Anda di halaman 1dari 22

AKTUALITA, Vol. 3 No.1 2020 hal.

36-57

KEDUDUKAN HUKUM OBJEK JAMINAN SERTIPIKAT HAK MILIK YANG


DIAMBIL ALIH OLEH KREDITOR (AYDA) SEBAGAI BADAN HUKUM DENGAN
AKTA DE COMMAND

Riska Fibrianti
Alumni Program Studi Magister Kenotariatan
Pascasarjana Universitas Islam Bandung
Email : riska.fibrianti@yahoo.com

Abstrak: Pemberian kredit biasanya selalu disertai dengan pemberian adanya suatu jaminan. Setiap
hal yang berkaitan dengan pembuatan perjanjian tambahan (accesoir) berkaitan dengan jaminan, maka para
pihak dilarang membuat janji bagi kreditur untuk dapat langsung memiliki objek jaminan apabila debitur
wanprestasi. Pada praktiknya, seringkali dijumpai pemberian kredit dengan jaminan yang memberikan hak
kreditur untuk dapat langsung menjadi pemilik benda yang dijadikan jaminan apabila debitur dalam keadaan
wanpretasi. Menjadi persoalan ketika pelaksanaan Aset Yang Diambil Alih (AYDA) oleh kreditor atas
debitor mengalami kredit macet, serta kedudukan hukum objek jaminan diambil alih (AYDA) oleh kreditor
sebagai badan hukum dengan Akta De Command. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan
menganalisis pelaksanaan AYDA oleh kreditor atas debitor yang mengalami kredit macet, serta kedudukan
hukum objek jaminan sertipikat hak milik merupakan AYDA oleh kreditor sebagai badan hukum dengan
Akta De Command. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan secara yuridis normatif. Hasil penelitian
bahwa Upaya penyelamatan kredit macet adalah dengan melakukan pengambilalihan asset debitur (AYDA)
dan terkait dengan pemilikan agunan oleh bank berdasarkan Pasal 12 UU No.4 Tahun 1996 yang pada
pokoknya mengatur bahwa pemberian kewenangan kapada pemegang hak tanggungan terjadi apabila debitur
cidera janji. Sertifikat Hak Milik harus dialihkan atas nama perorangan tidak boleh atas nama PT.

Kata Kunci: Kredit Macet, AYDA, Agunan, Akta De Command.

Abstract: The provision of credit is usually accompanied by the provision of guarantee. Anything related to
the making of additional agreements (accesoir) related to guarantees, the parties are prohibited from
making promises for the creditor to immediately have the object of guarantee if the debtor defaults. In
practice, it is frequently found that the provision of credit with guarantees gives the creditor the right to
become the owner of the object that is used as collateral if the debtor is in a state of default. It becomes a
problem when the implementation of Foreclosed Assets (AYDA) by creditors on debtors experiencing bad
credit, and the legal position of the object of collateral is taken over (AYDA) by creditors as a legal entity
with a De Command Deed. The purpose of this study was to study and analyze the implementation of AYDA
by creditors on debtors who experience bad credit, as well as the legal position of the object of the certificate
of ownership is AYDA by creditors as a legal entity with De Command Deed. This study used a normative
juridical approach. The results showed that the efforts to save bad credit are by taking over the debtor’s
assets (AYDA) and related to the collateral ownership by the bank based on Article 12 of Law Number 4
Year 1996, which basically regulates that the granting of authority to the mortgage holder occurs when the
debtor is in default. Freehold Title must be transferred on behalf of an individual, not on behalf of PT.

Key Words: Bad Credit, AYDA, Collateral, De Command Deed.

ISSN: 2620-9098 36
Riska Fibrianti, Kedudukan Hukum Objek Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang Diambil Alih Oleh Kreditor (Ayda) Sebagai..

A. PENDAHULUAN “Pinjam meminjam adalah suatu


Bank merupakan salah satu finacial perjanjian dengan mana pihak yang satu
intermediary. Sebagai Lembaga perantara memberikan kepada pihak yang lain suatu
keuangan, bank memiliki fungsi menghimpun jumlah barang tertentu dan habis
dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana pemakaian dengan syarat bahwa yang
(surplus of funds) dan menyalurkannya kepada belakangan ini akan mengembalikan
pihak yang memerlukan dana (lack of funds). sejumlah yang sama dari macam keadaan
(Neni Sri Imaniyati, 2011). Dalam hal yang sama pula.”
penghimpunan dana masyarakat, kepercayaan Pada setiap pemberian kredit bank dan
masyarakat untuk menyimpan dananya pada nasabah lazimnya memperjanjikan berbagai hal
bank merupakan modal utama bank. (Neni Sri seperti jangka waktu pemberian fasilitas,
Imaniyati, 2008). Pemberian kredit merupakan kewajiban pembayaran kembali disertai dengan
kegiatan utama bank yang mengandung resiko jadwal atau rencana pembayaran angsuran
yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan pokok dan bunga serta kewajiban lain yang
kelangsungan usaha bank, sehingga dalam harus dipenuhi. Apabila dalam hal
pelaksanaannya bank harus berpegang pada perkembangannya, debitor mulai
asas-asas perkreditan yang sehat guna memperlihatkan tanda-tanda mulai menunggak
melindungi dan memelihara kepentingan dan membayar angsuran pokok dan bunga,
kepercayaan masyarakat. (Indrawati, Soewarso, 2002 : 109) Kredit yang
Pemberian kredit lahir berdasarkan bersangkutan mulai mengahadapi masalah.
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam Dengan adanya kredit bermasalah maka bank
uang antara bank sebagai kreditor dan nasabah tengah menghadapi resiko usaha, jenis resiko
peminjam dana sebagai debitor dalam jangka kredit (default risk) yaitu resiko akibat
waktu tertentu yang telah disepakati bersama ketidakmampuan nasabah/ debitor
dan akan melunasi hutangnya dengan sejumlah mengembalikan pinjaman yang diterimanya
bunga, imbalan atau pembagian hasil dari bank beserta bunganya sesuai dengan
keuntungan. jangka waktu yang telah ditentukan.
Perjanjian kredit menurut hukum Perdata (Muhammad Abdulkadir, Murniati Rilda, 2000 :
termasuk dalam perjanjian pinjam meminjam 97).
yang diatur dalam pasal 1754-1769 Resiko ialah kewajiban memikul
KUHPerdata. Menurut pasal 1754 KUHPerdata kerugian yang disebabkan karena suatu kejadian
disebutkan bahwa : di luar kesalahan salah satu pihak. (Subekti,
2002: 59). Persoalan tentang risiko itu berpokok-

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5903 37
Riska Fibrianti, Kedudukan Hukum Objek Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang Diambil Alih Oleh Kreditor (Ayda) Sebagai..

pangkal pada terjadinya suatu peristiwa diluar tersebut secara efektif, baik melalui pengikatan
kesalahan salah satu pihak. Peristiwa semacam dan/atau pemblokiran rekening/dana dan/atau
itu dalam hukum perjanjian dengan suatu istilah penguasan fisik jaminan. Undang-undang telah
hukum dinamakan “keadaan memaksa” menentukan secara tegas bentuk pengikatan
(“overmacht”, ”force majeur”), dengan jaminan yang dilakukan atas benda tidak
demikian persoalan tentang risiko itu bergerak, untuk jaminan berupa tanah yang
merupakan buntut dari persoalan tentang dapat diterima sebagai jaminan adalah tanah
keadaan memaksa, suatu kejadian yang tak yang berstatus dan telah mempunyai Sertifikat
disengaja dan tak dapat diduga. (Subekti, 1995: Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna
25). Berdasarkan uraian tentang pengertian Usaha atau Hak Pakai Atas Tanah Negara (yang
resiko di atas tadi, persoalan resiko itu karena ketentuan perundang-undangan harus
berpangkal pada terjadinya suatu peristiwa di didaftar dan karena sifatnya dapat di pindah
luar kesalahan salah satu pihak yang tangankan) dimana untuk tanah-tanah jenis ini
mengadakan perjanjian, dengan kata lain pengikatannya dilakukan dengan Hak
berpokok pangkal pada kejadian yang dalam Tanggungan. Undang-Undang Nomor 4 Tahun
hukum perjanjian dinamakan keadaan 1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah serta
memaksa. Persoalan risiko adalah buntut dari benda-benda yang berkaitan dengan tanah
suatu keadaan memaksa, sebagaimana ganti menjelaskan mengenai pengertian Hak
rugi adalah buntut dari wanprestasi. Tanggungan yaitu Hak Tanggungan adalah hak
Dalam pemberian kredit, bank jaminan atas tanah untuk pelunasan hutang
menghendaki adanya suatu jaminan atau agunan tertentu, yang memberikan kedudukan
yang dapat digunakan sebagai pengganti diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap
pelunasan hutang bilamana dikemudian hai kreditor-kreditor lain.
debitor cidera janji atau wanprestasi. Jaminan Hak Tanggungan itu merupakan hak
kredit merupakan pelunasan yang diberikan jaminan kebendaan terhadap hak atas tanah
oleh debitor dengan cara mengeksekusi obyek untuk pelunasan hutang tertentu, dengan
jaminan kredit. Jaminan yang umumnya memberikan kedudukan yang diutamakan
digunakan oleh Bank adalah jaminan kebendaan kepada kreditor tertentu pemegang hak
yang salah satunya adalah tanah berikut segala tanggungan terhadap kreditor lain. Jaminan
sesuatu yang ada diatasnya, baik yang ada yang diberikan kepada kreditor sebagai
sekarang maupun yang akan ada di kemudian pemegang Hak Tanggungan adalah hak yang
hari yang dijadikan jaminan. Pihak Bank harus diutamakan atau mendahulu dari kreditor-
melakukan tindakan untuk menguasai jaminan

