NAMA:
1. SERLY TYIAS AYU ANJAR HASWARI (102220116)
2. VIVI NURLITA_1022210129
Faktor-Faktor Mempengaruhi Perkembangan Fiqh
Khulafaur Rasyidin
A. Al-Qur’an
Al-Quran adalah sumber primer umat islam, yang meliputi ajaran pokok dan semua
kaidah yang harus ada dalam pembuatan segalah bentuk hukum syara. Al-Quran adalah
kalam Allah yang dirurunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membacanya bernilai
ibadah. Allah menurunkan Al-Quran secara beransur-ansur dengan beberapa alasan
diantaranya yaitu:
1) Mengkokohkan hati Rasulullah
2) Mempermudah bagi rasul menghafalkan
3) Mempermudah proses regulasi perundang-undangan
4) Mempermudah kemudahan dan empati kepada hambah
B. Hadits
Hadits atau sunnah nabawiyah adalah setiap yang keluar dari Rasulullah baik ucapan,
perbuatan, maupun tindakan selain yang ada di Al-quran. Hukum ini menempati urutan ke
dua dibahwah kalamullah. Bila ada masalah yang tidak terdapat pada Al-Quran, maka
selanjutnya para sahabat akan menyelesaikan masalah dengan hadits.
C. Ijtihad Sahabat
Jika terjadi suatu permasalahan yang tidak ditemukan
dalam Al-Quran maupun hadits maka sahabat melakukan Ro’yu.
Iijtihad adalah mencurahkan kesungguhan dalam penggalian
hukum syar’i yang bersumber dari Al-Quran dan hadits. Ijtihad
ini menggunkan metode ijma’ atau qiyas kemudian dilanjut
dengan maslahah. Ijma terjadi secara jama’i terhadap suatu
masalah dan tidak harus dalam suatu acara yang formal namun
bisa berbantuk diskusi atau tanya jawab. Metode Qiyas adalah
sahat mengambil hukum dari nash-nash yang bisa dikaji ualng
dengan asumsi bahwa setiap nash itu punya illat yang
menjelaskan sebab hukumnya sedangkan nash tidak
menghukumi perkara tersebut.
Kedudukan Ijtihad Pada Masa Khulafur Rasydin
Dari contoh kasus hasil ijtihad pada masa Khulafaur Rasyidin, bisa
disimpulkan bahwa Ijtihad pada masa Khulafaur Rasyidin memiliki
ruang lingkup yang sangat luas, dan para sahabat tidak menyikapi
hukum Islam secara ideal yang terlepas dari kontektual, melainkan para
sahabat nabi juga melihat dari segi dimensi sosial dan nilai
kemaslahatan yang didapatkan dari suatu hukum tersebut.
Misalkan interpretasi dari sahabat Utsman terhadap Nash yang
menggunakan dalil suatu hukum melihat illat hukumnya, hal ini
memberikan pelajaran bahwa pada zaman sahabat nabi sangat berhati-
hati dalam menyikapi sebua permasalahan hukum .
Contoh permasalahanya adalah pada zaman Utsman bin Affan Unta-
Unta dibiarkan bebas berkeliaran, Karena pada saat itu sang khalifah
Utsman beralasan bahwa masa itu tergolong aman bagi Unta-Unta
untuk berkeliaran dan dijamin kembali kepada pemiliknya.
Pengumpulan AL-Qur’an Pada Masa Abu Bakar
Ketika Rasulullah telah Wafat, al-Qur‟an memang telah
terkumpul didada para sahabat berupa hafalan serta telah dituliskan
dalam lembaran-lembaran. Namun al-Qur’an yang ditulis para sahabat
tersebut masih berupa lembaran-lembaran yang tercecer ditangan para
sahabat atau dengan kata lain al-Qur‟an pada saat itu masih belum
sepenuhnya terbukukan. Sehingga ketia terjadi perang Yamamah yang
terjadi setahun setelah wafatnya Nabi yang menewaskan 70 Qari’
menimbulkan kegelisahan dihati Umar bin Khattab hingga kemudian
mendesak Abu Bakar untuk segera membukukan al-Qur‟an
mengingat para Qari’ telah banyak yang meninggal sedangkan al-
Qur‟an yang tertulis masih berupa lembaran-lembaran yang tercecer
atas desakan Umar tersebut.
Kemudian Abu Bakar berkenan untuk memerintahkan pengumpulan tersebut
walaupun pada awalnya beliau menolaknya dengan alasan bahwa hal tersebut
bukanlah perbuatan yang dilakukan oleh Nabi, namun ,Umar meyakinkannya
dengan alasan bahwa pembukuan tersebut adalah hal yang baik dan sangat
penting. Setelah Abu Bakar merasa yakin dengan keputusannya tersebut, maka
diutuslah Zaid bin Tsabit untuk mulai mengumpulkan al-Qur’an Dalam
pengumpulan tersebut, zaid menggunakan dua rujukan utama, yaitu: