Anda di halaman 1dari 32

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN RISIKO SISTEMATIS

TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG


TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2018-2020

DISUSUN OLEH :
---------------------------------------------
KANY ALEMINA M. SEMBIRING 190110054
MASRIDA DANIATY HUTAGALUNG 190110061
RIRIS ANGGREANI HARAHAP 190110065
CINDY WULAN SARI TURNIP 190110079

MANAJEMEN KEUANGAN
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
MEDAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal memiliki peran yang cukup
penting terhadap kehidupan perekonomian suatu negara. Pasar modal juga menjalankan
fungsi yaitu sebagai sarana pendanaan usaha ataupun sarana perusahaan untuk mendapatkan
dana dari investor yang dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan
modal kerja, dan juga menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi baik dalam bentuk
saham, obligasi, reksadana, dan lain sebagainya.

Pasar modal juga disebut memiliki fungsi keuangan dikarenakan pasar modal
memberikan kemungkinan dan kesempatan dalam memperoleh imbalan bagi pemilik dana
(investor), sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Dengan adanya pasar modal,
aktivitas perekonomian diharapkan mampu meningkatkan pendapatan perusahaan dan pada
akhirnya memberikan kemakmuran bagi masyarakat. Dalam pasar modal dikenal berbagai
aktivitas seperti transaksi saham, kinerja perusahaan, harga saham, laba, maupun kebijakan
dividen dan lain sebagainya. Dalam hal ini juga, semakin banyak investor yang menanamkan
uangnya di saham maka harga pasar akan naik, sebaliknya jika investor saham berkurang
maka harga pasar pun akan turun. Tingginya harga pasar menunjukkan bahwa saham tersebut
diminati oleh investor karena dapat menghasilkan capital gain yang semakin besar pula.

Namun sebelum berinvestasi, investor akan melakukan penilaian terlebih dahulu


terhadap saham yang dipilih olehnya, seperti apakah saham tersebut dapat memberikan
tingkat return yang diharapkan atau tidak. Dalam penilaian saham dikenal tiga jenis nilai
yaitu nilai buku, nilai pasar, dan nilai intrinsic saham. Nilai buku merupakan nilai yang
dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham. Nilai pasar adalah nilai saham
di pasar yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar. Nilai intrinsic adalah nilai
saham yang sebenarnya. Apabila nilai pasar suatu saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya
maka saham tersebut tergolong mahal, maka investor sebaiknya mengambil keputusan untuk
menjual saham tersebut. Jika nilai saham pasar berada dibawah nilai intrinsic, berarti saham
tersebut tergolong murah, sehingga investor dapat membeli saham tersebut. Dan apabila nilai
pasar sama dengan nilai intrinsiknya maka investor harus menahan saham tersebut.

Dalam menetapkan harga, perusahaan tidak hanya memperhatikan harga namun juga
terhadap faktor – faktor diluar harga yang mempengaruhi jumlah permintaan, seperti situasi
pasar secara global, perilaku konsumen, siklus kehidupan produk, sehingga penetapan harga
ini dapat terarah , efektif, dan sesuai dengan tujuan perusahaan atas produk atau jasa yang
dihasilkannya (Budianas, 2003:5). Harga pasar saham menunjukkan nilai dari perusahaan itu
sendiri. Semakin tinggi nilai dari harga pasar suatu perusahaan, maka investor akan tertarik
untuk menjual sahamnya.

Laporan keuangan perusahaan memegang peranan penting. Dengan mengevaluasi

laporan keuangan, analisis akan mengetahui perkembangan dan kondisi keuangan

perusahaan: investor merasa perlu menganalisis keadaan keuangan perusahaan. Karena

kondisi dan keuangan perusahaan akan mempengaruhi kemampuannya untuk membagikan

dividen. Analisis keuangan dapat dilakukan dengan menghitung rasio-rasio keuangan

perusahaan baik yang berkaitan dengan likuiditas, manajemen aktiva, solvabilitas,

profitabilitas, dan nilai pasar.

Perusahaan manufaktur secara umum adalah perusahaan yang kegiatannya mengelola

bahan mentah menjadi barang jadi yang siap untuk digunakan oleh masyarakat. Proses ini

meliputi perancangan produk, pemilihan material, dan tahap – tahap proses dimana produk

tersebut dibuat. Setianingsih (2006) melakukan penelitian tentang faktor fundamental dan

resiko pasar terhadap harga saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor fundamental

dan faktor risiko secara simultan mempengaruhi harga saham. Secara parsial dividen kas

mempengaruhi harga saham sedangkan variabel yang lain tidak mempunyai pengaruh.

Menurut Tandelilin (2010:338) Analisis fundamental merupakan analisis terhadap

faktor-faktor makro ekonomi yang mempengaruhi kinerja seluruh perusahaan-perusahaan,

kemudian dilanjutkan dengan analisis industri, dan pada akhirnya dilakukan analisis terhadap
perusahaan yang mengeluarkan sekuritas bersangkutan untuk menilai apakah sekuritas yang

dikeluarkannya menguntungkan atau merugikan bagi investor.

Current Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan

menggunakan total aset lancar yang tersedia. Dengan kata lain, Current Ratio ini

menggambarkan seberapa besar jumlah ketersediaan aset lancar yang dimiliki perusahaan

dibandingkan dengan total kewajiban lancar (Hery, 2015:178).

Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya

proporsi utang terhadap modal. Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya perbandingan

antara jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan jumlah dana yang berasal dari

pemilik perusahaan (Hery, 2015:198).

Return On Asset mengukur kemampuan mengasilkan laba dari total aktiva yang

digunakan (Wiagustini, 2010:81). Setiap perusahaan berusaha agar nilai dari ROA mereka

tinggi. Semakin besar nilai dari ROA itu berarti bahwa semakin baik perusahaan

menggunakan assetnya untuk mendapat laba, dengan meningkatnya nilai ROA profitabilitas

dari perusahaan semakin meningkat (Arista, 2012).

Return On Equity merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi

ekuitas dalam menciptakan laba bersih. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar

jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total

ekuitas (Hery, 2015:230).

Book Value (nilai/harga buku per lembar saham) pada dasarnya mewakili jumlah

aset/ekuitas yang dimiliki perusahaan tersebut. Secara normal, book value suatu perusahaan

akan terus naik seiring dengan naiknya kinerja perusahaan demikian pula sebaliknya,

sehingga book value ini penting untuk mengetahui kapasitas dari harga per lembar suatu

saham serta dalam penentuan wajar atau tidaknya harga saham di pasar. Dengan demikian
secara tidak langsung dapat disimpulkan bahwa book value berpengaruh terhadap harga

saham (Tryfino, 2009: 10).

