Anda di halaman 1dari 19

KELOMPOK 2

NAMA:
1. SERLY TYIAS AYU ANJAR HASWARI (102220116)
2. VIVI NURLITA_1022210129
 Faktor-Faktor Mempengaruhi Perkembangan Fiqh
Khulafaur Rasyidin

Periode pembentukan Hukum pada masa Khulafaru Rasyidin


adalah periode kedua, dalam sejarah perkembangan Hukum
Islam, periode ini bermula sejak wafatnya nabi Muhammad
SAW, atau sekitar pada abad ke 11 Hijriyah sampai Abad ke 41
Hijriyah. Pada periode ini, Islam sangatlah gemilang karena,
pada saat itu sahabat-sahabat nabi yang terkemuka yang sudah
lama bergelut bersama Nabi.
Periode kedua ini, para sahabat Nabi dihadapkan pada
permasalahan, yang berbeda dengan periode Nabi Muhammad
SAW, permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sahabat Nabi Khawatir Al-Qur’an akan hilang di dalam
masyarakat muslim, karena banyaknya sahabat penghafal
Al-Qur’an yang meninggal dunia pada saat perang.
b. Sahabat khawatir akan terjadi Khilaf terhadap Al-Qur’an.
c. Sahabat Khawatir akan terjadi pembohongan terhadap
Sunnah Rasululah SAW.
d. Sahabat khawatir akan terjadi penyimpangan syariat
e. Sahabat mengahadapi pekembangan zaman dan juga harus
dibarengi perkembanga hukum Islam
 Sumber Tasyri’ pada Periode Khulafaurrasyidin

A. Al-Qur’an
Al-Quran adalah sumber primer umat islam, yang meliputi ajaran pokok dan semua
kaidah yang harus ada dalam pembuatan segalah bentuk hukum syara. Al-Quran adalah
kalam Allah yang dirurunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membacanya bernilai
ibadah. Allah menurunkan Al-Quran secara beransur-ansur dengan beberapa alasan
diantaranya yaitu:
1) Mengkokohkan hati Rasulullah
2) Mempermudah bagi rasul menghafalkan
3) Mempermudah proses regulasi perundang-undangan
4) Mempermudah kemudahan dan empati kepada hambah
B. Hadits
Hadits atau sunnah nabawiyah adalah setiap yang keluar dari Rasulullah baik ucapan,
perbuatan, maupun tindakan selain yang ada di Al-quran. Hukum ini menempati urutan ke
dua dibahwah kalamullah. Bila ada masalah yang tidak terdapat pada Al-Quran, maka
selanjutnya para sahabat akan menyelesaikan masalah dengan hadits.
C. Ijtihad Sahabat
Jika terjadi suatu permasalahan yang tidak ditemukan
dalam Al-Quran maupun hadits maka sahabat melakukan Ro’yu.
Iijtihad adalah mencurahkan kesungguhan dalam penggalian
hukum syar’i yang bersumber dari Al-Quran dan hadits. Ijtihad
ini menggunkan metode ijma’ atau qiyas kemudian dilanjut
dengan maslahah. Ijma terjadi secara jama’i terhadap suatu
masalah dan tidak harus dalam suatu acara yang formal namun
bisa berbantuk diskusi atau tanya jawab. Metode Qiyas adalah
sahat mengambil hukum dari nash-nash yang bisa dikaji ualng
dengan asumsi bahwa setiap nash itu punya illat yang
menjelaskan sebab hukumnya sedangkan nash tidak
menghukumi perkara tersebut.
 Kedudukan Ijtihad Pada Masa Khulafur Rasydin

Ijtihad bukan hanya untuk mencari solusi atas permasalahan yang


baru muncul, melainkan ijtihad para sahabat juga digunakan untuk
memahami nash yang ada di dalam Al-Qur’an, dengan adanya
Ijtihad ruang Ikhtilaf terjadi di antara sahabat, tetapi hal tersebut
mampu diminimalisir dengan adanya ijtihad kolektif yang bisa
disebut dengan Ijma’. Kebebasan berpendapat pada masa sahabat
nabi sering tejadi, hal tersbut murni atas nama kemaslahatan umum,
tanpa adanya kepentingan pribadi atau kelompok, sehingga ijtihad
yang dihasilakn oleh para sahabat dapat memberikan sebuah
pencerahan terhadap ummat
 Contoh hasil ijtihad pada masa sahabat adalah tentang pembagian
harta rampasan perang (Ghanimah) sesuai dengan Al-Qur’an,
bahwa harta Ghanimah harus dibagikan kepada prajurit perang
sebanyak 1/5 dari total harta tersebut,
 Ruang Ijtihad Pada Masa Khulafaur Rasydin

