Anda di halaman 1dari 22

[JATISWARA

Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.3, November 2017]

Eksekusi Objek Jaminan Fidusia melalui


Penjualan Dibawah Tangan sebagai
Penyelesaian Kredit Macet

Finka Saradila
Mahasiswa Magister Kenotariatan Pascasarjana Universitas Mataram
Jln. Majapahit No. 62 Mataram 83125,
Telp. (0370), 633035, Fax. 626954
Email: finkasaradila@gmail.com

ABSTRAK
Kedudukan pemberi fiducia semakin kuat maka dalam undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang
Fidusia, Pasal 29 ayat (1) huruf c, ditambah ketentuannya menjadi, jika pemberi fiducia cidera janji,
maka penerima fiducia dapat menjual langsung obyek jaminan fiducia melalui penjualan di bawah
tangan. Dalam Pasal 29 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Fidusia yang
memberikan kewenangan kepada pihak penerima fidusia/kreditor fidusia untuk menjual barang
jaminan dengan cara di bawah tangan kesepakatan antara pihak penerima/kreditor fiducia, dengan
pemberi/ debitur fiducia. Setelah jangka waktu satu bulan setelah jatuh tempo debitur wanprestasi,
ketentuan tersebut harus ditambah satu ayat yang isinya: kesepakatan antara pemberi dan penerima
fidusia di cantumkan diawal perjanjian, sehingga berbunyi; sejak debitur fiducia wanprestasi maka
telah terjadi kesepakatan antara pemberi dan penerima fidusia, penerima fidusia berhak menjual
barang jaminan dengan cara di bawah tangan. Dalam Pasal 29 ayat (1) huruf c ada ketentuan yang
menyatakan bahwa untuk menjual barang jaminan harus diumumkan dalam dua surat kabar dalam
waktu 1 bulan. ketentuan ini harus ditambah satu ayat, sehingga berbunyi; jika dalam jangka waktu
buku berakhir terdapat pembeli barang jaminan fiducia dengan harga yang mengutungkan, maka
jangka waktu pengganti satu bulan sebagaimana diatur dalam Pasal 29 ayat (1) dicabut.
Kata Kunci: Objek, Jaminan Fidusia, Kredit Macet.

ABSTRACT
The position of the fiducia giver is stronger in Law No. 42 of 1999 on Fiduciary, Article 29 paragraph (1) letter
c, plus the provision becomes, if the fiducia giver promises injury, the fiducia receiver may sell the fiduciary
securities directly through the sale under the hand . Article 29 Paragraph (1) Sub-Paragraph c of Law Number
42 Year 1999 concerning Fiduciary authorizing fiduciary / fiduciary recipients to sell the guarantee goods under
the agreement of the fiducia receiver / creditor, with the fiducia lender / debtor . After a period of one month
after the due date of the default debtor, the provision shall be supplemented by one paragraph whose contents:
an agreement between the giver and the fiduciary receiver shall be indicated at the beginning of the agreement,
so as to read; since the debtor fiducia wanprestasi then there has been agreement between the giver and receiver
fidusia, fiduciary recipients are entitled to sell the collateral goods in a way under the hand. In Article 29
paragraph (1) letter c there is a provision stipulating that to sell the guarantee goods must be announced in two

408 Finka Saradila | [Eksekusi Objek Jaminan…]


[JATISWARA
[Vol. 32 No.3, November 2017] Jurnal Ilmu Hukum]

newspapers within 1 month. this provision shall be added by one verse, so as to read; if within the period of the
end of the book there is a buyer of fiducia guaranty goods at a redemptive price, then the one month replacement
period as stipulated in Article 29 paragraph (1) shall be revoked.
Keywords: Object, Fiduciary Guarantee, Bad Credit.

Dalam ketentuan Pasal 11 ayat (1)


A. PENDAHULUAN
Undang-undang No. 42 Tahun 1999 Ten-
Jaminan mempunyai fungsi yang tang Jaminan Fidusia, bahwa benda yang
sangat penting dalam kegiatan ekonomi dibebani dengan Jaminan Fidusia wajib
pada umumnya karena dalam pemberian didaftarkan". Kemudian dalam ketentuan
pinjaman modal dari lembaga keuangan Pasal 12 ayat (1) menyebutkan bahwa
(baik bank maupun bukan bank) mensya- “Pen-daftaran Jaminan fidusia
ratkan adanya suatu jaminan, yang harus sebagaimana di-maksud dalam Pasal 11
dipenuhi para pencari modal kalau ia ingin ayat (1) dilakukan pada Kantor
mendapatkan pinjaman/tambahan modal Pendaftaran Fidusia”. Sebagai-mana yang
(berupa kredit) tersebut baik untuk jangka diatur dalam Undang-undang No. 12
panjang maupun jangka pendek.1 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Pada dasarnya, pemberian kredit oleh Peraturan Perundang-undangan bahwa fra-
bank dapat diberikan kepada siapa saja sa kata “wajib” yang apabila terjadi
yang memiliki kemampuan, untuk itu pelang-garan terhadap bunyi Pasal tersebut
melalui perjanjian utang piutang anatara atau dengan kata lain bahwa Pasal tersebut
pemberi utang (kreditur) disatu pihak dan tidak dilaksanakan, maka akan ada sanksi
penerima utang (debitur) di lain Pihak. yang diberikan kepada pelanggar, baik
Setelah per-janjian tersebut disepakati, berupa sanksi pidana seperti yang tertuang
maka lahirlah kewajihan pada diri kreditur, dalam Pasal 10 KUHP atau sanksi yang
yaitu untuk menyerahkan uang yang bersifat administratif.
diperjanjikan ke-pada debitur, dengan hak Pendaftaran yang dilakukan oleh pe-
untuk menerima kembali uang itu dari nerima fidusia terhadap benda yang di-
debitur pada waktu-nya, disertai dengan bebankan dengan jaminan fidusia ini di-
bunga yang disepakati oleh para pihak maksudkan untuk memenuhi azas
pada saat perjanjian pem-berian kredit publicites (publisitas), yaitu azas agar
tersebut disetujui oleh para pihak. Hak dan pihak ketiga dapat mengetahui bahwa
kewajiban debitur adalah bertimbal balik benda jaminan tersebut sedang dilakukan
dengan hak dan kewajiban kreditur. pembebanan jaminan. Selain itu pula,
Selama proses ini tidak meng-hadapi pendaftaran objek jaminan fidusia ini juga
masalah dalam arti kedua pihak bertujuan untuk memberikan kepastian
melaksanakan hak dan kewajibannya hukum dalam proses eksekusi objek
sesuai dengan yang diperjanjikan, maka jaminan fidusia tersebut sehingga
persoalan tidak akan muncul. dikemudian hari tidak menimbul-kan
Biasanya persoalan baru muncul jika sengketa atau konflik manakala terjadi
debitur lalai mengembalikan uang wanprestasi khususnya oleh pihak debitur.2
pinjaman pada saat yang telah Lembaga keuangan dalam bentuk
diperjanjikan. Maka salah satu upaya untuk bank, yang kegiatan utamanya adalah
melindungi kreditur dalam transaksi kredit menghimpun dana dari masyarakat dan
tersebut adalah dipersyaratkan adanya kemudian menyalurkan kembali kepada
jaminan dari debitur. masyarakat dalam berbagai macam
fasilitas kredit, yang merupakan jenis
1
Jatmiko Winarno, Perlindungan Hukum Bagi Kreditur
2
Pada Perjanjian Jaminan Fidusia, Jurnal Independent Vol 1 No 1 J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan
Tahun 2013, hal. 44 Fidusia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2002, hlm. 25

[Eksekusi Objek Jaminan…] | Finka Saradila 409


[JATISWARA
Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.3, November 2017]
pembiayaan secara umum. Kegiatan karena tidak syah atau legalnya perjanjian
penyaluran kredit mengandung resiko yang jaminan fidusia yang dibuat.
dapat mempe-ngaruhi kesehatan dan Berdasarkan latar belakang tersebut
kelangsungan usaha bank, dikarenakan di atas, maka penulis bermaksud untuk
adanya kredit macet. Pelaksanaan membahas beberapa isu hukum yaitu
pemberian kredit pada umum-nya, Bagaimanakah kedudukan hukum pe-
dilakukan dengan dibuatnya suatu megang fidusia terhadap objek jaminan
perjanjian. Perjanjian tersebut terdiri dari yang di eksekusi melalui penjualan di
perjanjian pokok, yaitu perjanjian utang- bawah tangan?; Bagaimanakah parate
piutang dan setelah itu dilanjutkan dengan ekse-kusi jaminan fidusia dan eksekusi
perjanjian tambahan yaitu berupa sertifikat fidusia jika debitur wanprestasi;
perjanjian pemberian jaminan oleh pihak dan Bagai-manakah eksekusi objek fidusia
debitur.
melalui sebagai penyelesaian kredit macet
Fakta dilapangan menunjukan, lem- di perbankan menurut Undang-Undang
baga pembiayaan dalam melakukan per- No.42 Tahun 1999 tentang Jaminan
janjian pembiayaan mencamtumkan kata- Fidusia.
kata dijaminkan secara fidusia. Tetapi Untuk menganalisis isu hukum
ironisnya tidak dibuat dalam akta notaris diatas, penulis menggunakan metode
dan tidak didaftarkan di Kantor penelitian Normatif, yaitu penelitian yang
Pendaftaran Fidusia untuk mendapat dilakukan dengan mengkaji ketentuan
sertifikat. Akta ini dapat disebut akta Perundang-Undangan (in abstracto) dan
jaminan fidusia di bawah tangan. Jaminan doktrin-doktrin para sarjana hukum yang
fidusia yang tidak dibuat-kan sertifikat terkait dengan peneltian ini.3 Dengan
jaminan fidusia menimbulkan akibat mengguna-kan beberapan pendekatan yaitu
hukum yang komplek dan beresiko. Pendeka-tan perundang-undangan (statute
Kreditor bisa melakukan hak eksekusinya aproach), Pendekatan konsep (conseptual
karena dianggap sepihak dan dapat me- aproach), Pendekatan Analitis (Analytical
nimbulkan kesewenang-wenangan dari Approach), Pendekatan Historis (History
kre-ditor. Approach), Pendekatan Kasus (Case
Situasi yang dapat terjadi yakni Approach). Bahan hukum yang diperoleh
kreditor dalam eksekusi melakukan kemudian dianalisis secara kualitatif, yaitu
pemak-saan dan mengambil barang secara analisis yang dilaku-kan dengan
sepihak, padahal diketahui dalam barang memahami dan merangkai data yang telah
tersebut sebagian atau seluruhnya milik diperoleh dan disusun sistematis, kemudian
orang lain. Walaupun juga diketahui ditarik kesimpulan. Dan ke-simpulan yang
bahwa sebagian dari barang tersebut adalah diambil dengan meng-gunakan cara
milik kreditor yang mau mengeksekusi berpikir deduktif, yaitu dengan cara
tetapi tidak di-daftarkan dalam di kantor berpikir yang mendasar pada hal-hal yang
fidusia. Bahkan pengenaan pasal-pasal lain bersifat umum kemudian ditarik
dapat terjadi mengingat bahwa dimana- kesimpulan secara khusus.
mana eksekusi merupakan bukan hal yang
mudah, untuk itu butuh jaminan hukum
dan dukungan aparat hukum secara legal.
Bahkan apabila debitor mengalihkan benda
objek fidusia yang dilakukan dibawah
tangan kepada pihak lain tidak dapat
dijerat dengan Undang-Undang No. 42
Tahun 1999 Ten-tang jaminan fidusia, 3
Setiawan dalam Sultan Remy Sjahdeini, Hukum
Kepailitan, Memahami Failisementverordening Juncto. Undang-
Undang No. 4 Tahun 1998, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta,
2002, hlm.108

410 Finka Saradila | [Eksekusi Objek Jaminan…]


[JATISWARA
[Vol. 32 No.3, November 2017] Jurnal Ilmu Hukum]

B. PEMBAHASAN memperoleh hak eigendom atas benda-


benda jaminan.
1. Kedudukan Hukum Penerima Fidu-
cia terhadap Obyek Jaminan Fiducia Perjanjian fidusia bersifat zakelijk
yang Dieksekusi Melalui Penjualan berarti hak yang diperoleh penerima
di Bawah Tangan. fidusia (kreditor), merupakan hak
kebendaan (yang terbatas), sehingga dapat
a. Perjanjian Fidusia Merupakan Per-
dipertahankan ter-hadap siapa pun juga,
janjian Obligatoir
karenanya pasal-pasal gadai dapat
Ketentuan dalam Pasal 1 ayat (2) diterapkan terhadapnya. Selan-jutnya
Undang-Undang Fidusia menyebutkan perjanjian fidusia tidak menimbul-kan hak
yang dimaksud dengan jaminan fidusia milik yang sepenuhnya bagi kreditor,
sebagai berikut: karena ia tidak menguasai ben-danya, tidak
Jaminan Fidusia adalah hak jaminan berwenang untuk menikmati bendanya,
atas benda bergerak baik yang berwujud hanya mempunyai kewenangan terhadap
maupun yang tidak berwujud dan benda benda tersebut sesuai dengan tujuan yang
tidak bergerak khususnya bangunan yang telah diperjanjikan, yaitu sebagai jaminan.
tidak dapat dibebani Hak Tanggungan Jika debitur tetap me-menuhi
sebagaimana dimaksud dalam Undang- kewajibannya, ia tetap dapat memakai dan
Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak menguasai bendanya, tetap dapat
Tanggungan yang tetap berada dalam pe- mempertahankan bendanya, juga terhadap
nguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan pihak ketiga, yaitu terhadap kreditor dan
bagi pelunasan utang tertentu, yang mem- penerima fidusia, jika seandai-nya terjadi
berikan kedudukan yang diutamakan penyitaan terhadap penerima fidusia.
kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor Bahkan debitur tetap dapat mem-
lainnya. pertahankan haknya terhadap kurator jika
terjadi kepailitan kreditor4.
Jaminan Fidusia merupakan lembaga
hak jaminan (agunan) yang bersifat ke- Perjanjian fidusia bersifat obligatoir,
bendaan (zakehjk zekerheid, security right berarti hak yang penerima fidusia merupa-
in rem) yang memberikan kedudukan yang kan hak milik yang sepenuhnya, meskipun
diutamakan atau mendahulu kepada Pe- hak tersebut dibatasi oleh hal-hal yang
nerima Fidusia terhadap kreditor lainnya. ditetapkan bersama dalam perjanjian. Akan
Sebagai hak kebendaan yang memberikan tetapi, pembatasan demikian hanya bersifat
jaminan), dengan sendirinya sifat dan ciri- pribadi. Karena hak yang diperoleh pene-
ciri hak kebendaan juga melekat pada rima fidusia itu merupakan hak milik yang
jaminan fidusia. Dia bukan perjanjian sepenuhnya, ia bebas untuk menentukan
obligatoir yang bersifat perorangan (per- cara pemenuhan piutangnya, terhadap
soonlijk). benda yang dijaminkan melalui fidusia.
Hak yang timbul dari perjanjian fidusia
Perjanjian fidusia menimbulkan hak- adalah hak yang bersifat pribadi, yang lahir
hak yang bersifat zakelik, merupakan pen- karena adanya hubungan perutangan antara
dapat yang banyak diikuti oleh pengarang, kre-ditor dan debitur. Ketentuan-ketentuan
sesuai dengan pertumbuhan kehidupan per- yang bersifat memaksa dan gadai tidak
kreditan modern sekarang in Sesuai juga dapat diterapkan terhadapnya. Juga para
dengan pertumbuhan hukuum sistem pihak bebas untuk menentukan manakala
Anglo Ainerika, dalam hal ini menurut terjadi kepailitan pada debitur atau kre-
sistem equity, di mana analog dengan ditor.5
penjaminan dengan hipotek, pemegang
hipotek (morga-gee) memperoleh hak-hak
jaminan yang bersifat zakelijk dan tidak 4
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Ibid, hlm. 22.
5
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Ibid, hlm. 23.

[Eksekusi Objek Jaminan…] | Finka Saradila 411


[JATISWARA
Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.3, November 2017]
b. Sifat Accessoir dan Perjanjian Jami- perjanjian pemberian jaminan fidusia
nan Fidusia merupakan suatu perjanjian bersyarat,
dengan syarat pembatalan sebagaimana
Undang-Undang Fidusia menyata-
diatur dalam Pasal 1253 juncto Pasal 1265
kan, bahwa pembebanan jaminan fidusia
KUH Perdata, dengan konsekuensinya,
diperuntukkan sebagai agunan bagi peluna-
pemberian jami-nan fidusia itu dengan
san utangnya debitur (pemberi fidusia yang
sendirinya berakhir atau hapus, kalau
berarti perjanjian jaminan fidusia merupa-
perjanjian pokoknya, untuk mana diberikan
kan perjanjian ikutan, buntut atau ekor dari
jaminan fidusia hapus, antara lain karena
perjanjian pokoknya.
pelunasan7.
Ketentuan dalam Pasal 4 Undang-
Di dalam praktik perbankan kita,
Undang Fidusia beserta penjelasannya me-
perjanjian fidusia ini sering diadakan se-
negaskan, bahwa jaminan fidusia merupa-
bagai tambahan jaminan pokok, manakala
kan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian
jaminan pokoknya dianggap kurang me-
pokok yang menimbulkan kewajiban bagi
menuhi. Adakalanya fidusia juga diadakan
para pihak untuk memenulis suatu prestasi
secara tersendiri, dalam arti tidak sebagai
yang berupa memberikan sesuatu, berbuat
tambahan jaminan pokok, yaitu sebagai-
sesuatu, atau berbuat sesuatu, yang dapat
mana sering dipakai oleh para pegawai
dinilai dengan uang. Dengan demikian ini
kecil, pedagang kecil, pengecer dan lain-
berarti bahwa kelahiran dari keberadaan
lain sebagai jaminan kredit mereka yang
perjanjian jaminan fidusia ditentukan
diminta pada bank8.
adanya perjanjian pokok yang menimbul-
kan kewajiban dan sekaligus tanggung- c. Sifat Droit de Suite dan Fidusia:
jawab para pihak untuk memenuhi suatu Fidusia sebagai Hak Kebendaan
prestasi sebagai akibat terjadinya suatu Sifat droit de suite, juga dianut
perikatan. jaminan fidusia, di samping jaminan hipo-
Sifat accessoir dari jaminan fidusia tek dan hak tanggungan. Hal ini ditegaskan
ini membawa akibat hukum, bahwa: oleh ketentuan dalam Pasal 20 Undang-
Undang Fidusia. Pasal 20 Undang-Undang
a. dengan sendinnya jaminan fidusia
Fidusia menentukan:
menjadi hapus karena hukum, apabila
perjanjian pokoknya itu berakhir atau Jaminan Fidusia tetap mengikuti
karena sebab lainnya yang menyebab- Benda yang menjadi objek Jaminan
kan perjanjian pokoknya menjadi Fidusia dalam tangan siapa pun Benda
hapus; tersebut berada, kecuali pengalihan atas
b. fidusia yang menjaminnya karena benda persediaan yang menjadi objek
hukum beralih pula kepada penerima Jaminan Fidusia.
fidusia yang baru dengan dialihkannya Pemberian sifat hak kebendaan di
perjanjian pokoknya kepada pihak sini dimaksudkan untuk memberikan
lain; kedudu-kan yang kuat kepada pemegang
c. fidusia meripakan bagian tidak ter- hak kebendaan. Hal ini berangkat dari
pisahkan dan atau selalu melekat pada
pikiran, bahwa benda jaminan tetap
perjanjian pokoknya, karena itu hapus- menjadi pemilik pemberi jaminan dan
nya fidusia tidak menyebabkan hapus- pemberi jaminan pada asasnya selama
nya perjanjian pokoknya6. penjaminan berlangsung tetap wenang
Karena perjanjian fidusianya untuk mengambil tindakan pemilikan atas
merupa-kan perjanjian yang bersifat benda jaminan miliknya. Dengan
accessoir, sesuai dengan sifatnya tersebut, 7
J. Satrio, Janji-Janji (Bedingeng) Dalam Akta Hipotek
dan Hak Tanggungan, Media Notariat Edisi Januari-Maret,
6
Rahmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Ikatan Notaris Indonesia, Jakarta, 2002, hlm. 197.
8
Jakarta, 2008, hlm. 165. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Op. Cit, hlm. 26.

412 Finka Saradila | [Eksekusi Objek Jaminan…]


[JATISWARA
[Vol. 32 No.3, November 2017] Jurnal Ilmu Hukum]

memberikan sifat droit pada fidusia, maka d. Fidusia Memberikan Kedudukan Di-
hak kreditor tetap mengikuti bendanya ke utamakan (Sifat Droit de Preference)
dalam siapa pun ia berpindah, termasuk Bahwa Penerima Fidusia memiliki
terhadap pihak ketiga pemilik baru, yang hak yang didahulukan atau diutamakan
berkedudukan sebagai pihak ketiga terhadap kreditor lainnya, yaitu hak Pene-
pemberi jaminan9. rima Fidusia untuk mengambil pelunasan
Prinsip droit de suite ini dapat di- piutangnya atas hasil eksekusi (penjualan)
simpangi atau dikecualikan, dalam hal dari benda yang menjadi objek Jaminan
kebendaan yang dijadikan sebagai objek Fidusia. Hak untuk mengambil pelunasan
Jaminan Fidusia berupa benda atau barang piutang ini modal dari kreditor lainnya
persediaan (inventory), seperti barang jadi yang tidak dijamin dengan fidusia,
(fInished good) yang diproduksi dan walaupun Penerima Fidusia termasuk
dipasarkan Pemben Fidusia. Pengecualian orang yang pailit atau dilikuidasi. Hak
prinsip droit de suite ini dinyatakan dalam utama dari Penerima Fidusia tidak hapus
klausul terakhir ketentuan dalam Pasal 21 karena ada-nya kepailitan dan/atau
Undang-Undang Fidusia, “kecuali pengali- likuidasi dari Penerima Fidusia, berhubung
han atas benda persediaan yang menjadi benda yang menjadi objek jaminan fidusia
objek Jaminan Fidusia”. Dengan demikian tidak termasuk dalam budel kepailitan
berarti sifat hak kebendaan berupa droit de Pemberi Fidusia. Ketentuan ini
suite tidak berlaku terhadap benda-benda berhubungan dengan ketentuan bahwa
persediaan, yaitu stok barang dagangan Jaminan Fidusia merupa-kan hak agunan
Pengecualian ini didasarkan pada sifat atas kebendaan pelunasan utang. Hal ini
kebendaannya berupa barang-barang daga- sejalan dengan ketentuan dalam Undang-
ngan, yang memang untuk didagangkan Undang Nomor 37 Tahun 2004
atau dipenjual belikan, sehingga sifat droit sebagaimana diterangkan di atas, yang
de suite dengan sendirinya tidak dapat menentukan bahwa benda yang menjadi
diterapkan kepada kebendaan yang dimak- objek jaminan kebendaan, termasuk Jami-
sud. nan Fidusia berada di luar kepailitan dan/
atau likuidasi.
Jadi dalam hal Pemberi Fidusia
cidera janji tetapi masih mengalihkan Penerima Fidusia tergolong kreditor
benda persediaan yang menjadi objek yang mempunyai kedudukan terkuak, se-
Jaminan Fidusia tersebut, maka bila kontra perti halnya pemegang gadai dari hipotek
pres-tasinya sudah di tangan debitur, hasil serta hak tanggungan, yang pemenuhan
dari pengalihan tersebut demi hukum piutangnya harus dilakukan terlebih dahulu
menjadi pengganti objek Jaminan Fidusia dari kreditor-kreditor lainnya yang diambil
yang telah dialihkan. Namun bila kontra dari hasil eksekusi benda yang dijadikan
prestasinya sudah berbentuk tagihan, maka objek jaminan fidusia. Dia adalah kreditor
tagihan itu mengganti objek jaminan yang yang preferen atau separatis.11
menghasil-kan tagihan itu. Kesemuanya Demikian pula jika yang dinyatakan
terjadi secara otomatis. Konsekuensinya, pailit itu adalah kreditor (penerima
bila kita terima benda fidusia sementara fidusia), maka benda yang menjadi objek
jadi jaminan, milik kreditor (penerima Jaminan Fidusia tidak termasuk sebagai
fidusia), maka kreditor mempunyai hak budel ke-pailitan dari kreditor (Penerima
tuntut revindicatie atas benda-benda Fidusia), sebab pengalihan hak pemilikan
pengganti tersebut10. suatu benda yang menjadi objek Jaminan

