Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Ilmu islam sudah sangat lama berkembang, namun karena runtuhnya
kekuasaan islam pada masa lampau, telah juga menghilangkan praktik – praktik
tentang ekonomi islam yang baik dan benar di dalam masyarakat. Sehingga yang
berkembang yakni paham – paham yang berasal dari bangsa Barat yang bersifat
liberalis dan materialistis.

Ilmu ekonomi islam muncul kembali pada abad ke-20 dengan munculnya bank bagi
hasil. Praktik ekonomi islam resmi disahkan pada Organisasi Konferensi Islam (OKI)
yang berlangsung di Jedah 1976.

Berbagai krisis ekonomi yang telah melanda dunia saat ini, para ahli
berupaya mencari alternatif pemecahan masalah menggunakan ilmu ekonomi islam.
Ilmu islam pada dasarnya bersifat adil dan tidak memihak sebelah pihak, dan oleh
sebab itu kebanyakan orang – orang ataupun lembaga – lembaga yang memakai
ilmu ekonomi islam tidak merasa dirugikan. Untuk itu sebaiknya dalam menjalankan
suatu lembaga keuangan lebih baik kita menggunakan ilmu ekonomi islam.

Makalah ini berisi tentang definisi dari akad yang ada di dalam ilmu
keuangan syariah, dan juga apa saja jenis – jenis dari akad itu sendiri.

1. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari akad ?
2. Apa saja jenis – jenis akad ?

1. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari akad.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis dari akad.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Akad
Akad dalam bahasa arab ‘al-aqd, jamaknya al-‘ukud, berarti ikatan atau mengikat.
Menurut terminologi hukum Islam akad adalah pertalian antara penyerahan (ijab)
dan penerimaan (qobul) yang dibenarkan oleh syariah yang menimbulkan akibat
hukum terhadap objeknya.

1. Jenis – Jenis Akad


Berikut merupakan jenis-jenis akad :

1. Akad Wadiah.
Wadiah merupakan simpanan (deposit) barang atau dana kepada pihak yang bukan
pemiliknya, untuk tujuan keamanan. Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang
mempunyai uang/barang kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan
kapanpun titipan diambil pihak penerima titipan wajib menyerahkan kembali
uang/barang titipan tersebut dan yang menjadi penjamin pengembali barang titipan.
Sumber hukum dari akad wadiah terdapat pada Al-Qur’an (Qs 4:58) yang artinya
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amat kepada yang berhak
menerimanya dan As-Sunnah yang berbunyi “Tunaikan amanat itu kepada orang
yang member amanat kepadamu dan jangan kamu mengkhianati orang yang
mengkhianatimu”(HR. Abu Dawud dan Al Tirmidzi).

Terdapat dua jenis akad wadiah yang diantaranya:

1. Wadiah amanah, yaitu wadiah di mana uang/barang yang dititipkan hanya boleh disimpan
dan tidak boleh didayagunakan. Contohnya: Titipan barang di pusat perbelanjaan.
2. Wadiah yadh dhamanah, yaitu wadiah di mana si penerima titipan dapat
memanfaatkanbarang titipan tersebut dengan seizing pemiliknya dan meminjam untuk
mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat, saat pemilik menghendakinya.
Contohnya: Tabungan
Selain itu terdapat rukun dan ketentuan Syariah:

Rukun wadiah ada tiga diantaranya pelaku terdiri dari: pemilik barang/pihak yang
menitip (muwaddi’) dan pihak yang menyimpang (mustawda’), objek wadiah berupa
barang yang dititipkan (wadian), dan ijab Kabul/serah terima. Sedangkan ketentuan
syariah yaitu: pelaku harus cakap hukum, balig serta mampu memelihara barang
titipan; objek wadiah, benda yang dititipkan tersebut jelas dan diketahui
spesifikasinya oleh pemilik dan penyimpan; ijab kabul/serah terima, adalah
pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-
cara komunikasi modern.