Dari contoh kasus hasil ijtihad pada masa Khulafaur Rasyidin, bisa
disimpulkan bahwa Ijtihad pada masa Khulafaur Rasyidin memiliki
ruang lingkup yang sangat luas, dan para sahabat tidak menyikapi
hukum Islam secara ideal yang terlepas dari kontektual, melainkan para
sahabat nabi juga melihat dari segi dimensi sosial dan nilai
kemaslahatan yang didapatkan dari suatu hukum tersebut.
Misalkan interpretasi dari sahabat Utsman terhadap Nash yang
menggunakan dalil suatu hukum melihat illat hukumnya, hal ini
memberikan pelajaran bahwa pada zaman sahabat nabi sangat berhati-
hati dalam menyikapi sebua permasalahan hukum .
 Contoh permasalahanya adalah pada zaman Utsman bin Affan Unta-
Unta dibiarkan bebas berkeliaran, Karena pada saat itu sang khalifah
Utsman beralasan bahwa masa itu tergolong aman bagi Unta-Unta
untuk berkeliaran dan dijamin kembali kepada pemiliknya.
 Pengumpulan AL-Qur’an Pada Masa Abu Bakar
Ketika Rasulullah telah Wafat, al-Qur‟an memang telah
terkumpul didada para sahabat berupa hafalan serta telah dituliskan
dalam lembaran-lembaran. Namun al-Qur’an yang ditulis para sahabat
tersebut masih berupa lembaran-lembaran yang tercecer ditangan para
sahabat atau dengan kata lain al-Qur‟an pada saat itu masih belum
sepenuhnya terbukukan. Sehingga ketia terjadi perang Yamamah yang
terjadi setahun setelah wafatnya Nabi yang menewaskan 70 Qari’
menimbulkan kegelisahan dihati Umar bin Khattab hingga kemudian
mendesak Abu Bakar untuk segera membukukan al-Qur‟an
mengingat para Qari’ telah banyak yang meninggal sedangkan al-
Qur‟an yang tertulis masih berupa lembaran-lembaran yang tercecer
atas desakan Umar tersebut.
Kemudian Abu Bakar berkenan untuk memerintahkan pengumpulan tersebut
walaupun pada awalnya beliau menolaknya dengan alasan bahwa hal tersebut
bukanlah perbuatan yang dilakukan oleh Nabi, namun ,Umar meyakinkannya
dengan alasan bahwa pembukuan tersebut adalah hal yang baik dan sangat
penting. Setelah Abu Bakar merasa yakin dengan keputusannya tersebut, maka
diutuslah Zaid bin Tsabit untuk mulai mengumpulkan al-Qur’an Dalam
pengumpulan tersebut, zaid menggunakan dua rujukan utama, yaitu:

1.Berdasarkan ayat yang telah ditulis dihadapan Rasulullah


dan telah disaksikan langsung oleh beliau.
2. Ayat yang dihafal dan ditulis dalam lembaran dengan
menyertakan dua saksi yang adil yang menyaksikan bahwa
ayat tersebut telah benar-benar ditulis dihadapan Rasulullah.
 Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Utsman Bin Affan
Pengumpulan al-Qur‟an pada masa Utsman bin Affan punya motif
berbeda dengan pengumpulan al-Qur‟an dimasa Abu Bakar, Jika motif
Abû Bakar mengumpulkan al-Qur‟an karena khawatir akan hilangnya
materi yang tertulis tadi sebagai akibat dari banyaknya para penghafal dan
pembaca yang telah meninggal dunia, maka motif, Utsmân adalah karena
takut akan terjadinya perbedaan yang meruncing mengenai ragam bacaan.
Pada masa „Utsman ini Islam telah tersebar luas dan kaum Muslimin telah
hidup berpencar ke berbagai pelosok. Di berbagai daerah telah terkenal
Qira’at sahabat yang mengajarkan al-Qur‟an kepada penduduk
setempat.Tidak jarang terjadi pertentangan mengenai masalah bacaan
dikalangan pengikut sahabat-sahabat tersebut, hingga kemudian
pertentangan tersebut memuncak menjadi perpecahan dikalangan
Muslimin sendiri.Kondisisemacam ini kemudian didengar oleh Hudaifah
bin Yaman.
Ketika Hudaifah mengetaui hal tersebut, maka dengan sesegera
mungkin beliau melaporkannya kepada Khalifah, Utsman agar
segera ditindak lanjuti. Setelah mendapatkan laporan
tersebut,Utsman segerah mengirim surat kepada Hafshah yang
berisikan perintah untuk memberikan al-Qur‟an yang telah
dibukukan Zaid sebelumnya untuk kemudian diperbanyak dan
disebarluaskan ke seluruh penjuru.Untuk membukukan al-
Qur‟an tersebut, Ustman mengutus empat orang sahabat untuk
membukukan al-Qur‟an, dari keempat orang tersebut tiga
diantaranya adalah muhajirin dan satu orang lainnya adalah
kaum anshar, empat orang tersebut adalah : Zaid bin Tsabit,
Abdullâh bin Zubayr, Sa’id bin al-,Ash, Abdurrahmân bin al-
Harits bin Hisyam.
Dalam melakukan pembukuan tersebut, keempat orang
tersebut berpegang pada arahan dari Utsman, yaitu: 1.
Menjadikan Mushaf Abu Bakar yang telah dibukukan oleh
Zaid bin Tsabit sebagai acuan pokok dan dumber utama dalam
penulisan al-Qur‟an. 2. Mengacu pada Mushaf Abu Bakar
tersebu dalam hal penulisan dan urutannya, dan apabila
terdapat perbedaan pendapat dikalangan para anggota panitia,
maka mengacu berdasarkan dialek Quraisy karena al-Qur‟an
diturunkan dengan dialek Quraisy. 3. Dan al Qur‟an tidak
ditulis kecuali berdasarkan persetujuan antara para panitia, dan
para sahabat bersepakat bahwa al-Qur‟an yang telah
dibukukan tersebut sebagai al-Qur‟an sebagaimana yang
diturunkan kepada Rasulullah
Usaha yang dilakukan oleh „Ustman tersebut mendapatkan apresiasi
yang sangat dikalangan sahabat, sehingga hasil dari usaha tersebut
mendapat pengakuan dari kalangan sahabat dan mereka meyakini bahwa
al-Qur‟an yang dikumpulkan oleh „Utsman tersebut telah sesuai dan
sama persis dengan al-Qur‟an yang ada pada masa Nabi Muhammad.
Baik dari segi urutan ayat (Tartibul Ayat), maupun urutan Surat (Tartibus
suwar), maupun Qira‟atnya.
Ada tiga unsur yang harus dipenuhi dalam periwayatan Hadis, yakni:
(1).Kegiatan menerima Hadis dari periwayat Hadis,
(2).Kegiatan menyampaikan Hadis itu kepadaorang lain,
(3).Ketika Hadis itu disampaikan, susunan rangkaian periwayatnya.
Orang yang melakukan periwayatan Hadis disebut al-ra>wi, dan apa yang
diriwayatkan dinamai al-marwi, sedangkan susunan rangkaian para
periwayat dinamakan sanad ada juga yang menyebut dengan isnad, dan
kalimat yang disebutkan sesudah sanad disebut dengan al-matn. Adapun
kegiatan atau proses yang berisi seluk-beluk penerimaan dan
penyampaian Hadis lazim dikenal dengan istilah tahammul wa ada>’ al
hadi>th. Dengan demikian, seseorang baru dapat dinyatakan sebagai
periwayat Hadis, apabila dia telah melakukan pada apa yang disebut
dengan tahammul wa ada>’al-hadits dan Hadis yang disampaikannya
tersebut lengkap berisi sanad dan matan
Di kalangan ulama Hadis, berkembang yang namanya al-sha>hadah
atau persaksian, di antara mereka ada yang menghubungkan dan
membandingkan antara al-riwa>yat dengan al-shaha>dat, karena
memang antara keduanya terdapat persamaan dan perbedaan. Paling
tidak ada 4 (empat) kesamaan al-riwa>yat dengan al-shahadat,
sebagaimana dijelaskan oleh Syuhudi Ismail. Yakni, bahwa dalam
periwayatan maupun persaksian, pelakunya haruslah: (1) beragama
islam, (2) berstatus mukallaf, (3) bersifat adil, (4) bersifat dabit.
 Keadaan Fiqh Pada Masa Kulafaur Rasyidin
Pada masa ini daerah kekuatan Islam semakin luas. meliputi beberapa daerah di luar
semenanjung Arab. Sseperti Mesir, Suriah,Iran (Persia) dan Irak. Dan sama dengan itu pula,
agama lslam berkembang dengan pesat mengikuti perkembangan daerah tersebut. Diperiode
sahabat ini,kaum muslimin telah memiliki referensi hukum syari'at yang sempurna berupa
Al- quran dan Hadits Rasul. Kemudian dilengkapi dengan ijma'dan qiyas, diperkaya dengan
adat budaya dan peraturan-peraturan berbagai daerah yang bernaung bawah naungan Islam.