9 11
J. Satrio, Op. Cit, hlm. 278. Soedewi Masjchoen Sofwan, Himpunan Karya
10
Rahmad Usman, Op. Cit., hlm. 167. tentang Hukum Jaminan, Yogyakarta, Liberty, 1977, hlm. 38.

[Eksekusi Objek Jaminan…] | Finka Saradila 413


[JATISWARA
Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.3, November 2017]
Fidusia tersebut ditujukan sebagai jaminan nan jatuh dalam bundel kepailitan. Debitur
saja. paling-paling hanya dapat menuntut sisa
harga penjualan benda-benda tersebut,
Di antara pengarang belum ada ke-
sete-lah dikurangi piutang ongkos-ongkos
satuan pendapat mengenai status benda
pen-jualan dan lain-lain, namun
yang menjadi objek Jaminan Fidusia jika
bentindaknya hanya dapat sebagai kreditor
kreditornya yang pailit. Kalau perjanjian
konkuren13.
fidusia itu dianggap menimbulkan hak-hak
yang bersifat zakelijk, konsekuensinya bah- Walaupun demikian untuk meng-
wa hak atas benda-benda jaminan itu dapat hindarkan hilangnya kepastian hukum,
dipertahankan terhadap pihak ketiga, juga lebih ketentuan dalam Pasal 28 Undang-
terhadap kurator kepailitan. Kurator kepai- Undang Fidusia ditafsirkan sejalan keten-
litan tidak dapat menarik benda-benda tuan dalam Pasal 17 Undang-Undang
tersebut (revindicatie) dan kekuasaan de- Fidusia yang melarang pemberian fidusia
bitur, selama debitur tetap memenuhi ulang oleh Pemberi Fidusia, bahkan lebih
kewajibannya dengan baik, yakni mem- luas, tanpa pembatasan hanya terhadap
bayar utang-utangnya pada kreditor. De- fidusia yang sudah terdaftar saja, sudah
bitur masih tetap dapat menguasai benda- tentu perkecualian kepada Penerima
nya, memakainya, dan Fidusia yang sama.
mempertahankannya terhadap kurator dan Kalau Pemberi Fidusia, terhadap
para kreditor dari si pailit. Benda-benda benda jaminan yang sudah didaftarkan ber-
tersebut tidak jatuh dalam budel kepailitan. wenang untuk memfidusiakan lagi kepada
Pada saat terjadinya kepailitan kreditor, kreditor lain, maka yang perlu dipikirkan
jika si debitur melunasi utang-utangnya, ia apakah masih mungkin ada penjaminan
akan memperoleh kem-bali bendanya yang fidusia ulang benda jaminan yang sama
dipakai sebagai jaminan. Jika debitur pada kepada kreditor lain. Kemungkinan yang
saat kepailitan tidak melunasi utang- masih ada kalau kita terima, bahwa dengan
utangnya, kurator dapat menjual benda penyerahan benda jaminan secara keper-
tersebut, kemudian sisanya setelah cayaan oleh debitur (Pemberi Fidusia)
diperhitungkan dengan utangnya, kepada kreditor, kreditor selama penjami-
dikembalikan kepada debitur.12 nan berjalan menjadi “pemilik” atas benda
Sebaliknya jika perjanjian fidusia itu jaminan yang bersangkutan, konse-
melahirkan hak-hak yang bersifat pribadi kuensinya, kalau kreditor sendiri mem-
(persoonlijk) dan merupakan perjanjian butuhkan uang sudah tentu saja pinjaman
yang obligatoir, maka kreditor adalah pe- yang lebih pendek dan kredit yang kreditor
milik benda-benda jaminan. Pihak ketiga berikan kepada peemberi Fidusia) yang
tidak berurusan dengan benda tersebut. pertama.
Dalam hal terjadi kepailitan kreditor,
e. Obyek Jaminan Fiducia
barang-barang jaminan jatuh dalam budel
kepailitan. Kurator kepailitan dapat me- Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 2
nguasai benda tersebut. Jika pada saat Undang-Undang Fidusia, sepanjang itu
kepailitan kreditor, debitur tetap dapat bertujuan untuk membebani benda dengan
memenuhinnya dengan baik, debitur dapat Jaminan Fidusia, perjanjian tersebut
melunasi utang-utangnya dalam jangka tunduk pada dan mengikuti Undang-
waktu tertentu, kemudian memperoleh Undang Fidusia.
bendanya kembali. Adapun jika pada saat Dengan itu berarti, atas suatu hubu-
terjadinya kepailitan dari kreditor, debitur ngan hukum yang mempunyai ciri-ciri
melakukan wanprestasi maka benda jami- yang disebutkan dalam Undang-Undang
12
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di
Fidusia, berlaku Undang-Undang Fidusia,
Indonesia: Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan
13
Perorangan, Liberty, Yogyakarta, 1980, hlm. 39. Ibid

414 Finka Saradila | [Eksekusi Objek Jaminan…]


[JATISWARA
[Vol. 32 No.3, November 2017] Jurnal Ilmu Hukum]

sekalipun tidak memakai judulfidusia. perjanjian yang bertujuan untuk


Salah satu ciri pokok yang harus ada membebani suatu benda dengan Jaminan
adanya maksud untuk membebani benda Fidusia harus mengikuti ketentuan dalam
dengan Jaminan Fidusia. Patokan tersebut pasal-pasal Undang-Undang Fidusia. Para
penting disimak, karena dengan itu, berarti pihak dapat saja secara tersendiri
bahwa Undang-Undang Fidusia tidak harus menyimpangi, sepan-jang hal tersebut
berlaku untuk segala macam hubungan dibolehkan atau tidak bertentangan dengan
fidusia, yang meliputi bidang yang luas, Undang-Undang Fidusia.
karena hubungan fidusia itu ada, setiap ada Sebelum Undang-Undang Fidusia,
seseorang yang secara teknis yuridis pada umumnya benda yang menjadi objek
pemilik, tetapi secara sosial ekonomis hak Jaminan Fidusia itu benda bergerak yang
itu bisa dianggap milik orang lain14. terdiri atas benda persediaan, benda
Lebih lanjut tentang obyek jaminan dagangan, piutang, peralatan mesin dan
fidusia ini adalah, adanya bahaya sehubu- kendaraan ben Dengan kata lain objek
ngan dengan diakuinya pemberian jaminan Jaminan Fidusia terbatas pada kebendaan
dengan "costitutum possessorium" bisa bergerak Guna memenuhi kebutuhan
muncul adalah, bahwa seorang debitur masyarakat yang terus berkembang, me-
yang merasa, bahwa ia tidak dapat nurut Undang-Undang Fidusia Objek
memenuhi kewajiban perikatannya Jaminan Fidusia diberikan pengertian yang
sebagaimana mes-tinya dan sudah melihat luas yaitu :
gejala akan datang-nya sita jaminan atas 1. benda bergerak yang berwujud;
harta miliknya, dengan mudah bisa 2. benda bergerak yang tidak berwujud;
mengatakan, bahwa harta miliknya telah 3. benda tidak bergerak, yang tidak dapat
dijaminkan melalui penyerahan secara dibebani dengan Hak Tanggungan.
kepercayaan kepada seorang anggota
keluarganya, dan barang-barang yang ada Dengan kata lain, objek Jaminan
padanya ia pegang sebagai peminjam- Fidusia itu bisa:
pakai dari krediturnya.15 1. benda bergerak yang berwujud;
Pembebanan benda dengan Jaminan 2. benda bergerak yang tidak berwujud;
Fidusia didasarkan pada kesepakata antara 3. benda bergerak yang terdaftar;
Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia, 4. benda bergerak yang tidak terdaftar;
artinya harus terdapat kesepakatan di 5. benda tidak bergerak tertentu, yang
antara kedua belah pthak untuk terjadinya tidak dapat dibebani dengan Hak
pem-fidusiaan. Dengan sendirinya pula Tanggungan;
pem-berian Jaminan Fidusia tidak dapat 6. benda tidak bergerak tertentu, yang
dibatalkan secara sepihak oleh salah sath tidak dapat dibebani dengan Hipotek;
pihak Pemberi Fidusia atau Penerima 7. benda tersebut harus dapat dimiliki dan
Fidusia. Namun demikiaa Pemberi Fidusia dialihkan.
dan Penerima Fidusia tidak dapat seke- Benda yang dijadikan objek Jaminan
hendak hati memperjanjikan pemberian Fidusia tidak hanya benda yang sudah ada
Jaminan Fidusia tersebut, artinya pada saat Jaminan Fidusia tersebut dilaku-
kan, akan tetapi meliputi puk benda yang
14
J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, diperoleh kemudian, dapat diberilcan
Hak Tanggungan Buku 2, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, Jaminan fidusia. Kemungkinan ini ditegas-
hlm. 189.
15
Faisal, Nova.Tinjauan Yuridis Atas Jaminan Fidusia kan dalam Pasal 9 Undang-Undang
Berkaitan Dengan Ketentuan Angka 2 Surat Edaran Departemen Fidusia, yaitu:
Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Direktorat
Jenderal Administrasi Hukum Umum Nomor: c. Ht. 01. L0-22 1) Jaminan fidusia dapat diberikan ter-
tanggal 15 maret 2005 Tentang Standarisasi Prosedur
Pendaftaran Fidusia." Jurnal Hukum & Pembangunan Vol 36, hadap satu atau lebih satuar atau jenis
No. 4 TAhun 2017, hal 421-442.

[Eksekusi Objek Jaminan…] | Finka Saradila 415


[JATISWARA
Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.3, November 2017]
benda, termasuk piutang, baik yang telah wanprestasi, akan melaksanakan ek-
telah ada pada saat jaminan diberikan sekusi objek jaminan, maka basarnya
maupun yang diperoleh kemudian. jumlah yang terutang oleh debitur justru
2) pembebanan jaminan atas benda atau barn penting dan perlu diketahui dengan
piutang yang diperoleh kemudian pasti, pada saat eksekusi akan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan. Karena pada kebanyakan
tidak perlu dilakukan dengan per- kredit perbankan kecuali yang berupa fix
janjian jaminan tersendiri. loan kita tidak bisa menyebutkan jumlah
itu lebih dahulu, pada saat Jaminan Fidusia
Dengan demikian sepanjang tidak
diberikan, maka ke-tentuan dalam Pasal 7
diperjanjikan lain, maka penjaminan Fidu-
sub c Undang-Undang Fidusia di atas
sia tersebut meliputi pula:
sangat membantu kebutuhan praktik
a. hasil dari benda yang menjadi objek perkreditan. Di sini yang penting, bahwa
jaminan fidusia, yaitu segala sesu yang jumlah utang debitur pada saat eksekusi
diperoleh dan benda yang dibebani akan dilaksanakan bisa di-tentukan.
jaminan fidusia;
Dengan demikian berdasarkan keten-
b. klaim asuransi, dalam hal benda yang
tuan dalam Pasal 7 Undang-Undang
menjadi objek jaminan fidusia di-
Fidusia dan dihubungkan dengan
asuransikan dan klaim asuransi ini
Penjelasannya, dapat dikatakan bahwa
merupakan hak Penerima Fidusia.
utang yang pe-lunasannya dijamin dengan
f. Utang yang Dijamin dengan Jaminan Jaminan Fidusia tidaklah selalu dalam
Fidusia jumlah ter-tentu (fix loan) dan tetap, tetapi
Fidusia diberikan sebagai agunan adakalanya jumlahnya barn dapat
bagi pelunasan utang tertentu debitur, atau ditentukan secara pasti di kemudian hari
utang tertentu kreditor. Oleh karena itu, atau pada saat di-eksekusinya jaminan
Jaminan Fidusia merupakan accessoir pada fidusia (atau setidak-tidaknya dapat
suatu piutang tertentu, yang didasarkan ditentukan kemudian hari berdasarkan
pada suatu perjanjian utang-piutang atau perjanjian induknya). Keten-tuan yang
perjanjian lain. Kelahiran, keberadaan, seperti ini sesungguhnya ternyata masih
peralihan, eksekusi dan hapusnya Jaminan belum memberikan jalan keluar kepastian
Fidusia tersebut ditentukan oleh ada, melaksanakan eksekusi objek Jaminan
beralih dan hapusnya piutang yang dijamin Fidusia sehubungan dengan per-bedaan
pe-lunasannya. Ada atau tidaknya Jaminan pendapat antara kreditor dan debitur dalam
Fidusia bergantung pada ada atau tidaknya menentukan jumlah atau besarnya uang
suatu piutang tertentu yang dijamin pe- (utang) yang pasti. Dalam dunia perbankan
lunasannya dengan Jaminan fidusia. khususnya, pemberian kredit tidak serta-
merta diberikan secara kese-luruhan,
Pada saat perjanjian kredit ditanda- melainkan diberikan secara ber-tahap
tanganinya, debitur belum terutang apaapa, sampai batas tertentu (plafon) yang
karena dengan ditandatangani perjanjian sebelumnya sudah disepakati oleh debitur
kredit, kreditor baru menyediakan suatu dan kreditor (yang dituangkan dalam per-
jumlah (plafon) tertentu untuk dipakai janjian pokok atau induknya).
(dipinjam) oleh debitur. Nanti, kalau
debitur benar-benar menggunakan kredit g. Subyek Jaminan Fiducia
yang tersedia, barn pada saat itu ada Jaminan Fidusia adalah mereka yang
terutang oleh debitur. mengikat diri dalam perjanjian Jaminan
Karena utang debitur berdasarkan Fidusia, yang terdiri atas pihak Pemberi
perjanjiannya bisa berubah-ubah dan Fidusia dan Penerima Fidusia. Meurut
jaminan Fidusia baru mempunyai peranan- ketentuan dalam Pasal 1 angka 5 Undang-
nya pada saat kreditor, atas dasar debitur Undang Fidusia yang menjadi Pemberi

416 Finka Saradila | [Eksekusi Objek Jaminan…]


[JATISWARA
[Vol. 32 No.3, November 2017] Jurnal Ilmu Hukum]

Fidusia, bisa orang perseorangan atau Kedudukan kreditor (Penerima Fidu-


korporasi pemilik benda yang menjadi sia) itu sebagai pemegang jaminan. sedang
objek Jaminan Fidusia. Dari pengertian kewenangan sebagai pemilik yang di-
tersebut, berarti Pemberi Fidusia tidak punyainya ialah kewenangan yang masih
harus debitumya sendiri, bisa pihak lain, berhubungan denganjaminan itu sendiri.
dalam hal ini bertindak sebagai jaminan Oleh karena itu, dikatakan pula kewe-
pihak ketiga, yaitu mereka yang nangannya sebagai pemilik yang ter-batas.
merupakan pemilik objek Jaminan Fidusia
h. Pembebanan Jaminan Fiducia
yang me-nyerahkan benda miliknya untuk
dijadikan sebagai Jaminan Fidusia. Bagi Sesuai dengan Undang-Undang
kita yang terpenting, bahwa Pemberi Fidusia, pembebanan suatu benda atas
Fidusia harus memiliki hak kepemilikan Jaminan Fidusia dibuat dengan akta notaris
atas benda yang akan menjadi objek dalam bahasa Indonesia.
Jaminan Fidusia pada saat pemberian Ketentuan dalam Pasal 5 ayat (1)
fidusia tersebut dilakukan. Undang-Undang Fidusia menetapkan Pem-
Sebagaimana dikemukakan sebelum- bebanan benda dengan Jaminan Fidusia
nya, kctentuan dalam Pasal 17 Undang- dibuat dengan akta notaris dalam bahasa
Undang Fidusia melarang Pemberi Fidusia Indonesia dan merupakan Akta Jaminan
melakukan fidusia ulang terhadap benda Fidusia.
yang menjadi objek Jaminan Fidusia yang Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 5
sudah terdaftar. Atas dasar ketentuan ayat (1) Undang-Undang Fidusia setiap
dalam Pasal 17 Undang-Undang Fidusia perbuatan hukum yang bermaksud mem-
ini, fidu-sia ulang oleh Pember Fidusia, bebani benda dengan Jaminan Fidusia di-
baik oleh debitur maupun penjamin pihak buktikan dengan akta notaris. Dan bunyi
ketiga, tidak dimungkinkan atas benda ketentuan dalam Pasal ayat (1) Undang-
yang sudah difidusia dan didaftarkan, Undang Fidusia, dapat diketahui bahwa
karena hak ke-pemilikan at benda yang sesungguhnya tidak mensyaratkan adanya
menjadi objek Jaminan Fidusia tersebut “keharusan” atau “kewajiban” pembebanan
telah beralih kepada Penerima Fidusia, benda dengan Jaminan Fidusia dituangkan
sehingga debitur atau penjamin pihak dalam bcntuk akta notaris, sehingga dapat
ketiga tidak wewenang untuk ditafsirkan bahwa boleh-boleh saja pem-
mengalihkannya kepada pihak lain. bebanan benda dengan Jaminan Fidusia
Pengalihan hak kepemilikan atas tidak dituangkan dalam bentuk akta
benda yang menjadi Jaminan Fidusia ke- notaris.
pada kreditor (Penerima Fidusia) bukanlah Akta notaris merupakan akta autentik
dalam arti yang sebenarnya, dirinya ber- dan mempunyai kekuatan pembuktian
tindak sebagai seorang bezitloos eigenaar yang paling sempurna, karenanya
terhadap benda yang dijadikan objek pembebanan benda dengan Jaminan
Jaminan Fidusia. Kedudukannya bukanlah Fidusia dituangkan dalam akta notaris yang
sebagai pemilik yang sebenarnya atas merupakan Akta Jaminan Fidusia (AJF).
benda yang dijadikan objek jaminan Dalam Pasal 1870 KUH Perdata
tersebut. Tujuan penjaminan fidusia dinyatakan, bahwa suatu akta autentik
tersebut tidak dimaksudkan memberi memberikan suatu bukti yang sempurna
kewenangan kepada Penerima Fidusia tentang apa yang dimuat di dalamnya di
untuk memiliki benda yang menjadi objek antara para pihak beserta para ahli
Jaminan Fidusia, melainkan sebagai warisnya ataupun orang-orang yang
jaminan belaka. mendapatkan hak dan mereka selaku peng-
gantinya. Atas dasar itulah, Undang-
Undang Fidusia “mcngharuskan” atau
[Eksekusi Objek Jaminan…] | Finka Saradila 417
[JATISWARA
Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.3, November 2017]
“me-wajibkan” pembebanan benda yang ketentuan pembebanan benda dengan
dijamin dengan Jaminan Fidusia dilakukan Jami-nan Fidusia yang mewajibkan
dengan akta notaris. dengan akta notaris, hendaknya ditinjau
kembali, se-tidaknya pembebanan
Dipilihnya bentuk notariil, biasanya
fidusianya dapat juga dilakukan
dimaksudkan agar untuk suatu tindakan
melaluiAkta Pejabat yang Di-tunjuk, di
yang membawa akibat hukum yang sangat
mana di daerah tempat objek fidusia tidak
luas para pihak terlindung dari tindakan
terdapat notaris, atau pem-bebanannya
yang gegabah dan dari kekeliruan, karena
dengan Akta di Bawah Tangan saja bagi
seorang notaris, biasannya juga bertindak
utang (kredit) sampai dengan jumlah
sebagai penasihat hukum bagi kedua belah
tertentu.
pihak dari memberi nasihatnya diharapkan
agar para pihak sadar akan akibat hukum i. Kedudukan Penerima Fiducia Me-
yang akan muncul dari tindakan mereka megang Parate Eksekusi
dan di samping itu adanya kewajiban Setiap perjanjian timbal balik akan
notaris untuk membacakan isi aktanya, menimbulkan hak dan kewajiban kepada
sebelum para pihak menandatangani akta masing-masing pihak yang kemudian di-
yang ber-sangkutan, bisa juga berfungsi sebut perikatan. Atas timbulnya hak dan
sebagai perlindungan akan tindakan kewajiban tersebut, maka mereka yang
sembarangan dan gegabah. menyandang hak dan hubungan hukum itu
Selain itu mengingat objek jaminan disebut “kreditor” dan lawan daripadanya
fidusia pada umumnya adalah benda ber- sebagal pemegang kewajiban disebut “de-
gerak yang tidak terdaftar, sudah sewajar- bitor.” Pada saat perjanjian disepakati,
nya bentuk akta autentiklah dianggap maka akan timbul hak dan kewajiban
paling dapat menjamin kepastian hukum terhadap para pihak, hal ini sebagal kon-
ber-kenaan dengan jaminan fidusia. Pada sekuensi dari suatu perjanjian obliatoir
akta perjanjian fidusia dilampirkan daftar yang dianut oleh Buku III KUH Perdata
perin-cian barang-barang yang dipakai (BW).
sebagai jaminan fidusia. Di mana Perjanjian jaminan merupakan per-
dinyatakan bahwa lampiran yang memuat janjian assesoiratau perjanjian yang
daftar barang-barang itu merupakan menempel pada perjanjian lain sebagal per-
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari janjian pokoknya. Pada asasnya perjanjian
akta tersebut. jaminan timbul karena adanya perjanjian
Dari bunyi ketentuan dalam Pasal 5 utang piutang atau peijanjian yang
ayat (1) Undang-Undang Fidusia tersebut, menimbulkan kewajiban berupa pem-
tertutup kemungkinan pembebanan benda bayaran uang, sehingga keberadaannya
dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan tidak bisa terlepas dan perjanjian pokoknya
Akta Pejabat yang Ditunjuk atau Akta di yaitu hubungan utang-piutang. Kreditor
Bawah Tangan. Ini berarti, bahwa Akta merupakan istilah umum untuk orang yang
Jaminan Fidusia hams dibuat oleh seorang berhak atas suatu prestasi tertentu dalam
notaris. Padahal diketahui tidak semua suatu perikatan pada umumnya, atau dapat
daerah terdapat notaris dan yang meman- juga dirumuskan sebagai pihak yang
faatkan lembaga hak Jaminan Fidusia ini berpiutang dalam suatu hubungan utang
umumnya golongan ekonomi lemah. Oleh piutang tertentu. Dalam perjanjian jaminan
karena itu, jika pembebanan benda dengan yang menjadi kreditor adalah si pemberi
Jaminan Fidusia diwajibkan melalui akta utang, berdasarkan kesepakatan dari janji
notaris, hal ini akan menambah biaya dan yang diberikan oleh pihak debiton, dan
kemungkinan memperlambat proses pem- kreditor memperoleh hak jaminan, baik
bebanan fidusia itu jika di tempat objek dalam bentuk jaminan perorangan maupun
fidusia tidak terdapat notaris. Untuk itulah

418 Finka Saradila | [Eksekusi Objek Jaminan…]


[JATISWARA
[Vol. 32 No.3, November 2017] Jurnal Ilmu Hukum]

jaminan kebendaan bagi pelunasan utang- beralih, sehingga dalam hal objek jaminan
utangnya. dipindahtangankan kepada pihak lain,
maka Si pemegang jaminan tetap akan
Dalam hukum jaminan, kualitas
dapat melakukan pelunasan piutangnya
kreditor digolongkan menjadi beberapa
dengan benda tersebut. Kekhususan
tingkatan berdasarkan kedudukannya,
lainnya yang juga sebagai ciri khas dan
antara lain16:
jaminan ke-bendaan adalah jika debitor
a. Kreditor separatis; dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga,
b. Kreditor preferen; maka kreditor separatis tetap dapat
c. Kreditor konkuren. melakukan pelunasan dengan objek
Kedudukan seorang kreditor yang jaminan tersebut seolah-oleh tidak pernah
memiliki hak parate eksekusi selalu terjadi pailit.
mempunyai hak untuk mendahului karena 2. Eksekusi Jaminan Fiducia Jika
kedudukan seorang kreditor atas hak untuk Debitur Wanprestasi
melakukan penjualan atas kekuasaan sen-
diri adalah kreditor pemegang jaminan a. Eksekusi Sebagai Upaya Pemenuhan
pertama, sehingga dapat dikatakan bahwa Hak Kreditur (Penerima Fiducia)
diantara pemegang jaminan yang lainnya Eksekusi pada dasarnya adalah tinda-
atau diantara yang sama-sama sebagal kan melaksanakan atau menjalankan ke-
kreditor preferen. Kreditor yang memiliki putusan pengadilan. Menurut Pasal 195
kewenangan parate eksekusf selalu H.I.R pengertian eksekusi adalah
menem-pati posisi yang paling tinggi, hal menjalan-kan putusan hakim oleh
ini sesuai dengan asas hukum dalam pengadilan. “Hak menjalankan putusan
menentukan peringkat jaminan kebendaan, hakim” sebagaimana diatur dalam Hukum
dimana jami-nan kebendaan yang lahir Acara Perdata me-rupakan keseluruhan
lebih dulu menempati urutan yang lebih ketentuan-ketentuan yang mengatur
tinggi dan kewenangan parate eksekusi tentang yang dapat diper-gunakan untuk
hanya dimiliki oleh pemegang jaminan memaksa seorang yang dikalahkan
kebendaan per-tama. perkaranya untuk melakukan apa yang
diwajibkan kepadanya sesuai dengan amar
Tidak seperti halnya kreditor kon-
putusan hakim, bilamana pihak yang
kuren yang harus berlomba dengan
dikalahkan tidak melakukannya secara
kreditor konkuren lainnya secara
sukarela, maka pihak yang dime-nangkan
pembagian ber-imbang dalam melakukan
dengan mengajukan dapat melak-sanakan
pelunasan pi-utangnya, bagi kreditor
isi putusan kepada Ketua Pe-ngadilan
dengan hak parate eksekusi dia selalu
Negeri dimana perkara tersebut diajukan
memilki kedudukan yang istimewa dan
dengan bantuan alat-alat paksa.
berlapis, karena ketika dia memperoleh
kedudukan yang khusus, hak atas jammnan Sudikno Mertakusumo juga
umum sebagaimana diatur dalam pasal menyata-kan bahwa pelaksanaan putusan
1131 KUH Perdata juga tetap tidak Hakim atau eksekusi berarti rnenguangkan
menjadi hilang. Sebagai akibat dan bagian ter-tentu dari harta kekayaan pihak
pemegang hak jaminan kebendaan, seorang yang dikalahkan atau debitor dengan
kreditor parate eksekusi memiliki semua tujuan me-menuhi putusan guna
hak-hak kebendaan yang diberikan oleh kepentingan pihak yang dimenangkan atau
undang-undang seperti misalnya me- kreditor.17 Lebih rinci lagi pendapat
ngenal sifat draft de suite yaitu suatu sifat Darwin Prinst yang meberikan pengertian
kebendaan yang akan tetap mengikuti eksekusi adalah pelaksanaan secara resmi
bendanya kemanapun benda jaminan itu suatu Putusan Pengadilan di bawah
16 17
Ibid Sudikno Mertokusurno, op cit., hal. 216

[Eksekusi Objek Jaminan…] | Finka Saradila 419


[JATISWARA
Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.3, November 2017]
pimpinan Ketua Pe-ngadilan Negeri. Fidusia diatur dalam Pasal 29 ayat (1)
Bahwa eksekusi itu haruslah diperintahkan huruf b.
secara resmi oleh Ketua Pengadilan Negeri Dalam eksekusi obyek jaminan,
yang berwenang, sebagai pelaksanaan atas yakni eksekusi dengan cara penjualan
suatu putusan Pegadilan yang telah dibawah tangan yang diatur jaminan
berkekuatan hukum tetap, atau atas kebendaan atas atanah yang tertuang dalam
putusan yang dinyatakan dapat dijalankan Pasal 20 ayat (2) UUHT yang menyatakan
serta merta, walaupun belum ada putusan atas ke-sepakatan pembeli dengan
yang berkekuatan hukum tetap.18 Pendapat pemegang Hak Tanggungan, penjualan
Darwin Prinst tetang eksekusi obyek Hak Tang-gungan dapat
menunjukkan pada proses dari salah satu dilaksanakan dibawah tangan, bilamana
jenis eksekusi dengan kata “pelaksanaan” dengan demikian itu akan dapat diperoleh
sebagai tujuan yang hendak dicapai
harga tertinggi yang menguntung-kan
eksekusi itu sendiri. semua pihak. Pelaksanaan penjualan
Adapu dikenal 5 (lima) ass eksekusi, sebagaimana dikamsud pada ayat (2) hanya
antara lain.19 dapat dilakukan setelah lewat waktu 1
(satu) bulan sejak diberitahukan secara
1. Putusan hakim yang akan dieksekusi
tertulis oleh pemberi dan/atau pemegang
haruslah putusan hakim yang mem-
Hak Tanggungan kepada pihak-pihak yang
punyai kekuatan hukum tetap (inkracht
berkepentingan dan diumumkan sedikit-
van ,gezrnsde);
dikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang
2. Putusan hakim yang akan dieksekusi
beredar didaerah yang bersangkutan dan/
harus bersifat menghukum (condemn-
atau media masa setempat, serta tidak ada
atoire);
pihak yang menyatakan keberatan.
3. Putusan tidak dijalankan secara suka
rela; Demikian pula pada lembaga
4. Eksekusi atas perintah dan dibawah jaminan Fidusia eksekusi dibawah tangan
pimpinan Ketua Pengadilan; diatur dalam pasal 29 Undang-Undang
5. Eksekusi harus sesuai dengan Amar Fiducia yang menyatakan apabila debitor
Putusan. atau Pemberi Fidusia cidera janji, eksekusi
ter-hadap benda yang menjadi obyek
Eksekusi terhadap obyek jaminan,
selain berdasarkan Pasal 224 HIR/258 RBg jaminan fidusia dapat dilakukan dengan
cara pen-jualan di bawah tangan yang
ada pengaturan yang khusus terhadap
dilakukan berdasarkan kesepakatan
pelaksanaan hak-hak jaminan, kreditor di-
Pemberi dan Penerima Fidusia, bilamana
beri hak secara khusus, yakni hak menjual
dengan cara demikian dapat diperoleh
atas kekuasaannya sendiri apabila debitor
harga tertinggi yang menguntungkan para
cidera janji, dikenal dengan nama “parate
pihak. Pelak-sanaan penjualan
executie’ atau eksekusi langsung. Parate
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
executie merupakan hak kreditor pertama
huruf (c) dilakukan setelah lewat waktu 1
untuk menjual barang-barang tertentu
(satu) bulan sejak diberitahu-kan secara
milik debitor secara lelang tanpa terlebih
tertulis oleh Pemberi dan Penerima
dahulu mendapatkan fiat pengadilan.
Ficlusia kepada pihak-pihak yang
Pengaturan Parate executi e diatur secara
berkepentingan dan diumumkan sedikitnya
khusus dalam peraturan jaminan
dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar di
kebendaan yakni gadai diatur dalam Pasal
daerah yang bersangkutan.
1155 B.W. Hipotik, Hak Tanggungan
diatur dalam Pasal 6 UUHT, Jaminan Jika parate eksekusi itu baru dapat
digunakan ketika debitor wanprestasi lalu
18
Darwin Prints, Strategi Menyusun dan Menangani sebenarriya sejak kapan debitor dalam
Gugatan Perdata, Citra Aditya Bhakti Bandung, 1996, hlm. 227.
19
perjanjian pembiayaan/perjanjian kredit
Wildan Suyuthi, opcit, hal 64

