Al-kafalah menurut bahasa berarti al-Dhaman (jaminan), hamalah (beban), dan za‟mah
(tanggungan).Al-kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada
pihak ketiga yang memeneuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian
lain kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang
pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin
Jenis-Jenis Kafalah
a. Kafalah bi an-Nafs
Adalah jaminan si penjamin Bank sebagai juridical personality dapat memberikan
jaminan untuk maksud-maksud tertentu.
b. Kafalah bi al-Mal
Adalah jaminan pembayaran barang atau pelunasan hutang. Bentuk kafalah ini
merupakan medan yang paling luas bagi bank untuk memberikan jaminan kepada para
nasabahnya dengan imbalan atau tertentu.
c. Kafalah bit Taslim
Jenis kafalah ini bisa dilakukan untuk menjamin dikembalikannya barang sewaan pada
akhir masa kontrak. Keterangan: hal ini dapat dilakukan dengan leasing company terkait
atas nama nasbah dengan mempergunakan depositnya di bank dan mengambil fee
atasnya.
d. Kafalah al-Mujazah
Adalah jaminan untuk tidak dibatasi oleh kurun waktu tertentu atau dihubungkan dengan
maksud-maksud tertentu.
e. Kafalah al-Mualah
Bentuk kafalah ini merupakan penyederhanaan dari kafalah al-Munjazah dimana,
jaminan dibatasi oleh kurun waktu dan tujuan-tujuan tertentu. Keterangan: dalam dunia
perbankan modern jaminan jenis ini biasa disebut performance bonds (jaminan prestasi)
Rukun Kafalah
a. Kafil (penjamin)
Penjamin haruslah seseorang yang sudah aqil baligh, tidak tercegah pembelanjaan
hartanya, serta memberikan tanggungan karena kehendak sendiri bukan karena paksaan
dari pihak lain.
b. Makful lahu (orang yang diberikan jaminan)
1
Ibnu Hajar Al-„Asqalani, Fhatul Bari Syarah Shahih Al-Bukhari Jilid 19, hlm 262
Orang yang diberikan jamiman haruslah diketahui atau bisa juga seseorang yang sudah
dikenal oleh penjamin, hal ini dimaksudkan agar tidak terselip kekecewaan pada hati
penjamin dibelakang / hari-hari setelahnya apabila orang yang ia jamin berbuat ulah /
melakukan sesuatu.
Syarat kafalah
a. Syarat-syarat untuk penjamin (kafil)
Kafil haruslah ridho atas jaminan yang ia berikan kepada
Kafil menyatakan jaminan atas nama yang ia berikan jaminan
Kafil merupakan seseorang yang tidak memiliki hutang pada orang yang sama
Tanggung jawab yang kafil berikan akan terus berjalan hingga
makful anhu terbebas dari hutang yang ia tanggungkan
Kafil boleh terdiri dari satu orang
b. Syarat-syarat untuk seseorang yang dijamin (makful anhu)
Makful anhu sanggup untuk menyerahkan tanggungannya pada kafil
Makful anhu merupakan seseorang yang dikenal oleh kafil
c. Syarat-syarat untuk seseorang yang diberikan jaminan (makful lahu)
Makful lahu merupakan seseorang yang dikenal oleh kafil
Makful lahu harus hadir saat akad berlangsung
Makful lahu memiliki hak penuh atas piutang yang ia berikan
d. Syarat-syarat untuk objek jaminan (makful bih)
Makful bih haruslah merupakan tanggungan yang telah disepakati, baik berupa
hutang uang, benda, maupun pekerjaan
Makful lahu dapat dilaksanakan oleh kafil
Makful lahu haruslah mengikat yang tidak mungkin dapat dibatalkan tanpa
adanya alasan yang syar’i / sudah dilunasi
Makful lahu bukan merupakan sesuatu yang bertentangan dengan syariat islam,
bukan sesuatu yang diharamkan
Berakhirnya akad Kafalah untuk setiap jenis dapat dijelaskan sebagai berikut:
2. Apabila jenis kafalahnya adalah kafalah bin – nafsi maka kafalah berakhir karena:
a. Penyerahan diri orang yang dituntut ditempat yang memungkinkannya untuk
dihadapkan dimuka sidang pengadilan.
b. Pembebasan terhadap kafil oleh pemilik hak dari kewajiban kafalah bin nafsi. Tetapi,
ashil tidak membebaskan pada kondisi ini karena pembebasan kafil tidak termasuk
pembebasan ashil.
c. Meninggalnya ashil. Apabila ashil meninggal maka kafalah menjadi berakhir dan
kafil terbebas dari tuntutan. Jadi, ashil tidak mungkin dihadirkan. Demikian pula
kafalah berakhir karena meninggalnya kafil. Akan tetapi, apabila makful lah yang
meninggal maka kafalah bin nafsi tidak gugur dan kedudukannya diduduki oleh ahli
waris atau pemegang wasiat.
3. Apabila jenis kafalah bil ‘ain maka kafalah dapat berakhir karena :
a. Penyerahan benda yang ditanggung (dijamin) apabila barangnya masih ada, atau
persamannya atau hartanya apabila barangnya telah rusak.
b. Pembebasan kafil dari kafalah misalnya, perkaitan pemilik hak “saya bebaskan
engkau dari kafalah”. Demikian pula kafalah dapat gugur karena pembebasan ashil.
Pengertian Istishna
Istishna adalah bentuk transaksi yang menyerupai jual beli salam jika ditinjau dari sisi
bahwa objek (barang) yang dijual belum ada. Barang yang akan dibuat sifatnya mengikat dalam
tanggungan pembuat (penjual) saat terjadi transaksi.
Dalam istilah para fuqaha, istishna didefinisikan sebagai akad meminta seseorang untuk
membuat sebuah barang tertentu dalam bentuk tertentu. Atau dapat diartikan sebagai akad yang
dilakukan dengan seseorang untuk membuat barang tertentu dalam tanggungan. Maksudnya akad
tersebut merupakan akadmembeli sesuatu yang akan dibuat oleh seseorang.
Transaksi istishna ini hukumnya boleh (jawaz) dan telah dilakukan oleh masyarakat
muslim sejak masa awal tanpa ada pihak (ulama) yang mengingkarinya. Menurut Para ulama
Hanafiyah jika didasarkan pada qiyas dan kaidah umum, maka akad istishna‟ tidak boleh
dilakukan, karena akad ini megandung jual beli barang yang tidak ada (bay ma‟duum) seperti
akad salam. Namun demikian, Para ulama tersebut membolehkan akad istishna berdasarkan dalil
istihsan yang ditunjukan dengan kebiasaan masyarakat melakukan akad ini sepanjang masa tanpa
ada yang mengingkarinya, sehingga menjadi ijma tanpa ada yang menolaknya.
Akan tetapi, menurut sebagian fuqaha kontemporer bai‟ al-istishna‟ adalah sah atas dasar
qiyas dan aturan umum syari‟ah karena itu memang jual beli biasa dan si penjual akan
mengadakan barang tersebut pada saat penyerahan. Demikian juga kemungkinan terjadi
perselisihan atas jenis dan kualitas barang dapat diminimalkan dengan pencantuman spesifikasi
dan ukuran-ukuran serta bahan material pembuatan barang tersebut.