (qabul) yang dibenarkan oleh syariah, yang menimbulkan akibat hukum
terhadap objeknya. Rukun dan syarat aka dada tiga yaitu pelaku, objek dan ijab qabul.
Berikut merupakan penjelasan jenis-jenis akad dalam syariah.
Akad dari segi ada atau tidak adanya kompensasi, fiqih muamalat membagi akad
menjadi dua yaitu:
1. Akad Tabarru’ (gratuitous contract) adalah perjanjian yang merupakan transaksi
yang tidak ditujukan untuk memperoleh laba (transaksi nirlaba). Tujuan dari
transaksi ini adalah tolong menolong dalam rangka berbuat kebaikan. Ada 3
bentuk akad Tabarru’, yaitu:
a. Meminjamkan Uang
Meminjamkan uang termasuk akad Tabarru’ karena tidak boleh melebihkan
pembayaran atas pinjaman yang diberikan, karena setiap kelebihan tanpa
‘iwad adalah riba. Ada 3 jenis pinjaman, yaitu:
 Qardh : merupakan pinjaman yang diberikan tanpa mensyaratkan
apapun, selain mengembalikan pinjaman tersebut setelaah jangka waktu
tertentu.
 Rahn : merupakan pinjaman yang mensyaratkan suatu jaminan dalam
bentuk atau jumlah tertentu.
 Hiwalah : bentuk pinjaman dengan cara mengambil alih piutang dari
pihak lain.
b. Meminjamkan Jasa
Meminjamkan jasa berupa keahlian atau ketrampilan termasuk akad Tabarru’.
Ada 3 jenis pinjaman jasa, yaitu:
 Wakalah: memberikan pinjaman berupa kemampuan kita saat ini untuk
melakukan sesuatu atas nama orang lain.
 Wadi’ah: merupakan bentuk turunan akad wakalah, dimana pada akad ini
telah dirinci tentang jenis penitipan dan pemeliharaan. Sehingga selama
pemberian jasa tersebut kita juga bertindak sebagai wakil dari pemilik
barang.
 Kafalah: merupakan bentuk turunan akad wakalah, dimana pada akad ini
terjadi atas wakalah bersyarat.

c. Memberikan Sesuatu
Dalam akad ini, pelaku memberikan sesuatu kepada orang lain. Ada 3 bentuk
akad ini, yaitu:
 Waqaf: merupakan pemberian dan penggunaan pemberian yang dilakukan
untuk kepentingan umum dan agama, serta pemberian itu tidak dapat
dipindahtangankan.
 Hibah, Shadaqah: merupakan pemberian sesuatu secara sukarela kepada
orang lain.

2. Akad TijarahAkad Tijarah (compensational contract) merupakan akad yang


ditujukan untuk memperoleh keuntungan. Dari sisi kepastian hasil yang
diperoleh, akad Tijarah dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Natural Uncertainty Contract
Merupakan kontrak yang diturunkan dari teori pencampuran dimana pihak
yang bertransaksi saling mencampurkan asset yang mereka miliki menjadi
satu, kemudian menanggung risiko bersama-sama untuk mendapatkan
keuntungan. Oleh sebab itu, kontrak jenis ini tidak memberikan imbal hasil
yang pasti, baik nilai imbal hasil maupun waktu. Jenis-jenis natural uncertainty
contract antara lain:
 Mudharabah: yaitu bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih,
dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah
modal kepada pengelola (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha
dengan nisbah bagi hasil atas keuntungan yang diperoleh menurut
kesepakatan dimuka, sedangkan apabila terjadi kerugian hanya
ditanggung pemilik dana sepanjang tidak ada unsure kesengajaan atau
kelalaian oleh mudharib
 Musyarakah: akad kerjasama yang terjadi antara pemilik modal (mitra
musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha
secara bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah bagi hasil sesuai
dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung secara
proporsional sesuai dengan kontribusi modal.

b. Natural Certainty Contract


Merupakan kontrak yang diturunkan dari teori pertukaran, dimana kedua
belah pihak saling mempertukarkan asset yang dimilikinya, sehingga objek
pertukarannya pun harus ditetapkan di awal akad dengan pasti tentang jumlah,
mutu, harga, dan waktu penyerahan. Dalam kondisi ini secara tidak langsung
kontrak jenis ini akan memberikan imbal hasil yang tetap dan pasti karena
sudah diketahui ketika akad. Jenis dari kontrak ini ada beberapa, antara lain:
 Murabahah:
Transaksi penjualan barang dengan menyatakan biaya perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati antara penjual dan pembeli.
 Salam:
Transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. Barang
diserahkan secara tangguh, sedangkan pembayarannya dilakukan secara
tunai.
 Istishna’:
Memiliki system yang mirip dengan salam, namun dalam istishna’
pembayaran dapat dilakukan di muka, cicilan dalam beberapa kali (termin)
atau ditangguhkan selama jangka waktu tertentu.
 Ijarah:
 Akad sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk
mendapatkan manfaat atas objek sewa yang disewakan.