420 Finka Saradila | [Eksekusi Objek Jaminan…]


[JATISWARA
[Vol. 32 No.3, November 2017] Jurnal Ilmu Hukum]

dapat dikatakan wanprestasi? Dalam baik, maka benda Jaminan tidak nampak
perjanjian yang telah menentukan batas perannya tetapi manakala dehitor tidak
waktu pembayarannya, maka waktu saat memenuhi kewajibannya sesuai dengan
debitor wanprestasi akan diatur yang diper-janjikan dengan kreditor, dalam
berdasarkan klausula perjanjiannya. Dalam hal de-mikian debitor dikatakan tclah
penjanjian kredit yang menentukan cidera janji, dengan demikian fungsi benda
kewajiban cicilan pada setiap bulannya, jamman baru nampak kegunaannya.
maka kategori wanprestasi akan ditentukan Pada umumnya kalau debitor tidak
berdasarkan batas waktu pembayaran mau memenuhi kewajibannya dengan
cicilan, misalnya dalam perjanjian kredit suka-rela, maka kreditor dapat memohon
bank ditentukan bahwa debitor agar harta atau benda tertentu milik debitor
berkewajiban untuk melaku-kan disita kemudian dijual lelang dan hasilnya
pembayaran cicilan paling lambat tanggal
diberi-kan kepada kreditor sebagai
10 pada setiap bulannya, jika debitor lalal pelunasan kewajiban debitor, hal tersebut
tidak melakukan prestasi se-bagaimana diatur dalam Pasal 1131 B.W sebagai
yang telah disepakati, maka sejak saat itu rumusan peraturan pada jaminan umum.
kreditor telah bisa meng-gunakan haknya Proses pengembalian keuangan melalui
untuk melakukan parate eksekusi Pasal 1131 B.W. sudah barang tentu
walaupun secara kepatutan mesti-nya membutuhkan waktu yang lama dan biaya
pihak bank akan melakukan somasi
yang tidak sedikit. Oleh karena itu proses
terlebih dahulu barangkali debitor memang ini bagi kalangan peng-usaha dirasakan
lupa atau sedang tidak berada di tempat sangat tidak efisien, bahkan bagi bank
sehingga tidak sempat/tidak mampu untuk mungkin dapat mempengaruhi kelancaran
melaksanakan kewajiban pembayarannya penyaluran dana. Oleh sebab itu kreditor
bahkan pada umumnya eksekusi jaminan (bank) seringkali meminta jaminan secara
baru dilaksanakan oleh pihak bankjkreditor khusus kepada debitor, dengan adanya
jika debitor telah benar-benar berhenti
jaminan khusus tersebut dengan menunjuk
membayar sampai beberapa kali cicilan. dari menyepakati benda tertentu untuk
b. Eksekusi sebagai Sarana Per- dijadikan jaminan, berarti terhadap
lindungan Kreditur (Penerima pinjaman tersebut kreditor sudah
Fiducia) dilindungi oleh peraturan perundang-
undangan.
Sebagaimana telah dijelaskan sebe-
lumnya bahwa fungsi utama lembaga Pemahaman Pasal 1178 ayat (2) B.W
jaminan adalah di satu sisi merupakan yang disebut juga sebagai parate executie
kebutuhan bagi kreditur atau bank untuk adalah eksekusi langsung tanpa titel ek-
memperkedil resiko dalarn menyalurkan sekutorial, maksudnya parate executie
kredit. Di sisi lain jaminan sebagai sarana lahirnya dapat diperjanjikan dan apabila
perlindungan bagi keamanan kreditor, debitor wanprestasi maka uang pokok tidak
yaitu kepastian atas pelunasan hutang dilunasi atau bunga terhutang tidak
debitor atau pelaksanaan suatu prestasi dibayar) maka kreditor secara mutlak
oleh debitor atau oleh penjamin debitor, dikuasakan menjual persil untuk
apabila debitor tidak mampu mengambil pelunasan berdasarkan Pasal
menyelesaikan segala kewaji-ban yang 1211 B.W.. Adapun dimaksudkan dalarn
berkenaan dengan kredit tersebut. Pasal 1211 B.W adalah kreditor dapat
menjual sendiri secara lang-sung melalui
Selama kewajiban memenuhi pres-
lelang tanpa bantuan penga-dilan dengan a)
tasinya yang dijamin dengan jaminan
menjual di muka umurn; b) kebiasaan
benda bergerak ataupun benda tidak
setempat; c) penjualan secara lelang.
bergerak di-penuhi oleh debitor dengan

[Eksekusi Objek Jaminan…] | Finka Saradila 421


[JATISWARA
Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.3, November 2017]
Dalam N.B.W tersebut parate ex- pe-megang hak jaminan sebagaimana yang
ecutie dalam hipotik adalah demi hukum, dimaksudkan dalam UU No. 42 Tahun
tidak lagi mencantumkan janji-janji kecuali 1999, tentang Fidusia.
janji sewa. Beding van eigenmachtige ver- Adapun pninsip yang mendasani
koop tidak dimuat lagi dalam N.B.W parate executie sebagai sarana untuk mem-
karena dianggap berlebihan. percepat pelunasan piutang kreditor adalah
Demikian pula untuk jaminan fidusia prinsip perlindungan hukum bagi
dalam UU No.42 Tahun 1999 yang adalah pemegang hak jaminan pertama.
hak jarninan atas benda bergerak baik yang Perwujudan prinsip perlindungan hukum
bervujud maupun yang tidak berwujud dan tersebut, tercermin dalam pelaksanaan
benda tidak bergerak khususnya bangunan parate executie, adanya kernudahan, waktu
yang tidak dapat dibebani Hak yang cepat dan biaya yang murah untuk
Tanggungan sebagaimana dimaksud dalarn mendapatkan kembali piutang kreditor,
UU No. 4 Tahun 1996, tentang Hak dibandingkan dengan eksekusi berdasarkan
Tanggungan yang tetap berada dalarn titel eksekutorial, se-hubungan prosedur
penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai penjualan obyek hak jaminan atas
agunan bagi pelunasan hutang tertentu, kekuasaan sendiri, tanpa didahului sita
yang memberikan kedudu-kan yang jaminan dan sita eksekusi serta tanpa fiat
diutamakan kepada penerima fidusia pengadilan. Dengan de-mikian adalah tepat
terhadap kreditor lainnva. apabila Bank selaku kreditor menggunakan
hak atas parate executie sebagai sarana
Apabila debitor pemberi jaminan
untuk percepatan pelunasan piutangnya,
fidusia cidera janji, maka eksekusi
bahkan parate executie pada hipotik
terhadap benda yang menjadi obyek
mempunyai peranan yang sangat pendng
jaminan fidusia dapat dilakukan dengan
sehingga ada yang menganggap parate
cara : (a) Pelak-sanaan titel eksekutorial;
executie sebagai salah satu tiang
(b) Penjualan henda yang menjadi obyek
pokok/bangunan hipotik. Se-harusnya
jarninan fidusia atas ke-kuasaan penerima
parate executie yang dirasakan sebagai
fidusia sendiri rnelalui pelelangan umum
benteng penangkal, peranannya dapat
serta mengambil peluna-san piutangnya
efektif dan efisien guna percepatan
dan hasil penjualan (parate execietie); (c)
pelunasan piutang, yang disediakan oleh
Penjualan di bawah tangan yang dilakukan
perangkat hukum bagi kreditor, manakala
berdasarkan kese-pakatan antara pemberi
debitor telah dinyatakan wanprestasi. Se-
dengan penerima fidusia. Khusus parate
hingga dapat diandalkan untuk ikut mem-
executie pada obyek fidusia diatur dalam
bantu menopang era pertumbuhan ekonomi
Pasal 15 sub 3 UU Fidusia merupakan
dewasa ini.
suatu kewenangan bersvarat, yaitu harus
dipenuhi syarat: debitor telah wanprestasi. c. Eksekusi Jaminan Debitur Wan-
Kewenangan bersyarat seperti itu prestasi dan Akibat Hukumnya
adalah pas sekali dengan kebutuhan Eksekusi menurut Herowati Poesoko
krcditor, sebab selama semua kewajiban dapat dikategorikan dalam arti sempit dan
dipenuhi oleh debitor dengan baik dan arti luas, pengertian eksekusi dalam arti
sebagaimana mestinva, kreditor tidak sempit adalah pelaksanaan putusan Pe-
memerlukan eksekusi. Kreditor baru mem- ngadilan yang telah memiliki kekuatan
butuhkan kewenangan eksekusi kalau hukum hukum tetap, sedangkan eksekusi
debitor wanpres tasi. Kebutuhan itu di- dalam arti luas adalah pelaksanaan pe-
penubi oleh Pasal 15 sub 3 Undang- menuhan hak berdasarkan putusan Pe-
Undang Fidusia. Oleh karena parate ngadilan yang berkekuatan hukum tetap
executie sangatlah diperlukan bagi setiap atau berdasarkan akta bertitel eksekutorial
penye-lesaian hak tagih kreditor terutama dengan atau tanpa fiat Pengadilan atau

422 Finka Saradila | [Eksekusi Objek Jaminan…]


[JATISWARA
[Vol. 32 No.3, November 2017] Jurnal Ilmu Hukum]

secara parate executie atau penjualan dasarkan parate executie. Berdasarkan


dibawah tangan.20 ketentuan Pasal 29 ayat (1) huruf (b)
Juncto Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang
Apabila dalam upaya pemenuhan hak
Fidusia yang secara hukum memberikan
kreditor untuk menerima pelunasan atas
hak atau wewenang kepada kreditor
utangnya ternyata debitor tidak dapat me-
(penerima fidusia) atas kekuasaannya
laksanakan kewajiban sebagaimana yang
sendiri (parate executie) untuk menjual
telah ditentukan batas waktu pengembalian
benda yang men-jadi obyek jaminan
benda jaminan sebagai bukti pelunasan
fidusia guna men-dapatkan pelunasan
utang, maka debitor dianggap telah cidera
piutangnya. Artinya tanpa bantuan Ketua
janji. Dalam keadaan debitor telah cidera
atau Juru Sita Pengadilan Negeri yang
janji, kreditor dapat melaksanakan haknya
bersangkutan, kreditor dapat mengeksekusi
dengan cara mengeksekusi benda jaminan
obyek jaminan fidusia secara penjualan
tersebut sebagai pelunasan utang debitor
umum atau lelang atas benda yang menjadi
kepada kreditor sesuai dengan hukum
obyek jaminan fidusia.
acara yang berlaku serta Peraturan
Perundang-Undangan. 3. Eksekusi Obyek Jaminan Fiducia
Melakukan eksekusi terhadap benda melalui Penjualan di Bawah
jaminan fidusia menurut Undang-Undang Tanngan sebagai Penyelesaian
Nomor 42 Tahun 1999, sebagaimana di- Kreditur Macet di Perbankan
nyatakan dalam Pasal 30: ‘Pemberi Menurut Undang-Undang Nomor 42
Jaminan Fidusia wajib menyerahkan benda Tahun 1999 tentang Jaminan
yang menjadi obyek jaminan fidusia dalam Fiducia
rangka pelaksanaan eksekusi jaminan a. Manfaat Eksekusi Jaminan Fiducia
fidusia”. Substansi pasal tersebut mendasar Sebagaimana telah disebutkan di atas
kepada Pasal 29 Undang-Undang di- bahwa proses penjualan secara di bawah
maksud, sehingga dapat dipahami bahwa tangan meskipun UU Fidusia memasukan-
apabila debitor dinyatakan cidera janji, nya dalam bagian tentang eksekusi
maka kreditor memiliki hak untuk dapat Jaminan Fidusia, namun sesungguhnya
mengeksekusi benda yang menjadi obyek proses pen-jualan di bawah tangan tidak
jaminan fidusia. mengandung essensi sebagaimana proses
Kemudahan dan kepastian dalam eksekusi pada umumnya, sehingga
pelaksanaan eksekusi apabila debitor penjualan di bawah tangan baru dapat
cidera janji merupakan salah satu ciri dilakukan setelah terjadi, kesepakatan
jaminan fidusia yang kuat. Secara umum, antara Penerima dan Pemberi Fidusia.
ketentuan mengenai eksekusi telah diatur Penjualan objek jaminan yang di-
dalam hukum acara perdata yang berlaku, laksanakan secara sukarela, setidaknya
namun dipandang perlu untuk akan menghindari beberapa kerugian,
memasukkan secara khusus ketentuan antara lain22:
tentang eksekusi dalam Undang-Undang
Fidusia, yaitu mengenai parate executie.21 1. Kerugian dari biaya eksekusi yang
dijalankan, karena pada akhirnya akan
Selanjutnya secara khusus Undang- dibebankan pada pihak tereksekusi
Undang Fidusia mengatur tentang tatacara
eksekusi atas obyek jaminan fidusia ber- Proses eksekusi, baik dengan meng-
gunakan title eksekutorial dengan bantuan
20
Herowati Poesoko, Pa rate Executie Obyek Hak
Ketua Pengadilan Negeri maupun melalui
Tanggungan (Inkonsistensi, konflik norma dan kesesatan eksekusi dengan kekuasaan sendiri (parate
penalaran dalam UUHT), LaksBang PRESSindo Yogyakarta
2007 hal. 130
21
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan,
22
Sinar Grafika Jakarta 2008., hlm. 229. Rahmat Usman, Op. Cit.