Price to Book Value (PBV) adalah perhitungan atau perbandingan antara market value

dengan book value suatu saham. Dengan rasio PBV ini, investor dapat mengetahui langsung

sudah berapa kali market value suatu saham dihargai dari book value-nya. Rasio ini dapat

memberikan gambaran potensi pergerakan harga suatu saham sehingga dari gambaran

tersebut, secara tidak langsung rasio PBV ini juga memberikan pengaruh terhadap harga

saham (Tryfino, 2009: 11).

Risiko sistematis (risiko pasar) merupakan risiko yang selalu ada dan tidak bisa

dihilangkan dengan melakukan diversifikasi karena akan mempengaruhi semua perusahaan

yang beroperasi. Risiko sistematis berhubungan dengan faktor makro yang terjadi diluar

perusahaan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat bunga

deposito, tingkat inflasi, nilai tukar valuta asing, kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi

dan lain-lain. Risiko sistematis tergantung pada paparan terhadap peristiwa ekonomi makro

dan bisa diukur sebagai sensitivitas pengembalian saham terhadap fluktuasi pengembalian

portofolio pasar, sensitivitas ini disebut dengan beta saham (Brealey, 2008:324).

Beta saham adalah suatu ukuran dari hubungan antara pengembalian investasi

dengan pengembalian pasar. Ini adalah suatu ukuran dari risiko investasi nondiversifikasi.

Beta juga yang mewakili pergerakan rata-rata pengembalian saham perusahaan sebagai

tanggapan terhadap pergerakan dalam pengembalian pasar (Arthur J. Keown dkk, 2004:207)
Tabel 1.1 Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Book Value per Share (BVS)

ROA (Return On Assets) % DER (Debt to Equity Ratio) % BVS (Book Value per Share ) %
NO KODE
2018 2019 2020 2018 2019 2020 2018 2019 2020
1 ADES 6,009 10,200 14,163 82,870 44,800 36,871 81,695 96,277 118,751
2 ARNA 9,571 12,099 16,558 50,731 52,886 50,991 14,937 16,029 17,775
3 BTON 12,796 0,593 1,910 18,677 25,146 24,482 25,438 25,588 26,209
4 CINT 2,758 1,385 0,050 26,424 33,829 29,236 38,868 38,967 38,536
5 DPNS 2,911 1,238 0,757 16,015 12,775 11,406 83,867 85,194 86,016
6 HMSP 29,051 26,956 17,275 31,801 42,666 64,258 30,398 30,674 25,999
7 IGAR 7,835 9,851 9,127 18,074 15,024 12,177 49,672 55,228 61,055
8 IMPC 4,452 3,724 4,294 72,727 77,601 83,988 28,390 29,136 30,328
9 KBLM 3,133 3,009 0,639 58,053 51,390 21,999 73,346 75,752 75,144
10 KLBF 13,762 12,522 12,407 18,645 21,305 23,464 32,628 35,638 38,989
11 PYFA 4,516 4,897 9,670 36,422 52,964 45,006 34,959 23,310 29,459
12 SIDO 19,890 22,884 24,263 14,987 1,517 19,486 19,351 20,431 21,478
13 SKBM 0,901 0,053 0,306 70,229 75,743 83,856 60,288 60,013 55,735
14 SMBR 1,374 0,540 0,191 59,430 59,989 68,350 34,973 17,353 16,982
15 SMSM 2,262 20,556 15,971 30,272 27,215 27,450 37,340 42,411 45,992
16 SPMA 3,602 5,523 7,017 80,763 72,201 51,239 59,332 65,145 72,421
17 SRSN 5,640 5,496 4,869 43,741 51,428 54,255 7,937 8,548 9,766
18 STAR 0,028 0,337 1,167 25,359 18,325 0,347 10,237 10,209 10,330
19 ROTI 2,894 5,052 3,787 50,633 51,396 37,937 47,150 49,990 52,173
20 TALF 4,466 2,066 1,254 21,799 31,815 44,530 59,728 74,499 75,377
21 ULTJ 12,628 15,675 12,676 16,354 16,857 83,074 41,329 48,947 41,388
22 WIIM 4,073 2,103 10,685 24,903 25,780 36,142 47,871 49,202 56,473
TOTAL 154,553 166,757 169,037 868,908 862,653 910,544 919,731 958,541 1006.375
RATA-RATA 7,025 7,580 7,683 39,496 39,212 41,388 41,806 43,570 45,744
Tabel 1.2 Beta Saham & Harga Saham

BETA SAHAM (Risiko


Sistematis) % HARGA SAHAM ( Rp )
NO KODE
2018 2019 2020 2018 2019 2020

1 ADES 0,281 2,009 1,293 920 1.045 1.460

2 ARNA 0,462 0,888 1,169 520 436 680

3 BTON -0,633 2,099 1,650 230 210 300

4 CINT 0,131 0760 0,003 284 302 240

5 DPNS 0,224 0,247 0,562 316 254 274

6 HMSP 1,785 1,443 0,976 3.710 2.100 1.505

7 IGAR 0,225 -0,073 1,327 382 340 354

8 IMPC -0,143 -0,219 0,142 940 1.050 1.325

9 KBLM 2,097 0,423 0,343 250 304 216

10 KLBF 1,214 1,136 0,497 1.520 1.620 1.480

11 PYFA -0,061 0,322 1,119 189 198 975

12 SIDO 0,714 -0,547 0,230 417 633 799

13 SKBM 0,817 -3,225 -0,560 695 410 324

14 SMBR -0,311 6,041 3,738 1.750 440 1.065

15 SMSM 0,063 0,762 0,897 1.400 1.490 1.385

16 SPMA 1,538 0,001 0,707 189 253 235

17 SRSN 0,046 1,421 0,322 63 68 58

18 STAR -0,790 2,670 -0,050 86 153 106

19 ROTI 0,952 0,265 0,262 1.200 1.300 1.360

20 TALF -0,580 -0,138 0,029 324 272 260

21 ULTJ -0,893 -1,166 0,053 1.350 1.680 1.600

22 WIIM -0,143 5,598 3,264 141 168 540

6,997 20,718 17,974 16.876 14.726 16.541


TOTAL
0,318 0,942 0,817 767,090 669,363 751,863
RATA-RATA

Berdasarkan tabel 1.1 dan 1.2 Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER),
Book Value per Share (BVS), Harga Saham & Beta Saham. Pada perusahaan manufaktur
periode 2018 sampai 2020 mengalami fluktuasi dapat kita lihat dari nilai rata-rata masing-
masing rasio.
Return on Assets (ROA) pada Tahun 2018 dengan rata-rata sebesar 7,025%, pada Tahun
2019 terjadi kenaikan dengan rata-rata sebesar 7,580%, dan pada Tahun 2020 semakin naik
dengan rata-rata sebesar 7,683%.

