Anda di halaman 1dari 18

SUMBER AJARAN ISLAM

a. Al-Qur’an
Dawam Suprayogi
FST Universitas Jambi
SUMBER AJARAN ISLAM

• Pada umumnya ulama fiqih sependapat bahwa sumber utama hukum


Islam adalah Al-Quran dan Hadits.
• Di samping itu pula, para ulama fiqih menjadikan ijtihad sebagai salah satu
dasar hukum Islam, setelah Al-Quran dan Hadits.
• Seluruh hukum produk manusia adalah subyektif karena minimnya ilmu
yang diberikan oleh Allah SWT tentang kehidupan dunia dan
kecenderungan manusia untuk menyimpang.
• Hukum Allah SWT adalah peraturan yang lengkap dan sempurna serta
sejalan dengan fitrah manusia.
• Sumber ajaran Islam dirumuskan dengan jelas dalam percakapan
Rasulullah SAW dengan sahabat beliau Mu’adz bin Jabal, ketika beliau
mengutus Mu’adz bin Jabal menjadi Gubernur di Yaman.
• Rasulullah SAW bertanya kepada Mu’adz: “Dengan pedoman apa engkau
akan memutus sesuatu urusan?” Jawab Mu’adz: ”Dengan Kitabullah”,
Rasulullah SAW bertanya: ”Kalau tidak ada dalam Al-Quran?” Jawab
Mu’adz: “Dengan Sunnah Rasulullah”. Rasul bertanya lagi: ”Kalau di
dalam sunnah juga tidak ada?” Jawab Mu’adz: ”Saya berijtihad dengan
pikiran saya”. Sabda Rasulullah SAW: ”Maha suci Allah yang telah
memberikan bimbingan kepada utusan Rasul-Nya, dengan satu sikap yang
disetujui Rasul-Nya”. (HR. Abu Dawud dan Turmudzi).
• Ketiga sumber ajaran ini merupakan satu rangkaian kesatuan dengan
urutan yang tidak boleh dibalik.
AL QUR’AN

• Secara etimologis, Al-Quran berasal dari kata qara’a, yaqraâu, qiraatan atau
qurânan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-
dlammu). Huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian ke bagian lain secara
teratur disebutkan dalam Al-Quran karena ia berisikan intisari dari semua
kitabullah dan intisari dari ilmu pengetahuan (QS. al-Qiyamah [75]:17-18).
AL QUR’AN

• Adapun secara terminology:


Dr. Subhi Al-Shalih mendefinisikan Al-Quran sebagai “Kalam Allah SWT yang
merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan
ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk
ibadah”.
Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Quran sebagai: "Firman Allah
SWT yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan malaikat Jibril AS dan ditulis
pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara
mutawatir, serta membaca dan mampelajarinya merupakan ibadah, yang
dimulai dengan Surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Naas"
AL QUR’AN

• Dengan definisi tersebut sebagaimana dipercayai setiap Muslim, firman


Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi selain Nabi Muhammad SAW,
tidak dinamakan Al-Quran seperti Kitab Taurat yang diturunkan kepada
umat Nabi Musa AS atau Kitab Injil yang diturunkan kepada umat Nabi Isa
AS.
• Demikian pula firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadits
Qudsi, tidak termasuk Al-Quran.
Penurunan Al-Quran

• Al-Quran tidak turun sekaligus


• Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22
hari
• Oleh para ulama, masa turunnya Al Quran ini dibagi menjadi 2 periode,
yaitu periode Mekkah dan periode Madinah.
• Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah
SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini disebut surat Makkiyyah.
• Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah
berlangsung selama 10 tahun dan surat–surat yang turun pada kurun
waktu ini disebut surat Madaniyyah.
Penulisan Al-Quran dan perkembangannya

• Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) Al-Quran sudah dimulai sejak


zaman Nabi Muhammad SAW. Kemudian transformasinya menjadi teks
yang dijumpai saat ini selesai dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin
Affan.
Pengumpulan Al-Quran di masa Rasullulah SAW

• Pada masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa
orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al-Quran, yakni Zaid bin Tsabit, Ali
bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan, dan Ubay bin Ka’ab.
• Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak
diperintahkan.
• Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma,
lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang
belulang binatang.
• Di samping itu, banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-
ayat Al-Quran setelah wahyu diturunkan.
Pengumpulan Al-Quran Di Masa Khulafaur Rasyidin

1). Pada Masa Pemerintahan Abu Bakar Dan Umar


• Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang
yang dikenal dengan nama perang Riddah) yang mengakibatkan tewasnya
beberapa penghafal Al-Quran dalam jumlah yang signifikan.
• Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut
lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Quran
yang saat itu tersebar di antara para sahabat.
• Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator
pelaksanaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Quran
tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar.
• Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf
tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya
mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafsah yang juga istri Nabi Muhammad SAW.
Pengumpulan Al-Quran Di Masa Khulafaur Rasyidin

