Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu
mebutuhkan bantuan orang lain, baik untuk memenuhi kepentingannya sendiri maupun
untuk kepentingan orang lain.
Setiap manusia pada dasarnya saling membutuhkan bantuan dari sesamanya dalam
berbagai pekerjaan yang dapat mendatangkan manfaat bagi kehidupannya, dalam arti
manusia akan selalu membutuhkan pertolongan dari orang lain. Dalam agama Islam
pada hal tolong-menolong sudah ada aturannya yaitu tolong-menolong dalam hal
kebaikan.
Dhaman (jaminan) merupakan salah satu ajaran islam. Jaminan pada hakikatnya
usaha untuk memberikan kenyamananan dan keamanan bagi semua orang yang
melakukan sebuah transaksi. Untuk era sekarang ini kafalah ialah ansuransi. Jaminan
atau asuransi telah disyariatkan oleh islam ribuan tahun silam. Ternyata, untuk masa
sekarang ini kafalah (jaminan) sangat penting, tidak pernah dilepaskan dalam bentuk
transaksiseperti utang apalagi transaksi bank seperti bank dan sebagainya. Dalam hal
kafalah ini bisa mendatangkan sikap tolong menolong , keamanan, kenyamanan dan
kepastian dalam bertransaksi. Supaya orang yang memiliki hak mendapatkan
ketenangan terhadap hutang yang dipinjamkan kepada orang lain atau benda yang
dipinjam.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah tentang :
1. Dhaman
2. Kafalah

C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang
dhaman dan khafalah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dhaman
1. Pengertian Dhaman
Dhaman adalah suatu ikrar atau lafadz yang disampaikan berupa perkataan
atau perbuatan untuk menjamin pelunasan hutang seseorang. Dengan demikian,
kewajiban membayar hutang atau tanggungan itu berpindah dari orang yang
berhutang kepada orang yang menjamin pelunasan hutangnya.

2. Dasar Hukum Dhaman


Dhaman hukumnya boleh dan sah dalam arti diperbolehkan oleh syariat
Islam, selama tidak menyangkut kewajiban yang berkaitan dengan hak-hak Allah.
Firman Allah SWT. :

Penyeru-penyeru itu berkata :Kami kehilangan piala raja dan barang siapa
yang dapat mengembalikan akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban
unta, dan akan menjamin terhadapnya (QS. Yusuf : 72).
Sabda Rasulullah SAW. :
( )
Penghutang hendaklah mengembalikan pinjamannya dan penjamin hendaklah
membayar (HR.Abu Dawud dan Turmudzi).

Sabda Rasulullah SAW. :


: :

: : .
. : .
:



Sesungguhnya ada jenazah yang dibawa kehadapan Nabi SAW. lalu para sahabat
berkata:Ya Rasulullah kami mohon jenazah ini dishalatkan!, Tanya Nabi:
Adakah harta pusaka yang ditinggalkan?, Jawab sahabat:Tidak,lalu Nabi

2
Tanya lagi:Apakah ia punya hutang?, jawab sahabat:Punya, ada tiga dinar,
kemudian Nabi bersabda: Shalatkan temanmu itu!, lantas Abu Qatadah ra.
berkata:Ya Rasulullah, Shalatkanlah ia dan saya yang menjamin hutangnya!.
Kemudian Nabi SAW. menshalatkannya (HR Bukhari)

3. Syarat dan rukun Dhaman


a. Orang yang menjamin. Syaratnya: baligh, berakal, atas kehendak sendiri berhak
membelanjakan harta dan mengetahui adanya jaminan-jaminan.
b. Orang yang berhutang. Syaranya berhak memerlanjakan harta
c. Yang berpiutang. Syaratnya; ialah diketahui oleh orang yang menjamin.
d. Utang atau barang yang dihadirkan kembali atau orang yang dihadirkan
syaratnya harus diketahui ukuran, keadaan dan jumlahnya serta waktunya dan
tetap keadaannya.
e. Lafaz; syaratnya mengandung syarat kandunngan makna jaminan tidak
digantungkan kepada yang lain dan tidak berarti sementara.