Debt to Equity Ratio (DER) pada Tahun 2018 berada pada angka 39,496%, pada Tahun
2019 turun dengan rata-rata sebesar 39,212%, dan pada Tahun 2020 terjadi kenaikan dengan
rata-rata sebesar 41,388%.

Book Value per Share (BVS) pada Tahun 2018 dengan rata-rata sebesar 41,806%, pada
Tahun 2019 naik dengan rata-rata sebesar 43,570%, dan pada Tahun 2020 semakin naik
dengan rata-rata sebesar 45,744%.

Beta Saham pada Tahun 2018 dengan rata-rata sebesar 0,318%, pada Tahun 2019 terjadi
kenaikan dengan rata-rata sebesar 0,942%, dan pada Tahun 2020 mengalami penurunan
kembali dengan rata-rata sebesar 0,817%.

Rata-rata harga saham perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2018 sebesar Rp.767,090 pada tahun 2019 rata-rata saham turun menjadi
Rp.669,363 dan pada tahun 2020 rata-rata saham kembali naik menjadi Rp.751,863.

1.2. Identifikasi Masalah

Setiap perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usahanya pasti menghadapi berbagai

masalah, salah satunya adalah masalah naik turunnya harga pasar saham sehingga nilai

perusahaan cenderung berfluktuasi. Penurunan harga saham dapat disebabkan oleh faktor

fundamental perusahaan . faktor fundamental meliputi Current Ratio (CR), Debt to Equity

Ratio (DER), Return On Asset (ROA), Return On Equity ( ROE), Book Value (BV), Price to

Book Value (PBV).

1.3. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas,

1. Apakah faktor fundamental berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


2. Apakah Risiko sistematis berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh faktor fundamental secara signifikan terhadap

harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk menganalisis pengaruh risiko sistematis terhadap harga saham perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitiannya adalah sebagai berikut :

1. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dibidang keuangan khususnya

pengaruh faktor fundamental dan risiko sistematis terhadap harga saham

2. Bagi investor khususnya dan masyarakat umumnya, sebagai pedoman dalam memberikan

informasi yang lengkap dan jelas mengenai pengaruh faktor fundamental dan risiko

sistematis terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek

Indonesia, sehingga dapat mempertimbangkan pengambilan keputusan yang akurat dalam

menginvestasikan dananya di pasar modal dan investor dapat memilih di perusahaan mana

ingin berinvestasi dengan memperhatikan karakteristik perusahaan yaitu perusahaan besar

dan perusahaan kecil.

3. Diharapkan dapat menambah informasi maupun wawasan terhadap peneliti selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Investasi

Investasi merupakan kegiatan dana pada satu atau lebih dan satu asset selama periode tertentu

dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan meningkatkan nilai investasi. Seseorang

melakukan investasi antara lain ingin mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang

akan datang, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan untuk menghemat pajak. Investasi

disebut juga sebagai penanaman modal.

Menurut Fahmi (2012:58) investasi dapat didefinisikan sebagai komitmen menemukan satu
atau lebih aset yang akan diselenggarakan selama beberapa periode masa depan. Investasi
berkaitan dengan pengelolaan kekayaan investor, yang merupakan pendapatan saat ini dan
nilai sekarang dari semua pendapatan masa depan.

Pengertian investasi Menurur Jogiyanto (2010:5), investasi dapat didefinisikan sebagai


penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan dalam produksi yang efesien selam periode
waktu tertentu.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari investasi adalah
sejumlah dana atau modal yang ditanamkan pada berbagai jenis investasi dalam kurun waktu
yang lama, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dimasa depan yang lebih tinggi.

Jenis-jenis investasi dapat digolongkan berdasarkan aset, pengaruh, ekonomi, menurut


sumbernya dan cara penanamannya.

1. Jenis Investasi berdasarkan Asetnya

Jenis investasi berdasarkan asetnya merupakan penggolongan investasi dari aspek modal atau
kekayaan. Investasi berdasarkan asetnya terbagi atas dua jenis, yaitu real asset dan financial
asset. Real Asset adalah investasi yang berwujud seperti gedung-gedung, kendaraan dan lain
sebagainya, sedangkan Financial Asset merupakan dokumen (surat-surat) klaim tidak
langsung dari pemegangnya terhadap aktivitas riil pihak yang menerbitkan sekuritas tersebut.

2. Jenis Investasi berdasarkan Pengaruhnya


Jenis investasi menurut pengaruhnya merupakan investasi yang didasarkan pada faktor-faktor
yang memengaruhi atau tidak berpengaruh dari kegiatan investasi. Jenis investasi
berdasarkan pengaruhnya dapat dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu investasi autonomus
(berdiri sendiri) dan Investasi Induces (memengaruhi atau menyebabkan).

Investasi Autonomus adalah investasi yang tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan,
bersifat spekulatif. Contoh investasi ini : pembelian surat-surat berharga.

Investasi Induced ialah investasi yang dipengaruhi kenaikan permintaan akan barang dan jasa
serta tingkat pendapatan. Contoh investasi ini : penghasilan transitori, yaitu penghasilan yang
diperoleh selain dari bekerja, seperti bunga dan sebagainya.

3. Jenis Investasi berdasarkan Sumber Pembiayaannya

Jenis investasi berdasarkan sumber pembiayaannya merupakan investasi yang didasarkan


pada asal-usul investasi yang diperoleh. Jenis investasi ini dapat dibagi lagi menjadi dua
macam, yaitu investasi yang besumber dari modal asing dan investasi yang bersumber dari
modal dalam negeri.

4. Jenis Investasi berdasarkan bentuknya.

Jenis investasi berdasarkan bentuknya merupakan investasi yang didasarkan pada cara
menanamkan investasinya. Jenis investasi ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
investasi portofolio dan investasi langsung. Investasi Portopolio dilakukan melalui pasar
modal dengan instrumen surat berharga, contohnya seperti saham dan obligasi. Investasi
langsung merupakan bentuk investasi yang dilakukan dengan membangun, membeli total,
atau mengakuisi suatu perusahaan. (Salim HS dan Budi Sutrisno: 2008:16).

2.2. Pasar Modal

Pasar modal adalah tempat bertemunya para pencari modal dan para pemberi modal. Di pasar
modal, perusahaan yang membutuhkan modal akan menjual efeknya baik dalam bentuk
saham maupun dalam bentuk obligasi kepada para investor, yang tentu saja dengan
mengharap imbal hasil atau keuntungan. Di dalam pasar modal, efek yang dijual merupakan
efek dengan jangka waktu panjang. Jangka waktu yang panjang tersebut didefinisikan dalam
waktu lebih dari 1 tahun. Sedangkan di dalam pasar uang, efek yang dipejualbelikan
merupakan efek jangka pendek atau di bawah satu tahun.
2.3. Harga Saham

Harga saham merupakan harga penutupan pasar saham selama periode pengamatan untuk
tiap-tiap jenis saham yang dijadikan sampel dan pergerakannya senantiasa diamati oleh para
investor. Sartono (2008:70) menyatakan bahwa “Harga saham terbentuk melalui mekanisme
permintaan dan penawaran di pasar modal. Apabila suatu saham mengalami kelebihan
permintaan, maka harga saham cenderung naik. Sebaliknya, apabila kelebihan penawaran
maka harga saham cenderung turun”.

Menurut Alwi (2003:87), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham,
antara lain:

1. Faktor Internal (Lingkungan mikro)

 Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian


kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan
keamanan produk, dan laporan penjualan.
 Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang
berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
 Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of director
announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan struktur
organisasi.
 Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas,
laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya.
 Pengumuman investasi (investment annuncements), seperti melakukan ekspansi
pabrik, pengembangan riset dan, penutupan usaha lainnya..
 Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi baru,
kontrak baru, pemogokan dan lainnya.
 Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir
tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share (EPS) dan dividen per
share (DPS), price earning ratio, net profit margin, return on assets (ROA), dan lain-
lain.
2. Faktor eksternal (Lingkungan makro)

Diantaranya antara lain :

 Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito,
kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang
dikeluarkan oleh pemerintah.
 Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap
perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.
 Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan
pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan,
pembatasan/penundaaan trading.
 Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang
berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu
negara.
 Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri

2.4 Faktor Fundamental

2.4.1 Current ratio (CR)

Current ratio (CR) adalah rasio yang mengukur kinerja keuangan necara likuiditas
perusahaan. Rasio Lancar ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban hutang jangka pendeknya pada 12 bulan ke depan. Calon kreditur umumnya
menggunakan rasio ini untuk menentukan apakah akan melakukan pinjaman jangka
pendek atau tidak kepada perusahaan yang bersangkutan. Rasio Lancar atau Current ratio
ini juga menunjukan efisiensi siklus operasi perusahaan atau kemampuannya mengubah
produk menjadi uang tunai. Rasio Lancar atau Current Ratio yang merupakan salah satu
Analisis Rasio Likuiditas ini juga dikenal dengan rasio modal kerja (working capital
ratio).

Current ratio merupakan salah satu ukuran likuiditas untuk menukur kemampuan
perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan aktitiva yang
dimilikinya rasio ini dibagikan dengan cara membagikan kewajiban jangka pendek
dengan aktiva lancar, ratio ini sering disebut dengan ratio modal kerja yang menunjukan
jumlah aktiva lancar yang tersedia dimiliki perusahaan untuk merespon kebutuhan-
kebutuhan bisnis dan meneruskan kegiatan bisnis harian. Menurut Sujarweni (2017:110)
Current Ratio (Rasio Lancar) merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki, Current Ratio dapat dihitung dengan rumus:

Current Ratio (CR)= (Aktiva Lancar)/(Hutang Lancar) x (100%)

2.4.2 Debt To Equity Ratio (DER)

Rasio ini memamparkan porsi yang relatif antara ekuitas dan utang yang dipakai
untuk membiayai aset perusahaan. DER membandingkan antara kewajiban (liabilities)
dengan ekuitas (equity). Utang tidak boleh lebih besar dari modal supaya beban
perusahaan tidak bertambah. Tingkat rasio yang rendah berarti kondisi perusahaan
semakin baik karena porsi utang terhadap modal semakin kecil.

Menurut Sujarweni (2017:111) Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas)
Merupakan perbandingan antara hutang-hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan
dan menunjukkan kemampuan modal sediri, perusahaan untuk memenuhi seluruh
kewajibannya. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :

Debt To Equity Ratio = (Total Hutang) / (Ekuitas Pemegang Saham) x (100 %)

2.4.3 Return on Asset (ROA)

Returun On Asset (ROA), merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah
aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga merupakan suatu ukuran tentang
efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya (Brigham & Houston 2009:114) .
Setiap perusahaan berusaha agar nilai dari ROA mereka tinggi. Semakin besar nilai dari
ROA itu berarti bahwa semakin baik perusahaan menggunakan assetnya untuk mendapat
laba, dengan meningkatnya nilai ROA profitabilitas dari perusahaan semakin meningkat
(Arista, 2012).

Menurut Harmono (2009:110) Return on Asset yaitu, Rasio imbalan aktiva (ROA)
merupakan suatu ukuran keseluruhan profitabilitas perusahaan. Dari definisi-definisi di
atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Return On Asset merupakan rasio imbalan
aktiva dipakai untuk mengevaluasi apakah manajemen telah mendapat imbalan yang
memadai (Reasobable Return) dari asset yang dikuasainya. Dalam perhitungan rasio ini,
hasil biasanya didefinisikan sebagai sebagai laba bersih (Operating Income). Rasio ini
merupakan ukuran yang berfaedah jika seseorang ingin mengevaluasi seberapa baik
perusahaan telah memakai dananya, tanpa memperhatikan besarnya relatif sumber dana
tersebut.Return On Asset kerap kali dipakai oleh manajemen puncak untuk mengevaluasi
unit-unit bisnis di dalam suatu perusahaan multidivisional.

ROA= (Laba bersih setelah pajak)/(Total Aktiva) x (100%)

2.4.4 Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan efektivitas perusahaan dalam


menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (share holder’s equity) yang
dimiliki oleh perusahaan.

Return On Equity (ROE) merupakan salah satu alat utama investasi yang paling
sering digunakan dalam menilai sebuah perusahaan (Bringham dan Houston, 2010:120).
Semakin tinggi nilai Return On Equity (ROE) menunjukkan semakin meningkatnya
profitabilitas/kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dengan
menggunakan modal sendiri (Harmono 2009:106). Dengan demikian peningkatan Return
On Equity (ROE) akan berdampak pada meningkatnya harga saham. Secara teoritis
Return On Equity (ROE) dapat dikatakan berpengaruh positif terhadap return saham
karena jika harga saham meningkat maka return saham juga akan meningkat.

Return On Equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan perusahaan (emiten) dalam


menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal sendiri, sehingga Return On
Equity (ROE) sering disebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Secara umum Retun On
Equity (ROE) dihasilkan dari pembagian laba bersih setelah pajak terhadap penyertaan
modal sendiri selama satu tahun terakhir. Retun on Equity (ROE) yang tinggi
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi pula
bagi pemegang saham. Semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan bagi pemegang saham, maka semakin tinggi keinginan investor untuk
membeli saham tersebut. Dengan demikian maka perubahan pada Return On Equity
(ROE) akan mempengaruhi harga saham.
Peningkatan Return On Equity (ROE) akan membuat pasar bereaksi positif bila pasar
cenderung menginterpretasikan bahwa peningkatan Return On Equity (ROE) sebagai
sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa mendatang. Demikian juga sebaliknya,
pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan Return On Equity (ROE) yang
dianggap sebagai sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa
mendatang. Hal ini sesuai dengan Theory signaling yang menunjukkan kecenderungan
adanya informasi asimetris antara manajemen dan pihak luar perusahaan yaitu para
investor yang akan membeli saham tersebut.

Return On Equity (ROE) diukur dalam bentuk persentase, yang dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :

ROE = (Laba bersih setelah pajak) / Total Ekuitas x (100% )

Laba bersih setelah pajak yang dimaksud merupakan laba operasi yang diperoleh
perusahaan setelah dikurangi dengan beban pajak penghasilan. Total ekuitas yang
dimaksud merupakan jumlah modal sendiri yang disetor kedalam perusahaan.

2.4.5 Book Value (BV)

Book Value (BV) adalah nilai/harga buku per lembar dari suatu saham yang diterbitkan.
Book Value per lembar saham yang diterbitkan pada dasarnya mewakili jumlah
aset/ekuitas yang dimiliki perusahaan tersebut. Mengetahui Book Value dari lembar
saham bukan saja penting untuk mengetahui kapasitas dari harga perlembar suatu saham.
Ini juga penting untuk digunakan sebagai tolak ukur dalam menentukan wajar tidaknya
harga saham di pasar (market value).

Bisa saja harga suatu saham terlihat mahal ataupun murah karena nominal harga dipasar
yang tinggi maupun rendah. Tapi, jika dibandingkan dengan book value- nya belum tentu
nominal yang tinggi di pasar harganya mahal dan belum tentu yang nominal yang kecil
dipasar harganya murah. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk mengetahui book
value suatu saham agar tidak terkecoh dengan harga saham yang ada di pasar.

Menurut Harmono (2016:114) Book Value merupakan Rasio harga pasar saham terhadap
nilai bukunya memberi indikasi lain tentang bagaimana investor memandang suatu
perusahaan. Perusahaan yang tingkat pengembalian atau ekuitasnya relative tinggi
biasanya menjual sahamnya dengan penggandaan nilai buku yang lebih tinggi daripada
perusahaan lain yang tingkat pengembaliannya rendah. Maka Book Value dapat dihitung
dengan rumus:

BV = (Total Equity)/Share x (100%)

2.4.6 Price Book Value (PBV)

Price to Book Value atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Rasio Harga terhadap
Nilai Buku yang disingkat dengan PBV adalah rasio valuasi investasi yang sering
digunakan oleh investor untuk membandingkan nilai pasar saham perusahaan dengan
nilai bukunya. Rasio PBV ini menunjukan berapa banyak pemegang saham yang
membiayai aset bersih perusahaan.

Nilai Buku atau Book Value memberikan perkiraan nilai suatu perusahaan apabila
diharuskan untuk dilikuidasi. Nilai Buku ini adalah nilai aset perusahaan yang tercantum
dalam laporan keuangan atau Balance Sheet dan dihitung dengan cara mengurangkan
kewajiban perusahaan dari asetnya (Nilai Buku = Aktiva – Kewajiban). Dengan kata lain,
Rasio Price to Book Value ini dapat menunjukan apa yang akan didapatkan oleh
pemegang saham setelah perusahaan terjual dengan semua hutangnya telah dilunasi.
Rasio PBV yang rendah merupakan tanda yang baik bagi perusahaan.

Menurut Harmono (2016:113) PBV atau Price to Book Value (Rasio Harga terhadap
nilai Buku) ini dapat dihitung dengan membagikan Harga per lembar Saham perusahaan
yang bersangkutan dengan nilai buku per lembar saham (Book Value per Share). Berikut
ini adalah Rumus PBV untuk menghitung rasio Harga Saham terhadap Nilai Buku ini.

Rasio Harga terhadap Nilai Buku = Harga per Lembar Saham / Nilai Buku perlembar
Saham Atau

PBV = (Stock Price Per Share)/(Book Value Per Share) x (100%)

2.5 Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Harga Saham

2.5.1 Pengaruh current ratio (CR) terhadap Harga Saham


Rasio Lancar atau Current ratio ini juga menunjukan efisiensi siklus operasi perusahaan
atau kemampuannya mengubah produk menjadi uang tunai. Rasio Lancar atau Current
Ratio yang merupakan salah satu Analisis Rasio Likuiditas ini juga dikenal dengan rasio
modal kerja (working capital ratio).

Menurut Sujarweni (2017:110) mendefinisikan rasio lancar atau current ratio merupakan
rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan
kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka
pendek atau utang yang segera jatuh tempo Semakin baik rasio current ratio-nya maka
akan semakin liquid perusahaan tersebut, sehigga dapat meningkatkan minat masyarakat
untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Hal ini akan berdampak positif pada harga
saham. Jadi, current ratio diperkirakan berpengaruh positif terhadap harga saham, artinya
ketika current rasio mengalami kenaikan, diikuti dengan kenaikan harga saham.

Dari hasil penelitian Liya Ariyani, Rita Andini, Edi Budi Santoso (2018) Current Ratio
(CR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Current Ratio digunakan
sebagai indikator likuiditas perusahaan.

2.5.2 Pengaruh Debt To Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham

Rasio ini memamparkan porsi yang relatif antara ekuitas dan utang yang dipakai
untuk membiayai aset perusahaan. Debt To Equity Ratio (DER) membandingkan antara
kewajiban (liabilities) dengan ekuitas (equity). Utang tidak boleh lebih besar dari modal
supaya beban perusahaan tidak bertambah. Tingkat rasio yang rendah berarti kondisi
perusahaan semakin baik karena porsi utang terhadap modal semakin kecil.

Menurut Sujarweni (2017:111) Debt to Equity Ratio merupakan perbadingan antara


hutang-hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan
modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi kewajibannnya.

Sitinjak (2006) dalam penelitiannya mengenai pengaruh Return On Equity (ROE),


Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER) dan Price to Book Value (PBV)
terhadap harga saham, menemukan hasil bahwa ROE, PER dam DER secara signifikan
tidak berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan DER berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap harga saham.
2.5.3 pengaruh Return On Asset ( ROA) terhadap Harga Saham

Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efiktivitas perusahaan di dalam


menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Beberapa ahli
mendefinisakan Retutn On Asset sebagai berikut, Definisi Return On Asset (ROA) yaitu
rasio antara Net Income After Tax terhadap aset secara keseluruhan menunjukan ukuran
produktivitas aktiva dalam memberikan pengembalian pada penanaman modal
(Sawir,2001).

Menurut Harmono (2009:110) Return on Asset yaitu, Rasio imbalan aktiva (ROA)
merupakan suatu ukuran keseluruhan profitabilitas perusahaan. Dari definisi-definisi di
atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Return On Asset merupakan rasio imbalan
aktiva dipakai untuk mengevaluasi apakah manajemen telah mendapat imbalan yang
memadai (Reasobable Return) dari asset yang dikuasainya. Dalam perhitunganrasio ini,
hasil biasanya didefinisikan sebagai sebagai laba bersih (Operating Income). Rasio ini
merupakan ukuran yang berfaedah jika seseorang ingin mengevaluasi seberapa baik
perusahaan telah memakai dananya, tanpa memperhatikan besarnya relatif sumber dana
tersebut. Return On Asset kerap kali dipakai oleh manajemen puncak untuk mengevaluasi
unit-unit bisnis di dalam suatu perusahaan multidivisional. Semakin tinggi Return On
Asset maka Harga Saham akan lebih baik. Artinya ROA berpengaruh positif terhadap
harga saham.

2.5.4 Pengaruh Return On Equity terhadap Harga Saham

Menurut Sujarweni (2017:114) return on equity (ROE) juga merupakan ukuran kinerja
perusahaan ditinjau dari segi profitabilitasnya. Kemampuan menghasilkan laba bersih
setelah pajak dari modal yang dimiliki oleh perusahaan menunjukkan kinerja yang
semakin baik. ROE yang semakin meningkat, maka investor semakin tertarik untuk
menanamkan dananya ke dalam perusahaan, sehingga harga saham cenderung meningkat.
Dengan demikian ROE berhubungan positif dengan harga saham.

Hubungan kausalitas ini menunjukkan bahwa apabila kinerja keuangan manajemen


perusahann yang diukur menggunakan dimensi-dimensi profitabilitas khususnya return on
equity (ROE) dalam kondisi baik, maka akan memberikan dampak positif terhadap
investor di pasar modal untuk menanamkan modalnya dalam bentuk peyertaan modal,
demikian juga akan berdampak pada keputusan kreaditor dalam kaitannya dengan
pendanaan perusahaan melalui utang (Harmono 2009:110).

Sitinjak (2006) dalam penelitiannya mengenai pengaruh Return On Equity (ROE),


Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER) dan Price to Book Value (PBV)
terhadap harga saham, menemukan hasil bahwa ROE, PER dam DER secara signifikan
tidak berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan ROE secara signifikan dan positif
berpengaruh terhadap harga saham.

2.5.5 Pengaruh Book Value ( BV) terhadap Harga Saham

Book Value (nilai/harga buku lembar saham) pada dasarnya mewakili jumlah
asset/ekuitas yang dimiliki perusahaan tersebut. Secara normal, book value suatu
perusahaan akan terus naik seiring dengan naiknya kinerja perusahaan demikian pula
sebaliknya, sehingga book value ini penting untuk mengetahui kapasitas dari harga per
lembar suatu saham serta dalam penentuan wajar atau tidaknya harga saham di pasar.
Dengan demikian secara tidak langsung dapat disimpulkan bahwa book value
berpengaruh positif terhadap harga saham (Tryfino, 2009:9).

Menurut Jogiyanto (2010:82) nilai buku (book value) per lembar saham menunjukkan
aktiva bersih (net assets) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu
lembar saham. Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham,
maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang
beredar. Diasumsikan ketika semakin banyak total ekuitas dibagikan dengan jumlah
saham yang beredar maka harga saham akan naik.

Fredy (2012) dalam penelitiannya mengenai pengaruh Book Value (BV), Price to Book
Value (PBV), Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), terhadap harga
saham. Menemukan hasil bahwa BV, PBV, EPS, dan PER secara simultan mempunyai
pengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan Book Value (BV) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap harga saham.

2.5.6 Pengaruh Price Book Value (PBV) terhadap harga saham


Tandelilin (2006 : 194) mengungkapkan hubungan antara harga pasar saham dan nilai
buku per lembar saham bisa juga dipakai sebagai pendekatan alternatif untuk menentukan
nilai suatu saham, karena secara teoritis, nilai pasar suatu saham haruslah mencerminkan
nilai bukunya.

Sedangkan menurut Harmono (2009:114), rasio Price to Book Value (PBV) merupakan
perbandingan antara harga saham dengan nilai buku ekuitas perusahaan, menunjukkan
tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang
diinvestasikan oleh pihak investor. Dengan demikian, makin tinggi rasio tersebut, makin
berhasil dan mampu perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham, dimana
semakin tinggi tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan, sehingga
permintaan akan saham tersebut naik, kemudian mendorong harga saham perusahaan
tersebut.

Sitinjak (2006) dalam penelitiannya mengenai pengaruh Return On Equity (ROE), Price
Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER) dan Price to Book Value (PBV)
terhadap harga saham, menemukan hasil bahwa ROE, PER dam DER secara signifikan
tidak berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan PBV secara signifikan dan positif
berpengaruh terhadap harga saham.

2.6 Risiko Sistematis

2.1.6. Risiko Sistematis (Beta Saham)

Menunjukkan ukuran yang sensitivitas return saham individual terhadap perubahan


return pasar (portofolio pasar) yang dilihat dari Nilai koefisien regresi sederhana
dari return saham individual terhadap return pasar (metode single index models), yang
diukur dari beta saham.

Menurut Jogiyanto (2013:375) Beta merupakan suatu ukuran volatilitas (volatility)


return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Beta merupakan
pengukur risiko sistematis dari sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar.
Semakin besar fluktuasi return suatu saham terhadap return pasar, semakin besar pula
beta saham tersebut.

