Anda di halaman 1dari 4

Kafalah secara bahasa ialah al-dammanu(menggabungkan), atau al-dammam(agunan),

hamalah, dan za’amah (tanggungan). berdasarkan istilah, kafalah merupakan jaminan yg


diberikan sang penanggung (kafil) pada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak ke 2
atau yang ditanggung. pada pengertian lain,kafalah juga berarti mengalihkan tanggungjawab
seorang yang dijamin dengan berpegangan pada tanggung jawab orang lian sebagai penjamin
(kafil).dari al-jaziri yg dikutip oleh ismail, bahwa otoritas tindakan (kafalah) ialah orang yang
diperbolehkan bertindak(berakal sehat) berjanji menunaikan hak yang wajib di tunaikan
orang lain atau berjanji menghadirkan hak tersebut berasal pengadilan.1

Dari pembahasan definisi di atas bisa dikemukakan bahwa kaflah merupakan sebuah otoritas
kewenangan untuk melakukan penjaminan kepada pihak lain terhdap sesuatu yg
diperbolehkan syariah. Pada mulanya, kafalah adalah padanan dari dhamman, yang berarti
penjaminan sebagaimana tadi pada atas. namun dalam perkembangannya, Kafalah identik
menggunakan kafalahal-wajhi (personal guarantee, agunan diri), sedangkan dhamman identik
menggunakan jaminan yang berbentuk barang/harta benda2. Konsep ini agak tidak selaras
dengan konsep rahn yang pula bermakna barang agunan, tetapi barang jaminannya dari orang
yang berhutang. Ulama madzhab fikih membolehkan ke 2 jenis kafalah tadi, baik diri
maupun barang. Dasar hukum untuk akad kafalah ini dapat dicermati pada pada al-Qur’ân,
contohnya dalam surat Yûsuf [12]:66, yang ialah: “Nabi Ya’kub mengatakan: ‘saya sekali-
kali tak akan melepaskannya (pulang) beserta-sama engkau , sebelum kamu menyampaikan
kepadaku janji yg teguh atas nama Allah, bahwa kamu pasti akan membawanya pulang
kepadaku…”. pada ayat 72 pun disebutkan, “Penyeru-penyeru itu mengatakan: ‘Kami
kehilangan piala raja, dan siapa yang dapatmengembalikannya akan memperoleh bahan
makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya3

1
Ismail Nawawi, Fiqih Muamalah Klasik Dan Kontemporer, (Bandung: Ghalia Indah, 2012, 217.
2
9 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam: Suatu Kajian Kontemporer (Jakarta: Gema Insani,
3
20 Lihat Q.S. Yûsuf [12]:66 dan 72.
Adapun macam-macam pembagian kafalah sebagai berikut4.

a. Kafalah bin-nafs/Kafalah bil wajhi, ialah agunan diri (personal guarantee) berasal si
penjamin (kâfîl). menjadi contoh, dalam praktik perbankan untuk bentuk kafalah bin-nafs
ialah seseorang nasabah yang menerima pembiayaan (murabahah) dengan jaminan nama baik
seorang tokoh/pemuka masyarakat. Walaupun bank secara fisik tidka memegang barang apa
pun, tetapi bank berharap tokoh tersebut dapat mengusahakan pembayaran saat nasabah yg
dibiayai mengalami kesulita.

b. Kafalah bi al-mal (kafalah harta), artinya kewajiban yang wajib ditunaikan oleh
penjamin/kâfîl dengan pembayaran (pemenuhan) berupa harta atau pelunasan hutang orang
lain. sebagai contoh agunan pelunasan hutang si mayit oleh Abu Qatadah (kafalah bi ad-
dayn). 5

c. Kafalah bi al-taslim, merupakan agunan yang diberikan untuk mengklaim pengembalian


barang sewaan pada saat masa sewanya beakhir. Jenis pemberian agunan ini dapat
dilaksanakan oleh bank unutk keperluan nasabahnya(yg dijamin) pada bentuk kerjasama
dengan perusahaan penyewaan (penerima jaminan). agunan pembayaran bagi bank bisa
berupa deposito/tabungan, dan pihak bank diperbolehkan memungut uang porto administrasi
kepada nasabah tersebut (yang dijamin oleh bank).