4. Cara pembayaran Dhaman


Cara pembayaran dhaman adalah Barang siapa yang berpiutang berhak
menagih kepada orang yang menjamin ata u kepada orang yang berhutang. Apabila
hutang sudah dibayar oleh peminjam dengan seizin orang yang berhutang maka
penjamin berhak minta ganti kepada kepada orang yang berhutang. Apabila salah
satu dhaman atau ishil meninggal dunia sedang belum sampai masa pelunasan
maka pelunasan menjadi lepas waktu itu atas yng mati. Dhaman berhak minta
ganti kembali kepada ashil (madhmu anhu) jika telah membayar hutangnya .
Shignat (lafaz)untuk dhaman & kafalah adalah seperti kamu menanggung
piutangmu lantas kamu menjamin atas harta atau mendatangkan sesuatu .Apabila
kamu berkata Akan saya bayarkan harta atau mendatangkan sesuatu maka
pertanyaan itu menjadi janji yang wajib dilaksanakan .

B. Kafalah
1. Pengertian Kafalah

3
Al-kafalah menurut bahasa artinya, menggambungkan, jaminan, beban, dan
tanggugan. Kafalah juga disebut dengan al-dhaman.
Menurut istilah syara sebagaimana didefinisikan oleh para ulama:
a) Menurut Hasby ash-shiddiqie: menggambungkan dzimmah (tanggung jawab)
kepada dzimmah yang lain dalam penagihan. [1]
b) Menurut mazhab syafii: akad yang menetapkan hak pada tanggungan (beban)
yang lain atau menghadirkan zat benda yang dibebankan atau menghadirkan
badan oleh orang yang berhak menghadirkannya.
c) Menurut Hanafiyah: proses penggambungan tanggungan kafiil menjadi
tanggungan ashiil dalam tuntutan atau permintaan dengan materi atau utang
atau barang atau pekerjaan.
Dari beberapa definisi di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa kafalah/dhaman
adalah transaksi yang menggabungkan dua tanggungan (beban) untuk memenuhi
kewajiban baik berupa utang, uang, barang, pekerjaan, maupun badan.

2. Dasar Hukum Kafalah


Para fuqaha bersepakat tentang bedanya kafalah dan masalah ini telah
dipraktekkan umat Islam hingga kini.
Firman Allah SWT. :

Yakub berkata:Aku sekali-kali tidak akan melepaskannya (pergi ) bersama-sama


kamu, sebelum kamu memberikan kepadaku janji yang teguh atas nama Allah,
Bahwa kamu pasti akan membawanya kepadaku kembali (QS. Yusuf : 66)
Sabda Rasulullah SAW. :
( )
Penjamin adalah orang yang berkewajiban membayar (HR. Abu Dawud dan
Tirmidzi).

3. Rukun Dan Syarat Kafalah


Menurut madzhab Hanafi bahwa rukun kafalah ada satu yaitu ijab dan qabul.
Sedangkan menurut para ulama lainnya, bahwa rukun dan syarat al-kafalah adalah
sebagai berikut:

4
a) Dhamin, kafil atau Zaiim, yaitu orang yg menjamin, dimana ia disyaratkan
sudah baligh, berakal, tidak dicegah membelanjakan harta (mahjur) dan
dilakukan dengan kehendaknya sendiri.
b) Makful lahu atau disebut juga dengan madmun lah, yaitu orang yang berpiutang
atau orang yang memberi utang, syaratnya orang yang berpiutang diketahui oleh
orang yang menjamin.
c) Makful anhu atau disebut juga dengan madmunanhu adalah orang yang
berutang.
d) Makful bih atau madmun bih adalah utang, barang atau orang, disyaratkan pada
makful bih dapat diketahui dan tetap keadaanya, baik sudah tetap atau akan tetap.
e) Lafadz, disyaratkan keadaan lafadz itu berarti menjamin, tidak digantungkan
kepada sesuatu atau tidak sementara.

4. Macam-Macam Kafalah
a. Kafalan bin nafs
Merupakan akad memberikan jaminan atas diri (personal guarantee).
Sebagai contoh, dalam praktik perbankan bentuk kafalah bin nafs adalah
seorang nasabah yang mendapat penbiayaan dengan jaminan nama baik dan
ketokohan seseorang atau pemuka masyarakat. Walaupun bank secara fisik
tidak memegang barang apapun, tetapi bank berharap tokoh tersebut dapat
mengusahakan pembayaran ketika nasabah yang dibiayai mengalami kesulitan.
b. Kafalah bin maal
Kafalah bin maal merupakan jaminan pembayaran barang atau pelunasan utang.
c. Kafalah bit-taslin
Jenis kafalah ini biasa dilakukan untuk menjamin pengembalian atas barang
yang disewa, pada waktu masa sewa berakhir.
Jenis pemberian jaminan ini dapat dilaksakan oleh bank untuk kepentingan
nasabahnya dalam bentuk kerja sama dengan perusahaan penyewaan (leasing
company). Jaminan bagi bank dapat berupa deposito/tabungan dan bank dapat
membebankan uang jasa (fee) kepada nasabah itu.
d. Kafalah al-munjazah
Adalah jaminan mutlak yang tidak dibatasi oleh jangka waktu dan untuk
kepentingan/tujuan tertentu.
Salah satu bentuk kafalah al-munjazah adalah pemberian jaminan dalam
bentuk perfonce bonds (jaminan prestasi), suatu hal yang lazim dikalangan
perbankan dan hal ini sesuai dengan bentuk akad.
e. Kafalah al-muallaqoh