Pencatatan akuntansi wadiah bagi pihak pemilik barang dan bagi pihak penyimpan
barang adalah sebagai berikut:

 Ø Bagi pihak pemilik barang


1. Pada saat menyerahkan barang dan membayar biaya penitipan, jurnal:
Beban Wadiah xxx

Kas xxx
1. Jika biaya penitipan belum dibayar, jurnal:
Beban Wadiah xxx

Utang xxx

1. Pada saat mengambil barang dan membayar kekurangan biaya penitipan, jurnal:
Utang xxx

Kas xxx

 Ø Bagi pihak penyimpan barang


1. Pada saat menerima barang dan penerimaan pendapatan penitipan, jurnal:
Kas xxx

Pendapatan Wadiah xxx

1. Jika biaya penitipan belum dibayar, jurnal:


Piutang xxx

Pendapatan Wadiah xxx

1. Pada saat menyerahakan barang dan menerima pembayaran kekuranag pendapatan penitipan,
jurnal:
Kas xxx

Piutang xxx

1. Akad Al-Wakalah (Agen/Wakil)


Al Wakalah atau Al Wikalah atau Tahwidh artinya penyerahan, pendelegasian,
pemberian mandate (Sabiq, 2008). Akad Wakalah adalah akad pelimpahan
kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.
Sumber hukum dari akad Al wakalah terdapat pada Al-Qur’an (Qs 18:19) dan As-
Sunah. Rukun dan ketentuan Syariah dalam akad ini adalah sebagai berikut:

Rukun wakalah ada tiga, yaitu; pelaku yang terdiri dari pihak pemberi kuasa/muwakil
dan pihak yang diberi kuasa/wakil, objek akad berupa barang atau jasa, ijab
Kabul/serah terima. Sedangkan ketentuan syariah, yaitu:

1. Pelaku
1) Pihak pemberi kuasa/pihak yang meminta diwakilkan adalah pemilik sah yang
dapat bertindak terhadap sesuatu yang diwakilkan; orang mukalaf atau anak
mumayyi dalam batas-batas tertentu, yakni dalam hal yang bermanfaat baginya
seperti mewakilkan untuk menerima hibah, menerima sedekah dan sebagainya.

2) Pihak penerima kuasa: harus cakap hukum, dapat mengerjakan tugas yang
diwakilkan kepadanya.

1. Objek yang dikuasakan/diwakilkan


1) Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakilkan

2) Tidak bertentangan dengan syariah islam

3) Dapat diwakilkan menurut syriah islam

4) Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai

5) Kontrak dapat dilaksanakan

1. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.
Sementara itu akad wakalah dapat berakhir dikarenakan hal-hal sebagai berikut:

1. Salah seorang pelaku meninggal dunia atau hilang akal,


2. Pekerjaanyang diwakilkan sudah selesai
3. Pemnutusan oleh orang yang mewakilkan
4. Wakil mengundurkan diri
5. Orang yang mewakilkan sudah tidak memiliki status kepemilikan atas sesuatu yang
diwakilkan
Pencatatan akuntansi wadiah bagi pihak pemilik barang dan bagi pihak penyimpan
barang adalah sebagai berikut:

 Ø Bagi pihak yang mewakilkan/wakil


1. Pada saat menerima imbalan tunai, jurnal:
Kas xxx

Pendapatan wakalah xxx

1. Pada saat membayar beban, jurnal:


Beban wakalah xxx

Kas xxx

1. Pada saat diterima pendapatan untuk jangka waktu dua tahun di muka, jurnal:
Kas xxx

Pendapatan wakalah diterima di muka xxx


1. Pada saat mengakui pendapatan wakalah diterima di muka, jurnal:
Pendapatan wakalah diterima di muka xxx

Pendapatan wakalah xxx

 Ø Bagi pihak yang meminta diwakilkan


Pada saat membayar ujr/komisi, jurnal:

Beban wakalah xxx

Kas xxx

1. Akad Al-Kafalah (Jaminan)


Akad kafalah adalah suatu perjanjian pemberian jaminan yang diberikan oleh
penanggung (kafi’il) kepada pihak ketiga (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban
pihak kedua atau pihak yang ditanggung (makful anhul/ashil). Sumber hukum akad
Al-Kafalah terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunah. Rukun dan ketentuan syariah
dalam alkad Al-Kafalah yaitu:

Rukun kafalah ada tiga, yaitu; pelaku yang terdiri atas pihak peminjam, pihak yang
beruntung, dan pihak yang berutang; objek akad berupa tanggungan pihak yang
berutang baik berupa barang, jasa maupun pekerjaan; ijab Kabul/serah terima.
Sedangkan ketentuan syariah, yaitu:

1. Pelaku
1) Pihak penjamin (kafiil): baligh dan berakal sehat, berhak penuhuntuk
melakukan tindakan hukum dalam urusan hartanya dan rela dengan tanggungan
kafalah tersebut.

2) Pihak orang yang berhutang (Ashiil, Makful’anhu): sanggup menyerahkan


tanggungannya (utang) kepada peminjaman, dikenal oleh penjamin.

3) Pihak orang yang berpiutang (mahful lahu): diketahui identitasnya, dapat hadir
pada waktu akad atau memberikan kuasa, berakal sehat.

1. Objek penjaminan (mahful bihi)


1) Merupakan pihak atau orang yang berutang, baik berupa uang, benda maupun
pekerjaan.

2) Bisa dilaksanakna oleh penjamin.

3) Harus merupakan utang mengikat , yang tidak mungkin hapus kecuali setelah
dibayar atau dibebaskan
4) Harus jelas nilai, jumlah, dan spesifikasinya

5) Tidak bertentangan dengan syariah

1. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.
Sementara itu berakhirnya akad kafah karena benerapa hal berikut:

1. Ketika utang telah diselesaikan, baik oleh orang yang berutang atau oleh penjamin, atau jika
kreditor menghadiahkan atau membebaskan utangnya kepada orang yang berutang.
2. Kreditor melepaskan utangnya kepada orang yang berutang, tidak pada penjamin. Mka
penjamin juga bebas untuk tidak menjamin utnag tersebut. Namun jika kreditor melepaskan
jaminan dari penjamin, bukan berarti orang yang berutang telah terlepas dari utang tersebut.
3. Ketika utang tersebut telah dialihkan (hawalah)
4. Ketika penjamin menyelesaikan ke pihak lain melalui arbitrase dengan kreditor
5. Kreditor dapat mengakhiri kontrak kafalah walaupun penjamin tidak menyetujuinya.
Pencatatan akuntansi wadiah bagi pihak pemilik barang dan bagi pihak penyimpan
barang adalah sebagai berikut:

 Bagi pihak penjamin


1. Pada saat menerima imbalan tunai, jurnal:
Kas xxx

Pendapatan kafalah xxx

1. Pada saat membayar beban, jurnal:


Beban kafalah xxx

Kas xxx

 Bagi pihak yang meminta jaminan


Pada saat membayar beban, jurnal:

Beban kafalah xxx

Kas xxx

1. Qardhul Hasan
Qardhul hasan adalah pinjaman tanpa dikenai biaya (hanya wajib membayar
sebesar pokok utangnya). Pinjaman qardh bertujuan diberikan pada orang yang
membutuhkan atau tidak memiliki kemampuan finansial, untuk tujuan social atau
kemanusiaan. Sumber hukumnya terdapat pada Al-Qur’an (Qs 2:280) dan As-
Sunah. Rukun dan ketentuan syariah dalam qardhul hasan sebagai berikut. Rukun
qardhul hasan ada tiga diantaranya: pelaku yang terdiri dari pemberi dan penerima
pinjaman; objek akad, berupa uang yang dipinjamkan; ijab Kabul/serah terima.
Sedangkan ketentuan syariahnya yaitu:

1. Pelaku harus cakap hokum dan balig


2. Objek akad
1) Jelas nilai pinjamannya dan waktu pelunasannya

2) Peminjam diwajibkan membayar pokok pinjaman pada waktu yang telah


disepakati.