[Eksekusi Objek Jaminan…] | Finka Saradila 423


[JATISWARA
Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.3, November 2017]
eksekusi) setidaknya akan memerlukan orang saksi agar memiliki kekuatan
biaya-biaya, antara lain: pembuktian yang sempurna ter-hadap
proses eksekusi yang dilakukan dan jika
a. Biaya permohonan eksekusi;
pihak debitor dipandang tidak kooperatif,
b. Biaya sita eksekusi (jika melalui per-
maka berdasarkan UU.
mohonan kepada ketua pengadilan);
c. Biaya proses pengumuman lelang; Fidusia kreditor dapat meminta
d. Biaya pengamanan eksekusi. bantuan petugas kepolisian untuk memper-
2. Kerugian dari nilai penjualan objek lancar proses eksekusi.
jaminan yang rendah dari proses ek- Pandangan masyarakat masih
sekusi pelelangan. menilai bahwa pihak tereksekusi adalah
Proses penjualan secara umum orang yang telah dihukum sehingga tidak
(lelang) tidak selalu bahwa harga yang heran jika pihak tereksekusi akan
didapatkan sesuai dengan harga pasar mendapatkan stigma negatif dari
karena akari ditentukan oleh beberapa hal, masyarakat akibat dari proses eksekusi
antara lain penentuan harga limit yang terhadap dirinya.
pada umumnya sangat rendah karena 4. Kerugian-kerugian lain terhadap harta
mengacu pada nilai tagihan yang benda milik Si tereksekusi karena
terhutang, penye-barluasan pengumuman tindakan paksa dari pelaksana eksekusi.
lelang dan di-tentukan juga oleh seberapa
banyak pe-minat lelang yang mendaftarkan Selain kerugian-kerugjan sebagaima
diri Jika barang yang dilelang bukan yang telah disebutkan di atas, tidak me-
barang yang banyak dibutuhkan oleh nutup kemungkinan kerugian-kerugian lain
masyarakat atau barang-barang yang yang sebelumnya tidak terduga akan terjadi
bernilai seni, maka meskipun sudah akibat dan proses eksekusi yang dilakukan
diumumkan dalam surat kabar tentang dan perlu diingat bahwa segala kerugian
pemberitahuan lelang, namun biasanya tersebut pada akhirnya akan ditanggung
akan sulit untuk mendapatkan calon sendiri oleh pihak debitor kecuali kerugian
pembeli yang bonafid sehingga yang diakibatkan karena kesalahan pihak
kemungkinan untuk mendapatkan harga pelaksanaan eksekusi, karena meskipun
jua yang tinggi akan semakin sulit. Jika pada awalnya segala biaya akan dikeluar-
debitor dan kreditor bekerja sama untuk kan oleh pihak pemohon eksekusi namun
mencari pembeli yang mau memberikan setelah objek jaminan terjual semua biaya
penawaran yang tinggi berdasarkan tersebut akan dibebankan pada hasil
segmen pasar yang berhubungan dengan penjualan barang jaminan yang dieksekusi.
spesifikasi barang jaminan, maka Oleh karena sifat dan penjualan
setidaknya dapat diupaya-kan untuk secara di bawah tangan cenderung merupa-
mendapatkan harga penjualan yang sesuai kan upaya perdamaian mengingat untuk
dengan harga di pasaran. dapat dilakukan penjualan di bawah tangan
3. Kerugian sosial di mata masyarakat, harus ada kesepakatan antara pemberi dan
karena dengan adanya proses eksekusi Penerima Fidusia terlebih dahulu, maka
secara paksa akan menjadi perhatian ketentuan tersebut sebenarnya ditujukan
masyarakat. untuk melindungi debitor Pemberi Fidusia
agar barang yang menjadi objek jaminan
Proses eksekusi pada umumnya dapat jual dengan harga yang layak ber-
selalu membutuhkan keterlibatan petugas dasarkan harga yang berlaku di pasaran
tertentu untuk melaksanakan prosedur atau setidaknya dari hasil penjualan yang
yang ditentu-kan oleh undang-undang di-dapatkan masih memungkinkan ada sisa
termasuk untuk keabsahan prosedur
setelah digunakan untuk membayar semua
eksekusi seperti proses sita dan pelelangan utang-utang debitor, karena kelebihan dan
pada umumnya memer-lukan adanya dua
424 Finka Saradila | [Eksekusi Objek Jaminan…]
[JATISWARA
[Vol. 32 No.3, November 2017] Jurnal Ilmu Hukum]

hasil penjuajan tersebut akan kembali ditentukan secara limitatif sebagai-mana


menjadi milik debitor Pemberi Fidusia. diatur dalam Pasal 29 UU Fidusia, bahkan
Pasal 32 UU Fidusia menentukan bahwa
b. Syarat melalui Penjualan di bawah
“setiap Janji untuk melaksanakan eksekusi
Tangan
terhadap benda yang menjadi objek
Penjualan di bawah tangari atas Jaminan fidusia dengan cara yang
objek Jaminan Fidusia memiliki beberapa bertentangan dengan ketentuan sebagai-
per-syaratan sebagaimana disebutkan mana dimaksud dalam Pasal 29 dan Pasal
dalam ketentuan Pasal ayat (1) huruf c dan 31 batal demi hukum” menurut pasal
Pasal 29 ayat (2) UU Fidusia. Pemberian tersebut kreditor hanya dapat melakukan
syarat dimaksudkan untuk menjaga agar pemenuhan tagihan melalui objek jaminan
jangan sampai kreditor Penerima Fidusia dengan 3 pilihan, antara lain:
se-enaknya melakukan penjualan di bawah
1. Eksekusi berdasarkan titel eksekutorial
tangan karena tanpa melalui prosedur
dengan bantuan Ketua Pengadilan
lelang.
Negeri;
Adapun syarat-syarat untuk melaku- 2. Parate eksekusi atau penjualan objek
kan penjualan objek Fidusia secara di Jaminan Fidusia denqn kekuasaan
bawah tangan, sebagai berikut: sendiri melalui penjualan umum;
a. Adanya kesepakatan antara Pemberi 3. Penjualan objek jaminan secara di
dan Penerima Fidusia; bawah tangan.
b. Ditujukan Untuk Memperoleh Harga Sifat hak milik secara terbatas dapat
Tertinggi; dilihat dan beberapa segi yang terkandung
c. Dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) dalam proses pelunasan utang melalui
bulan sejak diberitahukan secara ter- objek Jaminan Fidusia sebagai berikut23:
tulis oleh Pemberi dan/atau Penerima
1. Kreditor hanya berhak untuk menjual
Fidusia kepada pihak-pihak yang
objek jaminan baik dengan perantaraan
berkepentingan;
pelelangan, maupun dengan penjualan
d. Diumumkan sedikitnya datam 2 surat
di bawah tangan;
kabar yang beredar di daerah yang
2. Setiap kelebihan dari hasil penjualan
bersangkutan.
objek jaminan setelah dilakukan pe-
c. Larangan untuk Memiliki Benda oleh lunasan utang, maka tetap menjadi hak
Kreditur dari si pemberi jaminan;
Larangan memiliki benda jaminan 3. Jika ada kekurangan dari hasil pen-
oleh pihak kreditor merupakan asas yang jualan objek Jaminan Fidusia, maka
berlaku umum dalam perjanjian jaminan debitor akan dianggap tetap terhutang
hal ini sebagaimana juga diatur dalam meskipun upaya penagihannya harus
lembaga Hak Tanggungan (vide: pasal 12 melalui jalur gugatan seperti biasa.
UU Hak Tanggungan) dan Gadai (vide: 4. Jika debitor menunaikan prestasinya
Pasal 1154 KUH Perdata) karena dengan baik (membayar seluruh utang-
pemenuhan tagihan dengan objek jaminan nya), maka kreditor tidak dapat berbuat
tidak dilakukan dengan cara memiliki apa-apa terhadap objek jaminan dan
bendanya melainkan dengan menjual dengan sendirinya hak kepemilikan itu
benda jaminan tersebut berdasarkan akan beralih lagi kepada debitor;
penjualan umum dari hasil dan penjualan 5. Hak kepemilikan dalam Jaminan
tersebut digunakan untuk me-lunasi utang- Fidusia dibatasi oleh syarat tangguh
utang debitor yang dijamin dengan benda artinya hak kepemilikan untuk melaku-
jaminan tersebut. Tata cara eksekusi kan penjualan (eksekusi) terhadap
terhadap benda Jaminan Fidusia telah
23
Ibid

[Eksekusi Objek Jaminan…] | Finka Saradila 425


[JATISWARA
Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.3, November 2017]
objek Jaminan Fidusia baru lahir jika Jaminan fidusia adalah salah satu
debitor telah berada dalam keadaan sarana perlindungan hukum bagi keamanan
wan-prestasi. bank yakni sebagai suatu kepastian bahwa
nasabah debilur akan melunasi pinjaman
d. Fungsi Jaminan Fiducia sebagai
kredit. Perjanjian jaminan fidusia bukan
Pengamanan Kreditur Bank
suatu hak jaminan yang lahir karena
Penilaian watak menyangkut undang-undang melainkan harus diper-
masalah reputasi dari calon nasabah janjikan terlebih dahulu antara bank
debitur, artinya calon nasabah debitur dengan nasabah debitur. Oleh karena itu,
mempergunakan kredit sesuai dengan fungsi yuridis pengikatan jaminan fidusia
tujuan dan selalu mernenuhi kewajibannya lebih bersifat khusus jika dibandingkan
membayar kredit tepat pada waktu yang jaminan yang lahir berdasarkan Pasal 1131
dipeqanjikan. Peni-laian kemampuan KUH Perdata Fungsi yuridis pengikatan
menyangkut kemampuan calon nasabah benda jaminan fidusia dalam akta jaminari
debitur dalam menjalankan dan fidusia merupakan bagian yang tidak
mengembangkan usahanya sehingga terpisahkan dari perjanjian kredit.
berjalan lancar. Dengan kondisi usaha
Dengan fungsi yuridis jaminan
yang menguntungkan dan kejelasan
fidusia yang dinyatakan dalam akta
pertambahan pendapatan nasabah debitur
jaminan fidusia semakin meneguhkan
pasti mampu membayar hutang pokok dan
kedudukan bank sebagai kreditur prefenen.
bunganya. Penilaian jaminan atau agunan
Selain itu, kreditur penerima fidusia akan
menyangkut tentang harta benda milik
mempenoleh kepastian terhadap
nasabah debitur atau dapat juga milik
pengembalian hutang debitur. Fungsi
pihak ketiga yang merupakan jaminan
yuridis itu juga akan me-ngurangi tingkat
tambahan dan merupa-kan jalan terakhir
nisiko bank dalam men-jalankan usahanya
untuk mengamankaan penyelesaian kredit.
sebagaimana yang dimaksud dalam
Penilaian modal menyangkut Undang-undang Per-bankan.
masalah besarnya modal dimiliki calon
nasabah debitur, Semakin besar jumlah e. Eksekusi Obyek Jaminan Fiducia
modal yang dimiliki oleh nasabah debitur Melalui Penjualan di Bawah Tangan
akan semakin baik karena keterlibatan Dalam UUJF, ditentukan bahwa cara
nasabah debitur terhadap maju dan melakukan eksekusi jaminan fidusia adalah
mundurnya usaha akan menjadi besar. pertama, pelaksanaan titel eksekutorial;
Penilaian kondisi ekonomi menyangkut kedua, penjualan benda jaminan berdasar-
masalah situasi rekonomian dan politik kan parate eksekusi dan ketiga, penjualan
secara makro artinya kondisi dan situasi benda jaminan fidusia secara di bawah
yang memberikan dampak positif bagi tangan. Dalam hal benda jaminan dijual
prospek usaha nasabah debitur. secara di bawah tangan, undang-undang
memberikan persyaratan bahwa pelaksana-
Dari 5 (lima) faktor penilaian yang
an penjualan dilakukan setelah lewat waktu
dilakukan bank, faktor terpenting yang
satu bulan sejak diberitahukan secara
berfungsi sebagai pengaman yuridis dari
tertulis oleh pemberi dan penerima fidusia
kredit yang disalurkan adalah jaminan
kepada pihak-pihak berkepentingan dan
kredit. Fungsi yuridis ini berkaitan erat
diumumkan sedikit-dikitnya dalam dua
dengan tujuan jaminan yakni sebagaimana
surat kabar yang beredar di daerah yang
dikatakan bahwa the purpose of a security
bersangkutan.
interest is to confer property rights upon
someone to whom a debt is due.24 Ratio yuridis penjualan benda
jaminan fidusia secara di bawah tangan
adalah untuk memperoleh biaya tertinggi
24
Ibid dan menguntungkan kedua belah pihak.
426 Finka Saradila | [Eksekusi Objek Jaminan…]
[JATISWARA
[Vol. 32 No.3, November 2017] Jurnal Ilmu Hukum]

Oleh karena itu, perlu kesepakatan antara DAFTAR PUSTAKA


debitur dengan kreditur tentang cara
Buku dan Artikel
menjual benda jaminan fidusia. Misalnya,
apakah yang mencari pembeli adalah Badrulzaman Mariam Darus, 1970, Asas-
debitur atau kreditur. Uang hasil penjualan Asas Hukum Perikatan, FH USU,
diserahkan kepada kreditur untuk diper- Medan.
hitungkan dengan hutang debitur. Kalau ----------, 1994, Aneka Hukum Bisnis,
ada sisanya, uang tersebut dikembalikan Alumni, Bandung.
kepada debitur pemberi fidusia, tetapi jika
tidak mencukupi untuk melunasi hutang, ----------, Bab-Bab tentang Credietverband,
debitur tetap bertanggung jawab untuk Gadai dan Fiducia, Citra Aditya
melunasi hutangnya. Bakti, Bandung, 1991.
C. PENUTUP Bank BNI, Hukum Pengikat Agunan ddan
Penanggungan Hutang, Jakarta,
Kedudukan penerima fiducia ter- 1994.
hadap obyek jaminan fiducia yang di-
eksekusi melalui penjualan di bawah Bruggink, JJH, 1989, Refleksi Tentang
tangan adalah memiliki kedudukan yang Ilmu Hukum, dalam Lilik Rasjidi
di-istimewakan karena kedudukan dan B. Arief Sidharta, Filsafat
penerima fiducia memiliki kekuasaan Hukum Mahzab dan Refleksinya,
untuk menjual sendiri obyek benda Citra Aditya Bakti, Bandung.
jaminan. Darwin Prints, Strategi Menyusun dan
Secara khusus Undang-Undang Fidu- Menangani Gugatan Perdata,
sia mengatur tentang tatacara eksekusi atas Citra Aditya Bhakti Bandung,
obyek jaminan fidusia berdasarkan parate 1996.
executie. Berdasarkan ketentuan Pasal 29 Fred B .G. Tumbuan, Mencermati Pokok-
ayat (1) huruf (b) Juncto Pasal 15 ayat (3) Pokok RUU Jaminan Fidusia,
Undang-Undang Fidusia yang secara Yayasan Pusat Pengkajian
hukum memberikan hak atau wewenang Hukum, Jakarta, 1999.
kepada kreditor (penerima fidusia) atas
kekuasaannya sendiri (parate executie) ----------, Mencermati Pokok-Pokok
untuk menjual benda yang menjadi obyek Undang-Undang Fidusia, Mkalah
jaminan fidusia guna mendapatkan pe- yang disampaikan dalam Up-
lunasan piutangnya. Artinya tanpa bantuan Grading Course pada Kongres
Ketua atau Juru Sita Pengadilan Negeri XVII Ikatan Notaris Indonesia,
yang bersangkutan, kreditor dapat me- Jakarta, 2000.
ngeksekusi obyek jaminan fidusia secara Friedman Lawrence M, 1969, “On Legal
penjualan umum atau lelang atas benda Development” Dalam : Rutgers
yang menjadi obyek jaminan fidusia. Law Rivies.
Kekuatan Pasal 29 ayat (1) huruf c ----------, 1969, The Legal System : A
Undang-Undang tentang penjualan di- Social Science Perspective,
bawah tangan, menyatakan penerima Russel Sage Foundation, New
fiducia sebagai pihak yang posisinya kuat York.
karena undang-undang memberikan ke-
Gunawan Wijaya dan Ahmad Yani,
wenangan kepada pihak penerima fiducia
Hukum Bisnis Jaminan Fidusia,
untuk menjual obyek jaminan fiducia
PT Raja Grafindo Persada Jakarta
dengan syarat adanya kesepakatan dengan
2000.
pihak pemberi fiducia
H. F. A. Vollmar, Pengantar Studi Hukum

[Eksekusi Objek Jaminan…] | Finka Saradila 427


[JATISWARA
Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.3, November 2017]
Perdata, Rajawali Jakarta, 1993. Sebelas Maret, Surakarta.
Harahap M. Yahya, 1991, Ruang Lingkup Muhammad Abdulkadir, 1992, Hukum
Permasalahan Eksekusi Bidang Perikatan, Citra Aditya Bakti,
Perdata, Pt. Gramedia, Jakarta. Bandung.
Hartanto J. Andy, 2015, Hukum Jaminan Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kon-
dan Kepailitan, Laksbang Justitia, temporer, Citra Aditya Bakti,
Surabaya. Bandung, 2000.
Herowati Poesoko, Pa rate Executie Obyek ----------, Jaminan Fidusia, Citra Aditya
Hak Tanggungan (Inkonsistensi, Bakti, Bandung, 2000.
konflik norma dan kesesatan Oey Hoey Tiong, Fidusia Sebagai
penalaran dalam UUHT), Jaminan Unsur-Unsur Perikatan,
LaksBang PRESSindo Ghalia Indonesia, Jakarta, 1984.
Yogyakarta 2007.
Patrik Purwahid, 1994, Dasar-Dasar
J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Hukum Perikatan (Perikatan yang
Kebendaan Fidusia, Citra Aditya lahir dari perjanjian dan dari
Bakti, Bandung, 2002. Undang Undang), Mandar Maju,
--------, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Bandung.
Kebendaan, Hak Tanggungan
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keper-
Buku 2, Citra Aditya Bakti, dataan, Sinar Grafika Jakarta
Bandung, 1998. 2008.
--------, Hukum Jaminan, Hak-Hak Retnowulan Sutantio, Iskandar Oeripkan-
Jaminan Kebendaan, Citraya tawinanto, Hukum Acara Dalam
Aditya Bakti, 1993. Teori dan Praktek, Bandung
--------, Janji-Janji (Bedingeng) Dalam 1979.
Akta Hipotek dan Hak Tanggu- Sairlo, Hukum Perikatan, Perikatan yang
ngan, Media Notariat Edisi Lahir dan Penjanjian, Buku I,
Januari-Maret, Ikatan Notaris Citra Aditya Bhakti, Bandung,
Indonesia, Jakarta, 2002. 1995.
---------, 2002, Hukum Jaminan Hak Salim HS dan Ernis Septiana Nurbani,
Jaminan Kebendaan Fidusia, PT. 2013, Penerapan Teori Hukum
Citra, Bandung.
Pada Penelitian Tesis dan
Jhon Z Loudoe, Beberapa Aspek Hukum Disertasi, PT. Raja Grafindo
Materill dan Hukum Acara Dalam Persada, Jakarta.
Pratek Bina Aksara Jakarta 1981. ---------, 2004, Perkembangan HUkum
Kansil CST, 1989, Pengantar Ilmu Hukum Jaminan Di Indonesia, PT. Raja
dan Tata Hukum Indonesia, Balai Grafindo Persada, Jakarta.
Pustaka, Jakarta.
Satjipto Raharjo, 1977, Pemamfaatan
M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Ilmu–Ilmu Sosial Bagi
Permasalahan Eksekusi Bidang Pengembangan Ilmu Hukum,
Perdata, PT Gramedia Jakarta Alumni, Bandung.
1989. ----------, 1993, Penyelenggaraan Keadilan
Muchsin, 2003, Perlindungan dan dalam Masyarakat yang Sedang
Kepastian Hukum bagi Investor di Berubah, Jurnal Masalah Hukum.
Indonesia, magister Ilmu Hukum Setiawan R, 1994, Pokok-pokok Hukum
Program Pascasarjana Universitas Perikatan, Bina Cipta, Bandung.

428 Finka Saradila | [Eksekusi Objek Jaminan…]


[JATISWARA
[Vol. 32 No.3, November 2017] Jurnal Ilmu Hukum]

Setiono, 2004, Rule of Law (Supremasi Indonesia, Undang-Undang Nomor 42


Hukum), Magister Ilmu Hukum Tahun 1999 tentang Jaminan
Program Pascasarjana Universitas Fidusia (Lembar Negara Nomor
Sebelas Maret, Surakarta. 168 Tahun 1999, Tambahan
Lembar Negara Nomor 3889)
Sri Socdewi Masjchoen Sofwan, Hukum
Perdata: Hak Jaminan Atas Indonesia, Undang-Undang Nomor 2
Tanah, Yogyakarta, Liberty, Tahun 2014 tentang Jabatan
1981. Notaris (Lembar Negara Nomor 3
Tahun 2014, Tambahan Lembar
----------, 1977, Beberapa Masalah
Negara Nomor 3790)
Lembaga Jaminan Khususnya
Fidusia Di Dalam Praktik Pelak- Website :
sanaannya Di Indonesia, Fakultas
Iwan Putra, Teori Resolusi Konflik,
Hukum Universitas Gajah Mada, https://iwansmile.wordpress.com/t
Yogyakarta. eori-resolusi-konflik-2/ , diposting
----------, Hukum Jaminan di Indonesia: pada tanggal 3 April 2010.
Pokok-Pokok Hukum Jaminan Mahfudz Irfan Firdaus, Mengenal Teori
dan Jaminan Perorangan, Resolusi Konflik, http://
Liberty, Yogyakarta, 1980. mahfudzirfan.blogspot.co.id/2016/
Subekti R, 1979, Hukum Perjanjian, 08/mengenal-teori-resolusi-
Pembimbing Masa, Jakarta. konflik.html , diposting pada
tahun 2016.
----------, Hukum acara Perdata Indonesia,
Penerbit Binacipta Jakarta, 1982.
Sugeng, Kajian Yuridis Tentang
“Pengalihan Hak Kepemilikan”
Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang
No. 42 Tahun 1999 Yang Ber-
tentangan Dengan Pasal 33
Undang-Undang No. 42 Tahun
1999 Tentang Jaminan Fidusia,
Fakultas Hukum Universitas
Pawiyatan Daha, Kediri, tanpa
tahun.
Wildan Suyuthi, Sita Eksekusi Praktek
Kejurusitaan Pengadilan, Tata-
nusa, Jakarta 2004.
Peraturan Perundang-Undangan
Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan
(Lembar Negara Nomor 182
Tahun 1998, Tambahan Lembar
Negara Nomor 3889)

[Eksekusi Objek Jaminan…] | Finka Saradila 429

Anda mungkin juga menyukai