2). Pada Masa Pemerintahan Utsman Bin Affan


• Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat
keragaman dalam cara pembacaan Al-Quran (qira'at) yang disebabkan oleh
adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-
beda.
• Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga beliau mengambil kebijakan
untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah)
yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku.
• Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam)
Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standarisasi ini,
seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan
untuk dimusnahkan (dibakar).
• Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah terjadinya perselisihan di antara
umat Islam di masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Quran.
Pengumpulan Al-Quran Di Masa Khulafaur Rasyidin

2). Pada Masa Pemerintahan Utsman Bin Affan


• Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al-Qur'an,
keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati
oleh para sahabat.
• Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk
meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman memanggil Zaid bin
Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Zubair, Said bin Al-
Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam.
• Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika
ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah
ditulis dalam bahasa Quraish karena Al-Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka.
• Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan
tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan 1
buah ditahan di Madinah (mushaf al-Imam).
Upaya Penerjemahan dan Penafsiran Al-Quran

• Upaya-upaya untuk mengetahui isi dan maksud Al-Quran telah


menghasilkan proses penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih dalam,
mengupas makna) dalam berbagai bahasa.
• Namun demikian hasil usaha tersebut dianggap sebatas usaha manusia dan
bukan usaha untuk menduplikasi atau menggantikan teks yang asli dalam
bahasa Arab.
• Kedudukan terjemahan dan tafsir yang dihasilkan tidak sama dengan Al-
Quran itu sendiri.
Upaya Penerjemahan dan Penafsiran Al-Quran

• Pertama-tama, diawali dengan melihat makna awal dari suatu ayat,


kemudian tampak makna yang lebih luas daripada yang pertama dan
begitu seterusnya, berlaku pada semua ayat AI-Quran.
• Atas dasar inilah Al-Quran mempunyai makna tersurat/lahir (zhahr) dan
tersirat/batin (bathn), dan kedua makna tersebut sama-sama merupakan
maksud.
• Hanya saja keduanya terjadi secara memanjang, tidak melebar, karena
maksud makna lahir tidak menafikan maksud makna batin, dan maksud
makna batin tidak menafikan maksud makna lahir.
Pokok-Pokok Isi Kandungan Al-Quran

Adapun pokok-pokok kandungan dalam Al-Quran antara lain:


1. Tauhid, yaitu kepercayaan terhadap ke-Esaan Allah SWT dan semua
kepercayaan yang berhubungan dengan-Nya.
2. Ibadah, yaitu semua bentuk perbuatan atau amaliah sebagai manifestasi
dari kepercayaan ajaran tauhid.
3. Janji dan ancaman (al-wa’d wal wa’id), yaitu janji pahala bagi orang
yang percaya dan mau mengamalkan isi Al-Quran dan ancaman siksa bagi
orang yang mengingkarinya.
4. Kisah umat terdahulu, seperti para Nabi dan Rasul dalam menyiarkan
risalah Allah SWT maupun kisah orang-orang shaleh ataupun orang yang
mengingkari kebenaran al-Quran agar dapat dijadikan pembelajaran bagi
umat setelahnya.
Dasar Hukum dalam Al-Quran

Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, sebagai berikut:


1. Hukum I’tiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia
dengan Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan akidah/keimanan. Hukum
ini tercermin dalam Rukun Iman. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Tauhid,
Ilmu Ushuluddin, atau Ilmu Kalam.
2. Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan
manusia dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesama manusia, serta
manusia dengan lingkungan sekitar. Hukum amaliah ini tercermin dalam Rukun
Islam dan disebut hukum syara’/syari’at. Adapun ilmu yang mempelajarinya
disebut Ilmu Fikih.
3. Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku dan norma
manusia dalam kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau makhluk sosial,
hukum ini tercermin dalam konsep ihsan. Adapun ilmu yang mempelajarinya
disebut ilmu Akhlak atau Tasawuf.
Dasar Hukum dalam Al-Quran

Sedangkan khusus hukum syara’ dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni:
1. Hukum ibadah, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan
Allah SWT, misalnya shalat, puasa, zakat, haji, dan qurban.
2. Hukum muamalah, yaitu hukum yang mengatur manusia dengan sesama
manusia dan alam sekitarnya. Termasuk ke dalam hukum muamalah antara
lain sebagai berikut:
a. Hukum munakahat (pernikahan) f. Hukum al-khilafah (tata negara/kepemerintahan)
b. Hukum faraid (waris) g. Hukum makanan dan penyembelihan
c. Hukum jinayat (pidana) h. Hukum ‘aqdiyah (pengadilan)
d. Hukum hudud (hukuman) i. Hukum jihad (peperangan)
e. Hukum jual-beli dan perjanjian j. Hukum dauliyah (antar bangsa)
‫أن ال ِإلهَ ِإالَّ أ ْنتَ أ ْ‬
‫ست َ ْغ ِف ُر َك وأت ُ ُ‬
‫وب ِإلَ ْي َك‬ ‫س ْبحانَ َك اللَّ ُه َّم و ِب َح ْم ِد َك أ ْ‬
‫ش َه ُد ْ‬ ‫ُ‬

‫…‪Terima kasih‬‬

Anda mungkin juga menyukai