3) Apabila peminjam mengalami kesulitan keuangan, maka watu peminjaman


dapat diperpanjang atau menghapuskan sebagian atau seluruh kewajibannya.

1. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.
Pelaporan qardhul hasan disajikan tersendiri dalam laporan sumber dan
penggunaan dana qardhul hasan tersebut bukan aset perusahaan. Oleh sebab itu,
seluruhnya dicatat dengan dana akun kebajikan dan dibuat buku besar pembantu
atas dana kebajikan berdasarkan jenis dana kebajikan yang diterima atau yang
dikeluarkan. Jadi pencatatannya sebagai berikut:

 Ø Bagi pemberi pinjaman


1. Saat menerima pinjaman dari pihak eksternal, jurnal:
Dana kebajikan-kas xxx

Dana kebajikan-infak/sedekah xxx

1. Untuk penerimaan dana yang berasal dari denda dan pendapatan nonhalal, jurnal:
Dana kebajikan-kas xxx

Dana kebajikan-denda/pendapatan nonhalal xxx

1. Untuk pengeluaran dalam rangka pengalokasian dana qardhul hasan, jurnal:


Dana kebajikan-dana kebajikan produktif xxx

Dana kebijakan-kas xxx

1. Untuk penerimaan saat pengembalian dari pinjaman qardhul hasan, jurnal:


Dana kebajikan-kas xxx

Dana kebajikan-dana kebajikan produktif xxx

 Ø Bagi pihak yang meminjam


1. Saat menerima uang pinjaman, jurnal:
Kas xxx

Utang xxx

1. Saat pelunasan, jurnal:


Utang xxx

Kas xxx

1. Akad Al-Hiwalah/Hawalah (Pengalihan)


Hawalah secara harfiah artinya pengalihan, pemindahan, perubahan warna kulit
atau memikul sesuatu diatas pundak. Objek yang dialihkan dapat berupa utang atau
piutang. Pada dasarnya adalah akad tabaruu’ yang bertujuan untuk saling menolong
untuk mengharap ridho Allah. Terdapat beberapa jenis akad hiwalah diantaranya
dapat ditinjau dari:

 Segi objek akad, hiwalah dibagi menjadi dua:


1. Apabila yang dipindahkan itu merupakan hak menagih piutang, maka pemindahan itu disebut
hiwalah al haqq (pemindahan hak)/anjak piutang.
2. Apabila yang dipindahkan itu kewajiban untuk membayar utang, maka pemindahan itu
disebut hiwalah ad-dain (pemindahan utang).
 Sisi persyaratan, hiwalah terbagi menjadi dua:
1. Hawalah al-muqayyadah (pemindahan bersyarat)hawalah di mana muhil adalah pihak yang
berutang sekaligus berpiutang kepada muhal’alaih.
2. Hawalah al-muthlaqah (pemindahan mutlak) hawalah di mana muhil adalah pihak yang
berutang, tetapi tidak berpiutang kepada muhal’alaih.
Dasar hokum hiwalah adalah hadis Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:

“Menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah kezaliman, dan jika salah
seorang kamu dialihkan (dihiwalahkan) kepada orang yang kaya yang mampu, maka
turutlah (menerima pengalihan tersebut).” (HR. Bukhari Muslim)

Rukun dan ketentuan syariah dalam hiwalah adalah sebagai berikut; Rukun hiwalah
ada tiga, yaitu: (1) Pelaku yang terdiri atas pihak yang berutang atau berpiutang atau
muhil, pihak yang berpiutang atau berutang atau muhal, pihak pengambil alih utang
atau piutang atau muhal’alaih. (2) Objek akad adalah adanya utang dan piutang.
Selain itu yang (3) ijab Kabul/serah terima. Sementara itu ketentuan syariah, yaitu:

1. Pelaku; sudah balig dan berakal sehat, berhak penuh untuk melakukan tindakan hokum dalam
urusan hartanya dan rela dengan pengalihan utang piutang tersebut, dan di ketahui
identitasnya.
2. Objek penjamin (makful bihi); bisa dilaksanakan oleh pihak yang mengambil alih utang atau
piutang, harus merupakan utang atau piutang mengikatyang tak mungkin hapus kecuali
setelah dibayar atau dibebaskan.harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya, tidak
bertentangan dengan syariat islam.
3. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.
Pelakuan akuntansi hiwalah (ED PSK 110) adalah sebagai berikut:

 Akuntansi pihak yang mengalihkan utang/muhil


1. Ketika pengambilalihan utang di man muhal’alaih membayar utang muhil pada muhal, jurnal:
Utang-A (muhal) xxx

Utang-B (muhal’alaih) xxx

1. Jika utang yang dialihkan harus dilunasi dalam jangka pendek maka ujrah (fee) yang
dibayarkan diakui pada saat terjadinya, jurnal:
Beban hawalah xxx

Kas xxx

1. Jika utang yang dialihkan dilunasi dalam jangka pangka panjang maka ujrah (fee) yang
dibayar diakui sebagai beban tangguhan, jurnal:
Beban tangguhan hawalah xxx

Kas xxx

1. Beban diakui melalui amortisasi beban tangguhan secara garis lurus, jurnal:
Beban hawalah xxx

Beban tangguhan hawalah xxx

1. Biaya transaksi hawalah seperti biaya legal dan biaya administrasi diakui sebagai beban pada
saat terjadinya, jurnal:
Beban hawalah xxx

Kas xxx

1. Pelunasan utang oleh muhil pada muhal’alaih, jurnal:


Utang-B (muhal’alaih) xxx

Kas xxx

 Akuntansi pihak yang menerima pengalihan utang/muhal’alaih


1. Pada saat pembayaran kepada pihak muhal sebesar jumlah utang yang diambil alih, jurnal:
Piutang-C (muhil) xxx

Kas xxx
1. Jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka pendek, jurnal:
Kas xxx

Pendapatan hawalah xxx

1. Jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka panjang, ketika muhal’alaih
menerima feel ujrah sekaligus, jurnal:
Kas xxx

Pendapatan diterima dimuka xxx

1. Pendapatan diakui melalui amortisasi pendapatan diterima dimuka secara proporsional


denagn jumlah piutang yang tertagih, jurnal:
Pendapatan diterima dimuka xxx

Pendapatan hawalah xxx

1. Ketika menerima pelunasan piutang, jurnal:


Kas xxx

Piutang-C xxx

1. Akad Al-Rahn (Pinjaman dengan Jminan)


Rahn secara harfiah adalah tetap, kekal, dan jaminan. Secara istilah rahn adalah
apa yang disebut dengan barang jaminan, agunan, cagar, atau tanggungan. Rahn
yaitu menahan barang sebagai jaminanatas utang. Akad rahn bertujuan agar
pemberi pinjaman lebih mempercayai pihak yang berutang. Sumber hokum akad rah
terdapat pada Al-Qur’an (Qs 2:283) dan As-Sunah. Rukun al-rahn ada empat
diantaranya sebagai berikut; (1) pelaku terdiria atas pihak yang menggadaikan
(rahin) dan pihak yang menerima gadai (murtahin), (2) objek akad berupa barang
yang digadaikan (marhun) dan utang (marhun bih), (3) ijab Kabul/serah terima.
Sementara itu ketentuan syariah, yaitu:

1. Pelaku, haruscakap hokum dan baliq


2. Objek yang digadaikan (marhun) terdiri dari (a) barang gadai; dapat dijual dan nialinya
seimbang, harus bernilai dan dapat dimanfaatkan, harus jelas dan dapat ditentukan secara
spesifik, tidak terkait dengan orang lain (dalam hal kepemilikan). (b) utang, nilai utang harus
jelas demikian juga tanggal jatuh temponya.
3. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.
Perlakuan akuntansi rahn adlah sebagai berikut:

 Bagi pihak yang menerima gadai


Pada saat menerima barang gadai tidak dijurnal tetapi mebuat tanda terima atas
barang

1. Pada saat menyerahakn uang pinjaman, jurnal:


Piutang xxx

Kas xxx

1. Pada saat menerima uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan, jurnal:
Kas xxx

Pendapatan xxx

1. Pada saat mengekluarkan biaya untuk biaya pemaliharaan dan penyimpanan, jurnal:
Beban xxx

Kas xxx

1. Pada saat pelunasan uang pinjaman, barang gadai dikembalikan dengan membuat tanda serah
terima barang, jurnal:
Kas xxx

Piutang xxx

1. Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian gadai dijual oleh pihak
yang menggadaikan, jurnal:
Kas xxx

Piutang xxx

 Bagi pihak yang menggadaikan


Pada saat menyerahkan asset tidak dijurnal, tetapi menerima tanda terima atas
penyerahan asset serta membuat penjelasan atas catatan akuntansi atas barang
yang digadaikan.

1. Pada saat menerima uang pinjaman, jurnal:


Kas xxx

Utang xxx

1. Bayar uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan, jurnal:


Beban xxx

Kas xxx
1. Ketika dilakukan pelunasan atas hutang, jurnal:
Utang xxx

Kas xxx

1. Jika pada saat jatuh tempo, uang tidak dapat dilunasi sehingga barang gadai dijual pada saat
penjualan barang gadai, jurnal:
Kas xxx

Akumulasi penyusutan (bila asset tetap) xxx

Kerugian xxx

Keuntungan xxx

Asset xxx

1. Pelunasan utang atas barang yang dijual pihak yang menggadai, jurnal:
Utang xxx

Kas xxx

1. Akad Jualah (Hadiah)


Ju’alah berasal dari kata ja’ala yang memiliki banyak arti yaitu jumlah imbalan,
meletakkan, membuat, menasabkan. Menurut fiqih diartikan sebagai suatu tanggung
jawab dalam bentuk janji memberikan hadiah tertentu secara sukarela terhadap
orang yang berhasil melakukan perbuatan atau memberikan jasa yang belum pasti
dapat dilaksanakan atau sesuai dengan yang diharapkan. Sumber hukum akad ini
adalah Al-Qur’an (Qs 12:71) dan As-Sunah. Rukun yang terdapat pada akad ini ada
empat, yaitu: pihak yang membuat sayembara/penugasan (al aqid/al ja’il); objek
akad berupa pekerjaan yang harus dilakukan (al maj’ul), hadiah yang akan diberikan
(al’jil); ada sighat dari pihak yang menjanjikan (ijab). Sementara itu ketentuan
syariah, yaitu: (a) pihak yang membuat sayembara; cakap hukum dan balig, (b)
objek yang harus dikerjakan; harus mengandung manfaat yang jelas dan boleh
dimanfaatkan sesuai syariah, (c)hadiah yang dinerikan harus sesuatu yang bernilai
(harta) dan jumlah harus jelas. (d) sah denagn ijab saja tanpa ada Kabul.