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5903 38
Riska Fibrianti, Kedudukan Hukum Objek Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang Diambil Alih Oleh Kreditor (Ayda) Sebagai..

kreditor lainnya bagi kreditor (Pemegang Hak Aktiva Bank Umum yang melaksanakan
Tanggungan). (Rachmadi Usman, 2008 : 332). Kegiatan usaha Berdasarkan Prinsip Syariah
Salah satu cara yang ditempuh pihak bank yang dimaksud dengan AYDA adalah :
dalam penanganan eksekusi hak jaminan atas “… aktiva yang diperoleh Bank, baik
kredit macet yakni melalui penjualan dibawah melalui pelelangan maupun diluar
tangan. Ketentuan undang-undang membuka pelelangan berdasarkan penyerahan
kemungkinan bagi kreditor untuk melakukan secara sukarela oleh pemilik agunan atau
penjualan secara dibawah tangan yang berdasarkan kuasa umtuk menjual di luar
seharusnya melalui pelelangan jika dengan cara lelang dari pemilik agunan dalam hal
yang demikian dapat diperoleh harga tertinggi nasabah tidak memenuhi kewajibannya
yang menguntungkan semua pihak. kepada Bank.”
Selain penjualan dibawah tangan yang Hal yang dimaksud dengan AYDA adalah suatu
dianggap dapat mengatasi kesulitan yang timbul aktiva yang diperoleh bank melalui pelelangan
dalam penjualan secara lelang, khusus bagi maupun diluar lelang dari pemilik agunan,
bank ketentuan undang-undang menetapkan karena pemilik agunan/debitor lalai dalam
kemungkinan untuk membeli sendiri barang memenuhi kewajibannya.
jaminan meskipun hal tersebut besifat Pada awalnya penyelesaian kredit dengan
sementara atau pengambil alihan agunan oleh cara jual beli barang agunan diluar lelang
bank, dewasa ini dikenal dengan sebutan adalah tidak diperkenankan oleh undang-
agunan yang diambil Alih (AYDA). Praktek undang. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan
pelaksanaan AYDA dilakukan karena pasal 6k Undang-Undang No. 7 Tahun 1992
terdapatnya berbagai hambatan atau kendala yang berbunyi :
dalam pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan “…Usaha Bank Umum meliputi :
yang merugikan pihak bank sebagai kreditor membeli melalui pelelangan agunan baik
serta salah satu upaya jangka pendek bank semua maupun sebagian dalam hal
untuk mengatasi tingginya jumlah kredit macet debitor tidak memenuhi kewajibannya
yang berpengaruh besar terhadap kelangsungan kepada bank, dengan ketentuan agunan
usaha bank itu sendiri. yang dibeli tersebut wajib dicairkan
Merujuk pada ketentuan Bab I ketentuan secepatnya.”
Umum, khususnya Pasal 1 angka 24 Peraturan Dalam ketentuan Undang-Undang
Bank Indonesia No. 9/9/PBI/2007 tentang tersebut pembelian harus melalui pelelangan
perubahan Atas peraturan Bank Indonesia No. umum, sehingga pembelian diluar lelang tidak
8/21/PBI/2006 tentang penilaian Kualitas diperbolehkan. Namun berdasarkan Pasal 12 A

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5903 39
Riska Fibrianti, Kedudukan Hukum Objek Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang Diambil Alih Oleh Kreditor (Ayda) Sebagai..

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Peraturan Bank Indonesia Nomor


Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset
tahun 1992 tentang perbankan yang menghapus Bank Umum memuat ketentuan mengenai
ketentuan Pasal 6 k Undang-Undang Nomor 7 pengambilalihan aset debitor dalam ketentuan
Tahun 1992 tentang perbankan menyebutkan umum Pasal 1 ayat (15) yaitu mengenai Agunan
sebagai berikut : Yang Diambil Alih (AYDA). Hal tersebut
“ Bank Umum dapat membeli sebagian bertentangan dengan Pasal 12 UUHT yang
atau seluruh agunan, baik melalui menyebutkan bahwa janji yang memberikan
pelelangan maupun di luar pelelangan kewenangan kepada pemegang Hak
berdasarkan penyerahan secara sukarela Tanggungan untuk memiliki obyek Hak
oleh pemilik agunan atau berdasarkan Tanggungan apabila debitor cidera janji, maka
kuasa untuk menjual di luar lelang dari batal demi hukum.
pemilik agunan dalam hal nasabah debitor Berdasarkan pada uraian diatas penulis
tidak memenuhi kewajibannya kepada merasa perlu mengkaji lebih dalam mengenai
bank, dengan ketentuan agunan yang pelaksanaan Aset Yang Diambil Alih (AYDA)
dibeli tersebut wajib dicairkan oleh kreditor atas debitor yang mengalami
secepatnya.” kredit macet, dan bagaimana Kedudukan
Dengan adanya ketentuan Pasal 12 A Hukum Objek Jaminan (Sertipikat Hak Milik)
Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Asset Yang Diambil Alih (AYDA) Oleh
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Kreditor Sebagai Badan Hukum Dengan Akta
Tahun 1992 tentang Pebankan tersebut diatas, De Command.
memberikan keleluasaan bagi bank dan debitor Berdasarkan latar belakang diatas, maka
dalam mengusahakan penyelesaian kredit macet dirumuskan masalah sebagai berikut:
diantara mereka melalui pembelian diluar 1. Bagaimana Pelaksanaan Aset Yang
pelelangan berdasarkan penyerahan secara Diambil Alih (AYDA) Oleh Kreditor
sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan Atas Debitor yang Mengalami Kredit
kuasa untuk menjual diluar lelang dari pemilik Macet?
agunan. Agunan yang dibeli oleh bank secepat- 2. Bagaimana Kedudukan Hukum Objek
cepatnya harus dijual kembali atau dicairkan Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang
selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu Diambil Alih (AYDA) Oleh Kreditor
tahun, agar hasil penjualan agunan dapat segera Sebagai Badan Hukum Dengan Akta De
dimanfaatkan oleh bank. Command?
3.

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5903 40
Riska Fibrianti, Kedudukan Hukum Objek Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang Diambil Alih Oleh Kreditor (Ayda) Sebagai..

1. METODE PENELITIAN namun bank sedapat mungkin berusaha


Penelitian ini menggunakan metode menekan besarnya jumlah kredit bermasalah.
pendekatan secara yuridis normatif, yaitu Untuk menyelesaikan kredit bermasalah Non
dengan cara meneliti dan mengkaji data Performing Loan (NPL) ada 2 (dua) strategi
sekunder berupa hukum positif yang terkait yang dapat ditempuh yaitu : (Suharno, 2003:
dengan pokok permasalahan yang diteliti. 265).
Obyek penelitian normaif antara lain asas-asas 1. Penyelamatan Kredit
hukum, sistematik hukum, taraf sinkronisasi Penyelamatan adalah suatu langkah
vertical dan horisontal. (Sudikno Mertokusumo, penyelesaian kredit bermasalah melalui
2010: 37). Penelitian ini bersifat deskriptif perundingan kembali antara kreditor dan
analitis karena penelitian ini menggambarkan debitor dengan memperingan syarat-
situasi atau peristiwa yang sedang diteliti dan syarat pengembalian kredit sehingga
menganalisisnya berdasarkan fakta-fakta berupa dengan memperingan syarat-syarat
data primer yang diperoleh dari wawancara pengembalian tersebut diharapkan debitor
terhadap narasumber yang bersangkutan, memiliki kemampuan kembali untuk
sedangkan data sekunder diperoleh dari bahan menyelesaikan kredit. Pada tahap
hukum primer, bahan hukum sekunder maupun penyelamatan kredit ini belum
bahan hukum tersier. memanfaatkan Lembaga hukum karena
debitor masih kooperatif dan ari prospek
B. PEMBAHASAN usaha masih feasible. Langkah
1. Pelaksanaan Aset Yang Diambil Alih penyelesaian melalui restrukturisasi kredit
(AYDA) Oleh Kreditor Atas Debitor ini diperlukan syarat paling utama yaitu
yang Mengalami Kredit Macet adanya kemauan dan itikad baik dan
Kredit merupakan risk asset bagi bank kooperatif dari debitor serta bersedia
karena aset bank itu dikuasai pihak luar bank menikuti syarat-syarat yang ditentukan
yaitu para debitor. Namun kredit yang diberikan bank karena dalam penyelesaian kredit
kepada para debitor selalu ada resiko berupa melalui restruktuisasi lebih banyak
kredit yang tidak dapat kembali tepat pada negoisasi dan solusi yang ditawarkan
waktunya yang dinamakan kredit bermasalah bank untuk menentukan syarat dan
atau Non Performing Loan (NPL). Kredit ketentuan restrukturisasi kredit.
bermasalah selalu ada dalam kegiatan 2. Penyelesaian kredit
perkreditan bank karena bank tidak mungkin Penyelesaian kredit adalah langkah
menghindarkan adanya kredit yang bermasalah, penyelesaian kredit bermasalah melalui

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5903 41
Riska Fibrianti, Kedudukan Hukum Objek Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang Diambil Alih Oleh Kreditor (Ayda) Sebagai..

Lembaga hukum seperti pengadilan atau publik dari lelang tercermin dari 3 (tiga) hal,
direktorat Jenderal Piutang dan Lelang yaitu: 1) Mengamankan asset yang dimiliki atau
Negara atau badan lainnya dikarenakan dikuasai negara untuk meningkatkan efisiensi
langkah penyelamatan sudah tidak dan tertib administrasi dari pengelolaan asset
dimungkinkan kembali. tujuan tersebut; 2) Pelayanan penjualan barang dalam
penyelesaian kredit melalui Lembaga rangka mewujudkan law eforcement yang
hukum ini adalah untuk menjual atau mencerminkan keadilan, keamanan, dan
mengeksekusi benda jaminan. kepastian hokum; 3) Mengumpulkan
Faktor-faktor penyebab penyelesaian penerimaan negara dalam bentuk bea lelang dan
kredit macet melalui AYDA antara lain: uang miskin. Penjualan barang secara lelang
1) Pengambilalihan asset debitr (AYDA) berupa sebagai suatu sistem penjualan yang memenuhi
tanah dan bangunan harus dilakukan apabila rasa keadilan, keamanan, kecepatan dengan
kredit sudah masuk ke dalam kategori kredit harga wajar serta menjamin adanya kepastian
macet; 2) Debitor tidak mempunyai hukum. Adil, karena penjualannya dilakukan
kemampuan membayar; 3) Hilangnya secara terbuka untuk umum, sehingga langsung
pekerjanan debitor; 4) Debitor selalu ingkar dan dapat dikontrol masyarakat. Aman, karena
tidak kooperatif dalam pembayaran; 5) Tidak lelang dilaksanakan oleh Pejabat Lelang sebagai
ada iktikad baik dalam pembayaran; 6) pejabat umum yang ditunjuk untuk itu dan
Debitor hanya sebagai atas nama, dan pemakai diangkat oleh Pemerintah. Cepat, karena adanya
kredit tidak diketahui keberadaanya. Proses pengumuman lelang terlebuh dahulu lewat surat
pengalihan terhadap barang-barang agunan kabar dan pembayaran lelang dilakukan secara
dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara, yakni: tunai. Harga wajar, tercermin adanya sistem
(www.hukumonline.com, Diakses pada tanggal penawaran yang melalui mekanisme lelang,
23Februari 2020). atau melalui mekanisme penjualan dibawah
1) Melalui mekanisme lelang; 2) Melalui tangan dengan persetujuan pemilik agunan.
mekanisme penjualan dibawah tangan dengan Jaminan kredit macet, lazimnya akan
persetujuan pemilik agunan. dijual untuk menutupi kewajiban debitor.
Lelang (penjualan umum) adalah setiap Penjualan pada umumnya dilakukan melalui
pelunasan barang dimuka umum dengan cara cara lelang, namun ketentuan undang-undang
penawaran harga secara lisan dan/tulis melalui khususnya Undang-Undang Nomor 4 tahub
usaha mengumpulkan para peminat atau peserta 1996 tentang Hak Tanggungan pada pasal 20
lelang. Lelang sebagai sarana penjualan barang ayat (2) memngkinkan dilakukannya penjualan
yang bersifat khusus dan transparan. Fungsi secara dibawah tangan jika dengan cara yang

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5903 42
Riska Fibrianti, Kedudukan Hukum Objek Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang Diambil Alih Oleh Kreditor (Ayda) Sebagai..

demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang Aktiva Bank Umum yang melaksanakan
menguntungkan semua pihak. Kegiatan usaha Berdasarkan Prinsip Syariah
Selain dengan penjualan dibawah tangan, yang dimaksud dengan AYDA adalah aktiva
ketentuan undang-undang menetapkan yang diperoleh Bank, baik melalui pelelangan
kemungkinan untuk membeli sendiri barang maupun diluar pelelangan berdasarkan
jaminan melalui pelaksaan pengambilalihan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan
aset debitor. Salah satu upaya penyelesaian atau berdasarkan kuasa umtuk menjual di luar
kredit macet pada bank yang diatur melalui lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah
Surat keputusan Direksi Bank Indonesia No. tidak memenuhi kewajibannya kepada Bank.
31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 Sehingga yang dimaksud dengan AYDA adalah
tentang Restrukturisasi kredit yang telah diubah suatu aktiva yang diperoleh bank melalui
dengan peraturan Bank Indonesia No. pelelangan maupun diluar lelang dari pemilik
2/15/PBI/2000 adalah dengan dilakukannya agunan, karena pemilik agunan/debitor lalai
pengambilalihan agunan/asset debitor atau dalam memenuhi kewajibannya.
dewasa ini dikenal dengan sebutan AYDA Pelaksanaan AYDA melalui pelelangan
(Aset Yang Diambil Alih). Bank dimungkinkan dapat kita temui dalam ketentuan Pasal 6
untuk membeli sendiri agunan/aset meskipun Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang
hal tersebut bersifat sementara. Bank Hak Tanggungan yang menyatakan bahwa
diwajibkan untuk secepatnya melakukan apabila debitor cidera janji, maka pemegang
pencairan kembali atas agunan yang dibeli baik Hak Tanggngan pertama dalam hal ini bank
melalui lelang atau diluar lelang melalui mempunyai hak untuk menjual objek Hak
penyerahan secara sukarela oleh debitor, agar Tanggungan atas kekuasaan sendiri melelui
dana hasil pencairan dari penjualan agunan pelelangan umum. Selain itu bank sebagai
tersebut dapat segera dimanfaatkan oleh bank. pemegang Hak Tanggungan juga dimungkinkan
Ketentuan seperti ini adalah salah satu upaya untuk menjadi pembeli objek hak tanggungan
untuk mencegah kerugian yang lebih besar bagi dalam hal dilakukannya lelang atas agunan
bank yang memilik kredit macet. (Bachtiar, apabila debitor cidera janji.
Sibarani, 2001 : 48) Tujuan dilakukannya penyelesaian kredit
Merujuk pada ketentuan Bab I ketentuan macet melalui pengambilalihan aset debitor
Umum, khususnya Pasal 1 angka 24 Peraturan (AYDA) adalah :
Bank Indonesia No. 9/9/PBI/2007 tentang 1. Untuk menekan jumlah kredit macet
perubahan Atas peraturan Bank Indonesia No. (Non Performing Loan) pada suatu bank
8/21/PBI/2006 tentang penilaian Kualitas

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5903 43
Riska Fibrianti, Kedudukan Hukum Objek Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang Diambil Alih Oleh Kreditor (Ayda) Sebagai..