D. Transaksi yang dilarang.


Dalam sistem keuangan syariah ada beberapa transaksi ekonomi yang dilarang dan
menimbulkan dosa atau hal yang dibenci oleh Allah SWT. Dijelaskan didalam
(QS.16:115):

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atas mu bangkai, darah, daging babi


dan hewan yang di sembelih dengan (Menyebut nama) selain Allah, tetapi barang
siapa terpaksa (memakannya) bukan karena mereka menginginkannya dan tidak pula
melampaui batas, maka sesungguhnya Allah maha pengampun dan maha
penyayang.”

Ada beberapa transaksi-transaksi yang dilarang diantaranya :


1. Riba
Riba berasal dari kata Al-Ziyadah. Sudah tertera didalam Al Quran bahwa riba
dan shadaqah dipertentangkan, dimana praktik riba yang dapat memberikan
keuntungan secara berlipat ganda dipertentangkan dengan shadaqah yang dinyatakan
sebagai pinjaman kepada Allah yang pasti akan di ganti secara berlipat ganda. Riba
sendiri terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah :
a. Riba Nasi’ah
Riba ini merupakan riba yang muncul karena utang piutang. Seperti
layaknya kartu kredit yang mengenai bunga besar kepada peminjamnya. Selain
itu atas kelebihannya ada yang menyebut riba jahiliyah dimana pengenaan
bunga pada kartu kredit yang tidak dibayar penuh tagihannya pada waktu yang
sudah ditetapkan sebelumnya.
b. Riba Fadhl
Riba Fadhl muncul saat melakukan pertukaran atau barter. Hal ini terjadi
misalnya anda menukarkan perhiasan perak seberat 50 gram dengan uang
perak senilai 10 gram saja.
Dalam hal ini yang dimasud riba tentu barang yang secara kasat mata tidak
dapat dibedakan satu sama lainnya. Pertukaran barang yang sejenis memang
mengandung ketidakjelasan bagi kedua belah pihak sehingga ketentuan
syariah mengatur kalaupun pertukaran harus dalam jumlah yang sama.

2. Penipuan
Penipuan terdiri atas penipuan dalam kualitas mencampur barang baik dan juga
buruk, penipuan mengurangi timbangan atau kuantitas. Penipuan yang memberikan
harga terlalu tinggi dan juga penipuan dalam waktu misalnya menyediakan barang
yang seharusnya 200 maka anda hanya bisa menyediakan 100 dan tidak sesuai jani.

3. Perjudian
Judi merupakan salah satu kegiatan yang sudah tertera dalam Alquran dan
diharamkan, dimana permainan ini melibatkan dua orang atau lebih dengan
menggunakan undian untuk bisa menang. Judi diharamkan karena timbulnya
kerugian besar dan menyebabkan perpecahan.
Permainan ini berjalan, dimana mereka menyerahkan uang atau harta kekayaan
lainnya, kemudian mengadakan permainan tertentu baik dengan kartu ataupun adu
ketangkasan. Jika anda memenangkan undian maka anda mendapat hadiahnya
sedangkan jika anda kalah maka anda harus merugikan apa yang anda taruhkan baik
uang atau barang.

4. Gharar
Jika anda melakukan transaksi yang tidak pasti maka anda termasuk bertransaksi
yang dilarang. Ketidakjelasan ini dapat menimbulkan pertikaian antara pihak dan
ada yang merasa dirugikan. Selain itu anda juga akan mengalami hal yang
mengurangi kepercayaan dan lainnya.

5. Penimbunan Barang
Penimbunan sering dilakukan oleh para pedagang jika mengalami kelangkaan
barang atau kesulitan barang. Jika anda adalah pedagang, maka jika anda memiliki
banyak barang yang bisa dijual maka penimbunan merupakan transaksi yang
dilarang.
Karena akan banyak orang yang mengalami kesulitan karena mencari kebutuhan
barang tersebut. Di Indonesia sempat mengalami penimbunan barang diantaranya
ketika gas elpiji mengalami kesulitan untuk dicari, padi yang harus menunggu impor
dan harga beras mahal dan lainya.

