Anda di halaman 1dari 49

By

Dr. Rosalinda Elsina Latumahina, S.H, M.Kn


HUKUM JAMINAN

• Pengaturan mengenai Hukum Jaminan


di Indonesia ada pada KUH Perdata /
Burgerlijk Wetboek (BW)

• Hukum jaminan memiliki keterkaitan


erat dengan : Buku II & Buku III BW
HUKUM JAMINAN

• Menjamin terlaksananya kewajiban debitur


terhadap kreditur (tapi bukan pasti)

• Memberikan kreditur kedudukan yang lebih


baik daripada kreditur-kreditur lain yang
FUNGSI tidak memegang hak jaminan.
HUKUM
JAMINAN • Memberikan kedudukan preference kepada
kreditur manakala debitur wanprestasi
HUKUM JAMINAN

• Perjanjian
jaminan
SIFAT DAN adalah
BENTUK perjanjian
PERJANJIAN yang bersifat
JAMINAN Accessoir /
perjanjian
tambahan
HUKUM JAMINAN

BEBERAPA KARAKTERISTIK SIFAT DARI SUATU


PERJANJIAN ACCESOIR :
• Perjanjian accesoir ada, kalau ada perjanjian pokok
terlebih dahulu
• Bila perjanjian Pokok Beralih, Perjanjian Accesoir ikut
beralih
• Perjanjian Accesoir hapus, apabila perjanjian pokoknya
hapus
• Hapusnya perjanjian accesoir, belum tentu menghapuskan
perjanjian pokoknya
• Perjanjian Pokoknya ada, tidak selalu memunculkan
perjanjian accesoir
PENGGOLONGAN HUKUM JAMINAN
Jaminan yang lahir karena ditentukan berdasarkan
Undang-Undang, yang kemudian dikenal sebagai
Jaminan Umum. Dan ada jaminan yang dilahirkan
karena perjanjian dan dikenal sebagai Jaminan
Khusus.

Jaminan yang bersifat kebendaan dan


jaminan yang bersifat perorangan.

Jaminan terhadap benda-benda yang


bergerak dan benda-benda tidak
bergerak.

Jaminan yang mana pihak krediturnya


menguasai benda jaminan, dan kreditur
yang tidak menguasai benda jaminan
PENGGOLONGAN JAMINAN

JAMINAN UMUM

• 1131 BW
JAMINAN KHUSUS

• 1132 BW
JAMINAN UMUM

Pasal 1131 BW

Segala barang-barang bergerak dan


tak bergerak milik debitur, baik yang
sudah ada maupun yang akan ada,
menjadi jaminan untuk perikatan-
perikatan perorangan debitur itu.
JAMINAN KHUSUS

Pasal 1132 BW

Barang-barang itu menjadi jaminan bersama


bagi semua kreditur terhadapnya hasil
penjualan barang-barang itu dibagi menurut
perbandingan piutang masing-masing
kecuali bila di antara para kreditur itu ada
alasan-alasan sah untuk didahulukan.
JAMINAN/ANGUNAN

KHUSUS UMUM

JAMINAN JAMINAN
KEBENDAAN PERORANGAN

BENDA TIDAK
BENDA BERGERAK
BERGERAK

BRANG BERGERAK
TANAH NON TANAH BARANG MODAL
BIASA
MACAM-MACAM JAMINAN
PENANGGUNGAN/ BORGTOCHT

HAK TANGGUNGAN

HIPOTEK

GADAI

FIDUSIA
Hak Preferen (1133 BW)

Umum
Hak istimewa
(previlegie)

Khusus
Hak preferen Gadai

Hipotik
Pasal 1134 BW
 Hak istimewa adalah suatu hak yang diberikan oleh
undang-undang kepada seorang kreditur yang
menyebabkan ia berkedudukan lebih tinggi
daripada yang lainnya, semata-mata berdasarkan
sifat piutang itu.

 Gadai dan hipotek lebih tinggi daripada hak


istimewa, kecuali dalam hal undang-undang dengan
tegas menentukan kebalikannya
Dua Bentuk Eksekusi Oleh
Kreditur (Secara Umum)
PARATE EXECUTIE

Kreditur mengeksekusi sendiri (benda jaminan) tanpa perantaraan


hakim

mis: gadai, hipotik

REELE EXECUTIE

bila putusan hakim memberi kekuasaan kepada kreditur untuk


mewujudkan sendiri haknya

mis: Ps.1240, 1241 BW


Urutan Pembagian Kreditur
Kreditur yang ditentukan secara spesifik oleh Undang-
Undang untuk didahulukan

Kreditur pemegang hak jaminan kebendaan

Kreditur pemegang hak istimewa khusus

Kreditur pemegang hak istimewa umum

Kreditur yang tidak dijamin & tidak diistimewakan


PENANGGUNGAN / BORGTOCHT
• “Suatu perjanjian di mana
pihak ketiga, demi
kepentingan kreditur,
mengikatkan dirinya untuk
memenuhi perikatan debitur,
1820 BW bila debitur itu tidak
memenuhi perikatannya”
PENANGGUNGAN / BORGTOCHT
PERJANJIAN PENANGGUNGAN
• Timbul untuk menjamin perutangan dari segala
macam lapangan hukum, khususnya hukum
keperdataan, biasanya dasarnya adalah
kekeluargaan.

• Tujuan penanggungan adalah untuk


memberikan jaminan kepastian untuk
dipenuhinya perutangan dalam perjanjian
pokok
PENANGGUNGAN / BORGTOCHT
Beberapa ketentuan pokok dalam
perjanjian penanggungan :
• Besarnya kewajiban yang dipikul penanggung tidak
akan melebihi besarnya perutangan pokok
• Perjanjian penanggungan harus dilakukan secara
tertulis
• Beban pembuktian yang tertuju kepada debitur
(dalam batas-batas tertentu) mengikat juga
penanggung
• Perikatan penanggung berpindah pada ahli
warisnya
• Dimungkinkan ada lebih dari satu penanggung
• Penanggung mempunyai hak regres terhadap
debitur yang ditanggungnya
UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996
Tentang
Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah
Pengertian Hak Tanggungan
 Pasal 1 angka 1
 Penjelasan umum angka 4
 Hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut
benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan
dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu,
yang memberikan kedudukan yang diutamakan
kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor
lain.
Obyek Hak Tanggungan
Pasal 4 UU HT

Pasal 27 UU HT

Pasal 47 ayat (5) UU No. 20 Tahun 2011 tentang


Rumah Susun

Penjelasan pasal 8 UU No. 7 Tahun 1992 tentang


Perbankan sebagaimana diubah dengan UU No. 10
Tahun 1998 juncto Pasal 10 UU HT
Subyek Hak Tanggungan

• Perorangan/badan hukum yang


Pemberi memiliki wewenang melakukan
HT perbuatan hukum terhadap
obyek HT

Pemegang • Perorangan/badan hukum yang


HT berkedudukan sebagai Kreditur
Ciri-Ciri Hak Tanggungan
 Memberikan kedudukan yang diutamakan ~ pasal 1, 6, 20

 Selalu mengikuti obyek ditangan siapapun obyek itu


berada ~ pasal 7

 Memenuhi asas spesialitas dan publisitas ~ pasal 11, 13

 Mengikat pihak ketiga

 Memberikan kepastian hukum

 Mudah dan pasti pelaksanaannya ~ pasal 6, 14 (2), 20, 26

 Tidak dapat dibagi-bagi ~ pasal 2


Eksekusi Hak Tanggungan

Parate eksekusi
(pasal 6)

Eksekusi
(pasal 20)

Titel eksekutorial
(pasal 14)

Pasal 224 HIR, 258 RBG


Dasar Hukum HIPOTIK

1. Pasal 1162 – 1232 BW


2. KUHD
3. UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
4. UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
Definisi Hipotik

Suatu hak kebendaan atas benda-benda tak


bergerak, untuk mengambil penggantian
daripadanya bagi pelunasan suatu perikatan.
Obyek Hipotik

Benda tidak bergerak


Proses Lahirnya Hipotik

Perjanjian hipotik Pendaftaran


(1171) (1179)
spesialitas publisitas

1178 (2) BW
1185 BW
1210 BW
297 KUHD
Sifat Hipotik
Bersifat mutlak

Droit de suite (1163 (2) & 1198 BW, 315 KUHD)

Droit de preference (1133 & 1134 (2) BW)

Prioritas (1181 BW)

Tidak dapat dibagi-bagi (1163 BW)


PASAL 1176 BW

Suatu hipotik hanyalah sah,


sekadar jumlah uang untuk mana
ia telah diberikan, adalah tentu
dan ditetapkan dalam akta.
PENJUALAN DI MUKA UMUM

1178 (1) BW

Janji menjual dg kekuasaan sendiri


1178 (2) BW
Grosse Akta Hipotik
Dasar Hukum GADAI

Pasal 1150 – 1160 BW


DEFINISI GADAI (PAND)
suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu
barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh
debitur, atau oleh kuasanya, sebagai jaminan atas
utangnya, dan yang memberi wewenang kepada
kreditur untuk mengambil pelunasan piutangnya
dari barang itu dengan mendahului kreditur-kreditur
lain; dengan pengecualian biaya penjualan sebagai
pelaksanaan putusan atas tuntutan mengenai
pemilikan atau penguasaan, dan biaya
penyelamatan barang itu, yang dikeluarkan setelah
barang itu diserahkan sebagai gadai dan yang
harus didahulukan.
SYARAT GADAI

Benda harus diserahkan kepada


Kreditur/pihak ketiga yang
disepakati

Pasal 1150 Pasal 1152


Cara Pengambilan Pelunasan Utang

Penjualan di muka umum

Pasal 1155-1156
Hak & Kewajiban Pemegang Gadai

Hak
• Menahan barang gadai sampai hutang dilunasi
• Menjual barang gadai dan mengambil pelunasan
• Meminta ganti atas biaya penyelamatan barang gadai

Kewajiban
• Bertanggung jawab atas hilangnya atau kemerosotan
barang gadai akibat kelalaiannya
• Memberitahukan penjualan barang gadai kepada pemberi
gadai
• Memberikan perhitungan hasil penjualan dan
mengembalikan kelebihannya kepada pemberi gadai
• Mengembalikan barang gadai jika hutang telah dilunasi
Keistimewaan Gadai

Hak preferen

Parate
Executie

Kreditur
separatis
Hapusnya Gadai

Dilepaskan oleh Dilaksanakan oleh


Kreditur Kreditur

Benda gadai Benda gadai


musnah disalahgunakan

Benda gadai lepas dari


kekuasaan Kreditur
Undang-Undang No. 42 Tahun 1999
tentang Jaminan Fidusia

FIDUSIA
Tujuan Dibentuknya UU No. 42/1999

 Memenuhi tuntutan pembangunan ekonomi

Pembangunan dana pinjam jaminan

gadai hak tanggungan


hipotek fidusia

 Menampung kebutuhan masyarakat

Fidusia mudah tidak menjamin kepastian


sederhana hukum
Yurisprudensi cepat
FIDUSIA

fiduciare eigendoms overdracht


(f. e. o)
Pengertian Fidusia

 Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan


suatu benda atas dasar kepercayaan dengan
ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam
penguasaan pemilik benda.
Pasal 1

 Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda


bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak
berwujud dan benda tidak bergerak khususnya
bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang
tetap berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia,
sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada
Penerima Fidusia terhadap kreditor lainnya.

Pasal 9
Eksekusi Jaminan Fidusia

Parate eksekusi
(pasal 15 (3))

Eksekusi
(pasal 29)

Titel eksekutorial
(pasal 15 (2))
Pasal 224 HIR, 258 RBG
Pasal 15 UU No. 42 / 1999
Pasal 15 UU No. 42 / 1999
Perubahan Pasal 15
UU No. 42 / 1999 Oleh MK
Hapusnya Jaminan Fidusia

Hapusnya perjanjian Pelepasan hak jaminan


pokok fidusia

Musnahnya obyek

Anda mungkin juga menyukai