2. Untuk mempercepat dan mempermudah Lelang. (www.djkn.kemenkeu.go.id, Diakses


proses penyelesaian kredit, karena hal pada tanggal 23 Februari).
ini dilakukan berdasarkan kesepakatan Menurut Dedy Christanto, Pelelang Ahli
antara bank dengan debitor Madya pada Kantor Pelayanan Kekayaan
3. Untuk mengantisipasi segala akibat Negara dan Lelang (KPKNL) Jakarta V saat
yang timbul dalam waktu dekat memberikan materi tentang Lelang Eksekusi
akibat jumlah kredit macet yang Hak Tanggungan Dan Penggunaan Akta De
semakin meningkat. Command Dalam Rangka Bank Umum Swasta
Proses pelaksanaan penyelesaian kredit macet Sebagai Pembeli Obyek Lelang di Sinarmas
melalui pengambilalihan aset debitor/Asset Learning Center Bank Sinarmas, menjelaskan
settlement (AYDA) dilakukan dengan prosedur bahwa seringkali pembeli lelang enggan
sebagai berikut : (www.ontar.ui.ac.id, Diakses membeli barang yang dilelang karena barang
pada tanggal 24 Februari 2020). tersebut dijual apa adanya beserta segala
1. Penyerahan sukarela oleh debitor kekurangannya, misalnya dalam keadaan masih
dilakukan dengan membuat perjanjian dikuasai debitor, “Kalau asetnya di beli oleh
penyerahan asset/penyelesaian kredit, bank, kemudian bank melakukan upaya
Akta Jual Belia tau perjanjian pengosongan, dan aset itu dijual lagi dalam
pengikatan jual beli dan kuasa jual. keadaan kosong, pembeli akan lebih tertarik,”
2. Lelang hak tanggungan via ujarnya. (Ibid).
KPKNL/Kantor Lelang Negara melalui Melelang agunan debitor yang kreditnya
Risalah Lelang macet menjadi pilihan perbankan untuk
3. Pengambilalihan melalui proses menutupi utang debitor kepada Bank, hal ini
hukum/litigasi/lelang eksekusi via menjadi salah satu cara untuk menekan angka
Pengadilan Negeri melalui Risalah Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet.
Lelang. Pelelangan yang dilakukan oleh perbankan akan
Bank bertindak selaku pembeli barang melibatkan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara
jaminannya sendiri dalam lelang eksekusi atau dan Lelang (KPKNL). Sebelum proses lelang
biasa dikenal dengan istilah Aset Yang Diambil terjadi, perbankan akan berkoordinasi dengan
Alih (AYDA) berpotensi meningkatkan KPKNL untuk selanjutnya diumumkan akan
produktifitas lelang dan mempercepat adanya pelelangan itu di media massa.
penyelesaian kewajiban debitor. Dan Bank mengajukan permohonan lelang
Penggunaan Akta De Command Dalam Rangka secara tertulis ke Kantor Pelayanan Kekayaan
Bank Umum Swasta Sebagai Pembeli Obyek Negara dan Lelang (KPKNL), setelah dilakukan

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5903 44
Riska Fibrianti, Kedudukan Hukum Objek Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang Diambil Alih Oleh Kreditor (Ayda) Sebagai..

pelelangan terhadap agunan dan tidak terjual, kasus AYDA asas tersebut tidak sepenuhnya
maka barulah Bank dapat mengambil langkah bertentangan, karena sebelum melakukan
penyelesaian kredit macet melalui AYDA, Bank terlebih dahulu melakukan
pengambilalihan aset debitor. Bank akan eksekusi obyek jaminan Hak Tanggungan
memusyawarahkan hal ini dengan debitor, melalui pelelangan umum sesuai ketentuan
apabila disepakati maka pihak bank akan Pasal 6 UUHT, dalam hal obyek lelang tidak
melaksanakan pengambil alihan agunan, laku terjual, maka barulah Bank mengambil
kesepakatan dapat dituangkan dalam perjanjian langkah penyelesaian kredit macet melalui
tertulis atau dalam berita acara penyelesaian AYDA atas dasar kesepakatan. Bank
kredit yang ditandatangani oleh debitor diatas mengambil langkah AYDA dengan tujuan
materai, hal ini dibutuhkan sebagai bentuk untuk likuiditas Bank, terkait pelunasan hutang
ketersediaan dan kesukarelaan debitor dalam debitor kepada Bank.
penyerahan agunannya, walaupun pada Bank yang melakukan AYDA terhadap
prakteknya pengambil alihan dilakukan dengan debitor macet kemudian dapat melakukan hapus
mekanisme penjualan di bawah tangan antara buku dan hapus tagih. Hapus buku merupakan
debitor/ pemilik agunan dengan Bank sebagai tindakan bank secara administratif untuk
pembeli. menghapus bukukan atas kredit macet dari
Asas Lex Superior Derogat Legi neraca kewajiban debitor tanpa menghapus hak
Inferiori menyatakan bahwa peraturan yang tagih dari bank kepada debitor, sedangkan
lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan hapus tagih adalah tindakan dari bank untuk
peraturan yang lebih tinggi. Peraturan yang menghapus semua kewajiban dari debitor macet
lebih tinggi akan mengesampingkan peraturan yag sama sekali tidak dapat diselesaikan. Bank
yang lebih rendah. Ketentuan Pasal 12 Undang- dalam melakukan hapus buku dan hapus tagih
Undang Hak Tanggungan (UUHT) harus tunduk pada ketentuan Bank Indonesia.
bertentangan dengan ketentuan AYDA dalam Pelaksanaan hapus tagih seringkali
Pasal 1 ayat (15) Peraturan Bank Indonesia mengakibatkan bank mengalami kerugian,
Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian karena bank seolah-olah harus membiarkan
Kualitas Aset Bank Umum, maka seharusnya debitor yang wanprestasi tersebut tidak
hal tersebut bertentangan dengan Asas Lex membayar kewajibannya, oleh sebab itu bank
Superior Derogat Legi Inferiori. sangat jarang melakukan hal ini dan
Bank dalam prakteknya dapat pelaksanaan hapus tagih adalah upaya yang
melaksanakan AYDA sebagai langkah terakhir bagi bank dalam menghadapi kredit
penyelesaian kredit macet, untuk itu dalam bermasalah.

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5903 45
Riska Fibrianti, Kedudukan Hukum Objek Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang Diambil Alih Oleh Kreditor (Ayda) Sebagai..

2. Kedudukan Hukum Objek Jaminan Pemberian jaminan tersebut berfungsi sebagai


Sertipikat Hak Milik Yang Diambil bentuk kepastian akan pelunasan utang oleh
Alih (AYDA) Oleh Kreditor Sebagai debitor. Pembebanan benda sebagai objek
Badan Hukum Dengan Akta De jaminan menggunakan lembaga jaminan yang
Command disesuaikan dengan jenis benda yang dijadikan
Dalam hal menunjang kegiatan objek jaminan. Dalam KUHPerdata dikenal
pemenuhan kebutuhan, manusia membutuhkan beberapa jenis benda yang menyebabkan
suatu modal yang seringkali diperoleh dari perbedaan lembaga jaminan yang digunakan
lembaga keuangan yang memberikan fasilitas disesuaikan dengan jenis-jenis benda.
kredit bagi masyarakat melalui sistem KUHPerdata Dalam semua peraturan
pembayaran angsuran. Dalam pemberian kredit, perundang-undangan mengenai lembaga
antara pihak debitor dan kreditor diikat dengan jaminan terdapat ketentuan yang merupakan
suatu perjanjian yang disebut perjanjian kredit. bentuk perlindungan hukum terhadap
(Alifah Rana, 2019 : 1165) Setiap perjanjian kepentingan debitor atau pemilik jaminan.
kredit yang menyebabkan seseorang menjadi Ketentuan tersebut menyatakan mengenai
terikat dengan pihak lawan dalam KUHPerdata adanya larangan pencantuman klausul
tepatnya pada Pasal 1131, segala benda pemilikan objek jaminan oleh kreditor secara
miliknya pun ikut terikat sebagai jaminan atas otomatis.
perikatan tersebut. Jaminan yang diberikan oleh Dalam lembaga jaminan gadai, benda
Pasal 1131 KUHPerdata ini bersifat umum, yang dijadikan objek jaminan harus berada
artinya bahwa jaminan ini diberikan untuk dalam kekuasaan pihak kreditor atau pihak
semua pihak yang berkedudukan sebagai ketiga. Dalam Pasal 1152 ayat (2) KUHPerdata
kreditor. Namun, kedudukan kreditor dengan disebutkan bahwa tidak sah hak gadai atas
jaminan umum ini hanya sebagai kreditor barang yang tetap berada pada kekuasaan si
konkuren, dimana tidak ada yang diutamakan berutang atau si pemberi gadai (pola
dalam pelunasan utang. Sehingga terdapat Inbezitstelling). Penyerahan benda gadai pada
alternatif lain yang sering digunakan dalam kreditor atau pihak ketiga hanya sebagai syarat
pemberian kredit, yaitu jaminan kebendaan untuk lahirnya hak kebendaan yaitu hak gadai.
yang melahirkan hak kebendaan dan Sehingga apabila debitor wanprestasi, kreditor
menyebabkan kreditor pemegang jaminan tidak dapat secara langsung memiliki benda
kebendaan ini menjadi kreditor preferen. yang dijadikan objek gadai karena penguasaan
Pada asasnya tidak ada kredit yang tidak atas benda jaminan tersebut bukan berasal dari
mengandung jaminan. (J Satrio, 1993 : 10) penyerahan dalam arti levering yang

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5903 46
Riska Fibrianti, Kedudukan Hukum Objek Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang Diambil Alih Oleh Kreditor (Ayda) Sebagai..

sebenarnya. Penyerahan objek gadai kepada tanah untuk pelunasan utang tertentu. Dalam
kreditor atau pihak ketiga hanya sebagai hak tanggungan terdapat hak untuk melunasi
jaminan atas pelunasan utang. utang dari hasil penjualan benda jaminan dan
Dalam lembaga jaminan hipotek, larangan tidak memberi hak bagi kreditor untuk memiliki
kreditor untuk memiliki benda jaminan apabila benda jaminan.
debitor wanprestasi diatur dalam Pasal 1178 Adanya larangan janji untuk memiliki
KUHPerdata. Pasal 1178 KUHPerdata ini objek jaminan apabila debitor wanprestasi ini
menegaskan bahwa segala janji yang merupakan bentuk perlindungan hukum bagi
memberikan hak kepada si berpiutang (kreditor) debitor atau pemberi hak tanggungan karena
untuk memiliki benda yang dijadikan objek nilai objek hak tanggungan lazimnya lebih
jaminan adalah batal demi hukum. Artinya tinggi daripada nilai utang yang diberikan.
bahwa dalam akta hipotek dilarang memuat Sehingga alasan dari diaturnya larangan ini
janji yang menyebutkan ketika debitor dalam hak tanggungan adalah untuk melindungi
wanprestasi, maka kreditor dengan sendirinya kepentingan debitor atau pemilik jaminan atas
menjadi pemilik benda yang dijadikan jaminan objek hak tanggungan yang umumnya bernilai
hipotek. Hal ini tentu saja bertentangan dengan lebih tinggi daripada nilai utangnya dan
fungsi dari jaminan, yaitu jaminan berfungsi merupakan cerminan fungsi jaminan sebagai
sebagai sarana perlindungan dan kepastian akan sarana kepastian akan pelunasan utang.
pelunasan utang oleh debitor, bukan sebagai Hak tanggungan pada dasarnya
pemindahan hak milik atas objek jaminan. merupakan upaya debitor untuk meyakinkan
Selain dalam KUHPerdata, pengaturan kreditor akan pelunasan piutangnya. Apabila
mengenai larangan ini juga terdapat dalam debitor cidera janji, pemegang hak tanggungan
peraturan lain diluar KUHPerdata, yaitu pertama mempunyai hak untuk menjual objek
terhadap lembaga jaminan Hak Tanggungan hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui
larangan memiliki objek jaminan ini diatur pelelangan umum serta mengambil pelunasan
dalam Pasal 12 UU Hak Tanggungan. Pasal 12 piutangnya dari hasil penjualan tersebut. (Pasal
UU Hak Tanggungan menyebutkan bahwa 6 UUHT). Pasal 12 Undang-Undang No. 4
setiap janji yang memberikan kewenangan tahun 1996 tentang Hak Tanggungan (UUHT)
kepada pemegang hak tanggungan untuk pada intinya mengatakan, Kreditor tidak boleh
memiliki objek hak tanggungan apabila debitor membuat janji yang menyatakan apabila debitor
wanprestasi adalah batal demi hukum. Hal ini cidera janji maka otomatis kreditor akan
berkaitan dengan fungsi dari hak tanggungan memiliki objek jaminan. Jika perjanjian
sebagai jaminan yang dibebankan pada hak atas semacam ini dibuat, maka perjanjian tersebut

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5903 47
Riska Fibrianti, Kedudukan Hukum Objek Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang Diambil Alih Oleh Kreditor (Ayda) Sebagai..

batal demi hukum. Hak Tanggungan adalah (empat) tahun (1 Oktober 2007 sampai dengan
salah satu bentuk jaminan kebendaan disamping 10 November 2011) bagi kreditor untuk
gadai, fidusia, dan hipotek. Perlu diingat, mengeksekusi jaminan Hak Tanggungan.
prinsip ataupun tujuan dalam hukum jaminan Kenyataan ini tentu belum sejalan dengan
bukan untuk memindahkan hak miliki atas tujuan dari UU Hak Tanggungan yang salah
suatu barang melainkan untuk menjamin satunya menyatakan bahwa eksekusi Hak
pelunasan utang. (Gatot Supramono, 2013, : 59). Tanggungan dilaksanakan secara mudah dan
Peraturan Bank Indonesia Nomor pasti. Hal ini tentu saja akan menimbulkan
13/26/PBI/2011 telah menentukan bahwa upaya ketidakpastian hukum terhadap objek Hak
penyelesaian AYDA paling lama 1 (satu) tahun Tanggungan yang dikuasai oleh bank karena
sejak pengambilalihan agunan, bukan berarti melebihi jangka waktu yang telah ditetapkan.
bahwa setiap proses penyelesaian tersebut akan Pada akhirnya akan melanggar legalitas aspek
berjalan dengan lancar, misalkan terjadi Hukum Jaminan, yaitu bahwa jaminan atau
hambatan-hambatan seperti yang telah agunan tidak boleh dimiliki oleh kreditor.
dijelaskan sebelumnya. Pada dasarnya UU Hak Aspek hukum ini sesuai dengan ketentuan Pasal
Tanggungan memberikan kemudahan bagi 12 UU Hak Tanggungan yang menyebutkan
kreditor dalam mempercepat proses bahwa kreditor dilarang secara serta merta
pelaksanaan agunan yang diambil alih sehingga menjadi pemilik objek Hak Tanggungan karena
tidak melebihi jangka waktu yang telah debitor cidera janji.
ditetapkan dalam menyelesaikan pelunasan Berdasarkan Penjelasan Pasal 12 UU Hak
piutangnya apabila debitor cidera janji. Tanggungan, ketentuan ini dimaksudkan untuk
Pengambil alihan agunan melalui melindungi kepentingan debitor dan pemberi
eksekusi atas objek Hak Tanggungan dalam Hak Tanggungan lainnya, terutama jika nilai
praktiknya sering dilawan atas dasar objek Hak Tanggungan melebihi besarnya
ketidakjelasan status hukum kepemilikan objek utang yang dijamin. Objek Hak Tanggungan
jaminan, atau jumlah utang yang belum pasti yang diperjanjikan untuk dimiliki oleh
(fix). Dalam beberapa kasus ditemukan bahwa Pemegang Hak Tanggungan maka batal demi
penyelesaian kredit macet melalui eksekusi hukum. Untuk melindungi aspek hukum diatas,
objek jaminan Hak Tanggungan berdasarkan maka Pasal 12A UU Perbankan menentukan
titel eksekutorial mengalami hambatan dan bahwa bank dapat membeli agunan melalui
membutuhkan waktu yang panjang. Pada pelelangan maupun diuar pelelangan
Putusan Nomor 383/Pdt.G/2008/PN.Jkt.Bar. berdasarkan penyerahan sukarela maupun
ditemukan bahwa diperlukan waktu sekitar 4 berdasarkan kuasa untuk menjual diluar

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5903 48
Riska Fibrianti, Kedudukan Hukum Objek Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang Diambil Alih Oleh Kreditor (Ayda) Sebagai..

