Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih dan Manajemen Wakaf di
Indonesia
Disusun Oleh :
FAKULTAS SYARIAH
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang-benderang dan semoga kita akan mendapat syafaatnya di akhirat
kelak. Berkat pertolongan dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih dan Manajeman Wakaf di Indonesia.
Kami menyadari jika tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, penulisan
makalah ini tidak mungkin terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, kami
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Abdul Kadir selaku dosen pengampu mata kuliah fiqih dan manajeman
wakaf di indonesia yang juga telah membimbing dan mengarahkan kami agar
memahami mata kuliah ini dengan benar.
2. Serta seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa penulisan dalam makalah ini jauh dari kata
sempurna, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun demi lebih sempurnanya makalah yang akan datang. Semoga
makalah “ SISTEM WAKAF DI BERBAGAI NEGARA “ ini dapat
bermanfaat bagi semua kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER x
KATA PENGANTAR xi
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 3
DAFTAR ISI 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Beakang
Dalam Bahasa Arab, wakaf berasal dari kata kerja waqafa-yaqifu-waqfan,
yang artinya berhenti/berdiri. Secara harfiah, bermakna “pembatasan” atau
“larangan”. Wakaf adalah salah satu amal baik yang diajarkan oleh Islam yang
berdimensi sosial, menekankan kesejahteraan umat dan pembangunan untuk
peradaban yang maju. Salah satu hasil amal yang memajukan peradaban Islam, tidak
lain adalah adanya peran wakaf. Bahkan wakaf pun diakui sebagai jenis filantropi
yang berhasil mendanai proyek mercusuar Islam dari masa ke masa.
Wakaf merupakan ajaran yang menekankan pentingnya kesejahteraan
ekonomi. Maka, pendefinisian ulang terkait makna dari wakaf agar memiliki makna
yang lebih relevan dengan kondisi saat ini.
Dalam sistem manajemen pengelolaan wakaf adalah aspek yang sangat
penting dalam pengembangannya, untuk keabadian wakaf. Dalam pengembangannya
paradigma wakaf lebih menitikberatkan pada aspek pemanfaatan yang lebih nyata.
Dan hal itu untuk meningkatkan dan mengembangkan kemanfaatannya, dan yang
sangat berperan adalah sistemn pengelolaan yang diterapkan.
Apabila wakaf dikelola dengan baik dan baik, maka akan menuju manfaat
yang besar bagi perkembangan Islam dan kaum Muslimin. Wakaf merupakan
kegiatan yang mengandung unsur investasi masa depan dan pengembangan harta
yang produktif untuk generasi yang akan datang. Berdasarkan pengalaman negara
yang lembaga wakafnya sudah maju, seperti Mesir, Yordania, Saudi Arabia,
Bangladesh, dan lainnya, wakaf dijadikan sebagai salah satu pilar ekonomi yang
dikelola dengan produktif. Saat ini, hampir semua negara yang dihuni oleh Muslim,
mempraktikkan wakaf, tak terkecuali dengan di Indonesia. Yang mana Indonesia
memiliki jumlah penduduk muslim terbesar di dunia sekitar 87,2 %. Dengan jumlah
penduduk Muslim yang sangat banyak ini, Indonesia memiliki potensi dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pengembangan dalam perekonomian
nasional.
Berdasarkan penjelasan di atas, sistem pengelolaan yang ada di berbagai
negara Muslim sangat menari untuk dibahas dan dikaji. Dengan latar belakang yang
telah dipaparkan, penulis menuangkan topik permasalahan dari makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apasajakah kelebihan dan kekurangan model wakaf di berbagai negara
Muslim?
2. Bagaimana konsep wakaf di negara-negara Muslim tersebut dengan
membandingkan parktiknya?
3. Bagaimana sistem dan cara pengelolaan wakaf di berbagai negara Muslim
yang ada di dunia?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apasajakah yang menjadi kelebihan dan kekurangan
model wakaf dari berbagai negara Muslim.
2. Untuk mengetahui dan memahami lebih jelas konsep wakaf di negara
tersebut.
3. Untuk menjelaskan dan mengetahui secara detail, sistem dan cara
pengelolaan wakaf di berbagai negara Muslim.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Brunei Darussalam
Pengelolaan wakaf di Negara Brunei Darussalam telah memberi
dampak terhadap kesejahteraan sosial hanya saja belum memberi dampak
pada aspek ekonomi. Hampir 70% manfaat dari kesejahteraan sosial dirasakan
pada aspek keagamaan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya pewakif yang
menyalurkan wakafnya dengan tujuan untuk kegiatan ibadah seperti
pembangunan masjid, mushalla dan perlengkapan masjid . Beberapa negara
seperti Malaysia, Indonesia, Sudan, Turki, Mesir menjadikan pengelolaan
wakaf sebagai salah satu sumber dana untuk mengatasi berbagai masalah di
bidang sosial (agama, pendidikan kesehatan) dan bidang ekonomi yang erat
kaitannya dengan kemiskinan. Sayangnya hal tersebut tidak terjadi pada
pengelolaan wakaf di Negara Brunei Darussalam.1
3. Saudi Arabia
1
Jaelijera Kulaiger, Brunei:Kesehatan,
http://bruneidaeussalam.blogspot.co.id/2014/01/kesehatan.html?m=1 , diakses pada tanggal 20
September 2021
Arab Saudi termasuk negara yang sangat serius menangani wakaf, di
antaranya dengan membentuk Kementerian Haji dan Wakaf. Kementerian ini
berkewajiban mengembangkan dan mengerahkan wakaf sesuai dengan syarat-
syarat yang telah ditetapkan oleh waqif. Sedangkan untuk mengawal
kebijakan perwakafan, pemerintah membentuk Majelis Tinggi Wakaf yang
diketuai oleh Menteri haji dan Wakaf dengan anggota terdiri dari ahli hukum
Islam dari Kementerian Kehakiman, wakil dari Kementerian Ekonomi dan
Keuangan, Direktur Kepurbakalaan serta tiga anggota dari cendekiawan dan
wartawan. Majelis ini mempunyai wewenang untuk membelanjakan hasil
pengembangan wakaf dan menentukan langkah-langkah dalam
mengembangkan wakaf berdasarkan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh
waqif dan manajeman wakaf.
4. Turki
Negara ini mempunyai sejarah panjang dalam pengelolaan wakaf,
mulai sejak masa Daulah Utsmaniyah sampai sekarang. Menurut Musthafa
Edwin Nasution, sebagaimana dikutip Achmad Djunaidi dan Thobieb al-
Asyhar, pada tahun 1925 harta wakaf Turki mencapai ¾ dari aset wakaf
produktifnya. Kini didirikan Waqf Bank & Finance Coorporation untuk
memobilisasi sumber-sumber wakaf dan membiayai berbagai macam proyek
joint-venture. Administrasi wakaf juga berkembang baik, dengan pengelolaan
wakaf yang ditangani oleh Direktorat Jenderal Wakaf. Dirjen Wakaf ini
memberikan tiga pelayanan bagi masyarakat, yaitu: pelayanan kesehatan,
pelayanan pendidikan dan pelayanan sosial. Pelayanan kesehatan diberikan
melalui wakaf-wakaf rumah sakit, pelayanan pendidikan diberikan melalui
pendirian lembaga pendidikan, pemberian gaji guru dan beasiswa yang
sumbernya dari hasil wakaf produktif, serta pelayanan sosial melalui lembaga-
lembaga dan kegiatan-kegiatan sosial. Dirjen Wakaf juga melakukan upaya
untuk memproduktifkan wakaf dengan melakukan kerjasama investasi dengan
berbagai lembaga, antara lain Yvalik and Aydem Olive Oil Corporation,
Tasdelen Healthy Water Corporation, Auqaf Guraba Hospital, Taksim Hotel,
Turkish Is Bank, Ayden Textile Industry dan lain-lain.
5. Mesir
Wakaf berkembang pesat ketika pemerintah Mesir menerbitkan
Undang-undang No. 80 Tahun 1971 yang mengatur tentang pembentukan
Badan Wakaf Mesir yang khusus menangani masalah wakaf dan
pengembangannya, besertastruktur, tugas, tanggung jawab dan wewenangnya.
Dengan terbitnya perundang-undangan di atas, Kementerian Wakaf semakin
kuat dan pemerintah juga berusaha menertibkan tanah wakaf dan harta wakaf
lainnya dengan menjaga, mengawasi dan mengarahkan harta wakaf untuk
kepentingan publik. Pemerintah kemudian menetapkan Perundang-undangan
yang relevan dengan situasi dan kondisi, dengan tetap berlandaskan syari’ah.
Pada tahun 1971 terbit Undang-undang No. 80 yang menjadi inspirasi
dibentuknya suatu Badan Wakaf yang khusus menangani permasalahan wakaf
dan pengembangannya. Badan Wakaf yang dimaksud dalam UU. ini
kemudian dibentuk secara resmi melalui SK Presiden Mesir pada tanggal 12
Sya’ban 1392 H (20 September 1972), yang bertanggung jawab dalam
melakukan kerja sama dan memberdayakan wakaf, sesuai dengan amanat
undang-undang dan program Kementerian Wakaf.2
2
A Kasdi. Dinamika Pengelolaan Wakaf Di Negara-Negara Muslim. 2018.
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Ziswaf/article/viewFile/3032/2289 diakses tanggal 20
September 2021
Wakaf berkembang di berbagai negara muslim, perkembangannya mengalami
pasang surut, dan sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial politik di masing-
masing negara. Karena keterbatasan tempat, pada tulisan ini hanya dipaparkan
perkembangan wakaf secara spesifik pada beberapa negara muslim pada masa
modern, yang mewakili beberapa kawasan Indonesia (Asia Tenggara), Arab
Saudi (Timur Tengah), Mesir (Afrika), Turki (Eropa), dan Pakistan (Asia
Selatan).
1. Wakaf di Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di wilayah benua Asia
bagian Tenggara. walaupun jaraknya cukup jauh dari pusat peradaban Islam,
namun penduduknya mayoritas beragama Islam. hal ini sudah berlangsung
dalam waktu yang lama. Ada beberapa teori mengenai masuknya Islam ke
wilayah ini, teori terakhir yang berkembang berpendapat bahwa Islam datang
ke wilayah nusantara ini sudah ada sejak zaman khalifah al-rashidu>n. Oleh
karena itu, diasumsikan praktik wakaf di Indonesia sudah ada sejak Islam
menjadi kekuatan sosial politik, atau sejak berdirinya kesultanan Islam di
Nusantara. Di beberapa daerah di Indonesia kita jumpai praktik yang
menyerupai wakaf, penelitian CSRC menunjukkan bahwa di Mataram,
dikenal „tanah Perdikan,‟ di Lombok dikenal adanya „tanah Pareman,‟ di
Banten (masy. Badui di Cebo) dikenal adanya „Huma Serang,‟ di
Minangkabau dikenal adanya „tanah pusaka‟ (tinggi), di Aceh dikenal adanya
„tanah weukeuh‟ (tanah pemberian sultan untuk kepentigan umum,
meunasah, masjid)3 Tradisi pemeliharaan meunasah di Aceh, sejak dulu selalu
diurus oleh Teungku Imum Meunasah (ulama kecil di tiap kampung), dimana
honor Teungku Imum dan biaya pemeliharaan meunasah biasanya diambil
3
Tuti A. Najib dan Ridwan al-Makassary (ed), Wakaf, Tuhan, dan Agenda Kemanusiaan: Studi tentang
Wakaf dalam Perspektif Keadilan Sosial di Indonesia (Jakarta: Center for the Study of Religionand
Culture, 2006), 72-73
dari hasil perkebunan yang diwakafkan.4 Dengan demikian, dapat
diasumsikan bahwa akar pelaksanaan wakaf di Indonesia sudah ada jauh
sebelum Indonesia merdeka. Pada zaman Belanda pernah ada aturan tentang
wakaf tapi tidak berjalan lama dan hanya mengatur wewenang, prosedur,
perizinan dan administrasi saja. CSRC mencatat tidak kurang telah terjadi
empat kali pemberlakukan aturan tentang wakaf, mulai tahun 1905, 1931,
1934, dan 1935. Pada masa kemerdekaan, aturan tentang wakaf mendapat
payung hukum dari UU No. 5 tahun 1960 tentang Agraria, pada pasal 49 ayat
3 berbunyi: perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur menurut peraturan
pemerintah. peraturan ini ditegaskan lagi oleh Peraturan Pemerintah Nomor
10 tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah, dijelaskan tentang penerbitan
sertifikat tanah wakaf. Lalu keluar PP No. 28 tahun 1977 tentang perwakafan
tanah milik, disebutkan bahwa harta wakaf boleh ditukar setelah mendapat
izin menteri agama.
