Insider Trading merupakan suatu tindakan kriminal yang sering dilakukan dalam
industri pasar modal. Insider Trading atau perdagangan saham yang dilakukan
dengan menggunakan informasi dari orang dalam (non public material), dapat
dilakukan oleh orang dalam (insider) atau pihak lain yang menerima, mendapatkan
atau mendengar informasi tersebut. Oleh sebab itu, peraturan pasar modal selalu
menempatkan ketentuan hukum yang melarang insider trading dilakukan oleh
pelaku pasar. Penggunaan Inside Information yang dilakukan oleh insider,
melanggar prinsip-prinsip transparansi yang dijunjung dan harus selalu ditegakkan
oleh pelaku pasar. Pasal 95 dan Pasal 96 UUPM menjelaskan larangan bagi orang
dalam emiten atau perusahaan publik, untuk menggunakan insider information
dalam pembelian dan penjualan saham emiten tersebut atau untuk mempengaruhi,
atau memberikan informasi tersebut kepada pihak lain. Indra Safitri, Transparansi
Independensi dan Pengawasan Kejahatan Pasar Modal.
PEMBAHASAN
Sebagaimana diketahui bahwa insider trading disamping dituntut secara perdata
mengenai kepatutan atau kepantasan juga dapat dituntut secara pidana
sebagaimana disebutkan dalam UUPM, namun sebagaimana kasus sejenis yang
muncul diberbagai negara yang penyelesaian kasus tersebut cenderung ke arah
ganti rugi atau di denda oleh lembaga regulator 8 pasar modalnya. Meskipun
disadari akibat dari perbuatan insider trading sangat besar pengaruhnya baik
kepada investor maupun terhadap pengembangan Pasar Modal secara
keseluruhan, maka sanksi atas perbuatan melawan hukum tersebut tidak cukup
dengan mengganti kerugian saja jika diperlukan diberikan efek jera bagi si pelaku
misalnya sanksi pidana sebagaimana disebutkan dalam Undang UUPM dan
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa
kewenangan OJK dalam melindungi investor dari praktik Insider Trading di
pasar modal yaitu dengan cara melakukan pemeriksaan dan penyidikan serta
memberikan sanksi kepada pelaku Insider Trading berupa sanksi administratif,
perdata, dan juga sanksi pidana.
PENUTUP
STUDI KASUS
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)
Pada tahun 2007, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(Bapepam LK) mengumumkan terjadinya kasus insider trading yang dilakukan
oleh 9 orang pegawai PT Perusahaan Gas Negara Tbk. Harga saham PGN
mengalami penurunan yang signifikan sebesar 23,36 persen dari harga
penutupan pada tanggal 11 januari 2006 Rp9.650 menjadi Rp7.400 di tanggal 12
januari 2007. Sembilan pegawai PGAS tersebut telah mengetahui informasi
material yang dapat mempengaruhi harga saham, yakni koreksi volume gas sejak
12 September 2006 dan penundaan gas dalam rangka komersialisasi pada tanggal
18 Desember 2006 sebelum informasi tersebut dipublikasikan. Pada periode
waktu 12 September 2006 hingga 11 Januari 2007, diketahui bahwa sembilan
pegawai tersebut melakukan transaksi saham PGAS di Bursa. Oleh karena itu,
sembilan pegawai PGAS dikenakan sanksi administratif oleh Bapepam LK
berupa denda yang berbeda dari nominal Rp9.000.000 hingga Rp2,33 miliar.
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa kewenangan OJK dalam
melindungi investor dari praktik Insider Trading di pasar modal yaitu
dengan cara melakukan pemeriksaan dan penyidikan serta memberikan sanksi
kepada pelaku Insider Trading berupa sanksi administratif, perdata, dan juga sanksi
pidana.
SARAN
Meskipun insider trading adalah kasus yang sulit dibuktikan, kebijakan untuk
mencegahnya dapat dilakukan melalui code of conduct. Di dalamnya diatur secara
jelas tentang pemasukan informasi secara legal dengan menyimpan dan
menggunakan informasi tersebut sesuai etika serta prinsip yang berlaku.
Dalam hal ini, emiten bersangkutan harus berkomitmen untuk mengembangkan
kegiatan transaksi atau operasi secara berkelanjutan dari bisnis yang ada. Dengan
demikian, perusahaan dapat memberikan kontribusi maksimal kepada setiap
pemegang saham.