PEMBAHASAN
A. Pengertian Kafalah
Al-Kafalah secara etimologi berarti ( الضمانjaminan), ( الحمالةbeban), dan
( الزعامةtanggungan).
Secara terminologi, sebagaimana yang dinyatakan para ulama fikih selain
Hanafi, bahwa kafalah adalah, "Menggabungkan dua tanggungan dalam
permintaan dan hutang”. Definisi lain adalah, "Jaminan yang diberikan oleh
penanggung (kafil) kepada pihak ketiga yaitu pihak yang memberikan
hutang/kreditor (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua yaitu
pihak yang berhutang/debitoratau yang ditanggung (makful ‘anhu, ashil)”.
Dr Muhammad Tahir Mansuri menyebutkan defenisi kafalah dalam buku
‘Islamic Law of Contracts and business Transaction’, “as merging of one
liability with another in respcct of and for performance of an obligation”.
Dalam buku “Ekonomi Syariah Versi Salaf “ Kafalah memilki definisi secara
lebih terssusun dan jelas sebagai kesanggupan untuk memenuhi hak yang telah
menjadi kewajiban orang lain , kesanggupan untuk mendatangkan barang yang
ditanggung atau untuk menghadirkan orang yang mempunyai kewajiban
terhadap orang lain . dalam dalam buku Ekonomi Syariah Versi Salaf itu juga
kembali disimpulkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Kafalah adalah akad yang mengandung kesanggupan seseorang untuk
menngganti atau menanggung kewajiban hutang orang lain apabila orang
tersebut tidak dapat memenuhi kewajibannnya.
2. kafalah sebagai akad yang tertuang di dalamnya tentang kesanggupan
seseorang untuk menanggung hukuman yang seharuasnya diberikan kepada
sang terhukum dengan menghadirkan dirinya atau disebut juga sebagai kafalah
An Nafs.
1
3. kafalah yang tertuang di dalamnya tentang kesanggupan seseorang dalam
mengembalikan ‘ain madhmunah peda orang yang berhak.
2
berkata: Dua dinar itu menjadi tanggunganku. Lalu Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Betul-betul engkau tanggung dan mayit itu
terbebas darinya." Ia menjawab: Ya. Maka beliau menyolatkannya. Riwayat
Ahmad, Abu Dawud, dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan
Hakim.
Imam Al-Bukhari meriwayatkan hadits ini dari Salamah bin al-Akwa’ dan
disebutkan bahwa utangnya tiga dinar.Di dalam riwayat Ibn Majah dari Abu
Qatadah, ia ketika itu berkata, “Wa anâ attakaffalu bihi (Aku yang
menanggungnya).” Di dalam riwayat al-Hakim dari Jabir di atas terdapat
tambahan sesudahnya: Nabi bersabda kepada Abu Qatadah, “Keduanya menjadi
kewajibanmu dan di dalam hartamu sedangkan mayit tersebut terbebas?” Abu
Qatadah menjawab, “Benar.” Lalu Nabi saw. menshalatkannya. Saat bertemu
Abu Qatadah Rasul saw. bertanya, “Apa yang telah dilakukan oleh dua dinar?”
Akhirnya Abu Qatadah berkata, “Aku telah membayar keduanya, ya
Rasulullah.” Nabi saw. bersabda, “Sekarang engkau telah mendinginkan
kulitnya.” (HR al-Hakim).
3. Ijma’ Ulama
Para ulama madzhab membolehkan akad kafalah ini. Orang-orang Islam
pada masa Nubuwwah mempraktekkan hal ini bahkan sampai saat ini, tanpa ada
sanggahan dari seorang ulama-pun. Kebolehan akad kafalah dalam Islam juga
didasarkan pada kebutuhkan manusia dan sekaligus untuk menegaskan
madharat bagi orang-orang yang berhutang .
Para ulama sepakat dengan bolehnya kafalah karena sangat dibutuhkan dalam
mu’amalah masyarakat. Dan agar pihak yang berpiutang tidak dirugikan dengan
ketidakmampuan orang yang berutang. Hanya saja, mereka berbeda pendapat
dalam beberapa hal. Perlu diketahui, kafalah yang dilakukan dengan niat yang
ikhlas mempunyai nilai ibadah yang berbuah pahala.
3
C. Rukun dan Syarat Kafalah
Seperti halnya amalan yang lain dalam muamalah, dalam kafalah pun
mempunyai rukun dan syarat, rukun kafalah adalah bagian-bagian yang harus
ada dalam praktek kafalah, sedangkan syarat kafalah adalah syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh semua pihak dan objek agar syah atau diterima oleh syariat
praktek kafalah tersebut. Adapun Rukun dan Syarat adalah sebagai berikut :
1. Rukun
ü Sighat Kafalah (ijab qabul), adalah kata atau ucapan yang harus diucapkan
dalam praktek kafalah
ü Makful bih (obyek tanggungan), adalah barang atau uang yang digunakan
sebagai tanggungan.
ü Kafil (penjamin/penanggung), adalah orang atau barang yang menjamin
dalam hutang atau uang sipeutang.