βi = (COV(ri,rm)) / (VAR(rm))
Keterangan:

βi ∶Beta pasar aset i

COV : Kovarians

VAR ∶Varians

rm : Rata-rata tingkat pengembalian yang di perkirakan di pasar

ri : Pengembalian yang diperkirakan pada asset i

2.7. Pengaruh Risiko Sistematis (Beta) Terhadap Harga Saham

Beta adalah tolok ukur risiko dari suatu jenis saham dibandingkan dengan risiko
pasar. Jika dilakukan pengamatan terhadap pergerakan harga saham, maka akan terlihat
adanya pergerakan harga saham individual yang mengikuti pergerakan indeks pasar
(misalnya Indeks Harga Saham Gabungan). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
keuntungan suatu saham berkorelasi dengan perubahan pasar (Husnan, 2009:103). Jika
perubahan pasar dinyatakan sebagai tingkat keuntungan indeks pasar, maka tingkat
keuntungan suatu saham individual dinyatakan dalam konsep model indeks tunggal.

Husnan (2009:102) mengatakan bahwa model indeks tunggal bisa menunjukkan


sebagai satu-satunya alasan pergerakan saham bersama-sama adalah karena saham
bereaksi terhadap gerakan pasar, sedangkan pandangan lain menyebutkan bahwa Beta
juga bisa digunakan sebagai penaksir faktor-faktor fundamental yang mungkin
mempengaruhi beta tersebut. Beta sebagai pengukur risiko yang berasal dari hubungan
antara tingkat keuntungan suatu saham dengan pasar. Risiko ini berasal dari beberapa
faktor fundamental perusahaan dan faktor karakteristik pasar tentang saham perusahaan
tersebut, antara lain adalah

(1) Cyclicality, yang menunjukkan sejauh mana suatu perusahaan dipengaruhi oleh
konjungtur perekonomian,

(2) Operating Leverage, yang menunjukkan proporsi biaya perusahaan yang merupakan
biaya tetap,

(3) Financial Leverage, dimana perusahaan yang mempunyai utang adalah perusahaan
yang mempunyai financial leverage, dimana semakin besar proporsi utang yang
dipergunakan oleh perusahaan, maka semakin besar pula risiko yang ditanggung oleh
pemilik modal.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa risiko sistematik berpengaruh terhadap


harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi risiko menyebabkan saham
tersebut kurang diminati oleh investor sehingga harga saham akan turun.

2.8. Kerangka Berpikir

Kerangka Berpikir digunakan untuk memberikan gambaran yang jelas dan sistematis
untuk menjadi pedoman dalam keseluruhan penelitian. kerangka berpikir merupakan
dasar pemikiran peneliti untuk dikomunikasikan dengan orang lain sehingga hasilnya
dapat dimengerti oleh orang lain dan memungkinkan untuk direplikasi atau ekstensi oleh
peneliti yang lain.

Berdasarkan kajian teori diatas, penelitian ini mencakup pengamatan terhadap


perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia, dengan membahas bagaimana pengaruh
antara variabel fundamental meliputi Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio
(DER), Book Value per Share (BVS) dan Beta saham.

Prediksi harga saham merupakan isu yang sangat penting dalam bidang keuangan
sehingga semua pihak yang berkepentingan terhadap harga saham memerlukan informasi
akuntansi yang lengkap yang dapat digunakan untuk memprediksi harga saham. Untuk
menguji kemampuan prediksi informasi akuntansi dalam memprediksi harga saham,
dapat digunakan rasio keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan.

Hubungan antara variabel dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara ROA,
DER, BVS dan Beta sebagai variabel bebas terhadap harga saham sebagai variabel
terikat.

ROA menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari


setiap aset yang digunakan, sehingga dengan mengetahui rasio ini kita bisa mengetahui
seberapa efektif perusahaan dalam menggunakan aktivanya.

DER menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap


pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah pendanaan perusahaan yang
disediakan oleh pemegang saham. Semakin rendah rasio ini semakin besar kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban terhadap pemberi pinjaman.

BVS menggambarkan perbandingan total modal (equity) terhadap jumlah saham.


Semakin besar rasio BVS, maka saham tersebut akan semakin menarik bagi investor
sehingga harga saham akan meningkat. Dengan demikian, maka BVS mempengaruhi
harga saham.

Beta saham adalah tolok ukur risiko dari suatu jenis saham dibandingkan dengan
risiko pasar. Semakin tinggi risiko menyebabkan saham tersebut kurang diminati oleh
investor sehingga harga saham akan turun.

Gambar 2.8. Kerangka Berpikir Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematis
Terhadap Harga Saham

ROA (X1)

DER (X2)
HARGA SAHAM (Y)
BVS (X3)

BETA SAHAM (X4)

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Sumber: diolah oleh penulis

2.9. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas masalah yang dimana keberadaan nya
masih dibuktikan. Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. ROA (Return On Asset) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

2. DER (Debt to Equity Ratio) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham
pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia

3. BVS (Book Value per Share) berpengaruh postif dan signifikan terhadap harga saham
pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia

4. Beta Saham berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia

5. Risiko Sistimatis berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham pada perusahaan


Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mempunyai ruang lingkup yang jelas dan terarah maka dapat diuraikan
dengan melakukan pembatasan masalah. Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka
metode penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah metode desain kausal, yaitu
menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu
variabel mempengaruhi variabel lainnya. Penelitian ini akan menganalisis bagaimana
pengaruh Faktor Fundamental (ROA, DER, BVS dan beta saham) terhadap harga saham
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2018 sampai
dengan tahun 2020.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi Menurut Sugiyono (2015:117) mendefinisikan populasi sebagai berikut:


“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 195
Perusahaan. Menurut Sugiyono (2015:81) “sampel merupakan jumlah dan karakteristik
yang mempresentasikan jumlah yang dimiliki oleh populasi”. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 22 Sampel. Adapun pengambilan sampel menggunakan metode purposive
sampling, yaitu pemilihan sampel didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu yang dibuat
sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria tersebut adalah:

1. Perusahaan yang terdaftar di BEI secara berturut-turut dari tahun 2018 -2020.

2. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan periode tahun 2018 - 2020.

3. Perusahaan yang menggunakan mata uang Rp.

4. Perusahaan yang menghasilkan laba periode 2018 - 2020.

5. Perusahaan yang lengkap untuk variabel penelitian (risiko sistematis).


Tabel 3.1 Daftar Nama Perusahaan Manufaktur yang Menjadi Sampel Penelitian

N KETERANGAN
KODE
O
1. ADES Akasha Wira International Tbk
2. ARNA Arwana Citramulia Tbk
3. BTON Betonjaya Manunggal Tbk
4. CINT Chitose International Tbk
5. DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk
6. HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
7. IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk
8. IMPC Impack Pratama Industri Tbk
9. KBLM Kabelindo Murni Tbk
10. KLBF Kalbe Farma Tbk
11. PYFA Pyridam Farma Tbk
12. SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Tbk
13. SKBM Sekar Bumi Tbk
14. SMBR Semen Baturaja Tbk
15. SMSM Selamat Sempurna Tbk
16. SPMA Suparma Tbk
17. SRSN Indo Acitama Tbk
18. STAR Star Petrochem Tbk
19. ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
20. TALF Tunas Alfin Tbk
21. ULTJ Ultra Jaya Milk Industry and Trading Company Tbk
22. WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk
Sumber: diolah oleh penulis
3.3. Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel merupakan batasan pokok pembahasan yang akan diteliti


dan diamati sesuai dengan perumusan masalah. Adapun variabel yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah:

3.3.1. Faktor Fundamental

3.3.1.1. Return On Asset (ROA) (X1)

Return on Assets atau disebut juga rentabilitas ekonomi adalah laba usaha dengan
modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut
(Henry 2006:529). Return on Assets dalam satuan persen (%) dan dapat dirumuskan
sebagai berikut.:

ROA = (Laba bersih setelah pajak) / (Total Aktiva) x 100%

3.3.1.2. Debt to Equity Ratio (DER) (X2)

Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas) Merupakan perbandingan


antara hutang-hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan
kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya
(Sujarweni, 2017:111). Debt to Equity Ratio dalam satuan persen (%) dan dapat
dirumuskan sebagai berikut:

DER = (Total Hutang) / (Modal Sendiri) x (100%)

3.3.1.3. Book Value per Share (BVS) (X3)

BVS merupakan rasio menggambarkan perbandingan total modal (equity) terhadap


jumlah saham. BVS digunakan untuk melihat harga suatu sekuritas apakah overpriced
atau underprice (Weston dan Brigham, 1990:306). Book Value dalam satuan persen (%)
dan dapat dirumuskan sebagai berikut:

BVS = (Total Equity) / Share x 100%

3.3.1.4. Risiko Sistematis (X4)


Jika perubahan pasar dinyatakan sebagai tingkat keuntungan indeks pasar, maka
tingkat keuntungan suatu saham dalam konsep model indeks tunggal dapat dinyatakan
sebagai berikut:

βi =COV(ri,rm)/(VAR(rm))

Keterangan:

βi ∶Beta pasar aset i

COV : Kovarians

VAR ∶Varians

rm : Rata-rata tingkat pengembalian yang di perkirakan di pasar

ri : Pengembalian yang diperkirakan pada asset i

Beta sebagai pengukur risiko yang berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan
suatu saham dengan pasar. Risiko ini berasal dari beberapa faktor fundamental
perusahaan dan faktor karakteristik pasar tentang saham perusahaan tersebut.

3.3.2. Variabel dependent atau Variabel Terikat Faktor Fundamental

Yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam penelitian ini
variabel dependen adalah harga saham. Harga Saham yaitu sejumlah uang yang
dibayarkan atau diterima investor untuk mendapatkan atau melepaskan satu lembar
saham. Harga saham dilihat dari harga saham penutupan (closing price) dengan satuan
rupiah (Jogiyanto 2010:167).

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang
diperoleh dari laporan keuangan dan daily trading perusahaan manufaktur yang
dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Sumber data diperoleh melalui website
resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id, www.yahoo.finance.com.
3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Secara
umum, analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel
dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel bebas) (Ghozali,
2011:152). Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode analisis regresi berganda
(multiple regression), dengan persamaan sebagai berikut:

CP=a0+b1ROA+b2DER+b3BVS+ b4𝛃+ e

Dimana:

CP : Harga saham

α : Konstanta

b1 – b4 : Koefisien regresi

ROA : Variabel Return On Assets

DER : Variabel Debt to Equity Ratio

BVS : Variabel Book Value per Share

β : Beta Saham

e : standar Error

3.5.1. Uji Asumsi Klasik

Dalam menggunakan analisis regresi berganda, pengujian hipotesis harus


menghindari adanya kemungkinan penyimpangan asumsi-asumsi klasik yaitu tidak terjadi
autokorelasi, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

Tujuan pemenuhan asumsi klasik ini dimaksudkan agar variabel-variabel bebas yang
digunakan sebagai estimator dapat memberikan estimasi secara lebih akurat terhadap
variabel terikat dalam penelitian. Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu: uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji
autokorelasi.
3.5.1.1. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2011:153), uji normalitas merupakan pengujian yang digunakan


untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan variabel
dependennya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki
distribusi data normal atau data mendekati normal.

3.5.1.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2011:95). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika dalam model regresi
terdapat gejala multikolinieritas, maka model regresi tersebut tidak dapat menaksir secara
tepat sehingga diperoleh kesimpulan yang salah tentang variabel yang diteliti. Pengujian
gejala multikolinieritas dengan cara mengkorelasikan variabel bebas yang satu dengan
variabel bebas yang lain dengan menggunakan bantuan program SPSS for Windows.
Untuk mengukur multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF (Variance
Inflation Factor) dari masing-masing variabel. Nilai yang umum dipakai adalah tolerance
value lebih besar dari 0,10 dan VIF lebih kecil dari 10.

Jika terjadi masalah dalam multikolinearitas maka terdapat beberapa alternatif cara
mengatasinya yaitu:

1. Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi yang tinggi.

2. Menambah jumlah observasi.

3. Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma natural, akar


kuadrat atau bentuk first difference delta.

3.5.1.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali,
2011:139). Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi
ada tidaknya Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan program SPSS
for Windows dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antar
SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X
adalah residual (Y pred – Y sesungguhnya) yang telah di studentized.

a) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar, dan menyempit) maka telah terjadi Heteroskedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0
(nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali, 2011:103).

3.5.1.4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menganalisis apakah dalam model regresi linear
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang
berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini sering dikemukakan pada data time
series. Pada data cross-section, masalah autokorelasi relatif tidak terjadi. Pengujian
autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (DW test), dengan
kriteria sebagai berikut:

● Bila nilai DW lebih kecil dari -2 maka terdapat autokorelasi positif.

● Bila nilai DW di antara -2 sampai dengan +2, berarti tidak terdapat autokorelasi.

● Bila nilai DW lebih besar dari +2, maka terdapat autokorelasi negatif.

Model regresi yang telah memenuhi syarat asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk
menganalisis, melalui pengujian hipotesis.

Jalan keluar untuk menanggulangi masalah autokorelasi adalah dengan


mentransformasikan data atau bisa juga dengan mengubah model regresi ke dalam bentuk
persamaan beda umum (generalized difference equation). Selain itu juga dapat dilakukan
dengan memasukkan variabel lag dari variabel terikatnya menjadi salah satu variabel
bebas, sehingga data observasi menjadi berkurang 1.

Anda mungkin juga menyukai