Anda di halaman 1dari 9

Pengawasan Otoritas Jasa

Keuangan Terhadap Transaksi


Efek yang Berindikasi Insider
Trading Pada Bursa Efek
Indonesia

PENYUSUN:
YOGA MANGGALA WISNU
(201910115300)
LATAR BELAKANG

Dalam perekonomian modern adanya pasar modal adalah suatu kebutuhan.
Pengertian pasar modal sebagaimana pasar pada umumnya, merupakan tempat
bertemunya antara penjual dan pembeli. Akan tetapi menurut Sumantoro, pasar
modal berbeda dengan pasar konkrit, karena dalam pasar modal yang di
perjualbelikan adalah modal atau dana. Pasar modal di negara maju merupakan
salah satu lembaga yang diperhitungkan bagi perkembangan ekonomi negara
tersebut. Oleh sebab itu, negara mempunyai alasan untuk ikut mengatur jalannya
dinamika pasar modal. Pasar modal sebagai salah satu pilar perekonomian
memberikan dampak yang besar bagi pertumbuhan perekonomian di Indonesia.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal selanjutnya disebut
sebagai UUPM, merupakan payung hukum,bagi keberadaan dan pelaksanaan
pasar modal di Indonesia. Pasar modal bertujuan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan
nasional, dan stabilitas ekonomi nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat.
LATAR BELAKANG

Otoritas Jasa Keuangan yang disebut OJK adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain,yang
mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang, pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan.5 Pada masa sebelum
OJK dibentuk, pengawasan lembaga jasa keuangan di industri
pasar modal dan industri keuangan non-bank dilakukan oleh
Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (OJK),
dan industri perbankan diawasi oleh Bank Indonesia (BI).
Pengalihan pengawasan lembaga jasa keuangan dari kedua
lembaga menjadi OJK di lakukan secara bertahap.
PEMBAHASAN

II.I kewenangan Otoritas Jasa Keuangan selaku pemegang otoritas pengawas pasar modal
terhadap transaksi efek pada Bursa Efek Indonesia.
Wewenang Otoritas Jasa Keuangan Dalam melaksanakan tugas pengaturan ,
maka OJK mempunyai wewenang, yaitu :

a) Menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang;


b) Menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
c) Menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
d) Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
e) Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;
f) Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa
Keuangan dan pihak tertentu;
g) Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa
Keuangan;
h) Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan
menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan
PEMBAHASAN

i) Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan di sektor jasa keuangan. Dalam melaksanakan tugas
pengawasan Otoritas Jasa Keuangan mempunyai Wewenang
a) Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan;
b) Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif;
c) Melakukan pengawasan,pemeriksaan,penyidikan, perlindungan konsumen, dan
tindakan lain terhadap Lembaga Jasa keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa
keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan;
d) Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak tertentu;
e) Melakukan penunjukan pengelola statuter;
f) Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
g) Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran
terhadap peraturan perundangundangan di sektor jasa keuangan; dan
h) Memberikan dan/atau mencabut izin.
PEMBAHASAN

II.II mekanisme Otoritas Jasa Keuangan dalam melakukan tindakan terhadap
transaksi efek yang berindikasi Insider Trading.

Insider Trading merupakan suatu tindakan kriminal yang sering dilakukan dalam
industri pasar modal. Insider Trading atau perdagangan saham yang dilakukan
dengan menggunakan informasi dari orang dalam (non public material), dapat
dilakukan oleh orang dalam (insider) atau pihak lain yang menerima, mendapatkan
atau mendengar informasi tersebut. Oleh sebab itu, peraturan pasar modal selalu
menempatkan ketentuan hukum yang melarang insider trading dilakukan oleh
pelaku pasar. Penggunaan Inside Information yang dilakukan oleh insider,
melanggar prinsip-prinsip transparansi yang dijunjung dan harus selalu ditegakkan
oleh pelaku pasar. Pasal 95 dan Pasal 96 UUPM menjelaskan larangan bagi orang
dalam emiten atau perusahaan publik, untuk menggunakan insider information
dalam pembelian dan penjualan saham emiten tersebut atau untuk mempengaruhi,
atau memberikan informasi tersebut kepada pihak lain. Indra Safitri, Transparansi
Independensi dan Pengawasan Kejahatan Pasar Modal.
PEMBAHASAN

Sebagaimana diketahui bahwa insider trading disamping dituntut secara perdata
mengenai kepatutan atau kepantasan juga dapat dituntut secara pidana
sebagaimana disebutkan dalam UUPM, namun sebagaimana kasus sejenis yang
muncul diberbagai negara yang penyelesaian kasus tersebut cenderung ke arah
ganti rugi atau di denda oleh lembaga regulator 8 pasar modalnya. Meskipun
disadari akibat dari perbuatan insider trading sangat besar pengaruhnya baik
kepada investor maupun terhadap pengembangan Pasar Modal secara
keseluruhan, maka sanksi atas perbuatan melawan hukum tersebut tidak cukup
dengan mengganti kerugian saja jika diperlukan diberikan efek jera bagi si pelaku
misalnya sanksi pidana sebagaimana disebutkan dalam Undang UUPM dan
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa
kewenangan OJK dalam melindungi investor dari praktik Insider Trading di
pasar modal yaitu dengan cara melakukan pemeriksaan dan penyidikan serta
memberikan sanksi kepada pelaku Insider Trading berupa sanksi administratif,
perdata, dan juga sanksi pidana.
PENUTUP
STUDI KASUS

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)
Pada tahun 2007, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(Bapepam LK) mengumumkan terjadinya kasus insider trading yang dilakukan
oleh 9 orang pegawai PT Perusahaan Gas Negara Tbk. Harga saham PGN
mengalami penurunan yang signifikan sebesar 23,36 persen dari harga
penutupan pada tanggal 11 januari 2006 Rp9.650 menjadi Rp7.400 di tanggal 12
januari 2007. Sembilan pegawai PGAS tersebut telah mengetahui informasi
material yang dapat mempengaruhi harga saham, yakni koreksi volume gas sejak
12 September 2006 dan penundaan gas dalam rangka komersialisasi pada tanggal
18 Desember 2006 sebelum informasi tersebut dipublikasikan. Pada periode
waktu 12 September 2006 hingga 11 Januari 2007, diketahui bahwa sembilan
pegawai tersebut melakukan transaksi saham PGAS di Bursa. Oleh karena itu,
sembilan pegawai PGAS dikenakan sanksi administratif oleh Bapepam LK
berupa denda yang berbeda dari nominal Rp9.000.000 hingga Rp2,33 miliar. 
PENUTUP

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa kewenangan OJK dalam
melindungi investor dari praktik Insider Trading di pasar modal yaitu
dengan cara melakukan pemeriksaan dan penyidikan serta memberikan sanksi
kepada pelaku Insider Trading berupa sanksi administratif, perdata, dan juga sanksi
pidana.
SARAN
Meskipun insider trading adalah kasus yang sulit dibuktikan, kebijakan untuk
mencegahnya dapat dilakukan melalui code of conduct. Di dalamnya diatur secara
jelas tentang pemasukan informasi secara legal dengan menyimpan dan
menggunakan informasi tersebut sesuai etika serta prinsip yang berlaku.
Dalam hal ini, emiten bersangkutan harus berkomitmen untuk mengembangkan
kegiatan transaksi atau operasi secara berkelanjutan dari bisnis yang ada. Dengan
demikian, perusahaan dapat memberikan kontribusi maksimal kepada setiap
pemegang saham.

Anda mungkin juga menyukai