ü Makful’anhu (tertanggung), adalah Pihak atau Orang yang Berpiutang.
ü Makful lahu (Penerima tanggungan), adalah Pihak Orang yang berutang.
2. Syarat
ü Sighat diekspresikan secara konkrit dan jelas’
ü Makful bih (Obyek tanggungan) bersifat mengikat terhadap tertanggung dan
tdk bisa dibatalkan secara syar’i.
ü Kafil : seorang yang berjiwa filantropi (suka berbuat baik demi kemaslahatan
orang lain).
ü Makful’ :anhu ada kemampuan utk menerima obyek tanggungan baik atas
dirinya atau yang mewakilinya. Makful ‘anhu harus dikenal baik oleh kafil.
ü Makful lahu juga harus dikenal dengan baik oleh kafil.
4
D. Macam-macam Kafalah
5
E. Obyek Tanggungan (Kafalah)
Mengenai obyek tanggungan, menurut sebagian besar ulama fikih, adalah
harta. Hal ini didasarkan kepada Hadis Nabi SAW: “Penanggung itu
menanggung kerugian.” Sehubungan dengan kewajiban yang harus dipenuhi
oleh penanggung adalah berupa harta, maka hal ini dikategorikan menjadi tiga
hal, sebagai berikut:
1. Tanggungan dengan hutang, yaitu kewajiban membayar hutang yang
menjadi tanggungan orang lain. Dalam masalah tanggungan hutang, disyaratkan
bahwa hendaknya nilai barang tersebut tetap pada waktu terjadinya transaksi
tanggungan/jaminan dan bahwa barangnya diketahui, karena apabila tidak
diketahui, maka dikhawatirkan akan terjadi gharar.
2. Tanggungan dengan materi, yaitu kewajiban menyerahkan materi tertentu
yang berada di tangan orang lain. Jika berbentuk bukan jaminan seperti ariyah
(pinjaman) atau wadi’ah (titipan), maka kafalah tidak sah.
3. Kafalah dengan harta, yaitu jaminan yang diberikan oleh seorang penjual
kepada pembeli karena adanya risiko yang mungkin timbul dari barang yang
dijual- belikan.
6
serupa.Misalnya, dihukum karena berzina, homoseksual, menuduh berzina,
meminum khamar, murtad, pembegal, dan mencuri.Bahkan kita diperintahkan
untuk menghalangi perbuatan-perbuatan tersebut serta memberantasnya sekuat
tenaga. Nabi Saw., bersabda : “Tidak ada kafalah dalam had” (HR. Al-Baihaqi)
Jika orang yang ditanggung (yang akan dihukum) meninggal dunia, orang yang
menanggung tidak dikenai hukuman hudud , seperti apa yang sedianya akan
dijatuhkan kepada orang yang ditanggung. Ia tidak harus menggantikannya
sebagaimana kalau menanggung harta benda.
7
H. Hikmah Kafalah
Kafalah ( jaminan) merupakan salah satu ajaran Islam. Jaminan pada hakikatnya
usaha untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi semua orang yang
melakukan sebuah transaksi. Untuk era sekarang ini kafalah adalah asuaransi.
Jaminan atau asuaransi telah disyariatkan oleh Islam ribuan tahun silam.
Ternyata, untuk masa sekarang ini kafalah (jaminan) sangat penting, tidak
pernah dilepaskan dalam bentuk transaksi seperti uang apalagi transaksi besar
seperti bank dan sebagainya. Hikmah yang dapat diambil adalah kafalah
mendatangkan sikap tolong menolong, keamanan, kenyamanan, dan kepastian
dalam bertransaksi. Wahbah Zuhaily mencatat hikmah tasry dari kafalah untuk
memperkuat hak, merealisasikan sifat tolong menolong, mempermudah
transaksi dalam pembayaran utang, harta dan pinjaman. Supaya orang yang
memiliki hak mendapatkan ketenangan terhadap hutang yang dipinjamkan
kepada orang lain atau benda yang dipinjam.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah ini, dapat disimpulkan bahwa kafalah adalah jaminan yang
diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga (yang menerima
jaminan) (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua (pihak yang
dijamin) (makful ‘anhu, ashil). Akad ini berlandaskan dalil baik dari al-qur’an
maupun as-sunnah dan memiliki rukun-rukun yang harus dipenuhi.
Dengan adanya kafalah pihak yang dijamin/pengelola proyek (makful ‘anhu)
dapat menyelesaikan proyek dengan ditanggung pengerjaannya dan bisa selesai
dengan tepat waktu atau efisien dengan jaminan pihak ketiga (bank/kafil) yang
menjamin pengerjaannya. Sedangkan dengan adanya kafalah pihak yang
menerima jaminan/pemilik proyek (makful lahu) menerima jaminan dari
penjamin (dalam hal ini bank/kafil ) bahwa proyek yang diselesaikan oleh
nasabah pengelola proyek tadi dapat selesai dengan tepat waktunya dan sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya.