Anda di halaman 1dari 5

BAB V

FUNGSI DAN JENIS PERJANJIAN JAMINAN

1. Pengertian Istilah Umum Dalam Jaminan Yang Ada Pada Pasal 1131 BW
Jaminan umum dalam Pasal 1131 BW tidak memberikan kekhususan terhadap harta
debitor atau kreditor dalam pelunasan piutang. Jaminan tersebut diberikan kepada seluruh
kreditor secara proporsional. Setelah melalui prosedur yang sesuai, kreditor diberi kesempatan
yang sama untuk memperoleh pembayaran atas piutang mereka dari hasil lelang harta debitor
yang melakukan wanprestasi. Jika hasil lelang mencukupi untuk melunasi utang debitor, kreditor
akan mendapatkan pembayaran sepenuhnya. Namun jika hasil lelang tidak mencukupi, kreditor
harus bersaing untuk memperoleh pembayaran berdasarkan proporsi piutang mereka. Hal ini
sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1132 BW.
Kekurangan informasi mengenai harta debitor dan fluktuasi harta yang tidak terprediksi
menyebabkan kreditor diperlakukan secara sama tanpa kejelasan apakah tagihan mereka akan
terbayar sepenuhnya. Selain itu, sulit untuk mengetahui berapa banyak harta yang dimiliki oleh
seseorang yang berhutang, dan fluktuasi harta mereka dapat berubah sesuai dengan aktivitas
bisnis sehari-hari.
Setiap orang tidak bebas dalam memiliki harta benda karena dibuatnya perikatan hidup.
Semua benda yang dimiliki akan dijadikan jaminan atas perikatan yang dibuat pemiliknya, dan
setiap perikatan akan berpengaruh pada nilai hartanya. Kondisi ini tidak memberikan kepastian
bagi pihak yang terlibat dalam perikatan, sehingga harta seseorang tidak dapat selalu diandalkan
sebagai jaminan. Ini adalah ketidakpastian dalam perikatan yang dibangun dalam kehidupan
sehari-hari oleh masyarakat.
Pengertian umum dari istilah tersebut adalah perlakuan yang sama bagi semua pihak
tanpa ada yang mendapat keistimewaan. Pasal 1131 dan Pasal 1132 BW hadir untuk mencegah
konflik antara kreditor. Mereka akan menerima pembayaran secara proporsional sesuai
tagihannya untuk menghindari kerusuhan dalam perebutan hasil lelang yang tidak cukup. Hal ini
menjaga keadilan dalam bisnis yang dilakukan oleh semua anggota masyarakat.

2. Perjanjian Jaminan Sebagai Upaya Membangun Perisai Terhadap Pasal 1131 BW


Jaminan umum yang diatur dalam Pasal 1131 BW berfungsi sebagai penyangga perikatan
dan memiliki sinergi dengan Buku III BW dalam kegiatan bisnis. Namun, jaminan ini tidak
sepenuhnya dapat melindungi kerugian dalam hubungan bisnis. Jaminan umum dalam pasal
tersebut digunakan oleh semua kreditor yang jumlahnya tidak sedikit, namun tidak dapat
menampung tagihan secara keseluruhan karena harta benda debitor yang tidak memadai. Risiko
dari jaminan umum ini belum dapat diandalkan sebagai benteng penyelamat yang kuat. Proses
perlindungan jaminan umum dalam Pasal 1131 BW bagi kreditor akibat debitor yang wanprestasi
masih memerlukan proses gugat-menggugat yang melelahkan. Untuk mengatasi hal ini, pihak
dapat membuat perjanjian sendiri guna menciptakan perisai yang lebih tangguh tanpa
menghilangkan Pasal 1131 BW sebagai jaring pengaman yang mungkin masih diperlukan.
Pada Pasal 1131 BW, bangunan benteng jaminan umum sedikit dimundurkan. Namun,
perisai depan yang lebih tangguh dibentuk dengan persetujuan para pihak agar tagihan kreditor
dapat dilindungi dua kali lipat menghadapi potensi ingkar janji dari debitor. Pola ini
memperlihatkan bahwa masyarakat dapat memperkuat dirinya dengan menciptakan perlindungan
hukum melalui perjanjian yang dibuat secara sukarela antara para pihak, tetapi jaminan umum
dalam Pasal 1131 BW tetap ada. Bagian dari Pasal 1131 BW yang bersifat umum diberikan
perisai khusus melalui perjanjian agar kedudukan kreditor lebih aman. Ini merupakan kebebasan
yang diberikan oleh pembuat undang-undang agar para pihak dapat mengambil inisiatif untuk
membuat perlindungan hukum sendiri guna melindungi kedudukan mereka melalui perjanjian,
mengingat perlindungan hukum yang disediakan oleh penguasa tidak sepenuhnya dapat
diandalkan karena bersifat umum. Aturan hukum yang dibuat oleh penguasa memang ditujukan
untuk masyarakat umum, sehingga aturan perlindungan dalam Pasal 1131 BW pada akhirnya
juga bersifat umum.
Perlindungan hukum yang disediakan oleh penguasa melalui produk hukum, sedangkan
perlindungan hukum yang dibuat sendiri oleh para pihak dilakukan melalui perjanjian sesuai
dengan tujuan mereka. Perlindungan hukum yang diberikan oleh penguasa melalui Pasal 1131
BW berlaku untuk semua perjanjian yang dibuat oleh masyarakat secara umum. Namun,
perlindungan hukum yang dibuat melalui perjanjian hanya berlaku untuk para pihak yang
terlibat. Agar diketahui oleh masyarakat, perjanjian tersebut harus dipublikasikan. Melalui
publikasi, perjanjian antara pemilik benda dengan pemberi pinjaman dimaksudkan untuk
memberitahukan bahwa benda tersebut sudah tidak menjadi jaminan umum berdasarkan Pasal
1131 BW. Hal ini bertujuan agar para pemberi pinjaman lain tidak dapat memanfaatkan hasil
lelang benda tersebut jika penerima pinjaman melakukan wanprestasi, kecuali jika masih ada sisa
tagihan. Publikasi juga menyiratkan bahwa jika terjadi wanprestasi dan lelang, hasil lelang
pertama-tama akan digunakan untuk melunasi piutang kreditor yang terkait. Piutang kreditor ini
memiliki prioritas dibandingkan tagihan lainnya, sehingga disebut sebagai piutang istimewa.
Jenis-jenis piutang istimewa telah diatur dalam Pasal 1133 BW, yaitu privilege, gadai, dan
hipotek. Dengan demikian, kreditor yang memiliki piutang istimewa yang muncul dari perjanjian
khusus dengan mengambil alih kepemilikan benda tertentu debitor untuk menjamin utang
tertentu, merujuk pada Pasal 1133 BW adalah kreditor pemegang gadai dan kreditor pemegang
hipotek. Kreditor pemegang gadai memiliki jaminan kebendaan atas benda bergerak milik
debitor, sedangkan kreditor pemegang hipotek memiliki jaminan kebendaan atas benda tidak
bergerak.
Perjanjian jaminan kebendaan merupakan cara bagi kreditor untuk memberikan
perlindungan tambahan terhadap utang tertentu yang dimiliki debitor. Dengan adanya perjanjian
ini, posisi kreditor menjadi lebih aman karena dilindungi oleh perjanjian jaminan kebendaan,
sementara jaminan umum tetap menjadi lapisan kedua sebagai benteng tambahan. Meskipun
demikian, Penyimpangan Pasal 1131 BW yang merupakan bagian dari Buku II BW tetap
memiliki pengaruh dalam hubungan hukum para pihak. Penyimpangan ini dilakukan dengan
membuat perjanjian jaminan kebendaan yang berfungsi sebagai pelindung utama bagi kreditor.
Jika perlindungan utama ini mengalami kegagalan, kreditor masih dapat mengandalkan Pasal
1131 BW sebagai benteng cadangan. Dengan adanya dua lapis jaminan, jika hasil lelang agunan
tidak mencukupi, Pasal 1131 BW masih dapat menyelesaikan sisa tagihan kreditor. Meskipun
Pasal 1131 BW dikategorikan sebagai regelend recht, penyimpangan terhadap ketentuan tersebut
tidak membuat pasal ini hilang dalam hubungan hukum. Penyimpangan ini hanya mengakibatkan
pasal tersebut tergeser demi membangun perlindungan utama yang diatur dalam perjanjian
jaminan kebendaan.
Perjanjian jaminan kebendaan antara debitor dan kreditor menghasilkan hak kebendaan.
Jika benda yang diperjanjikan bergerak, akan menjadi hak gadai. Jika benda tidak bergerak, akan
menjadi hak hipotek. Keduanya, hak gadai dan hak hipotek, termasuk dalam hak jaminan
kebendaan. Sebagai bagian dari Buku II BW, hak gadai dan hak hipotek tergolong sebagai hak
kebendaan.
Selain Perjanjian Jaminan Kebendaan, jaminan juga dapat dibuat dengan adanya pihak
ketiga yang menjadi penanggung (borg). Melalui Perjanjian Penanggungan antara kreditor dan
pihak ketiga, terbentuk hak pribadi. Dengan demikian, pihak kreditor memiliki jaminan
pelunasan tagihannya dari debitor asli dan penanggung.
Perjanjian Penanggungan dalam dunia bisnis perbankan kurang populer dibandingkan
dengan perjanjian jaminan kebendaan karena perjanjian jaminan kebendaan lebih mudah dalam
pelunasan piutang melalui eksekusi obyek jaminan yang cepat dan sederhana.

3. Jenis Perjanjian Jaminan


Pasal 1131 BW mengatur tentang jaminan umum dalam hukum Indonesia. Meskipun
jaminan tersebut diberikan oleh undang-undang, namun masih rawan dan tidak memberikan
kepastian kepada kreditor. Kreditor harus berebut untuk mendapatkan pelunasan piutang saat
harta debitor dijual lelang. Perebutan antar kreditor tersebut kemungkinan besar tidak sesuai
dengan jumlah pinjaman yang diberikan. Untuk menghindari kondisi yang tidak nyaman
tersebut, Hukum Jaminan menyediakan alternatif dengan menyimpangi Pasal 1131 BW agar
kreditor dapat memiliki posisi yang lebih baik. Penyimpangan terhadap Pasal 1131 BW dapat
dilakukan dengan membuat perjanjian jaminan kebendaan, seperti perjanjian gadai atau hipotek.
Dengan demikian, Pasal 1131 BW masih tetap berlaku sebagai benteng perjanjian yang
mengikat, namun menjadi cadangan agar tidak runtuh jika terjadi kesalahan. Model ini
menunjukkan kesungguhan hukum dalam menjaga perikatan sosial dan memberikan pemulihan
kerugian bagi pihak-pihak yang terlibat. Hukum juga berperan dalam mengatur bisnis dengan
memberikan kepastian dan melindungi pihak-pihak dari kerugian. Hukum Bisnis dalam BW
(Burgerlijk Wetboek) sangat memperhatikan keberadaan perikatan dalam kehidupan sosial. BW
dapat diandalkan untuk mendukung dan menciptakan situasi yang kondusif bagi dunia bisnis
dengan kemajuan yang tidak dapat dihentikan.
Membuat perjanjian setelah penyimpangan berarti para pihak membuat aturan sendiri di
antara mereka. Aturan ini setara dengan undang-undang yang dibuat oleh penguasa. Pasal 1338
BW mengatakan bahwa perjanjian sah memiliki kekuatan yang sama dengan undang-undang.
Penguasa menghargai perjanjian yang dibuat oleh rakyat dalam bisnis, sehingga perjanjian
tersebut memiliki nilai yang setara dengan undang-undang. Ini memberikan keleluasaan bisnis
yang tidak terkendala oleh aturan hukum. Aturan hukum yang dibuat oleh penguasa bertujuan
menciptakan situasi yang kondusif untuk bisnis.
Jaminan kreditor dapat ditingkatkan dengan membuat perjanjian jaminan khusus. Ada
dua jenis perjanjian jaminan: kebendaan dan perorangan. Bertindak sebagai benteng ganda untuk
melindungi kepentingan kreditor. Penting bagi kreditur untuk tidak hanya mengandalkan jaminan
umum dalam Pasal 1131 BW.
Perjanjian jaminan perorangan dalam bentuk Perjanjian Penanggungan merupakan hak
perorangan atau hak pribadi yang diatur dalam Buku III BW. Obyek perjanjian tersebut
merupakan prestasi. Selain itu, terdapat juga Perjanjian Jaminan Kebendaan yang objeknya
adalah benda, diatur dalam Buku II BW, yang menghasilkan hak kebendaan.

A. Perjanjian Jaminan Perorangan


Perjanjian Jaminan Perorangan terjadi ketika ada pihak ketiga yang menjadi penanggung
atas utang debitor. Perjanjian ini diatur dalam Bab XVII Buku III BW, dimulai dengan Pasal
1820 BW yang menyatakan bahwa penanggungan adalah perjanjian di mana pihak ketiga
bersedia melunasi utang debitor jika terjadi wanprestasi. Pasal 1821 BW menegaskan bahwa
tidak ada Perjanjian Penanggungan tanpa perjanjian pokok. Dalam konteks perjanjian kredit,
Perjanjian Penanggungan berfungsi sebagai perjanjian tambahan yang tergantung pada perjanjian
pokok. Ini berarti jika perjanjian pokok berakhir, perjanjian tambahan juga berakhir. Dalam
perjanjian kredit, kreditor memiliki dua debitor yang akan menjamin pelunasan piutangnya, yaitu
debitor asli dan debitor kedua yang menjadi penanggung. Jika kreditor tidak dapat menagih
piutang dari debitor pertama, maka dapat dilakukan kepada debitor kedua.

B. Perjanjian Jaminan Kebendaan


Dalam perjanjian jaminan kebendaan, debitor setuju untuk menyerahkan benda tertentu
miliknya kepada kreditor sebagai jaminan atas utang yang dimiliki oleh debitor. Ini adalah
bentuk hak kebendaan yang disebut hak jaminan kebendaan. Dalam hal ini, benda tersebut
merupakan obyek perjanjian jaminan kebendaan yang terletak di lingkungan rezim Buku II BW.
Jika obyeknya adalah benda bergerak, maka perjanjian yang digunakan adalah Perjanjian
Jaminan Gadai. Namun, jika obyeknya adalah benda tidak bergerak, maka perjanjian yang
digunakan adalah Perjanjian Jaminan Hipotek.
Perjanjian Jaminan Gadai dan Jaminan Hipotek adalah jenis-jenis hak jaminan yang
merupakan hak kebendaan dan ada dalam Buku II BW. Mereka mendukung perjanjian kredit
yang hanya melahirkan hak tagih sebagai hak pribadi.
Gadai dan hipotek diatur dalam Buku II BW. Hak gadai dan hak hipotek tergolong
sebagai hak kebendaan jaminan atau disebut juga hak jaminan kebendaan. Perjanjian kredit
termasuk dalam Buku III BW dan hak yang lahir adalah hak pribadi. Hal ini menunjukkan
hubungan erat antara Buku II BW dan Buku III BW sebagai suatu sistem.
Hak gadai dan hipotek adalah hak kebendaan yang berfungsi sebagai jaminan untuk
mendukung hak tagih, yang merupakan hak pribadi. Hak gadai dan hipotek memiliki kekuatan
yang lebih unggul dibandingkan dengan hak tagih sebagai hak pribadi. Keunggulan hak
kebendaan dibandingkan dengan hak pribadi dapat dipahami melalui perbandingan ciri-ciri
pokok kedua macam hak keperdataan tersebut.
Di Indonesia, lembaga jaminan kebendaan telah berkembang pesat. Selain gadai dan
hipotek yang diatur dalam Buku II BW, lembaga jaminan kebendaan juga mencakup Hak
Tanggungan yang diatur dalam UU Hak Tanggungan. Selain itu, ada juga lembaga jaminan
kebendaan Fidusia yang diatur dalam UU Fidusia. Dengan demikian, ada empat jenis lembaga
jaminan kebendaan di Indonesia, yaitu gadai, hipotek, Hak Tanggungan, dan Fidusia. Lembaga-
lembaga ini sangat penting dalam bisnis, terutama dalam dunia perbankan, karena melalui
perjanjian jaminan kebendaan antara kreditor dan debitor. Perjanjian jaminan kebendaan ini
dapat berupa Perjanjian Jaminan Gadai, Perjanjian Jaminan Hipotek, Peranjian Pemberian Hak
Tanggungan, atau Perjanjian Jaminan Fidusia, yang semuanya merupakan perjanjian tambahan.
Perjanjian tambahan ini tergantung pada perjanjian pokok, dan jika perjanjian pokok berakhir,
perjanjian tambahan juga berakhir, tetapi tidak sebaliknya.
Pada umumnya, perjanjian pokok dalam penyaluran dana pinjaman di bidang perbankan
diikuti oleh perjanjian tambahan sebagai bentuk kehati-hatian. Di dunia perbankan, terdapat dua
jenis perjanjian jaminan, yaitu perjanjian jaminan perorangan dan perjanjian jaminan kebendaan.
Namun, dalam praktek perbankan, perjanjian jaminan kebendaan lebih populer dan sering
menjadi fokus utama. Oleh karena itu, jenis perjanjian jaminan kebendaan seperti gadai, hipotek,
hak tanggungan, dan jaminan fidusia menjadi perhatian banyak orang untuk dibahas secara
mendalam.

Anda mungkin juga menyukai