Dapat kita tegaskan bahwa di zaman khulafaur Rasyidin lengkaplah dalil-dalil


tasyrilslami (dasar-dasar fiqih Islam) yang empat, yaitu: Al-Kitab, Sebagai sunnah, Al-Qiyas
atau ijtihad, atau ra'yudanljma’ yang berbaring pada Al -Kitab, atau As-Sunnah, atau Qiyas
Sahabat sahabat besar dalam periode ini buruk nash-nash hukum dari Al quran maupun dari
Alhadits. yang kemudian menjadi pegangan untuk buruk dan menjelaskan nash-nash itu.
Selain itu para sahabat besar anggota memberi fatwa-fatwa dalam berbagai masalah besar
memberi fatwa-fatwa dalam berbagai masalah terhadap kejadian-kejadian yang tidak ada
nash nya yang jelas mengenai hal itu,yang kemudian menjadi dasar ijtihad.
Keistimewaan Fiqih Pada Masa Khulafaur Rasyidin Pada masa Sahabat merupakan masa
perkembangan fiqih yang diistilahkan sebagai masa muda remaja yang dimulai dari periode
Khulafaur Rasyidin dan sahabat-sahabat senior hingga lahirnya imam mazhab dari tahun 11-
132 H. Meliputi periode Khulafaur Rasyidin (11-40 H- 632-661 M) dan periode Umayyah (40-
132 H-661-750 M).Ada 3 keistimewaan yang menonjol pada masa Khulafaur Rasyidin, yaitu:
a. Kodifikasi ayat-ayat al-Qur'an serta menyebarkannya yang dimaksudkan untuk
mempersatukan umat Islam dalam satu wajah tentang bacaan al-Qur'an agar tidak
adaperbedaan yang berakibat perpecahan. b. Pertumbuhan tasyr' dengan ra'yu sebagai motivasi
besar terhadap para fuqaha untukmenggunakan rasio sebagai sumber ketiga yaitu qiyas. c.
Pengaturan peradilan. Setelah masa Khulafaur Rasyidin kemudian diganti dengan masa Dinasti
Umayyah, berkembanglah Ahlul Hadist disamping Ahlu Ra'yi. Bahkan perbedaan pendapat
antara 2 kelompok ini semakin tajam pada dinasti Abbasiyah (132-656 H) dan kian bertambah
subur dan berkembang dengan baik serta menjadi gerakan ilmiah yang berpengaruh luas yang
kemudian melahirkan mazhab-mazhab fiqhi dalam Islam
Sekian presentasi dari kelompok kami jika
ada kesalahan mohon di bicarakan
baik²bukan malah pergi mencari yang lebih
baik.
Jika ada pertanyaan kami akan berikan
jawaban bukan harapan karna hidup butuh
kepastian bukan kepalsuan!!!!!

Anda mungkin juga menyukai