pelelangan apabila debitor tidak memenuhi kreditor untuk memiliki benda jaminan. Dengan
kewajibannya, dengan ketentuan agunan yang kata lain, tujuan dari hak tanggunan ini untuk
telah dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya. menjamin pelunasan utang jika debitor cidera
(Pasal 12 A ayat (1) UU Perbankan). Penjelasan janji dengan mengambil uang hasil penjualan
pasal ini menyebutkan bahwa pembelian objek jaminan itu. (YLBHI, 2007 : 149).
agunan oleh bank dimaksudkan untuk Pelaksanaan AYDA melalui pelelangan
mempercepat penyelesaian kewajiban debitor. umum tidak terlepas dari kesulitan dalam
Bank tidak diperbolehkan untuk memiliki mencari pembeli objek Hak Tanggugan yang
agunan yang telah dibelinya tersebut dan akan dieksekusi melalui lelang tersebut.
secepatcepatnya harus dijual kembali agar hasil Kesulitan ini menyebabkan waktu yang
penjualan agunan dapat segera dimanfaatkan diperlukan untuk menjual objek Hak
oleh bank untuk menyelesaikan kewajiban Tanggungan semakin banyak. Namun, dalam
debitor. Pasal 78 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Penguasaan agunan oleh bank pada saat 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan
pelaksanaan AYDA yang melebihi jangka Lelang menentukan bahwa pembelian agunan
waktu 1 (satu) tahun tetap tidak dapat dimiliki oleh bank dilakukan oleh pihak lain yang
oleh bank itu, meskipun masih dikuasai guna ditunjuk kemudian dalam jangka waktu 1 (satu)
penyelesaian kewajiban debitor. Pasal 12A UU tahun terhitung mulai tanggal pelaksanaan
Perbankan merupakan salah satu wujud lelang. Apabila dalam jangka waktu 1 (satu)
kepastian hukum bagi objek Hak Tanggungan tahun telah terlampaui belum menemukan
yang dikuasai oleh bank pada saat pelaksanaan pembeli objek Hak Tannggungan yang akan
AYDA lebih dari 1 (satu) tahun. Kepastian dilelang, maka bank ditetapkan sebagai
hukum dalam peraturan ini untuk pembeli. Peraturan ini memberikan kepastian
mempertahankan prinsip bahwa jaminan bukan hukum bahwa terhadap tidak adanya pembeli
untuk memiliki barangnya, tetapi menjamin objek Hak Tanggungan yang akan dilelang
bahwa debitor akan melakukan kewajibannya dalam pelaksanaan AYDA menetapkan bank
hingga lunas atau apabila macet dapat sebagai pembeli. Pelaksanaan AYDA oleh bank
secepatnya dijual untuk melunasi utang debitor bertujuan untuk mempercepat penyelesaian
tersebut. Prinsip hukum jaminan di atas, sama kewajiban debitor yang macet. Salah satunya
dengan prinsip yang terkandung dalam Pasal 12 melalui eksekusi agunan yang sebelumnya telah
UUHT yaitu Hak Tanggungan berisi hak untuk dijaminkan kepada kreditor untuk memperoleh
melunasi utang dari hasil penjualan benda fasilitas kredit. Kreditor biasanya melakukan
jaminan dan bukan memberikan hak bagi eksekusi melalui parate eksekusi.

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5903 49
Riska Fibrianti, Kedudukan Hukum Objek Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang Diambil Alih Oleh Kreditor (Ayda) Sebagai..

Parate eksekusi adalah melakukan persetujuan lagi dari pemberi Hak Tanggungan
ekseskusi sendiri tanpa bantuan atau campur dan selanjutnya mengambil pelunasan
tangan pengadilan atau hakim. Dalam piutangnya dari hasil penjualan itu lebih
pelaksanaan parate eksekusi terhadap objek dabhulu daripada kreditor-kreditor yang lain.
jaminan, kreditor tidak secara serta merta Sisa hasil penjualan tetap menjadi hak
melaksanakan parate eksekusi, akan tetapi pemberi Hak Tanggungan. Dengan demikian
terlebih dahulu dilakukan teguran-teguran dapat dikatakan bahwa hak untuk menjual objek
sesuai dengan kebiasaan hukum yang berlaku Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri
dalam praktek lembaga perbankan. Apabila merupakan salah satu perwujudan dari
debitor tidak melaksanakan kewajibannya kedudukan diutamakan yang dimiliki oleh
barulah dilakukan langkah parate eksekusi pemegang Hak Tanggungan, atau oleh
terhadap objek jaminannya. pemegang Hak Tanggungan pertama dalam hal
Dapat diperhatikan ketentuan yang terdapat lebih dari satu pemegang Hak
terdapat dalam Pasal 6 UU Hak Tanggungan, Tanggungan. Karena Pasal 6 UU Hak
yang menentukan bahwa apabila debitor cidera Tanggungan memberikan hak kepada
janji, pemegang Hak Tanggungan pertama pemegang Hak Tanggungan untuk dapat
mempunyai hak untuk menjual objek Hak melakukan parate eksekusi, dengan kata lain
Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui diperjanjikan atau tidak diperjanjikan, hak itu
pelelangan umum, serta mengambil pelunasan demi hukum dipunyai pemegang Hak
piutangnya dari hasil penjualan tersebut. Dalam Tanggungan. Oleh karena itu Sertifikat Hak
penjelasan Pasal 6 UU Hak Tanggungan Tanggungan yang merupakan tanda bukti
disebutkan bahwa hak untuk menjual objek Hak adanya Hak Tanggungan yang diberikan oleh
Tanggungan atas kekuasaan sendiri merupakan Kantor Pertanahan dan yang memuat irah-irah
salah satu perwujudan dari kedudukan yang “DEMI KEADILAN BERDASARKAN
diutamakan yang dipunyai oleh pemegang Hak KETUHANAN YANG MAHA ESA”,
Tanggungan atau pemegang Hak Tanggungan mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama
pertama dalam hal terdapat lebih dari satu dengan putusan pengadilan yang telah
pemegang Hak Tanggungan. Hak tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap. Parate
didasarkan pada janji yang diberikan oleh eksekusi Hak Tanggungan dapat dilakukan
pemberi Hak Tanggungan bahwa apabila langung tanpa fiat ekseksusi Pengadilan
debitor cidera janji, pemegang Hak Tanggungan berdasarkan Surat Edaran Badan Urusan
berhak untuk menjual objek Hak Tanggungan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) Nomor
melalui pelelangan umum tanpa memerlukan SE-21/PN/1998 jo. SE-23/PN/2000 tentang

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5903 50
Riska Fibrianti, Kedudukan Hukum Objek Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang Diambil Alih Oleh Kreditor (Ayda) Sebagai..

Petunjuk Pelaksanaan Pasal 6 Undang-Undang yang dilakukan adalah batal demi hukum. Hal
Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan ini berpotensi menimbulkan ketidakpastian
telah sesuai dengan ketentuan Pasal 6 UU Hak hukum. Sementara kendala sosiologisnya
Tanggungan yang menentukan bahwa kreditor adalah perlawanan melalui gugatan pengadilan,
dapat melakukan eksekusi Hak Tanggungan yang dilakukan oleh debitor ketika mengetahui
dengan kewenangan sendiri. Pelaksanaan parate bahwa bank akan melakukan upaya eksekusi
eksekusi merupakan suatu perlindungan bagi atas tanah dan atau bangunan yang menjadi
pihak kreditor agar dalam proses pemberian jaminan kredit dan kesulitan bank mencari
kredit, khususnya setelah kredit tersebut pembeli lelang atas tanah dan bangunan yang
direalisasi dan telah diterima debitor, pihak menjadi objek lelang eksekusi tersebut. Oleh
kreditor tidak dirugikan oleh pihak debitor yang karena itu sering terjadi perlawanan daari pihak
melakukan wanprestasi terutama dalam debitor yang menyebabkan proses pelaksanaan
melaksanakan perjanjian kredit, juga untuk agunan yang diambil alih melalui eksekusi
memberikan kepastian hukum pengembalian objek Hak Tanggungan melebihi jangka waktu
kredit yang telah diberikan kreditor kepada yang telah ditetapkan yaitu paling lama 1 (satu)
debitor dan kepastian hukum merupakan salah tahun.
satu asas essensial dalam negara hukum. Dapat Selain parate eksekusi, jenis eksekusi lain
dikatakan bahwa kreditor yang mendapaktan dapat dilakukan oleh bank selaku kreditor.
kepastian hukum dalam pengambilalihan Ketentuan tentang jenis eksekusi objek Hak
agunan melalui parate eksekusi dapat Tanggungan secara menyeluruh diatur dalam
mempercepat prosesnya sehingga pelaksanaan Pasal 20 UU Hak Tanggungan, yaitu Eksekusi
AYDA tidak melebihi jangka waktu yang telah dengan Penetapan Pengadilan (fiat eksekusi)
ditetapkan, yaitu paling lama 1 (satu) tahun. dan Eksekusi dengan penjualan di bawah
Dalam pelaksanaan parate eksekusi Hak tangan. Eksekusi dengan Penetapan Pengadilan
Tanggungan terdapat kendalakendala meliputi (fiat eksekusi) terdapat dalam Pasal 14 ayat (2)
kendala yuridis dan kendala sosiologis. Kendala jo Pasal 20 ayat (2) UU Hak Tanggungan. Bank
yuridis utamanya adalah Putusan Mahkamah dapat mengajukan permohonan penetapan
Agung Nomor 3021/K/Pdt/1984 (30 Januari pengadilan (fiat eksekusi) melalui pengadilan
1984) yang menyatakan bahwa parate negeri maupun pengadilan agama (untuk bank
eksekusiyang dilakukan tidak dengan meminta syariah atau lembaga syariah) merujuk pada
persetujuan pengadilan negeri, meskipun ketentuan Pasal 14 Peraturan Menteri Keuangan
didasarkan Pasal 1178 ayat (2) KUHPerdata, Republik Indonesia Nomor 27/PMK.06/2016
adalah perbuatan melawan hukum dan lelang tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5903 51
Riska Fibrianti, Kedudukan Hukum Objek Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang Diambil Alih Oleh Kreditor (Ayda) Sebagai..

