Anda di halaman 1dari 16

KREDIT SINDIKASI

Jordibec Essa Bala 2106667135


M. Fiqri Haikal 2106784610
Michaell Yose Andersen 2106784485
Nindy Prastuti 2106667482
Nina Dwi Yulianti 2106784781
Reza Fachry Kesuma 2106784951
PEMBAHASAN

1. Pengertian Kredit Sindikasi


2. Pihak dalam Kredit Sindikasi
3. Peran Pihak dalam Kredit Sindikasi
PENGERTIAN
Menurut situs resmi Bank Indonesia, disebutkan bahwa Kredit Sindikasi adalah
“pemberian kredit oleh sekelompok bank kepada satu debitur, yang jumlah kreditnya
terlalu besar apabila diberikan oleh satu bank saja (loan syndication)”

Secara umum peraturan terkait kredit sindikasi masuk dalam ranah Hukum Perikatan
yang diatur dalam Buku Ke III Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Hukum perikatan
merupakan bagian dari hukum harta kekayaan (Vermogensrecht) yang mempunyai sistem
terbuka.

Sistem terbuka adalah orang dapat mengadakan perikatan yang bersumber pada
perjanjian, perjanjian apapun dan bagaimanapun isinya yang mereka kehendaki, baik
yang diatur dalam undang-undang maupun tidak diatur dalam undang-undang.
Beberapa peraturan yang mengatur tentang Kredit Sindikasi, antara lain:

1. Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/33/UPK tanggal 3 Oktober 1973 mengenai Pembiayaan
Bersama oleh Bank-Bank Pemerintah (Konsorsium)
2. Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/26/UPK yang dikeluarkan pada tahun 1979
3. Peraturan Bank Indonesia No. 7/14/PBI/2005 tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan
Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank
4. Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/23/DPD tertanggal 8 Juli 2005
Proses pemberian kredit sindikasi, ada 3 (tiga) tahap yang harus dilalui mulai dari munculnya
arranger sampai suatu perjanjian kredit sindikasi ditandatangani dan akhirnya kredit sindikasi dapat
digunakan oleh debitur. Ketiga tahap tersebut:

1. Pre-mandate Phase

2. Post-mandate Phase

3. Post-signing Phase
Pembiayaan Kredit Sindikasi

1. Offshore Loan, yaitu pinjaman yang berasal dari luar negeri, dana pinjaman sindikasi tersebut adalah
devisa yang beredar di luar negeri, dengan kata lain diberikan dalam bentuk valuta asing (devisa).

2. Onshore Loan, yaitu pinjaman yang dananya berasal dari Negara debitur sendiri, dapat diberikan dalam
bentuk valuta asing atau rupiah dan para kreditur sindikasinya biasanya terdiri dari beberapa
bank/lembaga keuangan nasional
Ciri-Ciri Utama Kredit Sindikasi
1. Terdiri atas lebih dari satu pemberi kredit sebagai peserta sindikasi kredit;
2. Besarnya jumlah kredit;
3. Jangka waktu kredit;
4. Adanya bunga;
5. Tanggung jawab berbagi;
6. Dokumentasi kredit;
7. Publisitas.
PARA PIHAK

1. Debitur/Peminjam

Debitur/peminjam dalam kredit sindikasi sangat memperhatikan dan mengutamakan mengenai


kemudahan proses peminjaman, cepat, fleksibel dan ekonomis. Namun di lain pihak, Debitur
berkepentingan memelihara dan memperbaiki credit standingnya. Di samping itu, Debitur bertanggung
jawab menyediakan semua informasi yang dibutuhkan oleh pimpinan atau manajer sindikasi.
2. Bank Peserta

Bank-bank peserta sebagai pihak yang memberikan kredit meminta agar semua kriteria dan ketentuan - ketentuan dalam
kredit sindikasi harus dipenuhi seperti hal nya dalam proses kredit langsung.

Kriteria atau persyaratan tersebut antara lain menyangkut masalah :


1. Kelayakan Debitur/peminjam
2. Tingkat bunga kredit yang bersaing
3. Pembayaran kembali
3. Manajer Sindikasi

Manajer sindikasi atau sering disebut syndicat leader mempunyai 4 (empat) macam fungsi yang terpisah dalam suatu usaha
kredit sindikasi yang di kenal dengan “4 S” yaitu :
1. Sourcing
2. Structuring
3. Selling
4. Servicing
PERAN PARA PIHAK
dan PELAKSANAANNYA

Adapun pihak – pihak yang terlibat dalam pemberian kredit sindikasi yakni, pihak debitur, arranger
( bank yang bertugas mempertemukan debitur dengan peserta sindikasi ) , lead manager, participant
( bank – bank peserta sindikasi ), agen bank yang terdiri atas facility agent ( agen dalam pengurusan
administrasi ), security agent ( agen jaminan ) , dan escrow agent ( agen pengelola rekening
penampungan ) serta melibatkan pula notaris dalam pengesahan perjanjian kredit yang dibuat.

