Anda di halaman 1dari 3

KAFALAH (GUARANTY)

Oleh: Khairunnisa Zainuddin


1. Pengertian Kafalah
Kafalah dapat diartikan jaminan yang diberikan oleh pihak penanggung (Kafil) kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam
pengetian lain, Kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin
dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.
Menurut Intuisi banker Indonesia dalm buku yang berjudul Konsep Produk dan
Implementasi Operational Dalam Bank Syari’ah. Yang dimaksud definisi Kafalah adalah
merupakan penjamin yang diberikan oleh penanggung (Kafil) kepada pihak ketiga dalam
rangka memenuhi kewajiban yang ditanggung (Mahfulanhu) apabila pihak yang ditanggung
cidera janji atau wanprestasi. Secara teknis perbankan dapat dikatakan bahwa pihak bank
dalam hal ini memberikan jaminan kepada nasabahnya sehubungan dengan kontrak
kerja/perjanjian yang telah disepakati antara nasabahnya sehubungan dengan pihak ketiga.
Pada hakikatnya pemberian Kafalah ini akan memberikan kepastian dan keamanan bagi
pihak ketiga untuk melaksanakan isi perjanjian/kontrak yang telah disepakati tanpa khawatir
apabila terjadi sesuatu dengan nasabah sehingga nasabah cidera janji untuk memenuhi
prestasinya.

2. Landasan Hukum Kafalah


Dasar hukum untuk akad memberi kepercayaan ini dapat dipelajari dalam Al-Qur’an
pada bagian yang mengisahkan Nabi Yusuf.

ٍ ‫ع ْال َم ِل ِك َو ِل َم ْن َجآ َء ِب ِه ِح ْم ُل َب ِع‬


}72{ ‫ير َوأَنَا ِب ِه زَ ِعي ٌم‬ ُ ‫قَالُوا نَ ْف ِق ُد‬
َ ‫ص َوا‬
Artinya : Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang dapat
mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku
menjamin terhadapnya". (Q.S. Yusuf : 72).

Menurut Fatwa MUI tentang ketentuan umum Kafalah yaitu :


 Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan
kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad).
 Dalam akad Kafalah, penjamin dapat menerima imbalan (fee) sepanjang tidak
memberatkan.
 Kafalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara
sepihak.

3. Rukun dan Syarat Kafalah


a. Pihak Penjamin (Kafil)
 Baligh (dewasa) dan berakal sehat.
 Berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam urusan hartanya dan rela (ridha)
dengan tanggungan Kafalah tersebut.
b. Pihak orang yang berhutang (Ashiil, Mkfuul ‘anhu)
 Sanggup menyerahkan tanggungannya (piutang) kepada penjamin.
 Dikenal oleh penjamin.
c. Pihak Orang yang Berpiutang (Makfuul Lahu)
 Diketahui identitasnya.
 Dapat hadir pada waktu akad atau memberikan kuasa.
 Berakal sehat.
d. Obyek Penjaminan (Makful Bihi)
 Merupakan tanggungan pihak/orang yang berhutang, baik berupa uang, benda, maupun
pekerjaan.
 Bila dilaksanakan oleh penjamin.
 Harus merupakan piutang yang mengikat (lazim), yang tidak mungkin dihapus kecuali
setelah dibayar atau dibebaskan.
 Harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya.
 Tidak bertentangan dengan syari’ah (diharamkan).

Menurut mazhab Hanafi, rukun al-kafalah satu, yaitu ijab dan Kabul (al-jaziri, 1969:226).
Sedangkan menurut para ulama lainnya rukun dan syarat al-kafalah adalah sebagai berikut:
 Dhamin, kafil, atau za’im, yaitu orang yang menjamin dimana ia di syaratkan sudah baligh,
berakal, tidak di cegah membelanjakan hartanya (mahjur) dan dilakukan dengan
kehendaknya sendiri.
 Makful lahu/madmun lahu, yaitu orang yang berpiutang. Syaratnya ialah harus diketahui oleh
orang yang menjamin.
 Makful ‘anhu, yaitu orang yang berhutang.
 Madmun bih atau makful bih adalah hutang itu sendiri, baik berupa uang atau barang.
 Lafadz, disyaratkan keadaan lafadz itu menjamin, tidak digantungkan kepada sesuatudan
tidak berarti sementara.