Praktik pelakanaan eksekusi yang Penjualan dibawah tangan dapat


umumnya dikabulkan melalui penetapan dilakukan asalkan hal tersebut disepakati oleh
pengadilan adalah eksekusi jaminan akibat pemberi dan pemegang Hak Tanggungan, dan
adanya perjanjian kredit antara nasabah dengan dengan memenuhi syarat bahwa pelaksanaan
pihak bank. Hal ini disebabkan karena pada penjualan dibawah tangan ini hanya dapat
umumnya utang dan penjaminan dalam dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan
perjanjian kredit dapat dibuktikan dengan cepat sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi
dan sederhana. Dalam pengajuan permohonan dan/atau pemegang Hak Tanggungan kepada
eksekusi atas Sertifikat Hak Tanggungan yang pihak-pihak yang berkepentingan dan
berirah-irah “DEMI KEADILAN diumumkan sedikit-dikitnya 2 (dua) surat kabar
BERDASARKAN KETUHANAN YANG yang beredar di daerah yang bersangkutan
MAHA ESA” kepada Ketua Pengadilan Negeri dan/atau media massa setempat, serta tidak ada
agar dikabulkan maka permohonan tersebut pihak yang menyatakan keberatan. Pelaksanaan
sebaiknya berisikan tuntutan sebagai berikut: 1) eksekusi ini dimaksudkan untuk mempercepat
Melakukan peneguran kepada termohon penjualan objek Hak Tanggungan dan dengan
(debitor) agar memenuhi isi Sertifikat Hak harga penjualan tinggi.
Tanggungan; 2) Apabila dalam waktu 8 Pasal 31 KMK Nomor 557/KMK.01/1999
(delapan) hari sejak peneguran, termohon tentang petunjuk pelaksanaan Lelang
(debitor) melalaikannya maka Ketua Pengadilan menyatakan bahwa : 1) Dalam hal pembeli
Negeri akan melakukan Sita Eksekusi terhadap bertindak untuk orang lain atau badan harus
benda jaminan milik termohon (debitor); 3) disertai dengan surat kuasa; 2) Bank sebagai
Agar Ketua Pengadilan Negeri menetapkan kreditor dapat membeli agunannya melalui
Lelang Eksekusi terhadap benda jaminan lelang, dengan menyatakan bahwa pembelian
tersebut untuk pelunasan utang termohon tersebut dilakukan untuk pihak lai yang akan
(debitor). Eksekusi dengan penjualan di bawah ditunjuk kemudian; 3)Pembelian agunan
tangan terdapat dalam Pasal 20 ayat (2) dan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
ayat (3) UU Hak Tanggungan. Yang dimaksud disertai dengan akta notaris. Dalam ilmu
penjualan di bawah tangan (Offsetting) adalah hukum, akta notaris yang memuat keterangan
penjualan atas tanah yang dijadikan jaminan untuk siapa seseorang melakukan pembelian
dan dibebani Hak Tanggungan oleh kreditor dikenal dengan Akta De Command. Penjualan
sendiri secara langsung kepada orang lain/pihak kembali agunan yang telah diambilalih oleh
yang berminat, tetapi juga dibantu oleh pemilik bank terkadang menemui kendala, khususnya
tanah dan bangunan yang dimaksud. agunan yang berupa benda tidak bergerak.

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5903 52
Riska Fibrianti, Kedudukan Hukum Objek Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang Diambil Alih Oleh Kreditor (Ayda) Sebagai..

Sehingga Pengambilalihan agunan/asset debitor segera dimanfaatkan oleh bank. Oleh karena itu,
/penjamin oleh bank, apabila dalam waktu 1 secara praktik aset-aset yang dimiliki oleh bank
(satu) tahun belum terjual juga maka harus memiliki status sebagai aset non-operasional.
dilakukan balik nama kepada bank yang Walaupun pada Pasal 28 PMK 27/2016
bersangkutan, yang akan berdampak pada sebagaimana diulas di atas mengatakan bahwa
neraca keuangan bank. bank dianggap sebagai pembeli dari barang
Tujuan penyelesaian kredit macet agunan apabila tidak mendapatkan pembeli atas
melalui pengambilalihan aset debitor (AYDA) agunan tersebut, namun tidak terdapat
tersebut adalah untuk mengurangi kredit ketegasan mengenai bank pemerintah atau
bermasalah, karena dengan diambil alihnya aset swasta yang dapat memiliki agunan tersebut.
tersebut, maka hutang debitor secara langsung Dalam praktik di lapangan bank swasta
dianggap lunas, karena menumpuknya kredit diduga melakukan pemilikan atas tanah melalui
bermasalah akan berpengaruh terhadap tingkat mekanisme AYDA. Hal ini dapat bertentangan
kesehatan bank. Hal tersebut diperbolehkan dan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
diatur oleh UU Perbankan dengan syarat 1963 Tentang Penunjukan Badan-Badan
pengambilalihan dilakukan untuk mencairkan Hukum yang Dapat Mempunyai Hak Milik atas
aset tersebut kembali dalam jangka waktu Tanah (PP 38/1963). Lebih lanjut, Pasal 110
paling lama 1 (satu) tahun untuk bank umum. Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun
Dalam pengambilalihan agunan diperlukan alas 1997 tentang Pendaftaran Tanah (Permenag
hak yang berupa akta jual beli agunan antara 3/1997) memiliki semangat yang seragam
kreditor sebagai pembeli dan debitor sebagai dengan UU Perbankan dan PP 38/1963 yang
penjual. Akta Jual Beli (AJB) merupakan alas mengatur bahwa bank pemerintah (disini lebih
hak atau alas hukum untuk memindahkan hak tegas karena tidak menyebut bank swasta) dapat
milik debitor berupa agunan kepada kreditor. mendaftarkan secara langsung nama pembeli
Bagi agunan barang tidak bergerak berupa akhir yang ditunjuk bank tersebut. Lalu, pada
tanah dan bangunan yang melekat diatasnya Pasal 110 ayat (3) Permenag 3/1997 juga
maka akta jual beli dibuat oleh Pejabat Pembuat mengatur bahwa proses balik nama karena bank
Akta Tanah (PPAT). sudah dianggap pembeli harus dilakukan
Pada Paragraf ketiga Penjelasan Pasal dengan proses penandatanganan akta jual-beli
12A UU Perbankan mengatakan bahwa bank antara bank yang ditetapkan sebagai pembeli
tidak diperbolehkan memiliki agunan yang dengan pembeli dikemudian hari. Hal ini
dibelinya dan secepat-cepatnya harus dijual menunjukan bahwa dalam hal ini Pemenag
kembali agar hasil penjualan agunan dapat 3/1997 juga memiliki semangat yang sama

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5903 53
Riska Fibrianti, Kedudukan Hukum Objek Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang Diambil Alih Oleh Kreditor (Ayda) Sebagai..