Dalam keaadan tertentu arranger dapat merangkap sebagai lead manager yaitu pemimpin dalam
suatu pemberian kredit sindikasi, ataupun dapat dipisah antara bank yang menjadi arranger atau
menjadi lead manager. Selanjutnya atas mandate yang telah diberikan oleh debitur, lead manager akan
menyiapkan dua dokumen yakni information memorandum yang memuat rincian mengenai pinjaman,
informasi mengenai profil perusahaan, jumlah kredit yang dibutuhkan, proposal pembiayaan proyek dari
calon penerima kredit ( debitur ) serta dokumen perjanjian kredit sindikasi.
PERAN PARA PIHAK DAN PELAKSANAANNYA

Para peserta sindikasi ( participants ) selanjutnya akan melakukan penilaian terhadap dokumen
permohonan kredit tersebut, apakah bersedia turut serta memberikan kredit atau tidak. Setelah
menyetujui permohonan tersebut maka proses selanjutnya yakni penandatanganan perjanjian kredit.
Penandatanganan perjanjian kredit tersebut dilakukan oleh bank – bank peserta sindikasi, penerima kredit
beserta notaris. Setelah proses pendatanganan selesai maka selanjutnya agent bank akan mentatausahakan
penyediaan dana yang berlangsung melalui suatu proses yakni bank – bank peserta sindikasi akan
mentransfer sejumlah dana yang telah disepakati untuk diberikan kepada penerima kredit dalam suatu
rekening khusus. Kemudian tugas agent bank yaitu mentransfer keseluruhan jumlah dana yang akan ditarik
oleh debitur sindikasi sesuai dengan perjanjian kredit sindikasi. Tugas agent bank selanjutnya akan
berlangsung terus selama jangka waktu kredit. Setelah kredit tersebut ditandatangani biasanya akan
dilakukan publisitas atas terbentuknya kredit sindikasi tersebut
PIHAK CALON DEBITUR (BORROWER) DENGAN PIHAK ARRANGER

Hubungan tercipta antara calon debitur dengan arranger bermula pada saat
pemberian mandate oleh calon debitur untuk mensindikasikan kreditnya. Dengan
kata lain, instrumen mandate ini arranger ditunjuk dan diangkat oleh calon debitur
untuk mensindikasikan kredit. Pihak pemegang mandate, yakni arranger
mengemban tugas utama untuk mensindikasikan kredit dengan jalan
menegoisasikan kredit yang dibutuhkan calon debitur dengan bank-bank
peserta/Participacing Banks atas nama calon debitur.

Sumber: Umardani, Mohamad Kharis (2016). KREDIT SINDIKASI DALAM PERSPEKTIF HUKUM
DAN PERATURAN PERBANKAN (STUDI KASUS PADA PT BANK DKI). ADIL: Jurnal Hukum, 7(1),
90-110.
PIHAK DEBITUR (BORROWER) DENGAN PIHAK PARA KREDITUR (LENDERS/PARTICIPANT)

Pihak kreditur dalam perjanjian kredit sindikasi, mempunyai kewajiban pokok


menyediakan dana atau kredit sesuai dengan tujuan dan jangka waktu perjanjian dan
kewajiban-kewajiban debitur membayar hutang, debitur diwajibkan membayar
sejumlah biaya yang diperlukan guna terselenggaranya kredit sindikasi, dan
kewajiban membayar bunga (interest).

Sumber: Umardani, Mohamad Kharis (2016). KREDIT SINDIKASI DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN
PERATURAN PERBANKAN (STUDI KASUS PADA PT BANK DKI). ADIL: Jurnal Hukum, 7(1), 90-110.
PIHAK PARA KREDITUR (LENDERS/PARTICIPANT)
DENGAN AGENT BANK

Hubungan tercipta antara agent bank dengan pihak leaders/participacing banks


adalah melalui cara penunjukan dan pengangkatan oleh leaders/participacing banks
kepada agent bank untuk mewakili dan bertindak untuk dan atas namanya

Sumber: Umardani, Mohamad Kharis (2016). KREDIT SINDIKASI DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN
PERATURAN PERBANKAN (STUDI KASUS PADA PT BANK DKI). ADIL: Jurnal Hukum, 7(1), 90-110.
DIANTARA PARA PIHAK KREDITUR
(LENDERS/PARTICIPANT)

Dikarenakan kreditur terdiri atas lebih dari satu pemberi kredit maka jumlah kredit
yang diberikan oleh masing-masing kreditur ditentukan menurut kebutuhan yang
diperlukan bagi pembiayaan proyek debitur dan tanggung jawab masing-masing bank
peserta sindikasi/kreditur tidak bersifat tanggung renteng yang artinya masing-masing
kreditur/bank hanya bertanggung jawab untuk bagian jumlah kredit yang menjadi
komitmennya sehingga tanggung jawab masing-masing kreditur tidak merupakan
tanggung jawab dimana satu bank menjamin bank lainnya.
Sumber: Umardani, Mohamad Kharis (2016). KREDIT SINDIKASI DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN
PERATURAN PERBANKAN (STUDI KASUS PADA PT BANK DKI). ADIL: Jurnal Hukum, 7(1), 90-110.

Anda mungkin juga menyukai