d. Kafalah al-munjazah, artinya agunan yg tidak dibatasi sang ketika tertentu serta buat
tujuan/kepentingan eksklusif. dalam global perbankan, kafalah contoh ini dikenal dengan
bentuk performance bond (agunan prestasi).

e. Kafalah al-mu’allaqah, bentuk kafalah ini merupakan penyederhanaan berasal kafalah al-
munjazah, di mana jaminan dibatasi oleh kurun waktu tertentu dan tujuan tertentu jua.

4
M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah: Dari Teori ke Praktek , 124-5.
5
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, 193.
Kedudukan perusahaan pembiayaan syariah pada akad kafalah ialah sebagai penjamin
terhadap hutang konsumen atau kewajiban konsumen terhadap pihak ketiga. dalam model
pengaplikasian kartu kredit syariah, maka perusahaan pembiayaan syariah ialah penjamin
dari hutang yang wajib dibayar sang konsumen terhadap barang-barang yang dibeli dari
merchant atau toko. adalah kewajiban asal perusahaan pembiayaan syariah baru akan
dilaksanakan sesudah konsumen atau makful anhu tak memenuhi kewajibannya terhadap
makful lahu. kegiatan tersebut bisa dilakukan sang perusahaan pembiayaan syariah
sebagaimana rumusan pembiayaan jasa sebagai keliru satu kegiatan perusahaan pembiayaan
syariah merupakan menyampaikan pelayanan. Pelayanan ini dapat dimaknai memberikan
agunan terhadap kewajiban yang wajib ditunaikan oleh konsumen kepada pihak ketiga.
Terhadap penjaminan tersebut fatwa DSN perihal kafalah, membolehkan perusahaan
pembiayaan syariah apabila meminta ujrah dari konsumen. namun, tidak selaras dengan akad
wakalah bil ujrah yang jelas bisa dianalisis bahwa wakalah tanpa ujrah merupakan ketika
kedudukan perusahaan pembiayaan syariah menjadi pemberi kuasa serta wakalah dengan
ujraha dalah saat perusahaan pembiayaan syariah menjadi penerima kuasa, pada
implementasi akad kafalah, penulis belum menemukan kegiatan jasa penjaminan yang tidak
memunculkan ujrah, sebab semua fatwa DSN yang mengatur produk lembaga keuangan
syariah menggunakan akad kafalah, memunculkan ujrah dalam pelaksanaan akad tersebut.

Dewan Syariah Nasional pula sudah mengeluarkan fatwa nomor 74/DSN-MUI/I/2009


perihal Penjaminan Syariah yang memilih bahwa Penjaminan Syariah ialah penjaminan
antara para pihak sesuai prinsip Syariah pada fatwa ditentukan bahwa:

1) Imbal Jasa Kafalah ialah fee atas penggunaan fasilitas penjaminan untuk penjaminan
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah (kafalah bil ujrah).
2) Ta’widh merupakan ganti rugi terhadap biaya-porto yang dikeluarkan oleh pihak penerima
agunan akibat keterlambatan pihak terjamin dalam membayar kewajibannya yang telah jatuh
tempo.

3) Denda keterlambatan (late charge) ialah denda akibat keterlambatan pembayaran


kewajiban yg akan diakui seluruhnya menjadi dana sosial

Sumber jurnal :

https://journal.umy.ac.id/index.php/jmh/article/view/2564

ANALISIS FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL TENTANG WAKALAH, HAWALAH, DAN KAFALAH DALAM KEGIATAN JASA
PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH

Destri Budi Nugraheni

Anda mungkin juga menyukai