untuk melakukan pencairan terhadap agunan kepemilikan di hadapan Notaris/PPAT. Hal ini
yang diambil alih. guna melindungi kepentingan hukum si
Terkait dengan pemilikan agunan oleh penerima AYDA dari tuntutan/gugatan di
bank masih terdapat permasalahan berdasarkan kemudian hari.
Pasal 12 Undang-Undang No.4 Tahun 1996
Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda- C. PENUTUP
Benda yang Berkaitan dengan Tanah yang pada 1. Kesimpulan
pokoknya mengatur bahwa janji yang Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
memberikan kewenangan kepada pemegang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
hak tanggungan untuk memiliki objek hak diambil kesimpulan sebagai berikut:
tanggungan apabila debitor cidera janji. Tidak 1. Salah satu upaya penyelamatan kredit macet
ada pengaturan jelas mengenai mekanisme pada bank adalah dengan dilakukannya
pembagian kelebihan hasil penjualan barang pengambilalihan asset debitor (AYDA).
agunan yang telah dilakukan oleh bank. Dalam Pemilihan penyelesaian kredit melalui
hal ini Peraturan Pemerintah harus dengan jelas AYDA dilakukan berdasarkan penyelesaian
memberikan pengaturan mengenai fungsi yang dianggap terbaik bagi bank, dalam arti
pengawasan dari pengembalian hasil penjualan memperkecil resiko kerugian bank dan/atau
agunan apabila hasil tersebut melebihi total mengoptimalkan manfaat dan/atau
piutang dari bank. keuntungan (mempercepat penyelesaian
Tidak adanya pengawasan ini berbahaya kredit bermasalah/memperoleh recovery
bagi keadaan bisnis di Indonesia karena dalam yang optimal). Proses pelaksanaan
hal bank mengincar margin keuntungan dari penyelesaian kredit macet melalui
penjualan barang agunan di luar kegiatan pengambilalihan asset debitor / Asset
perbankan maka seharusnya hal tersebut tidak settlement (AYDA).
dimungkinkan karena hal tersebut bukan 2. Tujuan penyelesaian kredit macet melalui
kegiatan perbankan sebagaimana diamanatkan pengambilalihan aset debitor (AYDA)
oleh UU Perbankan. Pengaturan ini berfungsi tersebut adalah untuk mengurangi kredit
untuk menyelamatkan bank dari persoalan- bermasalah, karena dengan diambil alihnya
persoalan penggelapan hasil penjualan agunan aset tersebut, maka hutang debitor secara
dari debitor yang dirugikan. Untuk mencegah langsung dianggap lunas, karena
permasalahan hukum di kemudian hari, dalam menumpuknya kredit bermasalah akan
praktiknya proses AYDA selalu diikuti dengan berpengaruh terhadap tingkat kesehatan
balik nama sebagai bentuk pengalihan bank. Terkait dengan pemilikan agunan oleh

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5903 54
Riska Fibrianti, Kedudukan Hukum Objek Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang Diambil Alih Oleh Kreditor (Ayda) Sebagai..

bank masih terdapat permasalahan ketentuan atau prinsip yang dilanggar yang
berdasarkan Pasal 12 Undang-Undang No.4 akan merugikan pihak kreditor sendiri.
Tahun 1996 Hak Tanggungan Atas Tanah 2. Sebaiknya pembelian agunan oleh bank
Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan berdasarkan Akta De Command harus
Tanah yang pada pokoknya mengatur bahwa dialihkan ke pihak lain yang ditunjuk dalam
janji yang memberikan kewenangan kepada jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung mulai
pemegang hak tanggungan untuk memiliki tanggal pelaksanaan lelang. Tidak adanya
objek hak tanggungan apabila debitor cidera pengawasan ini berbahaya bagi keadaan
janji. Sertipikat Hak Milik harus dialihkan ke bisnis di Indonesia karena dalam hal bank
atas nama perorangan dan tidak boleh di ke mengincar margin keuntungan dari
atas nama Perseroan Terbatas.Tidak ada penjualan barang agunan di luar kegiatan
pengaturan jelas mengenai mekanisme perbankan maka seharusnya hal tersebut
pembagian kelebihan hasil penjualan barang tidak dimungkinkan karena hal tersebut
agunan yang telah dilakukan oleh bank. bukan kegiatan perbankan sebagaimana
Dalam hal ini Peraturan Pemerintah harus diamanatkan oleh UU Perbankan.
dengan jelas memberikan pengaturan
DAFTAR PUSTAKA
mengenai fungsi pengawasan dari
a) Buku-Buku
pengembalian hasil penjualan agunan apabila
Gatot Supramono, Perjanjian utang
hasil tersebut melebihi total piutang dari
piutang, Kencana Prenada Media
bank.
Group, Jakarta, 2013.
2. Saran
Hariri, Wawan Muhwan, 2011, Hukum
Berdasarkan kesimpulan yang telah
Perikatan, Pustaka Setia, Bandung.
dikemukakan di atas, maka peneliti mengajukan
Indrawati, Soewarso, Aspek Hukum
saran sebagai berikut:
Jaminan Kredit, Jakarta, Institut
1. Sebaiknya sebagai salah satu upaya
Bankir Indonesia, 2002.
penyelamatan kredit macet pada bank
J.Satrio, Parate Eksekusi Sebagai Sarana
adalah dengan dilakukannya
Mengatasi Kredit Macet, Bandung,
pengambilalihan asset debitor (AYDA),
Citra Aditya Bhakti, 1993.
akan tetapi dilakukan dengan
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan
memperhatikan ketentuan yang ada
Lainnya, Jakarta, PT. Raja
sehingga tidak menjadi persoalan
Grafindo, 2000.
dikemudian hari dikarenakan terdapat suatu
Muhammad Abdulkadir, Murniati Rilda,
Lembaga Keuangan dan
DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5903 55
Riska Fibrianti, Kedudukan Hukum Objek Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang Diambil Alih Oleh Kreditor (Ayda) Sebagai..

Pembiayaan, Bandung, PT. Citra Lembaran Negara Republik


Aditya Bakti, 2000. Indonesia Tahun 1996 Nomor 42.
Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja, Undang - Undang Nomor 10 Tahun 1998
Seri Hukum Harta Kekayaan: Hak tentang perubahan atas Undang-
Istimewa,Gadai, dan Hipotek, Undang No.7 Tahun 1992 tentang
Kencana, Jakarta, 2007. Perbankan Lembaran Negara
Poesoko, Herowati, Parate Executie Republik Indonesia Tahun 1998
Obyek Hak Tanggungan, Laksbang Nomor 182.
Pressindo, Yogyakarta, 2008. Peraturan Bank Indonesia Nomor
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan 6/25/PBI/2004 tentang Rencana
Keperdataan, Sinar Grafika, Bisnis Bank Umum.
Jakarta, 2008. Peraturan Bank Indonesia Nomor
Subekti, Aneka Perjanjian, PT. Citra 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian
Aditya Bakti, Bandung, 1995. Kualitas Aset Bank Umum.
Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, c) Sumber Lain
2002. Bachtiar, Sibarani, Kredit Macet dan
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Upaya Penanggulangannya
Hukum, penerbit Universitas Atma (Himpunan dari sebagian Karya
Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, 2010. Tulis yang pernah diterbitkan Surat
Suharno, Analisa Kredit, Jakarta, Kabar dan majalah), bandung, 2001.
Djambatan, 2003. Jurnal Mimbar Vol XXVIII No.2, “Asas
YLBHI, Panduan Bantuan Hukum di dan Jenis Akad Dalam Hukum
Indonesia,YLBHI dan PSHK, Ekonimi Syariah: Implementasinya
Jakarta, 2007. pada Usaha Bank Syariah” oleh
b) Peraturan Perundang-undangan Neni Sri Imaniyati - Fakultas
Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1960 Hukum UNISBA, Bandung,
Tentang Peraturan Dasar Pokok - Desember 2011, diakses melalui
Pokok Agraria Lembaran Negara https://media.neliti.com/media/publi
Republik Indonesia Tahun 1960 cations/7419-ID-asas-dan-jenis-
Nomor 104. akad-dalam-hukum-ekonomi-
Undang - Undang Nomor 4 Tahun 1996 syariah-implementasinya-pada-
Tentang Hak Tanggungan usaha-bank.pdf , Diakses pada

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5903 56
Riska Fibrianti, Kedudukan Hukum Objek Jaminan Sertipikat Hak Milik Yang Diambil Alih Oleh Kreditor (Ayda) Sebagai..

tanggal 22 Februari 2020, Pukul tanggal 22 Februari 2020, pukul


21.55 WIB. 13.30.
Jurnal “Hukum Perbankan - untuk https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-
lingkungan sendiri” oleh Neni Sri jakarta5/baca-berita/17833/AYDA-
Imaniyati, SH, MH., , Berpotensi-Tingkatkan-
Fakultas Hukum UNISBA, Produktifitas-Lelang.html (diakses
Bandung, 2008, diunduh melalui pada tanggal 23 Februari 2020
https://www.academia.edu/8946981 pukul 12.53 WIB)
/hukum_perbankan , Diakses pada http://www.hukumonline.com/klinik/detail
tanggal 22 Februari 2020, /lt4dbe6ff9a16fd/bagaimana-bank-
Pukul 22.45 WIB. melakukan-ayda,Diakses pada
file:///D:/HUKUM%20PERBANKAN/144 tanggal 23Februari 2020, pukul
85-51207-1-SM.pdf, Diakses pada 21.44 WIB.
tanggal 24 Februari 2020, pukul http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/203
23.07WIB. 34349-T32614-Nalia%20Safitri.pdf
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/ diakses pada tanggal 24 Februari
baca/12717/Lelang-Hak-Tagih- 2020 pukul 00.59 WIB)
Mengapa-TIdak.html, Diakses

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5903 57

Anda mungkin juga menyukai