Pada tahun 1991 keluar Instruksi Presiden No. 1 tahun 1991 tentang
Kompilasi Hukum Islam (KHI), disebutkan bahwa objek wakaf termasuk
harta bergerak, jumlah nazir tidak hanya tiga, tetapi diseusaikan dengan
kebutuhan. Dalam perkembangannya, masyarakat sering dirugikan akibat dari
pengelolaan harta wakaf yang dilakukan secara tidak profesional dan tarik
menarik oleh berbagai kepentingan dari beberapa kalangan. Sebagaimana
yang diuraikan oleh Said Agil Husin al-Munawar, beberapa permasalahan
yang merugikan masyarakat di antaranya adalah: keberadaan benda wakaf
sering tidak diketahui lagi, ahli waris waqif sering menjual kembali harta
wakafnya, ahli waris sering bersengketa terhadap harta wakaf, harta wakaf
bukan milik si waqif secara sempurna, dan banyak harta wakaf yang belum
diberdayakan atau dikelola secara maksimal, bahkah ditelantarkan.5
4
6 Taufik Abdullah (ed), Agama dan Perubahan Sosial (Jakarta: Rajawali dan Yayasan Ilmu-ilmu Sosial,
1983), 15-17.
5
Lihat Said Agil Husin al-Munawar, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial (Jakarta: Penamadani, 2004),
127.
2. Wakaf Arab Saudi
Negara Arab Saudi berdiri pada tahun 1924 dengan nama al-mamlakah al-
Arabiya al-Su’udiyah atau Kerajaan Arab Saudi, yang telah menguasai daerah
Hijaz di Barat. Proklamasi pendiriannya dilakukan oleh Abdul Aziz ibn Saud,
yang secara umum disiarkan melalui surat kabar pemerintah Umm al-Qurra
terbit pertama pada tanggal 17 Desember 1924. Namun demikian, 22 tahun
sebelumnya atau bertepatan tahun 1902, Abdul Aziz baru menguasai daerah
Nejed di Utara dengan ibu kota di Riyadh, 39 sedangkan daerah Barat masih
dikuasai Dinasti Utsmani. Abdul Aziz berkuasa dari tahun 1902 sampai tahun
1953, dan menjadi pengikut aliran Wahabi.6
Negara ini menganut sistem kerajaan, raja memainkan peran yang sangat
penting dalam menjalankan roda pemerintahan, pemasukan utama negara ini,
berasal dari minyak bumi yang banyak terkandung di dalam perut buminya,
yang mulai ditemukan pada tahun 1938.7 Setelah Abdul Aziz berkuasa,
banyak kebijakan yang dikeluarkannya untuk menata pemerintahannya.
Dalam masalah agama, ia menata pelaksanaan haji, sedangkan regulasi wakaf
secara khusus baru diatur oleh penerusnya pada beberapa tahun berikutnya,
yaitu Ketetapan No. 574 Tahun 1386 H. bertepatan dengan 1966 M. tentang
Majelis Tinggi Wakaf.8Lembaga ini diketuai oleh Menteri Haji dan Wakaf,
anggotanya terdiri dari Wakil Kementrian Haji dan Wakaf, ahli hukum Islam
dari Kementrian Kehakiman, wakil dari Kementrian Keuangan dan Ekonomi,
Direktur Kepurbakalaan serta tiga anggota dari kalangan cendikiawan dan
wartawan. Jika dilihat dari sisi politik, tentu mereka berasal dari ideologi yang
sama dengan penguasa. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa Majelis Tinggi
Wakaf memiliki wewenang antara lain: mendata harta wakaf serta mengetahui
6
Adam J. Silverstein, Islamic History a Very Short Introduction (New York: Oxford University Press
Inc., 2010), 112-113.
7
Akbar Ahmed, Discovering Islam, Makin Sense of Muslim History and Society, revised edition
(London dan New York: Routledge, 2001), 149
8
Achmad Djunaidi dan Thobieb al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif, 35
kondisinya dan menetapkan teknik pengelolaannya; menentukan langkah-
langkah pengembangan, termasuk dalam penanaman modal dan peningkatan
harta wakaf; melakukan distribusi harta wakaf sesuai dengan tuntutan
syari‟at; menetapkan anggaran tahunan dalam pengelolaan wakaf; serta
menyusun dan membuat laporan pengelolaan wakaf.43 Dilihat dari
bentuknya, wakaf di negara ini ada bermacam-macam, di antaranya bangunan,
seperti hotel, tanah, bangunan atau rumah untuk penduduk, pertokoan,
perkebunan, serta tempat ibadah. Ada juga jenis wakaf tertentu yang hasilnya
diperuntukkan bagi pemeliharaan dan pembangunan masjid al-haram di kota
Makkah dan masjid Nabawi di kota Madinah, seperti bangunan untuk
penginapan bagi jemaah haji.
Kedua, Brunei Darussalam. Negara ini merupakan salah satu negara yang
mayoritas penduduknya beragama muslim. Negara yang memiliki kedudukan Islam
paling tinggi. Praktik wakaf sudah ada di Brunei Darussalam sejak awal kesultanan
Brunei. Praktik pengelolaan wakafnya dari awal kesultanan hingga masa penjajahan
dilakukan secara tradisional, dimana para pewakif menyerahkan wakaf mereka
kepada ustadz/guru agama, atau kepada para tokoh yang nantinya akan bertindak
sebagai nazhir. Untuk peraturan terkait praktik wakaf di Brunei belum ada undang-
undang resmi yang mengaturnya.
Kemudian praktik wakaf berlanjut dan berkembang dimulai pada tahun
1955, saat dikeluarkannya Undang-Undang Negara Brunei Dasrussalam dan
Mahkamah-mahkamah Kadi Penggal 77 yang mengatur tentang wakaf. Kemudian
ada salah satu wakaf yang dikelola secara professional ialah wakaf Sultan
Muhammad Tajudin. Wakaf tersebut berupa penginapan khusus ditujukan kepada
calon Jemaah haji.
9
Junal Abdurrohman Kasdi, Dinamika Pengelolaan Wakaf di Negara-Negara Muslim, STAIN Kudus
Dalam pengelolaan wakaf di Brunei, Majelis Ugama Islam Brunei membuat
dua sistem dalam pengelolaan wakaf, yaitu Wakaf secara terdaftar; dan Wakaf secara
tidak terdaftar. Wakaf secara terdaftar; ialah sistem perwakafan yang terjadi apabila
seorang hamba Allah mewakafkan jenis harta yang memerlukan peralihan atas hak
kepemilikan seperti tanah, bangunan, dan kendaraan. Sedangkatan Wakaf secara
tidak terdaftar; merupakan sistem perwakafan yang terjadi apabila seseorang
mewakafkan harta wakaf kepada pihak-pihak tertentu seperti uang, peralatan, dan
lain-lain. Setelah aset wakaf dibedakan menjadi 2, selanjutnya wakaf dikelola sesuai
dengan amanat para pewakif.
Keenam, Mesir. Mesir merupakan salah satu negara Muslim yang memiliki
manajemen wakaf yang baik. Usaha pertama kali yang dilakukan adalah menertibkan
tanah wakaf dengan penjagaan dan pemeliharaan dan hasilnya ditujukan untuk
kemaslahatan umum sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Selain itu
11
https://www.dompetdhuafa.org/id/berita/detail/pengembangan-wakaf-turki, diakses pada tanggal
20 Sep 2021
juga memberikan perlindungan kepada para mustahiq. Dan langkah selanjutnya
adalah dengan membentuk Diwan al Waqf yang menjadi cikal bakal departemen
wakaf12.
Dalam pengelolaan wakaf di Mesir. Menunjukkan bahwa adanya faktor
pendukung sehingga pengelolaan wakaf berlangsung dengan baik dan benar, faktor
pendukung sistem pengelolaan wakaf, mulai dari kesadaran masyarakat sampai
terciptanya regulasi yang berkenaan tentang wakaf. Adapun dalam pengelolaannya,
sudah sesuai dengan ajaran hukum Islam, yang ditujukan untuk kemaslajatan rakyat.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Adapun dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal
yang harus diperhatikan terkait sistem dan cara pengelolaan yang ada di berbagai
12
Amar Achfas, Model Manajemen Wakaf di Negara Islam, SCRIBD on September 20 2021
negara muslim. Melihat secara garis besar hampir semuanya memiliki maksud dan
tujuan yang sama, yaitu :
1. Adanya perhatian masyarakat akan pentingnya pengelolaan wakaf
2. Regulasi pemerintah yang mendukung sistem ini
3. Pengelolaan wakaf yang sesuai dengan ajaran Islam
4. Hasil pengelolaan wakaf, yang sepenuhnya diperuntukkan untuk
kemaslahatan umum.
Wakaf merupakan salah satu instrument yang sangat penting yang dapat
menjadi sarana pengentasan kemiskinan. Dan perkembangannya dari zaman ke
zaman pun semakin besar dan pesat. Wakaf yang produktif sudah mulai ada di
beberapa negara Islam, sehingga dengan semakin bertambahnya waktu, semakin
bertambah pula jumlah wakaf Islam.
DAFTAR PUSTAKA