5
Bentuk jaminan ini merupakan penyederhanaan dari kafalah al-munjazah, baik
oleh industry perbankan maupun asuransi.

5. Pembayaran Kafiil
Jika kafiil (penjamin) telah melaksanakan kewajibannya dengan membayar
utang orang yang ia jamin (makfuul anhu) maka si kafiil boleh meminta kembali
kepada makfuul anhu apabila pembayaran itu dilakuakan berdasarkan izinnya.
Alasannya, karena si kafiil telah mengeluarkan harta untuk kepentingan yang
bermanfaat bagi si makfuul anhu. Dalam hal ini kempat imam sepakat. Namun
mereka berbeda pendapat jika pembayaran dilakukan kafiil tanpa seizin makfuul
anhu, sedangkan si kafiil sudah terlanjur membayar.
Menurut Syafii dan Abu Hanifah bahwa membayar utang orang yang dijamin
tanpa izin darinya hukum sunah. Dhamin (kafiil) tidak berhak untuk minta ganti
rugi kepadaorang yang ia jamin. Tetapi menurut maliki dhamin berhak menagih
kembali kepada makfuul anhu.
Ibnu Hazm berpendapat bahwa dhamin tidak berhak menagih kembali
kepada makfuul anhu atas apa yang telah ia bayarkan baik dengan izin makfuul
anhu atau tidak.
Jika makfuul anhu ghaib (tidak ada) kafiil tetap berkewjiban menjamin. Ia tidak
dapat mengelak dari kafalah kecuali dengan membayar atau orang yang berpiutang
menyatakan bebas untuk kafiil dari utang maakfuul anhu.

6. Berakhirnya Kafalah
Kafalah berakhir apabila kewajiban dari penanggung sudah dilaksanakan
dengan baik atau si makful lahu membatalkan akad kafalah karena merelakannya.

C. Hikmah Dhamah Dan Kafalah


1. Dhaman dan Kafalah dapat mendidik manusia bahwa selain harus bertanggung
jawab pada dirinya, juga bertanggung jawab atas nasib orang lain, tidak boleh
membiarkan orang lain sengsara.
2. Sebagai suatu bentuk hubungan kerja sama yang baik dalam menyelesaikan sesuatu
masalah di masyarakat.

6
3. Mempermudah proses atau mekanisme kerja.
4. Bentuk tolong-menolong terhadap orang lain yang sangat membutuhkan
pertolongan.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dhaman adalah suatu ikrar atau lafadz yang disampaikan berupa perkataan atau
perbuatan untuk menjamin pelunasan hutang seseorang. Dengan demikian, kewajiban
membayar hutang atau tanggungan itu berpindah dari orang yang berhutang kepada
orang yang menjamin pelunasan hutangnya
Kafalah termasuk jenis daman, tetapi lebih khusus pada tanggungan badan. Jadi,
kafalah adalah orang yang diperbolehkan bertindak berfungsi menunaikan hak
pengadilan.
Kafalah menurut bahasa artinya menggabungkan, jaminan, beban, dan tanggungan.
Menurut istilah kafalah adalah transaksi yang menggabungkan dua tanggungan untuk
memenuhi kewajiban baik berupa utang, uang, barang, pekerjaan, maupun badan.

B. Saran
Makalah ini di susun dengan pembahasan yang mudah, di harapkan para pelajar
atau pembaca dapat memahaminya . Kami sadar pembahasan di makalah ini kurang
begitu lengkap. Sehingga kami menyarankan pembaca untuk mencari buku, kitab atau
bahan bacaan lain yang menjelaskan tentang masalah dhaman dan kafalah. yang lebih
luas. dan semoga makalah ini bermanfaat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ghazaly, Abdur Rahman, dkk, Fiqh Muamalat, Jakarta: Kencana, 2010.


Qosim, M. Rizal, Pengamalan Fikih, Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008.
Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PTRajaGrafindo Persada, 2002.

Anda mungkin juga menyukai