Pelakuan akuntansi untuk akad ju’alah adalah sebagai berikut:

 Bagi pihak yang membuat sayembara/membuat janji


Saat membuat janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum pasti atas
sayembara tersebut. Saat sayembara terpenuhi, jurnal:

Beban ju’alah xxx


Kas/asset nonkas lain xxx

 Bagi pihak yang menerima janji


Saat mendengar janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum pasti hasil
atas sayembara tersebut. Setelah sayembara tersebut terpenuhi, jurnal:

Kas/asset nonkas lain xxx

Pendapatan ju’alah xxx

1. 8. Charge Card dan Syariah Card (Kartu Kredit Syariah)


Charge Card dan Syariah Card merupakan salah satu produk dari perbankan
syariah, sedangkan yang digunakan adalah kombinasi dari akad-akad yang telah
dijelaskan sebelumnya. Charge Card adalah fasilitas kartu talangan yang
dipergunakan oleh pemegang kartu (hamil al-bithaqah) sebagai alat bayar atau
pengambilan uang tunai pada tempat-tempat tertentu yang harus dibayar lunas
kepada pihak yang member tanlangan pada waktu aynga telah ditetapkan. (fatwa
DSN MUI No. 42/DSN MUI/V/2004)

Syariah Card adalah kartu yang berfungsi seperti kartu kredit hubungan hokum
(berdasarkan sistem yang sudah ada ) antara para pihak berdasarkan prinsip
syariah. Kedua jenis kartu tersebut merupakan pola pembiayaan seperti halnya kartu
kredit dan kartu debit di bank konvensional. Hanya saja charge dan syariah
card tidak mengenakan bunga, tetapi mengenakan fee atas kenaggotaan dan
transaksi yang dilakukan.

1. Sumber Hukum
1) Al-Qur’an

“Dan janganlah kamu menhambur-hamburkan (hartamu) secara boros.


Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara saudara syaitan dan
syaitanitu sangatlah ingar kepada Tuhannya,” (QS. Al-Isra’ (17) ; 26-27)

2) Hadist

1. Rukun dan Ketentuan Syariah


Transaksi ini merupakan implementasi dari gabungan akad, maka rukun dan
ketentun syariahnya akan merujuk pada rukun dan ketentuan syariah dari akad
khafalah, ijarah, dan qard.

1. Perlakuan Akuntansi
Transaksi ini merupakan implementasi dari gabungan akad, maka rukun dan
ketentuan syariahnya akan merujuk pada perlakuan akuntansi dan akad khafalah,
ijarah dan qard hasan.
1. Akad Sharf
Sharf menurut bahasa adalah penambahan, penukarn, pengindraan, atau transaksi
jual-beli. Sharf adalah transaksi jual beli valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual
beli atau pertukaran mata uangan dapat dilakukan baik dengan mata uang yang
sejenis maupun yang tidak sejenis.

1. Sumber hukum akas Sharf


“Transaksi pertukaran emas dengan emas harus sama takaran, timbangan dan
tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, perak dengan perak harus sama
takaran, timbanngan dan tangan ke tangna (tunai), kelebihannya adalah riba,
gandum dengan gandum harus sama takaran, timbanngan dan tangan ke tangna
(tunai), kelebihannya adalah riba, tepung dengan tepung harus sama takaran,
timbanngan dan tangan ke tangna (tunai), kelebihannya adalah riba, kurma dengan
kurma harus sama takaran, timbanngan dan tangan ke tangna (tunai), kelebihannya
adalah riba, garam dengan gram harus sama takaran, timbanngan dan tangan ke
tangna (tunai), kelebihannya adalah riba,” (HR. Muslim)

“Juallah emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, syair
dengan syair, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat
harus) sama dan sejenis secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu
jika dilakukan dengan tunai.” (HR. Muslim)

“Rasulullah SAW melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak
tunai).” (HR. Muslim)

1. Jenis pertukaran transaksi valuta asing


1) Transaksi “spot” yaitu transaksi pembelin dan penjualan valas dan
penyerahannya pada saat itu atau penyelesaiannya maksimal dalam jangka waktu 2
hari, transaksi dibolehkan secara syariah karena dianggap tunai.

2) Transaksi “foward” yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang


nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan
datang.

3) Transaksi “swap” yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas yang
sama dengan harga foward, hukumnya haram karena ada unsur
spekulasi/judi/maisir.

4) Transaksi “option” yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka


membeli (call option) atau hak untuk menjual (put option) yang tidak harus dilakukan
atas sejumlah unit valas pada harga dan jangka waktu atau tanggal tertentu,
hukumnya haram karena ada unsur spekulasi/judi/maisir.

1. Rukun dan ketentuan syariah


1) Rukun transaksi Shaf terdiri dari :
a) Pelaku terdiri atas pembeli dan penjual

b) Objek akad berupa mata uang

c) Ijab qobul (serah terima)

2) Ketentuan syariah, yaitu :

a) Pelaku harus cakap hukum dan baligh

b) Objek akad :

 Nilai tukar atau kurs mata uang yang telah diketahui oleh kedu belah pihak.
 Valuta yang diperjualbelikan telah dikuasai, baik oleh pembeli maupun penjual sebelum
keduanya berpisah.
 Apabila mata uang atau valuta yang diperjualbelikan itu dari jenis yang sama, maka jual beli
mata uang itu harus dilakukan dalam kuantitas yang sama, sekalipun model dari mata uang
yang berbeda.
 Dalam akad sharf tidak boleh ada hak khiyar syarat bagi pembeli.
 Dalam akad sharf tidak boleh terdapat tenggang waktu antara penyerahan mata uang yang
saling dipertukarkan, karena sharf dikatakan sah apabila penguasaan objek akad dilakukan
secara tunai atau dalam kurun waktu 2×24 jam (harus dilakukan seketika itu juga dan tidak
boleh diutang) dan perbuatan saling menyerahkan itu harus telah berlangsung sebelum kedua
belah pihak yang melakukan jual beli valuta itu berpisah.
3) Ijab qobul yaitu penyertaan dan ekspresi saling ridha atau rela diantara pihak-
pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi
atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.

1. Pelakuan akuntansi akad Sharf


1) Jurnal saat membeli valuta asing :

Kas (Dolar) xxx

Kas (Rp) xxx

2) Jurnal saat dijual :

Kas (Rp) xxx

Kerugian* xxx

Keuntungan** xxx

Kas (Dolar) xxx

Keterangan : * jika harga beli valas lebih besar dari harga jual
** jika harga beli valas lebih kecil dari harga jual

Untuk tujuan laporan keuangan akhir periode, aset moneter (piutang dan
utang) dalam suatu valuta asing akan dijabarkan dalam satuan rupiah dengan
menggunakan nilai kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal laporan keuangan.
Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut :

 Jika nilai kurs BI lebih kecil dari nilai kurs tanggal transaksi, jurnal pencatatannya :
Kerugian xxx

Piutang (valas) xxx

Utang (valas) xxx

Keuntungan xxx

 Jika nilai kurs BI lebih kecil dari nilai kurs tanggal transaksi, jurnal pencatatannya :
Piutang (valas) xxx

Keuntungan xxx

Kerugian xxx

Utang (valas) xxx

BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan

Menurut terminologi hukum Islam akad adalah pertalian antara penyerahan (ijab)
dan penerimaan (qobul) yang dibenarkan oleh syariah yang menimbulkan akibat
hukum terhadap objeknya.

jenis-jenis akad :

1. Akad Wadiah.
2. Akad Al-Wakalah (Agen/Wakil)
3. Akad Al-Kafalah (Jaminan)
4. Qardhul Hasan
5. Akad Al-Hiwalah/Hawalah (Pengalihan)
6. Akad Al-Rahn (Pinjaman dengan Jminan)
7. Akad Jualah (Hadiah)
8. 8. Charge Card dan Syariah Card (Kartu Kredit Syariah)
9. Akad Sharf
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati, Sri, Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba
Empat.

Anda mungkin juga menyukai