Anda di halaman 1dari 1

Macam-macam Kafalah: 1

a. Kafalah bi ad-dain (tanggungan utang), yaitu pihak pertama menanggung utang pihak
kedua sehingga kewajiban membayar menjadi tanggung jawabnya. Sementara itu,
orang yang ditanggung bebas dari utangnya. Misalnya, A menjamin utang B kepada
C maka kewajiban membayar utang kepada C menjadi tanggung jawab A sehingga B
bebas dari utangnya.
b. Kafalah bi al-mal (tanggungan terhadap benda), yaitu tanggungan untuk menyerahkan
harta tertentu yang ada pada orang lain. Misalnya, mengembalikan barang yang
dirampas kepada pemiliknya. Perbuatan ini dapat dilihat dari kisah Zaid merampas
barang Umar maka Khalid menjamin Zaid untuk mengembalikan barang yang dirampas
tersebut
c. Kafalah bi al-nafs atau kafalah bi al-wajh(tanggungan terhadap badan atau tanggungan
wajah). Merupakan akad yang memberikan jaminan atas diri. Kafalah jenis ini
merupakan bentuk komitmen penanggung untuk menghadirkan pihak tertanggung.
Kafalah bi al-wajh adalah keharusan pihak penjamin (kafil atau dhaminl) untuk
menghadirkan orang yang ia tanggung kepada orang yang ia janjikan tanggungan
(makfu lahu). Misalnya A menjamin menghadirkan B yang sedang dalam perkara di
pengadilan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan. Menurut mayoritas ulama,
kafalah terhadap jiwa dibolehkan apabila berkaitan dengan masalah harta. Sementara
kafalah dalam masalah jiwa yang berkaitan dengan hudud tidak dibolehkan, karena
kafil tidak bisa memenuhinya. Ini menurut pendapat Hanafiah, Malikiyah dan
Hanabilah. Pendapat ini berdasarkan hadist:
‫ قال رسول هللا‬:‫عن عمر الدشقى حدثنى عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده قال‬
)‫ (رواه البيهقي بإسناد ضعيف‬، )‫ (ال كفالة في حد‬:‫صلى هللا عليه وسلم‬
Dari Umar ad-Dimasqi, telah menceritakan Amru ibn Syuaib diterima dari bapaknya
dari kakeknya sesungguhnya Nabi Saw. berkata: "Tidak sah kafalah berkaitan dengan
hudud".
Sementara Syafi'iyah menyatakan kafalah mengenai jiwa yang berhubungan dengan
hak manusia, seperti qishash dan gazaf dibolehkan namun, tidak sah bila menyangkut
hak Allah, seperti zina, khamar (minum minuman keras) dan sirkah (mencuri).

1
Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah Prinsip Dan Implementasinya Pada Sektor Keuangan
Syariah,(Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h.275-276

Anda mungkin juga menyukai