4. Aplikasi Dalam Perbankan


Akad kafalah adalah jaminan yang di berikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ke
tiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau di tanggung (makful ‘anhu). Diantara
bentuk transaksi perbankan yang dapat menggunakan akad kafalah adalah bank garansi.
Secara teknis pihak bank dalam hal ini memberikan jaminan kepada nasabahnya sehubungan
dengan kontrak kerja atau perjanjian yang telah disepakati antara nasabah dengan pihak
ketiga. Pihak bank sebagai lembaga yang memberikan jaminan akan memperoleh manfaat
berupa peningkatan pendapatan atas upah yang mereka terima sebagai imbalan atas jasa
penjaminan yang diberikan.

5. Macam-macam Kafalah
M. Syafi’i Antonio memberikan penjelasan tentang pembagian kafalah sebagai berikut:
 Kafalah bi al-mal, adalah jaminan pembayaran barang atau pelunasan utang. Bentuk
kafalah ini merupakan sarana yang paling luas bagi bank untukmemberikan jaminan kepada para
nasabahnya dengan imbalan/fee tertentu.
 Kafalah bi al-nafs, adalah jaminan diri dari si penjamin. Dalam hal ini, bank dapat bertindak
sebagai Juridical Personality yang dapat memberikan jaminan untuk tujuan tertentu.
 Kafalah bi al-taslim, adalah jaminan yang diberikan untuk menjamin pengembalian barang sewaan
pada saat masa sewanya berakhir. Jenis pemberian jaminan ini dapat dilaksanakan oleh bank
untuk keperluan nasabahnya dalam bentuk kerjasama dengan perusahaan, leasing company.
Jaminan pembayaran bagi bank dapat berupa deposito/tabungan, dan pihak bank diperbolehkan
memungut uang jasa/fee kepada nasabah tersebut.
 Kafalah al-munjazah, adalah jaminan yang tidak dibatasi oleh waktu tertentu dan untuk
tujuan/kepentingan tertentu. Dalam dunia perbankan, kafalah model ini dikenal dengan
bentuk performance bond (jaminan prestasi).
 Kafalah al-mu’allaqah, Bentuk kafalah ini merupakan penyederhanaan dari kafalah al-
munjazah, di mana jaminan dibatasi oleh kurun waktu tertentu dan tujuan tertentu pula.

faat Kafalah
Kafalah yang diberikan oleh bank sangat mendukung transaksi bisnis yang dilakukan
oleh pihak-pihak terkait, karena dapat memberikan rasa aman dan kondusif bagi
kelangsungan bisnis maupun proyek-proyek tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan
jadwal yang telah disepakati. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kafalah memberian
manfaat bagi :
 Pihak yang dijamin (nasabah), bahwa dengan kafalah yang diberikan oleh bank, nasabah
bisa mendapatkan/mengerjakan proyek dari pihak ketiga, karena biasanya pemilik proyek
menentukan syarat-syarat tertentu dalam mengerjakan proyek yang mereka miliki.
 Pihak yang terjamin (pemilik proyek), bahwa dengan kafalah yang diberikan oleh bank,
pemilik proyek mendapat jaminan bahwa proyek yang akan dikerjakan oleh nasabah tadi
akan diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, karena kafalah merupakan
pengambilalihan risiko oleh bank apabila nasabah cidera janji melaksanakan kewajibannya.
 Pihak yang menjamin (bank), bahwa dengan kafalah yang diterbitkan oleh bank, maka pihak
bank akan memperoleh fee yang diperhitungkan dari nilai dan risiko yang ditanggung oleh
bank atas kafalah yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai