Anda di halaman 1dari 5

1.

Akad Hiwalah
Al-Hawalah adalah pengalihan suatu utang dari debitur kepada orang lain yang wajib
menanggungnya. Dalam terminologi ulama adalah pemindahan beban dari muhil
(debitur) menjadi tanggung jawab muhal'alaih atau orang yang wajib melunasi hutang.
Hiwalah adalah perjanjian untuk mengalihkan utang/piutang dari satu pihak ke pihak
lain. Perjanjian ini dimaksudkan untuk mengambil alih klaim pihak lain. Jadi, hiwalah
adalah pengalihan utang dari debitur kepada orang lain yang bersedia memikulnya
dengan nilai yang sama dengan nilai nominal utang.
Dalam perbankan syariah, fasilitas hiwalah sering digunakan untuk membantu
pemasok mendapatkan modal tunai sehingga dapat melanjutkan produksi. Bank
penerima akan mengganti layanan transfer utang. Untuk mengantisipasi risiko kerugian,
bank harus melakukan penelitian terhadap kemampuan debitur dan ketepatan transaksi
antara pemberi tugas dan debitur. Misalkan pemasok bahan bangunan menjual barang
ke pelanggan, yang akan dibayar setelah dua bulan. Karena pemasok membutuhkan
uang tunai, dia meminta bank untuk menggadaikan piutangnya. Bank akan menerima
pembayaran dari pemilik proyek. 
Jenis Akad Hiwalah berdasarkan jenis pemindahannya ada 2 yaitu Hiwalah Dayn
adalah mengalihkan hutang kepada orang lain yang berutang kepadanya. Hiawalah
haqq adalah pengalihan utang dari utang yang satu ke utang yang lain dalam bentuk
uang dan bukan barang. Dalam hal ini, orang tersebut bertindak sebagai debt collector
dan dia mengalihkan haknya kepada pemberi pinjaman lain, sedangkan debitur tidak
berubah atau berganti. Perubahan apa yang dimaksud dengan klaim, yang terjadi jika
klaim A memiliki klaim terhadap B. Hiawalah haqq adalah pengalihan klaim dari satu
klaim ke klaim lain dalam bentuk uang dan bukan sebagai barang. Dalam hal ini, orang
tersebut bertindak sebagai debt collector dan dia mengalihkan haknya kepada pemberi
pinjaman lain, sedangkan debitur tidak berubah atau berubah. Yang berubah adalah
klaim, yang terjadi jika klaim A berutang kepada klaim B. 
Jenis Hiwalah Berdasarkan Rukun yaitu Hiwalah muqayyadah adalah hiwalah
yang terjadi ketika debitur mengalihkan utangnya kepada muhal 'alaih, diasosiasikan
dengan utang muhal' alaih kepadanya, pada kolom hiwalah terdapat muhal bih 2 (utang
muhal 'alaih dengan muhil). Hiwalah muthlaqah adalah hiwalah dimana orang yang
berhutang,memindahkan hutangnya kepada muhal ‘alaih, tanpa mengaitkannya pada
hutang muhal ‘alaih padanya, karena memang hutang muhal ‘alaih tidak pernah ada
padanya. Dengan demikian, hiwalah muthlaqah ini sesuai dengan konsep anjak piutang
pada praktek perbankan, dimana tidak ada hutang muhal ‘alaih kepadanya sehingga
rukun hiwalahnya tidak terdapat muhal bih 2 (hutang muhal ‘alaih kepada muhil).

2. Akad kafalah
Al Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penjamin (kafil) kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kebutuhan orang kedua atau tertanggung. Dalam pengertian yang
berbeda, kafalah juga berarti penyerahan tanggung jawab seseorang yang dijamin
dengan berpegang pada tanggung jawab kepada orang lain sebagai pemimpin. Jenis-
jenis al-Kafalah antara lain:  
a. Kafalah bin Nafs adalah akad jaminan pribadi. Misalnya dalam praktik
perbankan, bentuk kafalah bin nafs adalah klien yang menerima dana yang
dijamin dengan reputasi dan kredibilitas seseorang atau tokoh masyarakat.
Meskipun bank sebenarnya tidak memegang barang apa pun, bank berharap
pigur tersebut dapat melakukan pembayaran ketika klien yang didanai
melewati kesulitan.  
b. Kafalah bil-maal adalah jaminan pembayaran barang atau pelunasan hutang.
c. Taslim bit kafalah: Kafalah jenis ini biasanya dilakukan untuk menjamin
kembalinya barang yang disewa pada akhir masa sewa. Jenis penjaminan ini
dapat dilakukan oleh bank untuk kepentingan nasabah dalam bentuk kerjasama
dengan perusahaan leasing. Jaminan pembayaran kepada bank dapat berupa
simpanan/tabungan dan bank dapat membebankan biaya kepada nasabah. 
d. Kafalah al-Munjazah merupakan jaminan mutlak tanpa batasan waktu dan
kepentingan/tujuan tertentu. Salah satu bentuk Kafalah al-Munjazah adalah
pemberian jaminan dalam bentuk performance bond ("obligasi kinerja", praktik
yang umum di kalangan bank dan ini sesuai dengan bentuk akad ini). 
e. Kafalah al-Muallaqah: Bentuk penjaminan ini merupakan penyederhanaan
kafalah al-Munjazah, baik dari sektor perbankan maupun asuransi.
Kafalah adalah menggabungkan tanggung jawab seseorang dengan tanggung jawab
orang lain dalam suatu gugatan bersama atau bagi seseorang (penjamin) berbagi
tanggung jawab atas tanggung jawab seseorang dalam membayar hutang/pembayaran
hutang, sehingga keduanya dianggap berhutang.
Akad kafalah sering disebut dengan bank garansi. Bank garansi dapat diberikan
untuk tujuan mengamankan pembayaran kewajiban pembayaran. Penerapannya di
sektor perbankan seperti perbankan syariah  dapat meminta nasabah untuk
menempatkan jumlah tertentu untuk pendirian ini dalam bentuk rahn. Bank juga dapat
menerima dana tersebut dengan prinsip wadi'ah. Biaya yang Dapat Dikembalikan oleh
Bank untuk layanan yang diberikan.  

3. Akad Wakalah
Wakalah atau wikalah memiliki arti penyerahan, pendelegasian atau pemberiaan
mandat. Dari bahasa Arab, hal ini bisa dimengerti sebagai at-tafwidh,contoh kalimat “
aku serahkan urusanku kepada Allah” kaalimat tersebut merupakan penyerahan urusan
berarti mewakili dalam pengertian istilah tersebut.
Namun, makna al-wakalah dalam Pembahasan ini menuju ke arah pemberdayaan
oleh dari orang ke orang dalam hal-hal yang diwakili. akad wakalah adalah akad
perwakilan antara dua pihak, pihak pertama mendelegasikan masalah kepada pihak
kedua untuk menindak lanjutinya nama bagian orang pertama.
Terdapat 3 jenis wakalah, diantaranya:
a. Wakalah al mutlaqah, yaitu representasi mutlak, tanpa ada tenggat waktu dan
untuk semua urusan.
b. Wakalah al muqayyadah, yaitu pengangkatan wakil atas nama seseorang dalam
urusan tertentu
c. Wakalah al ammah, deskripsi yang lebih besar dari al muqayyadah tetapi lebih
sederhana dari al mutlaqah.
Penerapan wakalah dalam rangka akad tabarru' di bank syariah berupa jasa, dimana
bank syariah menyediakan jasa wakalah, sebagai wakil nasabah sebagai pemberi kuasa
(mu wakil) untuk melakukan sesuatu ( taukil). Dalam hal ini, bank akan menerima gaji
atau biaya administrasi untuk layanan ini. Misalnya, bank dapat bertindak sebagai agen
untuk membayar tagihan listrik atau telepon untuk perusahaan listrik atau telepon.
Selain itu, wakalah dalam aplikasi perbankan juga terjadi ketika nasabah memberi
kuasa kepada bank untuk mewakilinya melakukan beberapa pekerjaan jasa seperti
pembukuan L/C, penagihan, pengiriman uang. Bank dan pelanggan yang disebutkan
dalam perjanjian otorisasi harus memiliki kapasitas hukum penuh. Khusus untuk
pembukaan L/C, jika dana nasabah tidak mencukupi maka pembayaran L/C
(pembayaran L/C) dapat dilakukan dengan pembiayaan murabahah, salam, ijarah,
mudharabah atau musyakara. Kelalaian dalam menjalankan wewenang menjadi
tanggung jawab bank, kecuali dalam hal force majeure, kewajiban bank adalah karena
kelalaian. kata al mutlaqah. 

4. Akad ijajrah
Ijarah adalah suatu perjanjian untuk mengalihkan hak menggunakan suatu barang atau
jasa untuk jangka waktu tertentu dengan pembayaran dan tanpa mengubah kepemilikan
barang tersebut. Singkatnya, ijarah adalah perjanjian sewa guna menyewa suatu barang
untuk jangka waktu tertentu dengan pembayaran sewa. Secara etimologis, al-ijarah
berasal dari kata al-ajru yang berarti al-iwadh (alternatif), oleh karena itu ats-tsawabu
dalam konteks pahala disebut juga al-ajru (gaji).
Menurut Rachmat Syafi'i, ijarah secara harfiah berarti menjual manfaat. Sewa-
menyewa terhadap hak petani untuk menggarap tanah yang bukan miliknya, atas dasar
perjanjian yang ditandatangani antara petani dan pemilik tanah. Perjanjian tersebut
memberinya hak untuk terus bertani selama dia membayar sewa kepada pemilik dan
bertindak sesuai dengan ketentuan sewa. 
Ijarah mencakup dua jenis:
a. Ijarah untuk mendapatkan keuntungan, disebut juga sewa Pada bagian pertama
ijarah ini, objek akadnya adalah manfaat dari suatu objek.
b. Ijarah untuk bekerja, disebut juga gaji. Dalam ijarah bagian kedua objek
akadnya adalah amal atau pekerjaannya.
Pelaksanaan akad ijarah di bank syariah dapat berupa dana talangan haji dan
umrah, karena waktu tunggu yang lama bagi calon jemaah haji. Produk ijarah yang
ditawarkan hanya untuk ibadah umrah saja. Produk keuangan umrah ini melibatkan
akad ijarah dalam transaksinya, yang menjadi kepentingan khusus hukum Islam terkait
karakter akad tersebut. Akad ijarah berbeda dengan jual beli karena ada hutang karena
sifatnya sementara sedangkan jual beli bersifat permanen karena faktur dapat
mengalihkan kepemilikan 'suatu barang'. Mengenai legalitas persewaan, semua ulama
sepakat bahwa persewaan itu boleh. Didasari oleh tiga hukum dasar Alquran, Al-Hadits
dan Ijma', hukum ini merupakan sumber utama penemuan hukum Islam. 

Transakasi terbaru dari Akad ijarah adalah Ijarah Muntahiya bit tamlik (IMBT)
Ijarah muntahiya Bit Tamlik (IMBT) adalah bentuk baru dari produk ijarah. IMBT ini
merupakan operasi leasing dengan komitmen untuk menjual dan menyerahkan penyewa
pada akhir periode sehingga diakhiri dengan pengalihan kepemilikan objek. 
Ijarah muntahiya Bit Tamlik atau biasa disingkat IMBT adalah perjanjian sewa
yang diawali dan diakhiri dengan perpindahan kepemilikan selanjutnya. Ijarah
Munlikiya bit tamlik memiliki kata majemuk "atta'jiir/al-ijara (sewa)" dan "at-tamliik
(harta)" At-ta'jiir tergantung bahasanya; diambil dari kata al-ajr, yaitu upah atas
pekerjaan, dan juga berarti pahala.Untuk al ijārah: kata benda upah, yaitu sesuatu yang
diberikan sebagai gaji untuk pekerjaan. Sedangkan al-ijārah dalam istilah ulama adalah
akad manfaat yang eksplisit dan mubah berupa suatu zat yang ditentukan atau
dijelaskan dalam tanggungan, atau akad kerja yang eksplisit dengan tenggat waktu yang
jelas dan tidak ambigu. 
Ijarah Muntahiya Bit tamlik adalah perjanjian sewa antar bank lessor dan nasabah
sebagai lessee memiliki perjanjian sewa untuk jangka waktu tertentu dimana nasabah
membayar sewa kepada bank, yang mewajibkan bank untuk mengalihkan kepemilikan
objek sewa kepada penyewa setelah berakhirnya masa sewa. periode. 

Repensi

jurnal Syari’ah dan Hukum Vol. 50, No.2, Desember 2016


(https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47055/1/Akad%20Bank
%20Syariah.pdf)

Mutawazin (Jurnal Ekonomi Syariah IAIN Sultan Amai Gorontalo) Volume 2, Nomor 1, April
2021 (https://ejournal.iaingorontalo.ac.id/index.php/MUTAWAZIN/article/download/
115/78/500)

Jurnal konsep dasar tentang hiwalah (https://eprints.walisongo.ac.id/3105/3/2105159_Bab


%202.pdf)

Anda mungkin juga menyukai