6. Suap

Suap merupakan hal yang paling sering dilakukan oleh banyak masyarakat tanpa
sadar. Padahal suap adalah hal yang dilarang, mereka melakukan berbagai hal dengan
mengharapkan imbalan. Selain itu, mereka yang melakukan suap terbiasa menyingkirkan
keadilan untuk melakukan sesuatu dan hal tersebut menimbulkan bahaya. Seperti
hilangnya hukum dan peraturan, serta tidak adanya lagi orang melakukan berbagai hal
dengan jujur.

E. Prinsip Sistem Keuangan Syariah


Menurut Wiroso (2009) prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah, antara
lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan
berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan
prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa
iqtina).
Adapun sistem keuangan syariah yang dikenal dengan prinsip-prinsip syariah akan
di Uraikan sebagai berikut :
1. Prinsip bagi hasil (Investasi mudharabah)
Di dalam buku “Sistem Keuangan & Investasi Syariah” Oleh Muhammad Firdaus
dkk (2005) : Pada prinsip bagi hasilinvestasi mudharabah ini bahwa Nasabah harus
sersikap jujur, amanah dan transparansi dari usaha yang
Dikelolanya, karena pihak bank hanya diperkenankan untuk melakukan
pengawasan usaha dan tidak diperkenankan ikut campur dalam pengelolaan Dana.
Pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan
pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha akan dibagi berdasarkan
kesepakatan sesuai kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung Oleh pemilik modal
selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola.
Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian
sipengelola, si pengelola harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut.
Mudharabah merupakan keunikan bank syariah, oleh karena itu bagi bank syariah
atau lembaga keuangan syariah lain tidak banyak melakukan transaki jenis ini, maka
kehilangan keunikan bank syariah yang berarti kehilangan Nilai lebih dari bank
syariah itu sendiri.
2. Prinsip penyertaan modal (musyarakah)
Di dalam buku “Bank Syariah : dari teori ke Praktik” oleh Muhammad Syafi’i
antonio (2001)5: Prinsip penyertaan modal (musyarakah) adalah akad kerja sama
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masih pihak
memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Akad musyarakah ini merupakan
akad kerjasama yang dilakukan antara dua belah pihak untuk suatu usaha tertentu,
dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan kerugian
ditanggung oleh para pihak sebesar partisipasi modal yang disertakan dalam usaha.
3. Prinsip jual beli (murabahah)
Prinsip jual beli dengan akad murabahah ini adalah salah satu transakti yang
paling banyak dilakukan oleh Bank Syariah saat ini. Salah satu alasannya adalah
dalam murabahah ini risiko bagi bank syariah adalah kecil. Contohnya transaksi
dalam pembelian kendaraan bermotor. Bank sebagai penjual harus menyediakan
kendaraan bermotor untuk dilakukan jual beli dengan nasabah, jadi yang diterima
oleh nasabah adalah kendaraan bermotor dari jual beli yang dilakukan.
4. Prinsip sewa (ijarah)
Pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya
terletak pada obyek transaksinya, bila pada jual beli objek transaksinya adalah
barang, maka pada ijarah obyek transaksinya jasa.
Menurut Muhammad Rawas Qal’aji (1987) 6: Al-ijarah adalah akad pemindahan
hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri.
5. Pelarangan Riba
Riba dapat disebut sebagai kelebihan atas suatu akibat penjualan ataupun
pinjaman. Riba dilarang tanpa adanya perbedaan pendapat di antara para ahli fikih.
Riba merupakan pelanggaran atas sistem keadilan sosial, persamaan dan hak atas
suatu barang. Sistem riba hanya menguntungkan para pemberi pinjaman atau
pemilik harta, sedangkan pengusaha tidak diperlakukan sama (Nurhayati dan
Wasilah, 2015).
6. Risiko
Sistem bagi hasil dapat diterapkan dalam transaksi investasi dima kedua belah
pihak membagi hasil dan risiko kerugian (Afkar, 2011). Risiko perlu diperhatikan
sejak awal perjanjian antara keduabelah pihak yang terlibat dalam suatu usaha
(Karim, 2010). Hal ini merupakan konsekuensi logis dari pelarangan riba.
Pembagian risiko ini juga meperlihatkan pembagian hasil yang dilakukan di
belakang dimana jumlahnya tergantung dari hasil yang diperoleh. Kondisi ini
membuat kedua belah pihak akan saling membantu untuk bersama-sama
memperoleh laba sehingga lebih mencerminkan keadilan.
7. Menganggap Uang sebagai Modal Potensial
Pandangan Sistem keuangan Syariah Islam mengenai uang dalam bisnis dapat
dianggap sebagai modal apabila digunakan bersamaan dengan sumber daya yang
lain untuk memperoleh keuntungan (Nurhayati dan Wasilah, 2015).
8. Larangan Melakukan Kegiatan Spekulatif
Sistem keuangan syariah melarang untuk melakukan transaksi yang memiliki
tingkat ketidakpastian yang sangat tinggi, judi, dan transaksi yang memiliki risiko
yang sangat besar (Nurhayati dan Wasilah, 2015).
9. Kesucian Kontrak
Kesucian kontrak ini diterapkan dalam akad pada setiap transaksi yang dilakukan,
karena Islam menilai perjanjian sebagai suatu yang tinggi nilainya sehingga seluruh
kewajiban dan pengungkapan yang terkait dengan kontrak harus dilakukan untuk
mengurangi risiko atas informasi yang asimetri dan timbulnya moral hazard.
10.Aktivitas Usaha Harus Sesuai Syariah
Sistem keuangan syariah memberikan syarat dalam kegiatan usaha yang
dilakukan harus sesuai syariat Islam. Kegiatan usaha tersebut bersifat tidak dzolim
dan memiliki keadilan. Usaha yang dijalankan dalah yang halal.

F. Instrumen Keuangan Syariah


Menurut Sri Nurhayati & Wasilah (2009), instrumen keuangan syariah dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Akad investasi yang merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk uncertainty
contract. Kelompok akad ini adalah sebagai berikut :
a. Mudharabah, yaitu bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih, dimana
pemilik modal mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola untuk
melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi hasil atas keuntungan yang
diperoleh menurut kesepakatan di muka.
b. Musyarakah adalah akad kerja sama yang terjadi antara para pemilik modal
untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam
suatu kemitraan, dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan,
sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional sesuai dengan
kontribusi modal.
c. Sukuk adalah surat utang yang sesuai dengan prinsip syariah.
d. Saham syariah produknya harus sesuai syariah.

2. Akad jual beli / sewa menyewa yang merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk
certainty contract. Kelompok akad ini adalah sebagai berikut:
a. Murahabah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan biaya
perolehan dan keuntungan yang disepakati antara penjual dan pembeli.
b. Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan
belum ada.
c. Istishna memiliki system yang mirip dengan salam, namun dalam istishna
pembayaran dapat dilakukan di muka, cicilan dalam beberapa kali atau
ditangguhkan dalam jangka waktu tertentu.
d. Ijarah adalah akad sewa menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa
untuk mendapatkan manfaat atas objek sewa yang disewakan.

3. Akad lainnya Jenis – jenis akad lainnya adalah ;


a. Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya.
b. Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang / barang
kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan kapan pun titipan
diambil pihak penerima titipan wajib menyerahkan kembali uang / barang
titipan tersebut.
c. Qardhul Hasan adalah pinjaman yang tidak mempersyaratkan adanya
imbalan.
d. Al-Wakalah adalah jasa pemberian kuasa dari satu pihak ke pihak lain.

G. Keunggulan sistem syariah


Keunggulan sistem keuangan syariah yang kita kenal sekarang ini adalah sistem
yang tidak menggunakan bunga. Filosofi sistem keuangan syariah “bebas bunga”
(larangan riba) tidak hanya melihat interaksi antara faktor produksi dan prilaku
ekonomi seperti yang dikenal pada sistem keuangan konvensional, melainkan juga
harus menyeimbangkan berbagai unsur etika, moral, sosial dan dimensi keagamaan
untuk meningkatkan pemerataan dan keadilan menuju masyarakat yang sejahtera
secara menyeluruh. Melalui sistem kerjasama bagi hasil maka akan ada pembagian
resiko. Resiko yang timbul dalam aktivitas keuangan tidak hanya di tanggung
penerima modal atau pengusaha saja, namun juga resiko diterima oleh pemberi
modal.

BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Afkar, Taudlikhul, M. Afrizal Miradji, Dan Ferry Hariawan. “Analisis Penerapan Prinsip
Sistem Keuangan Syariah Dalam Nilai-Nilai Anti Korupsi: Kedisiplinan, Tanggung
Jawab, Kerja Keras.”

Anda mungkin juga menyukai